Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anwar Affan
Abstrak :
Pembangunan di era industrialisasi telah mendorong sektor industri menggunakan berbagai bahan baku kimia yang cenderung meningkat jumlahnya dalam menghasilkan suatu produk. Zat-zat kimia tersebut akan menimbulkan hazardous bagi lingkungan dan pekerja itu sendiri. Disisi lain setiap individu pekerja harus diberikan perlindungan dari kemungkinan timbulnya efek negatif yang berhubungan dengan pekerjaan. PT. EBCI adalah industri produk battery kering yang menggunakan bahan baku kimia, salah salunya adalah Hg-Chloride atau senyawa merkuri anorganik sebagi konduktor. Uap merkuri anorganik yang ada di udara lingkungan tempat kerja dapat mengakibatkan pekerja di tempat tersaebut terpajan yang masuk via instalasi atau pernafasan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi merkuri anorganik di udara lingkungan tempat kerja, dan hubungannya dengan kadar merkuri anorganik dalam urine pekerja. Faktor-faktor lain yang diperkirakan berhubungan seperti lama masa kerja, umur, riwayat amalgam, dan riwayat pekerjaan juga diikutsertakan dalam variabel penelitian. Penelitian menggunakan data sekunder dari Hiperkes Pusat Departemen Tenaga Kerja yang melakukan pemantauan konsentrasi merkuri anorganik di udara lingkungan tempat kerja dan dalam urine pekerja PT. EBCI tahun 1998. Unit analisis adalah pekerja. Sampel diambil sebanyak 153 responden, namun setelah data diseleksi ternyata hanya 132 sampel yang dapat dianalisis. Hasil pengukuran konsentrasi merkuri anorganik di udara lingkungan tempat kerja, menggambarkan bahwa konsentrasinya telah melewati nilai ambang batas (NAB = 0.025 mg/m3 udara). Hasil pemantauan biologik menunjukkan rata-rata kadar merkuri anorganik dalam urine pekerja masih berada di bawah indeks pajanan biologik ( IPB = 35 µg1 gr creatinine ). Metode analisis dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu secara univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel konsentrasi merkuri anorganik di udara lingkungan tempat kerja, lama masa kerja, umur, riwayat amalgam, dan riwayat pekerjaan. Tahap kedua adalah bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Tahap ketiga adalah analisis multivariat regresi logistik dengan cara mengambil beberapa variabel independen yang signifikan dari uji bivariat untuk mengetahui hubungannya dengan kadar merkuri anorganik dalam urine pekerja ( Variabel dependen ). Hasil analisis membuktikan bahwa variabel-variabel tersebut secara statistik berhubungan dengan kadar merkuri anorganik dalam urine pekerja. Responden yang bekerja di bagian assembling paper jacket berisiko 3.62 kali lebih besar kadar merkuri anorganik dalam urine dibandingkan bekerja sebagai supir, demikian pula halnya pekerja di bagian metal jacket mempunyai risiko 2.07 kali lebih besar kadar merkuri urine dibanding supir. Pekerja yang memakai amalgam pada gigi dan bekerja di bagian paper jacket dan metal jacket masing-masing berisiko 3.12 kali dan 1.54 kali lebih besar kadar merkuri anorganik dalam urine dibandingkan pekerja supir yang menggunakan amalgam. Pekerja yang sebelumnya pernah bekerja di industri pemakai bahan merkuri dan kini bekerja di PT. EBCI menerima risiko 35.13 kali lebih besar kadar merkuri anorganik dalam urine, dibandingkan responden yang langsung bekerja di PT. EBCI. Pekerja dengan riwayat pekerjaan sebagaimana disebutkan di atas, bila ditempatkan di bagian paper jacket dan metal jacket akan menerima risiko masing-masing sebesar 7.39 kaki dan 5.08 kali lebih besar kadar merkuri anorganik dalam urine, dibandingkan pekerja supir dengan riwayat pekerjaan yang sama. Dengan analisis bivariat didapatkan adanya hubungan signifikan antara konsentrasi merkuri anorganik di udara lingkungan tempat kerja dengan kadar merkuri anorganik dalam urine pekerja. Demikian pula halnya riwayat pekerjaan mempunyai hubungan bermakna dengan kadar merkuri anorganik dalam urine pekerja. Analisis muitivariat memprediksikan besaran risiko pajanan, dimana pekerja di bagian produksi mempunyai risiko lebih besar dibandingkan pekerja driver. Disarankan pihak perusahaan mengambil langkah korektif untuk menurunkan konsentrasi pajanan uap merkuri anorganik di udara lingkungan tempat kerja, dan optimalisasi pemantauan biologik terhadap pekerja.
Inorganic Mercury Exposure Analysis in Dry Cell Industry 1998 Development in industrial era have encouraged industrial sector that use various chemical raw material which tend to increase its number to produce one product. The chemicals will cause hazard on the environment and workers. On the other hand, each workers should be protected from the possibility of negative impacts related to occupation. PT. EBCI is a dry battery products industry that use chemicals. One of the chemicals is Hg Chloride or inorganic mercury compound as a conductor. Inorganic mercury steam that is exposed in the air on the environment will cause exposure on the workers through inhalation or breathing. This research is done to investigate inorganic mercury concentration in the air on the work environment, and its relationship with inorganic mercury content in the worker's urine. Other related factors such as tenure, age, amalgam record, work history in research variable. The research use secondary data from Central Hiperkes Agency of the Labor Department which monitor the inorganic mercury concentration in the air of the work environment and in urine of workers of PT. EBC1 1998. The unit of analysis in worker. The number of samples is 153, however after it was cleaned there is only 132 samples that can be analyzed. From the inorganic mercury concentration measurment in the air on the environment we know that is concentration have exceeded the threshold limite value ( 0,025 mg/m3 of the air ). The results of biology monitoring indicates that the inorganic mercury content in urine of workers is still below the biology exposure index ( IPB = 35 mg/gr creatinine ). The analysis method is done through three stages that is by univariate method to study the frequency distribution of inorganic mercury concentration variable in the air of the work environment, tenure, age, amalgam record, and work history. The second stage is bivariate to study the relationship between independent and dependent variables. The third stage is regression multivariate analysis of logistics by taking several significant independent variables of the bivariate test to study its relationship with the inorganic mercury content in urine of the workers ( dependent variable ). The analysis risult proved that the variables statistically is the releted with the inorganic mercury content in the worker s urine. The respondent the work in the paper jacket assembling exposd to urine inorganic mercury risk 3,62 higher than drivers, and the same with worker in metal jacket department that exposed to urine mercury risk 2,07 higher than those of drivers. The workers that use amalgam and work in the paper jacket and metal jacket department are exposed to risk 3,12 and 1,54 higher than those inorganic mercury content in urine compared to drivers that use amalgam. Workers that previously work in industry that use mercury and now are working with PT. EBCI face the risk of urine inorganic mercury 35,13 higher than respondents that directly work in PT.EBCI. Workers with work record as mentioned above, if they are placed in paper jacket and metal jacket department will exposed to urine inorganic mercury risk 7,39 higher and 5,02 higher than drivers with the same work record. With bivariate analysis we can obtion a fairly significant relationship with the workers urine inorganic mercury concentration in the work place with the workers inorganic mercury content. The same with the workers record that have significant relationship with the workers urine inorganic mercury content. The multivariate analysis predicts that the exposure risk of workers in the production department have higher risk compared to the drivers. It is suggested that the company should take corrective action to decrease the concentration of inorganic mercury steam exposure in the air of the work place and optimize that the biologic monitoring on the workers.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Hartono
Abstrak :
Bahan kimia telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Manfaatnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat berkaitan dengan pengendalian penyakit, peningkatan produktivitas pertanian, ekstraksi berbagai bahan mineral di pertambangan, keperluan untuk rumah tangga dan sebagainya. Bahan kimia menimbulkan keterbahayaan pada lingkungan kerja dan pekerja itu sendiri. Oleh karena itu, pengelolaan dan pengamanan bahan kimia, harus dilakukan untuk melindungi pekerja dari efek yang merugikan. Pekerja harus mendapatkan perlindungan dari dampak yang diakibatkan oleh bahanbahan kimia di tempat kerja. Laboratorium merupakan suatu tempat dimana banyak dilakukan kegiatan yang menggunakan bahan-bahan kimia. Potensi bahaya yang ditimbulkan antara lain bersifat toksik atau beracun, iritan, karsinogenik, korosif, mudah terbakar dan meledak. Untuk mengetahui paparan bahan kimia di ternpat kerja, dalam hal ini merkuri, penulis melakukan penelitian dengan obyek penelitian adalah pekerja di Balai Laboratorium Kesehatan Bandar Lampung. Pengukuran kadar merkuri menggunakan spektrofotometri serapan atom, dengan spesimen yang diambil adalah rambut pekerja. Hubungan paparan merkuri dengan kadar merkuri pada rambut pekerja laboratorium melibatkan variabel lamanya masa kerja, umur pekerja dan kadar merkuri diudara ruang kerja. Kadar merkuri pada rambut pekerja, dibandingkan dengan rata-rata tertinggi kadar merkuri di rambut pads komunitas yang dikeluarkan oleh WHO, yaitu sebesar 2,0 ppm. Dari sejumlah 49 orang pekerja laboratorium, yang memenuhi kriteria sebagai sampel hanya 45 orang, dimana yang bekerja dibagian teknis sebanyak 29 orang, sedangkan yang bekerja dibagian non teknis sebanyak 16 orang. Diperoleh hasil pengukuran kadar merkuri di udara ruang kerja laboratorium masih dibawah nilai ambang batas ( NAB ), tetapi paparan yang terus menerus akan mengakibatkan akumulasi merkuri didalam tubuh, walaupun konsentrasinya dibawah nilai ambang batas. Hasil analisis bivariat terhadap variabel lamanya masa kerja, umur pekerja dan kadar merkuri diudara ruang kerja bagian teknis didapatkan hubungan yang signifikan antara variabel tersebut dengan kadar merkuri pada rambut pekerja. Pada hasil akhir dari analisis regresi multivariate tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara variabel dependent dan independent Hal ini disebabkan karena ukuran sampel yang kecil dan distribusi data penelitian yang tidak normal.
Chemicals agent can not be separated with human's life. The benefit of the materials is to increase public's welfare especially that is related to disease control, agricultural productivity, mineral extract in mining, household's necessity and so on. Chemicals agent may endanger the workers, work environment_ Therefore, materials' management and safety must be carried out for the sake of workers' protection from side effect. The workers need to be protected from the effects that cause by the materials in their work places. Laboratory is a place where many activities using chemicals agent are conducted. Harmful potentials are caused by toxic agents, irritant, carcinogenic, corrosive chemicals, flammable and explosives substances. To know the exposured of chemical materials in the work places, especially mercury, the writer conducted a research where the laboratory personnel of Bandar Lampung Health Laboratory were the object of the research. The measurement of the mercury level was by using Atomic Absorption Spectrophotometry, and the specimen materials taken were personnel's hair. The relationship of mercury's exposure to the level of mercury within the laboratory's personnel hair involved length of work variable, personnel's age and level of mercury within the air in the working room. Mercury's level within the and level of mercury within the air in the working room. Mercury's level within the workers' hair were compared with the highest average mercury level within the hair in the community, that issued by WHO is 2.0 part per million. From 49 laboratory's personnel, those fulfill the sample's criteria were 45, who 29 of them worked in technical section, and 16 others worked in non-technical section. The obtained result from the measurement of mercury level in the working room at the laboratory remained below Threshold Limit Value (TLV). However, continual mercury's exposure may result mercury accumulation within the body, though its concentration was below the TLV. The result of bivariat analysis from the variables of length of work, workers' age, and mercury level within the air in the technical section working room showed that there was a significant relationship between the variables and mercury level within workers' hair. On the final result from multivariate regression analysis, not be obtained fairly significant relationship between dependent and independent variables. This problems caused by sample size was so small and spreading for data was not proportional.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12702
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachmi Idris
Abstrak :
ABSTRAK Pendahuluan. Setiap pekerjaan yang menggunakan logam Merkuri, termasuk membuat amalgam, memiliki resiko untuk terpajan dengan logam ini. Pajanan logam ini, apabila melebihi nilai batas biologik akan menimbulkan penyakit. Di puskesmas-puskesmas, perawat gigi membuat amalgam secara manual, yang bahan dasarnya adalah logam Merkuri. Permasalahannya adalah, sampai saat ini, belum ada penelitian yang berhubungan dengan pajanan logam Merkuri pada perawat gigi tersebut. Pemikiran inilah, yang kemudian melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian dengan topik kadar Merkuri dalam urin perawat gigi sebagai akibat proses kerja membuat amalgam. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar Merkuri dalam urin perawat gigi yang bekerja di puskesmas serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar tersebut. Metodologi. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional terhadap perawat gigi yang berkerja di balai pengobatan gigi puskesmas wilayah Jakarta Selatan. Subyek penelitian adalah perawat gigi yang membuat amalgam secara manual dan memiliki masa kerja minimal 6 bulan, serta tidak mengambil cuti lebih dari 35 hari dalam waktu 6 bulan terakhir sebelum penelitian dilakukan. Jumlah perawat gigi yang diteliti sebanyak 25 orang dan total populasi 27 perawat gigi yang masuk kriteria (z = 1,75, p= 0,5, d = 0,17). Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 1998. Instrumen pengumpulan data adalah analisis laboratorium, kuesioner dan observasi. Analisis statistik yang digunakan adalah frekuensi, distribusi dan statistik deskriptif untuk analisis univariat, uji pasti Fisher dan uji-t independent untuk analisis bivariat, serta regresi logistik untuk analisis multivariat. Hasil. Kadar Merkuri dalam urin perawat gigi memiliki rentang nilai antara 6 ug/L sampai 300 ug/L. Dari rentang ini 68% melebihi nilai normal (>42 ug/L). Dan 6 variabel yang diperkirakan berhubungan dengan kadar tersebut, hanya 2 variabel yang secara statistik bivariat bermakna. Variabel tersebut adalah indikator pemaparan dan riwayat dental amalgam. Kesimpulan dan Saran. Kecilnya jumlah sampel dalam penelitian ini memerlukan dukungan penelitian-penelitian lain yang sejenis pada puskesmas-puskesmas di luar wilayah Jakarta Selatan. Konsep penelitian ini sendiri tidak mengeksplorasi lebih jauh tentang faktor-faktor lain yang tidak terkait dengan pekerjaan. Variabel yang berhubungan dengan pekerjaan hanyalah variabel indikator pemaparan yang merupakan hasil perkalian antara lama bekerja dengan jumlah penambalan. Mengingat banyaknya perawat gigi yang kadar Merkuri dalam urin melebihi nilai normal, memerlukan langkah-langkah antisipatif penurunan kadar tersebut. Langkah-langkah tersebut berupa langkah medisinal dan atau langkah manajerial. Untuk peneliti lain, dianjurkan untuk meneliti kemungkinan manifestasi klinik dari perawat gigi yang menunjukkan kadar Merkuri di atas nilai normal. Untuk praktisi kesehatan kerja yang bekerja di industri-industri yang berhubungan dengan hazard logam Merkuri, penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi tambahan dalam melakukan pemeriksaan pra-karya dan pemeriksaan berkala (terutama kemungkinan adanya bias pemeriksaan kadar Merkuri dalam spesimen yang tidak berhubungan dengan proses kerja).
Introduction. Every work that uses Mercury, including amalgam, has a risk to be exposed. If Mercury exposure is more than biological limit value, the exposure may result in a disease. At the "puskesmas" (community health center), dental nurses make amalgam manually and use Mercury as basic ingredient. The problem is, until this time, there is no study on exposure to Mercury among dental nurses. On the basis of this reason, a research was conducted to study urine Mercury concentration on dental nurses. Objectives. The research objective is to describe Mercury concentration in urine dental nurses at community health centers in south Jakarta area and to analyze factors which relate to that concentration. Methodology. This research was conducted by use of a cross sectional study design. The subject of research were dental nurses who had made dental amalgam manually, had worked 6 months minimally and had no leaved the job more than 35 during the last 6 months. Total samples were 25 dental nurses (z=1,75, p=0,5, d3,17). This research was done in March 1998. Instrument for collecting data were laboratory analysis, questionnaire and observation. Statistical analysis was descriptive statistic for univariate, exact Fisher's test and t-test for bivariate, and multiple logistic regression for multivariate. Result. The range of urine Mercury concentration in dental nurses is between 6 ug/L and 300 ug/L. From this range, a 68% of dental nurses have urine Mercury concentration more than normal value (>42 ug/L). In analyzing factors related to that concentration, only 2 variables are statistically significant. These variables are exposure indicator and dental amalgam history. Summary. Considering that the number of sample was to small, this research needs a follow-up study to support this research. The weakness of this study did not observe in depth about another factors which is estimated not related to amalgam working process. A significant variable which relates to amalgam working process in this study is the exposure indicator. Due to number of dental nurses with urine Mercury concentration more than normal value is large enough, it is suggested that urine the Mercury concentration should be reduced. Medical and managerial approach are the ways to reduce it. For next study, on the basis of this study, other researchers may study the clinical manifestation in dental nurses who have urine Mercury concentration more than normal value. For occupational health manager, the result of this study can be considered for preemployment and annual health examination in industry with Mercury hazard (especially, to minimize urine Mercury concentration bias from dental amalgam when measure specimen that not related to working process).
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiralda Sjahfirdi
Abstrak :
ABSTRAK


Telah dilakukan penelitian tentang kandungan merkuri dari dua spesies ikan yaitu lkan gabus (Channa striata Fowler) dan ikan sepat (Trichogaster trichopterus Pallas) yang diambil dari lima stasiun yang telah ditentukan di sepanjang sungai Sunter dari hulu hingga ke hilir. Selain dari itu telah diperiksa pula kandungan merkuri pada air sungai dari ke lima stasiun tersebut.

Pengukuran kandungan merkuri pada sampel ikan dan sampel air dilakukan dengan menggunakan alat Serapan Atom Tanpa Nyala atau AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer).

Kandungan merkuri rata-rata pada lkan sepat bervariasi antara 0,948 - 2,662 ppm, sedangkan pada ikan gabus bervariasi antara 0,146 - 1,258 ppm. Kandungan merkuri rata-rata pada seluruh sampel ikan sepat melebihi baku mutu kandungan merkuri yang diperbolehkan oleh berbagai organisasi internasional, sedangkan pada ikan gabus kandungan merkuri rata-rata yang melebihi baku mutu berasal dari stasiun Pondok Ranggon dan stasiun Pulo Gadung. Kandungan merkuri air sungai pada seluruh stasiun tercatat kurang dari 1 ppb, yang merupakan baku mutu yang diperbolehkan oleh berbagai organisasi internasional.

Dengan membandingkan kandungan merkuri pada ikan dan kandungan merkuri pada air sungai diketahui faktor biokonsentrasi pada masing-masing spesies ikan. Faktor biokonsentrasi ikan gabus berkisar antara 395 - 2995 sedang faktor biokonsentrasi ikan sepat berkisar antara 2216 - 6338.

Dari analisis korelasi jenjang Spearman diketahui adanya korelasi antara kandungan merkuri pada air sungai dengan kandungan merkuri pada lkan sepat dan tldak adanya korelasi antara kandungan merkuri pada air sungai dengan kandungan merkuri pada ikan gabus.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Anjang Budi Prihantoro
Abstrak :
ABSTRAK
Pada penelitian ini dipelajari aktifitas katalis Ti02 Degussa P25 yang diberi dopan CdS untuk mereduksi merkuri (II) secara fotokatalitik . Tujuan penambahan CdS ini dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fotokatalis Ti02 yang kurang aktif pada daerah sinar tampak sehingga dapat memanfaatkan sumber energi matahari. Dalam penelitian ini katalis dibuatdengan memvariasikan konsentrasi dopan CdS yaitu 1%. 5%, 10%, dan 15% pada katalis Ti02 Degussa P25. Katalis diuji aktifitas pada beberapa kondisi, diantaranya pengalih penambahan fenol, pengaruh Anion, pengaruh pH, pengaruh sumber radiasi. Katalis diuji aktifitas reduksinya terhadap merkuri (II) menggunakan larutan iimbah buatan konsentrasi awal Hg(ll) 40 ppm dengan loading fotokatalis 1 g/L menggunakan reaktor batch terbuat dari kaca dengan sumber radiasi lampu UV black 10 watt dan lampu TL putih Philips 10 watt sebanyak 6 buah. Diperoleh hasil bahwa fotoreduksi katalis CdS 5%/Ti02 mereduksi merkuri menjadi lebih baik dengan penambahan fenol. Perbedaan anion garam merkuri antara HgCb dan Hg(N03)2 diperoleh persen Hg(ll) yang terhilangkan pada pH 5 garam klorida sebesar 14% dan garam nitrat sebesar 28%. Pengaruh pH pada katalis meningkatkan aktifitas dengan meningkatnya pH Iimbah. Aktifitas katalis CdS 5%/Ti02 pada pH 12 merkuri (II) dapat dihilangkan hingga 99,75% pada irradiasi UV dan i. 82,5% dengan cahaya tampak .
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
A study at several geothermal systems in West Java,Indonesia shows that thermal waters could naturally contain up to 2.6 ppm As and 6.5 ppb Hg,and the survace hydrothermal alteration could contribute up to 50 ppm As and 800 ppb Hg....
ITJOSCI
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Halimah S.
Abstrak :
Kegiatan PETI merupakan kegiatan ilegal yang berisiko tinggi, baik bagi para penambang maupun Lingkungan hidup. Mulai dari proses penambangan, pengangkutan, dan pengolahan emas dilakukan dengan teknik yang sangat sederhana. Pada proses penambangan, dampak negatif yang timbul adalah terjadinya longsor yang dapat mengakibatkan kematian bagi pekerja tambang. Poses pengolahan emas menggunakan bahan toksik merkuri yang dapat menimbulkan pencemaran air dan tanah Proses pemanasan, menghasilkan limbah gas (uap) merkuri yang menyebabkan pencemaran udara dan gangguan kesehatan terutama pada pekerja PETI. Salah satu sungai yang berpotensi tercemar merkuri adalah sungai Cikaniki yang mengalir melewati beberapa desa di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan bijih emas langsung dilakukan di dalam sungai dengan menggunakan alat yang sederhana (gelundung). Merkuri yang digunakan rata-rata 0,5 -1 kg untuk 8 --10 kg bijih emas. Krisis ekonomi dan meningkatnya harga emas serta ditunjang akses ke lokasi yang sangat mudah menyebabkan jumlah PER di Gunung Pongkor meningkat. PT. Aneka Tambang Tbk melakukan penambangan emas dengan teknik tambang bawah tanah (underground mining) dan proses pengolahan emas menggunakan sianida. Keberadaan urat-urat bijih emas yang muncul ke permukaan berupa singkapan-singkatan (outcrop) menyebabkan jumlah dan aktivitas PETI meningkat sampai ke kawasan hutan lindung (Taman Nasional Gunung Halimun) sehingga menyebabkan kerusakan hutan dan lahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data kandungan merkuri dalam air, sedimen, biota sungai Cikaniki dan memperoleh rumusan strategi yang efektif untuk penanganan PETI di Pongkor melalui analisis SWOT. Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda survei. Metode Pengambilan sampel sesuai SNI 06-2421. Lokasi sampling terdiri atas Lokasi A(hulu), B(Tengah) dan C(hilir) sungai Cikaniki. Analisis dilakukan di laboratorium Sarpedal, Kementerian Lingkungan Hidup. Untuk memperoleh rumusan strategi dilakukan pengumpulan data primer para Stakeholder ( Pemda Bogor, PT. ANTAM Tbk, Pemuka masyarakat, LSM dan PETI. Analisis data menggunakan SWOT. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Kandungan merkuri dalam air, sedimen, dan ganggang di lokasi B (tengah) lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi A (hulu) dan lokasi C(hilir). Hal ini menunjukkan bahwa lokasi B yang merupakan pusat aktivitas PETI sangat berpotensi mencemari sungai Cikaniki. 2. Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh 2 rumusan strategi prioritas untuk penanganan PETI di Pongkor yaitu strategi S-O (Strength-Opportunity) dengan nilai 3,32 dan W-T (Weakness-Threat) dengan nilai 1,77. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan PETI dan penduduk lokal dapat ditingkatkan melalui program community development. Sedangkan faktor kelemahan harus dieliminasi untuk menghindari faktor-faktor ancaman. Strategi S -T (Strength -Threat) dengan nilai 2,60 dan W-O (Weakness-Opportunity) dengan nilai 2,48, dapat digunakan sebagai strategi lanjutan setelah melaksanakan strategi S-0 dan W -T. Daftar Kepustakaan : 37(1971-2002) Mercury Pollution and Strategic Planning for Handling Illegal Gold Mining Activities in Pongkor, West JavaIllegal gold mining (PETI) are high risk activities. It endangers both the gold miners (prospectors) and environment, because its mining, transportation, and treatment processes are carried out using very simple techniques. Mining process generates negative impact in form of land sliding which threatens the gold worker. During treatment process, the gold workers employ toxic mercury causing water and land pollution. On hitting process for separation of mercury and gold from the amalgam causing air pollution and health hazard for the workers. One river that is potentially mercury polluted is the Cikaniki River that passes through several villages in Nanggung District, Bogor Regency, West Java. Gold ore treatment had been done direct in the river using a very simple equipment called gelundung, the mercury usage are 0.5-1 kg for 8-10 kg of gdd ore. In accordance with the strike of economic crisis in Indonesia since 1997, the rise of gold price and the availability of easy access to the site, PETI activities at Gunung Pongkor increased significantly. In the middle 1993 the gold prospectors were about 6000 people (PT. Aneka Tambang,1999). PT, Aneka Tambang is a government-owned company that found the Pongkor site in 1987. This company applied underground mining and used cyanide compound during processing phase. The presence of gold pitch blend appeared on the surface in form of out crop causes an increase in number and activities of illegal gold mining close to PT Aneka Tambang's sites and the Halimun Mountain National Park. This situation leads to serious environmental degradation. Objective of the study are to get data of mercury concentration in water, sediment, and biota of the Cikaniki River and to develop effective strategy planning for handling the illegal mining in Pongkor. Method of this study using survey method. Sampling method based on the Indonesian National Standard No. 06-2421. Sampling was carried out the three different location; up stream, middle stream and down stream of Cikanild River, with five sampling points for each locations. The samples were analyzed in laboratories of Sarpedal under the Environment Ministry using a mercury analyzer. For Strategic Planning was collected data from the stake holders at Local Government in Bogor and Nanggung regency by questioner list and analyzed by using SWOT instrument. Based on this study, might be concluded as follow: 1. The mercury content in the water, sediment, and algae samples taken from the middle stream (B) are higher than those of the samples obtained from the up stream (A) and down stream (C). This concludes that the main source of mercury contamination in the Cikaniki River in location B which is the central site of illegal mining. 2. Based on SWOT analysis, two strategies have been formulized to handle Pongkor illegal gold mining. Those are S-0 (Strength-Opportunity) with score 3,32 and W -T (Weakness-Threat) with score 1,77. It shows that the strength factors of PEf1 and Local Community could be optimized through the community development Other wise, the weaknesses factor should be eliminated to avoid the threat factors. Beside S-0 and W -T strategies , the S-T (Strength Threat) with score 2,60 and W-0 (Weakness-Opportunity) with score 2,48 could be used as next strategies . Number of References : 37 (1971-2002)
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11862
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukman
Abstrak :
Di Indonesia penggunaan merkuri dalam jumlah besar terdapat pada pertambangan emas. Satu diantaranya berada di Desa Ratatotok kecamatan Belang kabupaten Minahasa propinsi Sulawesi Utara. Disini juga terdapat pertambangan emas dalam skala besar, PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) yang membuang limbah tailling ke laut Teluk Buyat. Penggunaan merkuri yang luas menyebabkan terjadi pencemaran lingkungan dan badan-badan air sehingga dapat mengkontaminasi biota laut yang ada di dalamnya, terutama ikan pada akhirnya Akan masuk ke rantai makanan manusia dan berdampak terhadap kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kadar merkuri dalam darah dan hubungannya dengan pola mengkonsumsi ikan pada masyarakat desa Ratatotok kecamatan Belang kabupaten Minahasa propinsi Sulawesi Utara tahun 2003. Rancangan penelitian Cross Sectional data sekunder hasil penelitian gangguan kesehatan masyarakat akibat pencemaran merkuri pada masyarakat desa Ratatotok dan Teluk Buyat, yang berumur antara 16-64 tahun dan bersedia diambil sampel darahnya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara pola konsumsi ikan dengan kadar merkuri dalam darah dan variabel pekerjaan sebagai faktor confounding. Artinya responden yang mengkonsumsi ikan sebanyak 5-7 kali dalam seminggu berisiko 17 kali lebih untuk mempunyai merkuri dalam darah > 1,5 µg/dl dibanding dengan masyarakat yang hanya mengkonsumsi ikan sebanyak 1-2 kali saja dalam seminggu setelah dikontrol variabel pekerjaan sebagai penambang emas tanpa izin (PETI). Sedangkan masyarakat dengan pola konsumsi makan ikan 3-4 kali seminggu berisiko 10 kali lebih untuk mempunyai merkuri dalam darah > 1,5 µg/dl dibanding dengan masyarakat yang hanya mengkonsumsi ikan sebanyak 1-2 kali saja dalam seminggu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih komprehensif mulai dari sumber pencemaran, kandungan merkuri pada ikan yang biasa mereka konsumsi yaitu dari hasil tangkapan nelayan dari perairan Teluk Buyat, serta dampak kesehatan yang mungkin timbul mengingat sebagian besar (52%) kadar merkuri dalam darah masyarakat telah melampaui nilai ambang batas yang direkomendasikan. Daftar Pustaka : 50 (1981-2002)
Relationship Between Fish Consumption Pattern and Blood Mercury Level in Ratatotok Village, Belang Subdistrict, Minahasa District, North Sulawesi Province in 2003In Indonesia, the use of mercury of large numbers can be found in gold mining. One of the gold mines is located in Ratatotok village, Belang subdistrict, Minahasa district, North Sulawesi province. Here a large scale gold mining company, PT Newmont Minahasa Raya (NMR) disposed tailing waste to Teluk Buyat sea. Extensive mercury usage caused environmental and water bodies contamination as to contaminate sea biota particularly fish, which, in turn will enter human food chain. Health impact monitoring could be done by examining biologic indicators, blood in this case. This study aims to describe blood mercury level and its relationship with fish consumption pattern, This study used secondary data obtained through other research on public health problems caused by mercury contamination in Ratatotok village and Teluk Buyat in 2001, using cross sectional design, population was inhabitants of Ratatotok village and Teluk Buyat and sample was inhabitant of Ratatotok and Teluk Buyat aged 16-64 years old and willing to be blood sampled. The study showed that there was statistically significant relationship between fish consumption pattern and blood mercury level, with occupation as non-licensed gold miner (PETI) as confounding factor. This means that the PETIs tended to eat fish 5-7 times a week and had blood mercury level of X1.5 µg/dl. The results of this study is expected to be used as reference by other researcher to conduct a more comprehensive study started form Tie A. Tie B, Tie C, and health impact (Tie D), considering that more than half (52%) of subject in this study had blood mercury level over the recommended level. References: 50 (1981-2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Iwan Rivai Alam
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Penambang emas skala kecil meningkat di Indonesia, prosesnya menggunakan cairan merkuri untuk mengikat partikel emas. Jenis pekerjaan peleburan smelting berisiko paling tinggi terpajan uap merkuri. Gangguan memori jangka pendek merupakan salah satu gangguan kesehatan yang timbul akibat pajanan uap merkuri.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gangguan memori jangka pendek pada penambang emas skala kecil.Metode: Desain menggunakan potong lintang untuk menentukan prevalensi gangguan memori jangka pendek kemudian kasus kontrol berpasangan, jumlah kasus 15 dan kontrol 75 pada penambang emas skala kecil di Lombok dan Banten, menggunakan data sekunder dari Prodia Occupational Health Institute. Diagnosis gangguan memori jangka pendek dengan pemeriksaan Forward Digit Span Test. Pemilihan 75 kontrol dilakukan dengan cara berpasangan kelompok.Hasil: Prevalensi gangguan memori jangka pendek sebesar 6 . Variabel usia merupakan faktor risiko terjadinya gangguan memori p = 0,039, OR: 5,091 dan KI 95 : 1,182-21,930 . Sedangkan faktor indeks massa tubuh p = 0,215 , kebiasaan merokok p = 0,726 , kebiasaan konsumsi alkohol p = 0,744 , penyemprot pestisida p = 0,343 , jenis pekerjaan berupa penambang galian batu miner p = 0,369 , amalgamasi amalgamation p = 0,066 , peleburan smelting p = 0,127 , masa kerja p = 0,369 dan hasil pemeriksaan merkuri di urin p = 0,643 bukan merupakan faktor yang mempengaruhi secara bermakna terhadap gangguan memori jangka pendek.Kesimpulan: Usia ge; 50 tahun merupakan faktor risko paling bermakna terhadap gangguan memori jangka pendek pada pekerja penambang emas skala kecil.ABSTRACT
Background: Artisanal small scale mining activity increase in Indonesia that the processing used mercury to bind gold particle. The smelting process is the most risk exposured by mercury vapour.Short term memory impairment is one of health effect caused vapour of mercury.Objective: To know about short term memory impairment in artisanal small scale mining gold miningMethode: Cross sectional design to get short term memory impairment prevalene and then case control matched group design, case 15 and controls 75 artisanal small scale gold mining at Lombok and Banten use secunder data from Prodia Occupational Health Institute. Diagnose short term memory impairment used by forward digit span test and controls choiced by matched group. Result: Prevalence of short term memory impairment is 6 . Age variable is risk factor to short term impairment p = 0,039, OR: 5,091 dan CI 95 : 1,182-21,930 . Body mass index p = 0,215 , smoking p = 0,726 , drinking alcohol p = 0,744 , chronic exposured by pesticide p = 0,343 , type of work process like miner p = 0,369 , amalgamation p = 0,066 , smelting p = 0,127 , work periode p = 0,369 , mercury in urine result test p = 0,643 are not risk factors to short term memory impairment.Conclusion: Age ge; 50 years old is risk factor to short term impairment at artisanal small scale gold mining.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>