Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maya Anindiya
Abstrak :
[Ilmu Kedokteran Gigi merupakan salah satu bidang yang rawan untuk terjadinya kontaminasi silang antara pasien-dokter gigi, pasien-pasien dan pasien perawat. Kontrol Infeksi dapat mencegah terjadinya infeksi silang. Tujuan: Melihat hubungan Pengetahuan, Perilaku dan Faktor Lingkungan terhadap keberhasilan upaya Kontrol infeksi pada Mahasiswa Program Profesi Fakultas Kedokteran gigi Univesritas “x” di Jakarta. Metode: Metode penelitian yang digunakan cross sectional dengan Model penelitian Sequential Explonatory design. Penelitian dilakukan pada Mahasiswa Program Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas “X” di Jakarta yang sudah melewati pendidikan profesi selama 2 (dua) semester, dengan jumlah sampel sebanyak 101 mahasiswa. Hasil: Upaya Kontrol Infeksi pada Mahasiswa Program Profesi Fakultas Kedokteran gigi universitas “X” di Jakarta masih kurang baik.Ini dipengaruhi oleh pengetahuan, perilaku dan faktor lingkungan masih kurang baik dan mempunyai p value < 0,05 sehingga mempunyai hubungan yang signifikan terhadap upaya kontrol infeksi. Kesimpulan: Pengetahuan dan Perilaku dapat ditingkatkan dengan membentuk program yang berisikan promosi kesehatan dalam bentuk poster-poster, standart operasional prosedur berdasarkan standard precautions dan seminar-seminar bagi mahasiswa program profesi fakultas kedokteran gigi;Background: Dentistry is one of a science which has a high sensitivity to caused cross-contamination between the patient-dentist, patient-patient and patient-nurse. Infection control may prevent cross-infection. Objective: Knowing the relationship between Knowledge, Behavior and Environmental Factors with successfull of Infection Control by the students of Professional Program Study of the Faculty of Dentistry, Universitas "x" in Jakarta. Methods: The method used is cross sectional with research model Sequential Explonatory Design. The study which has the total sample of 101 students was conducted and involved the students of Professional Program Study of the Faculty of Dentistry, University "X" in Jakarta, which has passed the professional education for two (2) semesters. Results: Infection Control Efforts conducted by the student of Professional Program Study Faculty of Dentistry, University "X" in Jakarta is not maximal. It was affected by the Knowledge, Behavior and Environmental Factors which not good enough and has a p value <0.05 and therefore has a significant relationship which infection control effort. Conclusion: Knowledge and Behavior can be improved by establishing a program containing health promotion in the form of posters, standard operating procedures based on standard precautions and seminars for the students of Professional Program Study of the faculty of dentistry., Background: Dentistry is one of a science which has a high sensitivity to caused cross-contamination between the patient-dentist, patient-patient and patient-nurse. Infection control may prevent cross-infection. Objective: Knowing the relationship between Knowledge, Behavior and Environmental Factors with successfull of Infection Control by the students of Professional Program Study of the Faculty of Dentistry, Universitas "x" in Jakarta. Methods: The method used is cross sectional with research model Sequential Explonatory Design. The study which has the total sample of 101 students was conducted and involved the students of Professional Program Study of the Faculty of Dentistry, University "X" in Jakarta, which has passed the professional education for two (2) semesters. Results: Infection Control Efforts conducted by the student of Professional Program Study Faculty of Dentistry, University "X" in Jakarta is not maximal. It was affected by the Knowledge, Behavior and Environmental Factors which not good enough and has a p value <0.05 and therefore has a significant relationship which infection control effort. Conclusion: Knowledge and Behavior can be improved by establishing a program containing health promotion in the form of posters, standard operating procedures based on standard precautions and seminars for the students of Professional Program Study of the faculty of dentistry.]
Universitas Indonesia, 2015
T43490
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfir Rahman
Abstrak :
Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) membantu ahli radiologi untuk mengetahui apakah pasien mengalami glioma otak atau infeksi otak. Dalam tugas akhir ini dibahas proses klasifikasi terhadap data hasil MRS untuk mengetahui apakah pasien mengalami glioma otak atau infeksi otak. Metode yang digunakan untuk klasifikasi adalah metode AdaBoost dengan base learner K-Nearest Neighbor dan metode K-Nearest Neighbor. Hasil Percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa metode AdaBoost dengan base learner K-Nearest Neighbor dengan K=3 mempunyai nilai akurasi 97% pada data training 80% sementara nilai akurasi dari metode K-Nearest Neighbor 94.4 % pada data training 80%. Hasil akhir dari pembuatan tugas akhir ini adalah sebuah perangkat lunak pendukung keputusan ( Decision Support System) yang membantu memberikan informasi apakah pasien mengalami glioma otak atau infeksi otak.
Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) helps the experts of radiology to detect the brain glioma or brain infection in patients. In this final project, the classification process on the result of MRS data is discussed to detect the brain glioma or brain infection in patients. The used classification methods are AdaBoost with base learner K-Nearest Neighbor and K-Nearest Neighbor methods. The result of research shows that the AdaBoost method with base learner K-Nearest Neighbor with K=3 has 97% accuracy value on 80% training data, while the accuracy value from K-Nearest Neighbor method is 94.4 % on 80%training data. The result from the writing of this final project is the software for making decision (Decision Support System) that supports the giving of information on the existence of brain glioma or brain infection in patients.
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Alisah Naoemar Abidin
Abstrak :

Pada pagi hari yang berbahagia ini perkenankanlah saya memanjatkan puji svukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua sehingga upacara pengukuhan saya sebagai Guru Besar Tetap di Universitas Indonesia dapat diselenggarakan.

Perkembangan sosial-ekonomi dalam era globalisasi ini telah menambah kompleksnya masalah kesehatan di Indonesia. Pada saat penyakit infeksi masih belum dapat dikendalikan dengan baik. penyakit non infeksi seperti penyakit degeneratif. keganasan jantung dan sebagainya mulai meningkat sehingga terjadi beban ganda.

Pada saat ini kita berada dalam era peralihan pola penyakit. Pada bulan Januari yang lalu Badan Litbang Kesehatan RI. mengadakan diskusi ilmiah mengenai Emerging Infectious Diseases; yaitu penyakit infeksi baru, yang timbul kembali atau resister terhadap obat yang insidensnya telah meningkat dalam 20 tahun terakhir atau berpotensi untuk meningkat di masa yang akan datang.

Apa yang sekiranya dapat dianggap sebagai penyebab fenomena ini ? Perilaku masyarakat modern dengan gaya hidup baru dapat menjadi salah satu penyebabnya. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan terjadinya urbanisasi yang tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana, telah menambah luasnya daerah kumuh di perkotaan. Perkembangan teknologi yang cepat dan tuntutan kebutuhan manusia yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan sehingga timbul masalah kesehatan lingkungan yang erat hubungannya dengan penyakit infeksi. Kurangnya air bersih, pencernaran tanah dan air oleh limbah industri dan limbah rumah tangga termasuk tinja, menciptakan kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan perkembangan vektor dan sumber infeksi. Fenomena tersebut berlaku juga untuk salah satu kelompok penyakit infeksi yaitu penyakit parasitik.

Hadirin yang terhormat,

Sesuai dengan keahlian dan tugas saya sebagai staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pada kesempatan ini saya memilih judul pidato pengukuhan :
"Beberapa Infeksi Parasitik Masa Lampau dan Masa Kini di Indonesia"

Pertama, saya ingin menyampaikan mengenai sekelompok penyakit parasit yang sudah lama bercokol di masyarakat, dan masih tetap menjadi bahan pembicaraan yang muncul di berbagai media masa dan masih tetap menjadi masalah hangat yaitu :

Infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah

Infeksi casing usus yang dimaksud di atas adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing yang ditularkan melalui tanah, telur dan larvanya menjadi bentuk infektif di tanah. Dalam bahasa sehari-hari infeksi ini disebut cacingan. Infeksi dengan cacing usus yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di daerah tropik, termasuk Indonesia.

Cacingan merupakan penyakit rakyat yang sangat erat kaitannya dengan masalah lingkungan. Lingkungan yang kumuh merupakan tempat subur untuk berkembang biaknya cacing-cacing penyebab cacingan.

Jakarta: UI-Press, 1997
PGB 0232
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The study of the patterns of nematode infection on rodents in Lore Lindu,Central Sulawesi was carried out. A total of 52 rodents were examined....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The development of aquaculture in Indonesia has been hampering by the spread of KHV ( Koi Herpes Virus) disese since 2003 which destroyedbillions rupiah and was going on up to now....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Badriul Hegar
Abstrak :
Recurrent abdominal pain (RAP) is a very common presenting complaint in pediatric population. There is still a debate regarding the role of Helicobacter pylori (H. pylori) infection as an etiology of RAR Typically the inflammatory process in the gastric mucosa of infected individuals is chronic gastritis. Serologic and histologic examination are widely used for the diagnosis. This study was aimed to determine the role of H.pylori infection in Indonesian children with RAR The presence of serum IgG antibody to H. pylori and upper gastrointestinal endoscopy were performed on the 101 children with RAR Mztcosal biopsies were obtained for histologic analysis. The prevalence of H. pylori infection indicated by serology was 32.7% and by histology was 27. 7%. Histologic evidence of gastritis was present in 94.1 % children and 45% of them had chronic atrophic and active gastritis. Seventy percent children with H. pylori positive were found abnormal through endoscopy and all of the infected children were revealed abnormal through histological examination. Forty eight percent of seropositive children were found H. pylori positive and 80% of seronegatives children were found to be H pylori negative through histologic examination. Conclusion: H. pylori infection can be a cause of RAP in children. Work up for H. pylori infection should be performed when symptoms are suggestive of organic disease. Larger prospective studies are needed to be perforated for a longer time of period to clarify this issue.
Jakarta: The Indonesian Journal of Gastroenterology Hepatology and Digestive Endoscopy, 2001
IJGH-2-2-Agt2001-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri S. Margono
Abstrak :
An integrated study was conducted on nutrition, physical examination and soil transmitted helminthes (S-TH) in four priminary schools in Cibubur, East Jakarta. In this report is shown data on prevalence and intensity of S-TH infections. Very low prevalences were found for Ascaris lumbricoides (0.0 – 1.6 %) and Trichuris trichiura (2.5 – 8.9 %). Also egg counts per gram (EPG) were very low. The prevalence and intensity rates were very low possibly due to factors such as self-medication, reguler health education and efforts of surrounding factories to improve the health of the community.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muridi Mudehir
Abstrak :
ISPA adalah penyakit infeksi yang paling banyak terjadi pada masyarakat Indonesia khususnya pada anak balita, kondisi ini juga terjadi di Kecamatan Jambi Selatan. Beberapa penelitian ISPA pada anak balita banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkugan rumah. Permasalahan penelitian ini adalah belum diketahui faktor-faktor lingkungan rumah mana saja yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita di Kecamatan Jambi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan rumah dan karakteristik anak balita yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita di Kecamatan Jambi Selatan. Desain penelitian adalah Cross Sectional yang dilaksanakan dengan metode survei menggunakan kuesioner. Jumlah sampel yang diambil sebesar 358 rumah tangga yang ada anak balita, yang diambil secara random di wilayah Kecamatan Jambi Selatan, sebagai responden ibu rumah tangga. Analisa data dengan univariat, bivariat, dengan uji Chi Square, don analisa multivariat dengan uji regresi lagistik model prediksi. Hasil penelitian diperoleh gambaran 35,8% anak balita yang menderita ISPA, kondisi lingkungan rumah dari 10 variabel pada umumnya belum memenuhi syarat, dan karakteristik anak balita masih banyak yang belum mendapat imunisasi lengkap serta stains gizi kurang. Dari 10 variabel yang diduga ada hubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita melalui uji Chi Square menunjukkan ada 8 variabel yang berhubungan yaitu konstruksi dinding OR = 2,2 ; jenis lantai OR = 3,1 ; ventilasi OR = 1,7 ; kelembaban OR = 14,4 ; lubang asap dapur OR = 2,7 ; kepadatan penghuni rumah OR = 3 ; kondisi dapur OR = 2,8 ; asap rokok OR = 3,9. variabel yang tidak berhubungan yaitu jenis bahan bakar masak dan obat anti nyamuk bakar. Dan 10 variabel lingkungan rumah, setelah melalui uji multivariate ternyata yang mempunyai hubungan yang bermakna ada 4 variabel, yaitu kepadatan penghuni rumah, kondisi dapur, kelembaban dan asap rokok. Variabel yang paling dominan hubungannya dengan kejadian ISPA pada anak balita di Kecamatan Jambi Selatan adalah kelembaban, dengan persamaan regresi yaitu : Logit Y = -7,837 + 2,187 kelembaban + 1,412 asap rokok + 0,878 kondisi dapur + 0,701 kepadatan penghuni rumah. Variabel perancu tidak ada yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita Kesimpulan bahwa kejadian ISPA pada anak balita ada hubungan dengan empat variabel tersebut dan perlu ada upaya perbaikan. Berkaitan dengan hasil penelitian disarankan kepada Dinas Kesehatan Propinsi Jambi, Dinas Kesehatan Kota. Jambi, semua Puskesmas di wilayah Kecamatan Jambi Selatan untuk merencanakan, memprogramkan pelaksanaan penyuluhan tentang faktor-faktor lingkungan rumah berhubungan terhadap kejadian ISPA pada anak balita, serta memberdayakan kader dasawisma yang ada dan klinik sanitasi. Daftar bacaan : 44 (1983 - 2001)
The Connection between the Factors of the House Environment with the Appearance of ISPA Disease on Children Under 5 Years Old in Kecamatan Jambi Selatan in 2002 ISPA or acute respiratory infection is an infection disease mostly occurs in the community specifically on children under 5 years old in Indonesia, and it appears in Kecamatan Jambi Selatan. Several researches of ISPA on children under 5 years old shows that it is caused by the houses environmental factors. The research problem is the unknown of houses environmental factors which connected to ISPA on children under 5 years old in Kecamatan Jambi Selatan. The research was undertaken to know the figures of the house environmental factors and the characteristic of the children under 5 years old related to the occurrence ofISPA in Kecamatan Jambi Selatan. The design used in this Cross Sectional which is undertaken by survey method, using questioner. The respondents are house-wives who have children under 5 years old The number of samples are 358 homes/houses, taken by random in Kecamatan Jambi Selatan. Data analyzed by univariate, bivariate with Chi Square test, and multivariate analysis with prediction mode of logistic regression test. The result of research is picturing that 35,8% of children under 5 years are suffering ISPA, the houses environment condition of 10 variables are generally poor and the characteristics of the children under 5 years old have not got complete immunization and are in less nutrient status. From 10 variables which are predicted connected with ISPA disease on the children under 5 years old, through the Chi Square test, show that 8 variables related are wall construction OR = 2,2; type of floor OR = 3,1; ventilation OR =1,7; humidity OR = 14,4; kitchen chimney OR = 2,7; human density of house OR = 3; kitchen condition OR = 2,8; cigarette smoke OR = 3,9. The other variable which no connection are kind of cooking fuel and solid mosquito repellent. From the 10 variables of the houses environment, after passing the multivariate test shows that there are 4 variables which have very close connection. There are human density in house, kitchen condition, humidity and cigarette smoke. The most dominant variable on ISPA on the children under 5 years old in Kecamatan Jambi Selatan is the humidity, with regression similarity that is: Logit Y = - 7,837 + 2,187 humidity + 1,412 cigarette smoke + 0,878 kitchen condition + 0,701 human density in house. There is no confusing variable connecting with ISPA disease occurs on the children under 5 years old. The conclusion of the appearance of ISPA on the children under 5 years old, there are 4 variables mentioned before, and improvement must be undertaken to overcome the 4 variables. Due to the result of the research, it is suggested to the Health Official Government of Jambi Province, Health Official of Jambi City, and all PUSKESMAS (Community Health Center) in Kecamatan Jambi Selatan, to provide a planning, and an implementation program of illumination information about house environmental factors which cause the occurance of LSPA to the children under 5 years old, and to push and using the existing Dasawisma and Sanitation Clinic cadres efficiently and effectively. Literature : 44 (1983 - 2001)
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 4616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Mutika
Abstrak :
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi dan balita. Di Indonesia proporsi kematian bayi dan balita oleh ISPA terutama pnemonia masih sangat besar yaitu 38,1% dan 38,8%, sekitar 150.000 balita meninggal oleh pnemonia pertahun. Upaya menurunkan kematian karena ISPA dilakukan dengan meningkatkan pelayanan kesehatan dan penatalaksanaan kasus ISPA secara benar dan tepat waktu. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di Indonesia diharapkan memiliki kemampuan manajemen yang baik, sehingga berbagai masalah kesehatan dalam wilayah kerjanya dapat diatasi secara paripuma mandiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi tentang sistem manajemen puskesmas yang berkaitan dengan cakupan Program P2 ISPA di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2000. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan analisis deskriptif kuantitatif dengan unit analisis adalah puskesmas. Sampel adalah total populasi yaitu 40 puskesmas di Kabupaten Musi Banyuasin. Variabel-variabel yang diteliti meliputi variabel independen yaitu input yang terdiri dari tenaga pelaksanan program, buku pedoman, Standard Operating Procedure (SOP), Sarana dan Prasarana serta dana dan process terdiri dari Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP), Mini Lokakarya, Supervisi dan Bimbingan teknik serta Pencatatan dan Pelaporan. Sedangkan variabel dependen adalah cakupan Program P2 ISPA. Dengan uji statistik Chi-Square didapatkan ada hubungan yang bermakna antara variabel Buku Pedoman, SOP, Sarana dan Prasarana, PTP, MinIok, serta Supervisi dan Bimbingan Teknis dengan cakupan Program P2 ISPA. Secara keseluruhan input dan process mempunyai hubungan yang bermakna dengan cakupan Program P2 ISPA. Selanjumya uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang memberikan pengaruh yang paling besar terhadap cakupan Program P2 ISPA adalah SOP serta Supervisi dan Bimbingan Teknis. Disarankan agar Petugas pelaksana Program P2 ISPA di Puskesmas bekerja dengan menggunakan Standard Operating Procedure (SOP) dan Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin harus melaksanakan supervisi Program P2 1SPA secara terjadwal dan adekuat. ......In a number of developing countries, acute respiratory infection (ISPA) is still the first cause of death of infants and toddlers. In Indonesia the death proportion of infants and toddlers caused by ISPA and pneumonia in particular is large, about 38.1% and 38.8% or approximately 150,000 infants die annually due to pneumonia. Efforts to lower the death rate caused by ISPA have been taken by means of improving health treatment and the treatment of ISPA cases properly and in timely manner. Puskesmas (community health center) as spearhead of health service in Indonesia is expected to have good management so that it can solve and overcome various health issues within its work completely and area autonomously. This study was aimed at obtaining information on the management system of puskesmas relating to the scope of P2 ISPA program in Musi Banyasin district in 2000. This study employed a cross sectional research design with quantitative descriptive analysis. Puskesmas was the unit of analysis. The sample consisted of total population of 40 puskesmas in Musi Banyuasin district. The study variables were of two types. The first was independent variable consisting of program executor, guideline book, Standar Operating Procedure (SOP), facilities and infrastructure and processes (puskesmas-level planning, mini workshop, supervision, technical guidance and recording as well as reporting. While the dependent variable consisted of scope of P2 ISPA Program. By employing Chi-Square statistic test, it was revealed that there was a significant correlation between guideline book, Standar Operating Procedure (SOP), facilities, infrastructure, puskesmas-level planning, mini workshop, supervision and technical guidance and scope of P2 ISPA Program. Throughly the input and process have a significant correlation with scope of P2 ISPA Program .In addition the logistic regression test also indicated that the most affecting variables on the scope of P2 ISPA Program were SOP, supervision and technical guidance. A recommendation is made for program executor of P2 ISPA Program in puskesmas work by using Standar Operating Procedure (SOP) and Health Departement in Musi Banyuasin district have to implement the supervision and technical guidance scheduledly and adequatly.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Pramono
Abstrak :
Buruknya udara Jakarta terutama karena transportasi, diikuti industri, pemukiman dan sampah. Adanya bahan pencemar yang selalu di buang ke udara akan mempengaruhi kualitas udara di DKI Jakarta dan unsur pengelolaan lingkungan, maka di butuhkan data secara terus menerus. Gambaran jumlah kasus penyakit di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat pada tahun 2001 adalah 7.020 kasus. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara kualitas udara ambien, faktor meteorologi dengan kejadian penyakit ISPA selama 9 bulan mulai bulan September 2001 sampai dengan bulan Mei 2002 di wilayah Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (Cross Sectional). Data kualitas udara ambien dan faktor meteorologi kejadian ISPA harian dikelompokkan dalam 5 harian, selama 9 bulan mulai bulan September 2001 sampai dengan bulan Mei 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata 27,63°C, kelembaban relatif rata-rata 81,9%, arah angin rata-rata 185,77°, kecepatan anginn rata-rata 1,35 mis, PMso rata-rata 71,52ug/m3, SO2 rata-rata 26,72 pgfm3 , CO rata-rata 1,62 ug/m3 , 03 rata-rata 41,74 ug/m3 , NO2 rata-rata 42,26 ug/m3 dan jumlah kasus ISPA rata-rata 180,34. Dan uji korelasi di ketahui adanya hubungan antara suhu udara dengan S02, 03 dan NO2, , kelembaban relatif dengan 03, kesehatan angin dengan PM 10 dan CO, arah angin dengan PM14, 502, CO, 03, dan NO2, SO2 dengan ISPA, dan 03 dengan ISPA. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa jumlah kasus ISPA tidak berhubungan dengan suhu udara dan kelembaban relatif, tetapi berhubungan dengan 502 dan 03. Di sarankan agar instansi-instansi yang terkait dengan program pengendalian pencemaran udara hendaknya mengadakan kerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk mengadakan lebih banyak penelitian tentang kualitas udara dan dampaknya terhadap kesehatan dengan memanfaatkan data kualitas udara atau data ISPA yang telah ada. ......Ambient Air Quality Analysis and Meteorological Factor on Infection Respiratory Acute Incidence at Kembangan Sub district Health Centre, West Jakarta, September 2001 - Mei 2002.The bad air quality in Jakarta is caused by transportation, industry, residential and garbage. Pollutant that is always throw away to the air will to influence air quality in Jakarta and environmental management, so we need a continuity data. As an illustration, the number of Infection Respiratory Acute case in Kembangan Sub Districts Health Centre, West Jakarta in 2001 are 7.020 case. The purpose of this study is to know the association between ambient air quality, meteorology factor with Infection Respiratory Acute incidence for 9 months, since September 2001 until May 2002 in Kembangan Sub district Health Centre, West Jakarta. The design of tens study is Cross Sectional. Ambient air quality data, meteorological factor and Infection Respiratory Acute incidence will be grouped in 5 days, for 9 months since September 2001 until May 2002. The result of the study shows that the mean temperature is 27,63 °C, relative humidity 81,97 %, wind direction 185,77°, a wind velocity 1,35 m/s, PM10 71,52 ug/m3, SO2 26,72 ug/m3, CO 1,62 mglm3, 03 41,74 µg/m', NO2 42,26 ug/m3 and infection Respiratory Acute case is 180,34. Correlation analysis shows a correlation between temperature and S02, 03 and NO2, relative humidity with 03, wind velocity with PKo and CO, wind direction with PMto, SO2, CO, 03 and NO2, SO2 with Infection Respiratory Infection, and 03 with Infection Respiratory Acute. The conclusion of this study is the number of Infection Respiratory Acute case is not associated to temperature and relative humidity, but is associated with SO2 and 03. Recommendation for the institutions that is related to air pollution control program is to work together with health service to do more research to air quality and the health impact by using air quality data on Infection Respiratory Acute data, that is already collected.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 5826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>