Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harijono Jonggowisastro
Abstrak :
ABSTRAK
Meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian Indonesia yang tercermin dalam berbagai indikator ekonomi antara lain dengan dapat dicapainya Pendapatan Nasional Bruto sebesar 6,5% pada tahun 1989 merupakan hasil dari rencana pembangunan lima tahun kita dan sekaligus memberikan implikasi tersendiri dalamindustri perhotelan. Seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan perekonomian Indonesia, peningkatan modal asing atau domestik merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan permintaan akan kamar hotel khususnya kamar hotel berbintang lima di Jakarta.
Pada sekitar awal kwartal keempat tahun 1990 di Jakarta bagi tamu-tamu yang akan bermalam di suatu hotel bintang lima harus mengadakan pemesanan satu bulan dimuka pada. hal bukan saat musim ramai (peak season) demikian yang diberitakan oieh harian Pelita tanggal 19 Nopember 1990. Keadaan ini menyebabkan kebutuhan untuk menambah hotel baru semakin terasa. Melihat adanya peluang usaha yang baik ini PT PAH tidak mau melewatkan begitu saja melainkan ikut berlomba-lomba dengan investor lain untuk menginvestasikan dananya dalam pembangunan hotel bintang lima di Jakarta dengan orientasi tamu yang maksud kedatangannya untuk usaha. Oleh karena investasi dalam usaha perhotelan ini memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perseroan dalam jangka panjang , make keputusan investasi ini harus di buat secara teliti dan hati-hati. Untuk itu maka penulis mencoba melakukan evaluasi rencana investasi hotel bintang lima di Jakata oleh PT PAH tersebut dengan pendekatan teoritis dan praktis yang menitik beratkan pada analisa aspek pasar dan keuangan terbatas pada investasinya sendiri (bukan perseroan secara keseluruhan) Serta dibahas sedikit mengenai aspek teknis,manajemen dan ekonomis/sosial. Dari hasil analisa pasar, didapat kesimpulan bahwa hotel bintang lima masih memiliki potensi pasar yang baik dicerminkan dengan perkiraan tingkat penghunian kamar hotel (TPKH) pertahunnya lebih dari 65% yaitu mencapai 75% mulai tahun 1997
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Tasman Permana
Abstrak :
Data return reksa dana yang ada di pasar bukanlah merupakan satu-satunya parameter yang dapat dijadikan pedoman bagi investor dalam pemilihan produk reksa dana yang tepat. Penilaian kinerja reksa dana yang portfolionya dikelola secara aktif, dimana tingkat resiko dan nilai harapan investasi selalu berubah, dapat dilakukan dengan cara menilai kemampuan market timing. Market timing merupakan strategi aktif dalam mengelola portofolio, dimana manajer Investasi memindahkan atau memperbesar bobot dana dalam suatu aktiva yang diperkirakan akan memberikan hasil investasi yang lebih tinggi. Henriksson dan Merton telah membuktikan bahwa dengan prosedur parametrik, penilaian kinerja portofolio yang dikelola secara aktif dapat dilakukan dengan analisa regresi pada data-data lampau excess return portofolio tersebut. Dengan menggunakan metoda yang dikembangkan oleh Henriksson dan Merton, penelitian ini mengukur kemampuan market timing dan tiga jenis reksa dana. Ketiga jenis reksa dana tersebut adalah reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham. Dan ketiga jenis reksa dana yang dipilih tersebut, dievaluasi semua reksa dana yang telah aktif sejak tenggal 18 September 2000. Sehingga untuk reksa dana pendapatan tetap terdapat 34 buah reksa dana, untuk reksa dana cam puran terdapat 22 buah reksa dana, sedangkan untuk reksa dana saham terdapat 21 buah reksa dana. Data yang diarnbil adalah data harian sehingga didapatkan 226 sampel data pengamatan. Dari hasil perhitungan regresi dengan menggunakan metoda parametrik dart Henriksson dan Menton, didapatkan bahwa pada jenis reksa dana Saham, hanya empat buah reksa dana yang memiliki kemampuan ,nurke timing yang balk. Yaitu reksa dana Dana Megah Kapital, Dana Reksa Syariah, GTF Sentosa, dan Panin Dana Maksima. Enam belas reksa dana yang lain, menunjukkan kemampuan market timing yang tidak balk. Sedangkan sam buah reksa dana yaltu Niaga Saham. Pada jenis reksa dana campuran, dan 21 buah reksa dana yang dianalisa, terlihat bahwa ada enam buab reksa dana yang memiliki kemampuan market timing yang balk. Yaltu reksa dana Bangun Indonesia, Dana Megah Kombinasi, GTF Dinamis, Mahameru, Niaga Kombinasi Sen A, dan PNM Syariah. Lima belas reksa dana yang lain, menunjukkan kemampuan market timing yang tidak balk. Sedangkan satu buah reksa dana yaitu reksa dana DUIT, cendez-ung tidak melakukan market timing. Pada jenis reksa dana Pendapatan Tetap dan 34 reksa dana yang diregresi, hanya ada satu reksa dana yang melakukan market timing, yaltu Master Pundi. Dan reksa dana Master Pundi ini memiliki kemampuan market timing yang tidak baik. Tugas akhir ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi para investor yang tertarik untuk menanamkan investasinya pada reksa dana. Namun harus diperhatikan bahwa terdapat kemungkinan salah dalam menganalisa kinerja sampel reksa dana tersebut. Karena kinerja sampel reksa dana selama periode ¡ni belum tentu akan benilang kembali untuk periode yang akan datang. Hal ini dise babkan oleh karena perubahan parameter-parameter makro ekonomi yang belum diketahui dan strategi investasi reksa dana yang mungkin berubah.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T5528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bjardianto Pudjiono
Abstrak :
RINGKASAN EKSEKUTIF Pertumbuhan ekonomi yang pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi pada khususnya. Kalau di masa lalu investasi masyarakat umumnya hanya terbatas di sektor-sektor riif saja seperti tanah, logam mulia, dan berbagai jenis properti, maka di masa sekarang ini investasi sudah berkembang sedemikian pesatnya serta menjanjikan keuntungan yang menggiurkan. Disamping itu dapat pula memberikan peluang usaha, peluang pekerjaan serta peluang untuk meningkatkan pendapatan baik bagi masyarakat usaha maupun pemerintah. Investasi tersebut adalah investasi di bidang keuangan yang antara lain dapat berupa tabungan, deposito berjangka, obligasi, saham, reksa dana dan berbagai sekuritas keuangan lainnya. Oleh sebab itu agar dapat menjamin bahwa berbagai ragam investasi keuangan tersebut benar-benar dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat usaha dan dapat menciptakan iklim usaha yang sehat, maka perlu diciptakan suatu regulasi yaitu Undang-Undang nomor 8 tahun 1995 yang mengatur tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan pasar modal di Indonesia. Bagi masyarakat investor baik secara individu maupun secara kelompok yang merasa mempunyai keterbatasan dana kemudian keterbatasan waktu dan keterbatasan kemampuan untuk menganalisa suatu investasi, namun berminat untuk melakukan investasi di Pasar Modal maka mereka dapat melakukan investasi tersebut melalui instrumen financial yang di sebut sebagai Reksa Dana, yaitu suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer lnvestasi. Permasalahan muncul seiring dengan semakin banyaknya Manajer lnvestasi yang mengeluarkan produk investasi Reksa Dana dengan berbagai 1enis dan komposisinya serta dengan menjanjikan tingkat pengembalian yang sangat fantastis, sehingga seringkali timbul kesan terjadi persaingan yang tidak sehat dan akhirnya masyarakat pemodal menjadi rugi. Padahal kondisi yang demikian ini justru pada akhirnya akan merugikan manajer investasi sendiri selaku perusahaan pengelola portofolio investasi yang dananya berasal dari masyarakat. Dengan demikian bagi masyarakat pemodal atau investor, preferensi yang tepat terhadap jenis reksa dana menjadi sangat penting, karena jika salah memilih akan memperoleh reksa dana yang kinerjanya kurang baik dan tidak menguntungkan serta tidak cocok dengan tujuan investasinya. Sedangkan bagi manajer investasi, sangat perlu untuk selalu menjaga dan meningkatkan kinerja yang baik dari portofolio reksa dananya dan kegiatan ini adalah tindakan penting yang tidak boleh diabadikan agar tidak kalah bersaing dalam memperebutkan calon investor. Perusahaan sebagai manajer investasi akan di hadapkan pada suatu pilihan atas berbagai alternatif investasi yang tersedia untuk membentuk portofolio reksa dana yang layak ditawarkan kepada investor. Hal ini disebabkan sebagaimana sarana investasi lainnya, reksa dana disamping mendatangkan keuntungan yang relatif tinggi juga mengandung risiko usaha yang harus dipertimbankan, walaupun risiko pada reksa dana masih bisa diminimalkan melalui diversifikasi yang memang merupakan ciri investasi reksa dana, yaitu investasi yang berbentuk portofolio. Kemudian iklim investasi di Pasar Modal yang berkembang pesat di awal tahun 1996, tidak di sia-siakan oleh PT.Danareksa Fund Management (pesero) sebagai anak perusahaan dari PT.Danareksa (pesero) yang bertindak selaku Manajer lnvestasi. Perusahaan ini menjadi pefopor dalam mengefuarkan Reksa dana di Indonesia dengan menawarkan tiga jenis Reksa Dana yaitu, Reksa Dana Mawar dengan komposisi 80persen saham dan 20persen non saham seperti obligasi dan deposito, kemudian Reksa Dana Anggrek dengan komposisi yang moderat namun lebih banyak ke efek hutang dibanding saham dan yang ketiga adalah Reksa Dana Melati dengan komposisi yang lebih banyak ke risk-free asset. Oleh sebab itu karya akhir ini penulis beri judul Penilaian Portofolio lnvestasi Reksa Dana pada PT Danareksa Fund Management (pesero). Pemilihan PT. Danareksa Fund Management (pesero) sebagai obyek, karena alasan kepeloporannya sebagai manajer investasi reksa dana kontrak investasi kolektif di Indonesia. Selanjutnya setelah melalui berbagai proses penelitian dan perhitungan kinerja dari ketiga reksa dana tersebut, ternyata reksa dana Mawar mempunyai kinerja yang kurang bagus jika dibandingkan dengan reksa dana lain yang sejenis dan dikeluarkan oleh Manajer lnvestasi lain juga masih kalah, kemudian jika dibanding dengan kinerja Pasar (IHSG) pun masih kalah. Hasil yang didapat dari perhitungan berdasar data-data yang ada, menunjukkan return rata-rata per bulan adalah 2,00persen, sedangkan Reksa Dana lain yang sejenis dan dikeluarkan ofeh Manajer lnvestasi lain adalah sebesar 2,19persen kemudian return rata-rata dari Pasar (IHSG) adalah sebesar 2,48persen. dari analisa terhadap ratio pendapatan operasi bersih terhadap total aktiva bersih selama 6 bulan terakhir sejak bulan Januari sampai dengan bulan Juni 1997 juga menunjukkan trend yang menurun. Berkaitan dengan kondisi diatas, agar kinerja portofolio Reksa Dana Mawar dapat ditingkatkan, maka diperlukan suatu tindakan atau langkah koreksi terhadap kualitas portofolio dengan mempertimbangkan kebijakan-kebijakan baru dalam proses investasinya yang antara lain meliputi bagaimana memlilih saham yang akan dijadikan target pembentukan portofolio investasi. Dari proses pembentukan portofolio yang selama ini dilakukan oleh perusahaan diketahui bahwa proses pemilihan saham dilakukan atas dasar pendekatan PER saham individual yang dibandingkan dengan PER rata-rata dari pasar (IHSG), kemudian saham-saham yang mempunyai PER diatas dan PER rata-rata pasar ditetapkan sebagai target bagi pembentukan portofolio investasi reksa dana. Disamping itu pemilihan saham juga dilaukan berdasar pengamatan langsung di Bursa saham dengan melihat trend harga yang terjadi pada saat tersebut. Model pemilihan saham yang demikian ini ternyata menghasilkan kinerja portofolio yang kurang optimal. Untuk mengatasi kondisi diatas maka pendekatan PER yang diterapkan oleh perusahaan selaku manajer nvestasi tersebut, dapat dipertajam lagi dengan melakukan langkah regresi berganda (multiple regretion) terhadap PER saham individual yang dijadikan target awal dan cara ini lazim disebut sebagai Cross Section Model. Kemudian dengan bantuan program statistik komputer dari microstat dapat diperoleh suatu persamaan regresi berganda dengan PER saham sebagai variabel dependen dan Dividen Payout Ratio, Growth dan Beta saham sebagai variabel independen. Dari proses regresi ini dapat dihitung PER prediksi dari saham-saham tersebut. Selanjutnya dengan membandingkan antara PER-actual dengan PER-prediksi dapat dihasilkan kelompok saham yang mempunyai PER-actual yang overvalued, kelompok saham dengan katagori normal dan kelompok saham yang mempunyai PER-actual undervalued. Akhirnya kelompok saham yang mempunyai PER-actual uncfelalued inilah yang seharusnya dijadikan target untuk membentuk portofolio melalui prose pembuatan effesien frontier, tentunya dengan memper atikan kondisi fundamental dari perusahaan emiten yang mengeluarkan saham tersebut. Pembentukan portofolio saham yang optimal dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun dalam penulisan ini penulis mempergunakan bantuan program komputer dari invest (Charles P. Jones) yang khusus digunakan untuk membentuk effecient frontier yaitu sekelompok portofolio yang dianggap efisien. Kemudian deng.an mempertimbangkan degree at averse atau tingkat utilitas dari investor dapat ditentukan komgosisi dari portofolio yang optimal. Dengan demikian dapat diharapkan portofolie yang terbentuk bisa menghasilkan kinerja yang optimal dan tingkat pengembalian yang optimal dengan risiko yang relatif kecil. Dari perhitungan pada bab 4, diperoleh tingkat pengembalian yang diharapkan dari portofolio yang berasal dari 10 saham terpilih sebesar 18,65persen dengan tingkat risiko 20,87persen dan hasil ekspektasi ini ternyata relatif lebih baik jika dibanding dengan return yang selama ini dihasilkan perusahaan. Dengan demikian penggunaan Cross Section Model dalam melakukan proses pemilihan saham akan dapat membantu Manajer lnvestasi untuk mengoptimalkan portofolionya. Pada akhir dari penelitian ini penulis dapat menyarankan bahwa pembentukan portofolio investasi sebaiknya dilakukan dengan perencanaan dan perhitungan yang tepat dan selanjutnya membentuk suatu portofolio yang optimal melalui effesien frontier. Disamping itu perusahaan hendaknya selalu meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya, sehingga diharapkan dapat semakin mampu melihat dan memanfaatkan peluang yang terjadi dan dapat memanage risiko yang timbul. Perlu juga diperhatikan untuk menghindari kerugian besar yang mungkin terjadi sebagai akibat harga saham yang turun drastis sampai titik nol atau mendekati harga perdananya atau bahkan lebih kecil lagi, maka perlu dilakukan tindakan preventif melalui kebijakan pembelian saham yang sifatnya defensif, dengan demikian risiko rugi besar dapat ditekan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Arya Putra
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T5851
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Young Soo
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Safarani
Abstrak :
ABSTRAK
Perjanjian Kerjasama Permodalan merupakan kesepakatan dua pihak, yakni penerima modal dan pemberi modal untuk melaksanakan suatu kegiatan, di mana pemberi modal menempatkan dananya dalam usaha yang dikelola penerima modal dan sebagai imbalannya, penerima modal akan memberikan keuntungan atas hasil usaha tersebut kepada pemberi modal. Dari perjanjian tersebut kemudian timbul beberapa permasalahan mengenai sifat hubungan hukum antara para pihaknya, obyek dalam perjanjian, dan hak-hak serta kewajiban para pihak. Dalam penulisan tesis ini, digunakan metode penelitian hukum normatif dengan tipe penelitian deskriptif analitis, yakni untuk menggambarkan keadaan di dalam masyarakat dengan maraknya penawaran kerjasama permodalan ini, di mana kerjasama tersebut menjanjikan keuntungan yang besar dengan risiko yang kecil atau bahkan tanpa risiko. Dari basil penelitian diperoleh bahwa sifat hubungan hukum Perjanjian Kerjasama Permodalan adalah perjanjian investasi, sebab berdasarkan perjanjian tersebut, pemberi modal akan memperoleh keuntungan dalam kurun waktu tertentu setelah menempatkan uangnya dalam usaha yang dimiliki dan dikelola oleh penerima modal, dan ini merupakan hakikat dari investasi. Obyek dalam Perjanjian Kerjasama Permodalan ialah memberi sesuatu, yaitu memberi keuntungan kepada pemberi modal, dan hal ini merupakan kewajiban dari penerima modal. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian ini, yaitu pemberi modal berhak mendapat keuntungan setelah pemberi modal menginvestasikan dananya pada penerima modal. Sedangkan penerima modal berhak untuk memperoleh dana tersebut, dan mengelolanya dengan kewajiban menyerahkan keuntungan kepada pemberi modal, sebagaimana yang telah disepakati dalam perjanjian kerjasamanya.
ABSTRAK
Joint investment contract is an agreement between two parties i.e. the investment recipient and the investor in order to conduct certain activities, where the investor places his investment in a business managed by the investment recipient and in return, the investment recipient would give profits of the business to the investor. From the contract, there are several problems about the legal relationship characteristic between the parties, the object of the contract, and rights and obligations of the parties. This thesis uses the research methodology of normative law with the descriptive analytical research type, i.e. describing the condition in the society as the number of joint investment offers is increasing, where the offers promise high profit with less or no risks. The research results show that the legal relationship characteristic of joint investment contract is investment contract, because based on the contract, the investor would gain profit in certain duration of time after placing his fund in the business owned and managed by the investment recipient, and this is the essence of investment. The object in the joint investment contract is to give something, i.e. to give profit to the investor, and this is the obligation of the investment recipient. The rights and obligations of the parties in the contract are: the investor has the right to get profit after the investor places his fund to the investment recipient, while the investment recipient has the right to receive the fund and to manage it with the obligation of giving profit to the investor, as has been agreed upon in the joint investment contract.
2007
T19616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Purwanto
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan instrumen investasi obligasi di Indonesia akhir-akhir ini, semakin marak yang ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan yang menawarkan obligasinya di pasar modal serta meningkatnya nilai obligasi yang diperdagangkan. Sehingga tidak mengherankan saat ini obligasi dijadikan alternatif pendanaan oleh perusahaan dan disisi lain juga dijadikan alternatif investasi oleh investor.

Fenomena perkembangan obligasi di indonesia pada pertengahan tahun 1990-an tergolong menarik, dimana sebagian besar obligasi yang ditawarkan ke para investor adaiah obligasi bunga mengambang yang berubah-ubah mengikuti perubahan tingkat bunga deposito berjangka. Path akhir tahun 1999, hampir 60% dan total 90 obligasi y diperdaganglcan aclalah obligasi bunga mengambang (floating rate bond). dengan fenomena yang terjadi pada negara-negara tetangga seperti Malaysia, lhailanci dan Australia.

PT. Jamsostek (Persero), salah satu investor institusi terkemuka di Indonesia dihadapkan pada permasalahan di bidang investasi. Disatu sisi sebagai dampak dari perkembangan ekonomi dan pertumbuhan penduduk, perusahaan mengalami peningkatan dana yang dihimpun sehingga akan berdainpak terhadap peningkatan dana investasi yang dikelolanya. Peningkatan dana tersebut tentunya memerlukan pengelolaan yang balk dan profesional sehingga diharapkan mampu memberikan hasil yang optimal. Namun disisi Lain perusahaan ini juga dibatasi oleh sejumlah peraturan Pemerintah seperti PP 28/1996 yang membatasi ruang gerak investasi perusahaan.

Dampak dan penerapan kebijakan tersebut perusahaan diharus mengalokasikan dananya keberbagai macam instrumen investasi dan adanya pembatasan dana yang tentanam di satu jenis intrumen investasi. Dalam upaya melakukan diversifikasi investasi, salab saW alternatif investasi yang cukup menarik adalah obligasi bunga mengambang yang menawarkan return yang relatif menarik, yaitu membenikan prerni tetap antara 1,00% s/d 2,00%.

Setelah dilakukan evaluasi yang cukup mendalam terbadap hasil investasi obligasi ini, dimana penulis xnengambil studi kasus obligasi Pcrum Pegadaian III serta bandingkannya dengan instrumen investasi yang memiliki karakteristik yang sama yaitu deposito berjangka, ditemukan baliwa basil yang diterima dafi obligasi ini tidak lebib besar dan deposìto berjangka. Hal ini menuniukkan bahwa ada potensial loss yang cukup material yang akan diperoleh investor jika menginvestasikan pada instrument ini.

Potensial loss tersebut terjadi karena sistem pembayaran bunga obligasi, benchmark tingkat bunga yang digunakan serta besarnya premi tetap yang dibenikan. Hal ini juga diperburuk lagi dengan kelemahafl dañ obligasi tersebut seperti tidak optinialnya kcberadaan pasar sekunder obligasi di Indonesia serta resiko lain yang terkait dengafl instrumen ini.

Permasalahan tersebut jika tidak ditangani secara serius dikhawatirkan akan menghanibat perkembangan obligasi dimasa mendatang, dimana obligasi bunga mengambang akan menjadi instrumefl yang tidak menarik bagi investor. Untuk itu penulis mengajukan alternatif pemecahan masalah antara lain menambah premi tetap yang ditawarkan hingga level 2,271 %, mengubah sistem benchmark tingkat bunga, memperpendek jangka waktu pembayaran bunga dan memperhitungkan risk premium untuk obligasi yang memiliki resiko relatif tinggi.

Khusus untuk para investor institusi dibarapkan untuk lebih untuk melihat evaluasi yang mendalam terhadap aspek risk and return dan istrumen ini serta menghindari pembelian obligasi di pasar perdana untuk menekan opportunity loss yang mungkin timbul dan investasi pada instrumen ini.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Yulianto Rachmawan
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan pembangunan di Indonesia dalam beberapa dekade ini sangat pesat, baik di bidang ekonomi, politik, sosial maupun bidang-bidang lainnya. Titik berat pembangunan Indonesia di bidang ekonomi membuat bidang ini lebih menonjol kemajuannya dibandingkan dengan bidang-bidang lainnya. Pesatnya pembangunan di bidang ekonomi ini salah satunya ditandai dengan meningkatnya pembangunan saranasarana fisik diantaranya adalah pembangunan gedung-gedung properti dan pembangunan jaringan-jaringan jalan.

Perkembangan yang pesat di segala bidang apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap lingkungan, disebabkan lingkungan sudah tidak dapat lagi menampung buangan-buangan industri yang dihasilkan oleh aktifitas manusia.

Kesadaran akan perlunya mengelola lingkungan dengan benar ini menyebabkan timbulnya berbagai macam teknologi yang berusaha untuk mengurangi kadar pencemar/polutan yang dikeluarkan oleh aktivitas industri. Hal tersebutlah yang menyebabkan timbulnya teknologi baru aspal emulsi sebagai altematif bahan perkerasan jalan menggantikan teknologi perkerasan jalan menggunakan aspal panas konvensional.

Berbeda dengan aspal panas konvensional yang dalam pengoperas1annya membutuhkan pembakaran, aspal emulsi yang disebut juga aspal dingin, dalam pengoperasiannya tidak perlu dilakukan pembakaran, karena produk ini telah bercampur ( diemulsikan) dengan air, sehingga menyebabkan produk ini menjadi lebih ramah lingkungan/tidak menimbulkan polusi serta mengurangi resiko kecelakaan akibat kebakaran.

Selain keunggulan-keunggulan yang berhubungan dengan lingkungan diatas, aspal emulsi juga mempunyai keunggulan di bidang lainnya terutama dalam hal kepraktisannya dalam pengoperasian. Kepraktisan ini timbul disebabkan tidak diperlukannya pembakaran dan aspal emulsi dapat langsung dicampur dengan aggregat batuan untuk mendapatkan campuran perkerasan jalan yang diinginkan. Kepraktisan penggunaan dan berkurangnya resiko kerusakan lingkungan ini menyebabkan secara keseluruhan biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan perkerasan jalan lebih murah bila menggunakan teknologi aspal emulsi dibandingkan bila menggunakan teknologi aspal konvensional lainnya.

Keunggulan tersebut diatas ditambah dengan performance perkerasan aspal emulsi yang tidak kalah dengan teknologi lainnya, serta semakin meningkatnya penggunaan aspal emulsi di Indonesia menyebabkan adanya peluang untuk membuat suatu pabrik aspal emulsi di Indonesia. Peluang ini perlu untuk dianalisa, apakah memang dapat diwujudkan menjadi suatu bisnis yang menguntungkan. Adapun analisa yang dilakukan adalah analisa mengenai aspek pasar, aspek teknis, aspek keuangan dan juga analisa lingkungan usaha yang melingkupinya.

Dari analisa-analisa yang dil~ tampaknya pendirian pabrik aspal emulsi merupakan peluang bisnis yang patut dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek yang ditinjau. Ditinjau dari aspek pasar, terdapat pertumbuhan kebutuhan yang besar dan cenderung untuk terus tumbuh akibat pesatnya pembangunan jaringan jalan dan bangunan-bangunan properti di Indonesia selama ini. Dari aspek teknis, pendirian pabrik yang bersifat mobile ini menguntungkan karena pabrik dapat dipindahkan dengan mudah ke tempat lain dimana terdapat pasar yang membutuhkan dalam jumlah yang besar. Ditinjau aspek keuangannya, semua parameter yang diteliti yaitu NPV, /RR dan Payback Period menunjukkan nilai yang baik. Hal ini disebabkan harga jual di pasaran untuk produk ini cukup tinggi, sedangkan biaya pembuatan dengan teknologi produksi yang dipilih cukup murah. Sedangkan apabila ditinjau dari aspek lingkungan usahanya, tampaknya usaha ini mempunyai lingkungan dengan tingkat persaingan yang tidak terlalu tinggi dan masih dapat diatasi dengan menggunakan strategi pemasaran yang tepat.

Dengan dukungan analisa-analisa diatas, dapat disimpulkan bahwa peluang mendirikan pabrik aspal emulsi ini merupakan peluang emas yang dapat diwujudkan dalam suatu tindakan investasi sehingga dapat menjadi suatu bisnis yang menguntungkan.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Tumpal Parlindungan
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wardani Murad Husain
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam situasi krisis ekonomi seperti sekaiang ini, sektor usaha yang masih cukup menarik dan sangat menjanjikan di antaranya adalah usaha perkebunan kelapa sawit. Sektor ini termasuk yang diminati oleh investor untuk melakukan investasi baik dalain bentuk Penanaman Modal Daiam Negeri (PMDN) ataupun penanaman Modal Asing (PMA). Muka - muka baru dalam investasi tersebut terutama muncul dari perusahaan industri kehutanan yang mengkonversi Hak Pengusahaan Hutan (HPH) menjadi area perkebunan kelapa sawit dan tanaman keras lainnya. Demikian juga dengan PT. WLK yang berlokasi di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Perusahaan ini berencana untuk membuka perkebunan kelapa sawit mulal buJan Desember 1997 hingga Desember 2000 dengan pola Perkebunan inti Rakyat (PIR) yang merupakan perkebunan dengan pola kemitraan antara PT. WLK sebagal perusahaan inti dengan petani plasma yang tergabung dalam wadah Koperasi Tani usaha. Luas lahan yang direncanakan awal dibuka seluas 12,000 Ha terdiri atas 6,000 Ha Jahan inti dan 6,000 Ha lahan plasma yang tersebar di 5 wilayah di Bauggai yaftu Toil, Pandauke, Bantayan, Baturube dan Pasir Lamba. Diharapkan pada tahun 2001, perkebunan sudah mencapai tahap menghasilkan Tandan Buah Segar.

Pembangunan perkebunan kelapa sawit ini bersumber dari pinjaman kredit bank dari modal sendiri dengan proporsi sebesar 57%:43%. Direncakan kredit investasi Perbankan dengan bunga nominal 14% dapat dicairkan pada bulan September 2001. Sedangkan patokan nilai tukar rupiah pada awal perencana ditetapkan sebesar Rp 4650,00.

Namun dalarn perkembangan Sepanjang akhìr tahun 1997 hingga akhir 2000 seiring dengan perubahan kondisi lingkungan ekonomi makro, beberapa kondisi yang telah ditetapkan pada awal perencanaan tidakiah berjalan seperti yang direncanakan.

Penelitian ini dilakukan untuk menilai kelayakan perkebunan sesuai dengan kondisi pada awal perencanaan yaitu Desember 1997 dan mengevaluasi kembali pada Desember 2000 berdasarkan perubahaan kondisi eksternal dan internal perkebunan yang terjadi selama 3 tahun proyek berjalan.

Penilaian kelayakan dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang sudah dikenal seperti Net Present Value, Internal Rate of Return dan Payback Period Horison period dalam penilaian perkebunan adalah 25 tahun sedangkan cost of capital yang digunakan sebagai discaunt rate dalam penghitungan net present value diperoleh dan weighted cost of capital perkebunan Sedangkan penghitungan return of equi(y dan perkebunan menggunakan metode Capital Asset Pricing Models dengan nilai beta dan Perusahaan sejerns dengan PT. WLK yaltu PT. Bakii Sumatra Plantation yang sama ? sama bergerak di bida.ng perkebunan kelapa sawit.

Sedangkan kondisi ? kondisi yang mengalami perubahan adalah dari internal adalah pertama, penarikan kredit investasi KKPA dan Bank Danamon Indonesia oleh perusahaan inti dan plasma yang direncanakan Desember 1997 mengalami keterlambatan realisasi hingga September 2000. Kedua luas Iahan yang terealisasi sampal dengan Desember 2000 adalah 8.149,80 Ha dari 12,000 Ha yang direncanakan semula. Ketiga, base cost pada awal perencanaan diperkirakan hanya Rp 4.855.442,00/Ha namun dalam kenyataannya membengkak menjadi Rp. 13.918.620,00/Ha yang berarti mengalami kenaikan lebib dari 300% terutama disebabkan oleb naiknya harga pupuk, pestisida dan upah minimum regional Sulawesi Tengah. Sedangkan dari kondisi eksternal adalah pertama, nilal tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika pada saat studi kelayakan pertama (November 1997) adalah Rp 4.650,00 sedangkan pada Desember 2000 sudah mencapai Rp. 8.600,00. Kedua, harga pasaran dunia untuk minyak sawit (FOB) pada saat awal perencanaan digunakan asumsi USS420,50/MT tahun 1997 kemudian meningkat menjadi US$46610/MT tahun 2000 dan akhìrnya US$47510/MT tahun 2001 dan seterusnya sedangkan dalam kenyataannya pada Desember 2000 barga CPO berada pada US$300,00. Berdasarkan hasil analisa net present value perkebunan pada awal perencanaan yaitu Desember 1997, dengan cost of capital proyek sebesar 14,66% maka net present value perkebunan adalah Rp 46.031,05 juta dan internal rate of return adalah 18,48% masib di atas cost of capital.

Sedangkan berdasarkan kondisi internal pertama yaitu keterlambatan penarikan KKPA, maka nilai proyek (dengan asumsi cateris paribus) menjadi Rp 51.736,78 juta atau meningkat Rp 5.705,72 juta sedangkan internal rate of return perkebunan meningkat 0,8% menjadi 19,28%.

Berdasarkan kondisi internal kedua yaitu realisasi luas lahan hanya 67,92% yaìtu 8.149,8 Ha namun ternyata menyebabkan net present value perkebunan menjadi Rp 102.405,16 atau meningkat Rp 56.374,11 juta sedangkan IRR meningkat hampir 5,43% menjadi 23,91%.

Dilihat dari kondisi internal ketiga yaltu kenaikan base cose dari Rp 4,855,44100/Ha menjadi Rp 13.918.620/Ha menyebabkan net present value perkebunan turun sebesar Rp 137.319,51 juta menjadi negatif Rp 91.288,46 juta sedangkan IRR turun 8,37% menjadi 10,11% sehingga menyebabkan proyek ini menjadi tidak layak.

Sedangican berdasarkan kondisi eksternai pertama yaltu depresiasi niiai tukar rupiah dari Rp 4.650,00 pada Desember 1997 menjadi Rp 8.600 pada Desember 2000 memperbesar net present wilue perkebunan nienjadi Rp 290.480,54 atau bertambah Rp 244449,49 juta sedangkan InternaI rate of return perkebunan nieningkat 14,36% menjadi 32,84%.

Terakhir berdasarkan kondisi eksternal kedua yaitu penurunan harga pasar CPO yang awalnya diasumsikan US$ 420,5/MT CIF Malaysia namun pada buJan Desember 2000 menjadi hanya US$ 300/MT CIF Malaysia sehingga mengakibatkan net present value perkebunan turun drastis sebesar Rp 127.128 juta menjadi negatif Rp 81.096,98 juta sedangkail IRR turun 12,39% menjadi 6,09% dengan kata lain menyebabkan proyek ¡ni menjadi tidak layak. Dengan asumsi bahwa nilai covarian adalah negatif maka secara keluruhan berdasarkan perubahan kondisi di atas maka nilai proyek perkebunan kelapa sawit PT. WLK adalah secara akumulatif sebesar Rp 272.237,03 juta sedangkan internal rate of return rata ? rata menjadi 18,45% sehingga dengan kata lain proyek perkebunan kelapa sawit PT. WLK per Desember 2000 masih dianggap layak untuk diteruskan.
2001
T2391
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>