Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Taqwallah
Abstrak :
ABSTRAK Dengan gizi yang memadai akan terwujud somber daya manusia yang sehat, cerdas, aktif dan produktif. Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan Juli 1997 diperhitungkan akan menimbulkan dampak buruk terhadap perubahan status gizi masyarakat terutama keluarga miskin dan salah satu kelompok rentannya adalah anak usia 12-23 bulan menjadi kurang energi protein. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah melaksanakan Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) melalui Program Jaring Perlindungan Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) yang salah satu kelompok sasaran anak usia 12 - 23 bulan. Penelitian ini untuk mempelajari perubahan status gizi anak usia 12-23 bulan yang mendapat PMT-P JPS-BK dalam rangka mengatasi dampak krisis ekonomi pada keluarga miskin yang sampai saat ini belum ada data evaluasi tentang pengaruh status gizi anak dari program tersebut. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Samalanga Kabupaten Aceh Utara menggunakan data primer yaitu penimbangan berat badan dan umur anak. Disain penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperimental, status gizi dilihat sebelum intervensi, selama intervensi dan satu bulan setelah intervensi. Selain faktor pemberian PMT-P juga diteliti faktor lain yaitu faktor umur dan pendidikan ibu serta jenis kelamin anak. Sebagai unit analisis adalah sebanyak 227 orang anak yang dipantau selama lima kali penimbangan rutin. Penelitian ini menyimpulkan bahwa di Puskesmas Kecamatan Samalanga setelah dilakukan intervensi PMT-P JPS-BK terjadi penurunan KEP dari 114 menjadi 84 (penurunan 26,3%) setelah tiga bulan intervensi, perubahan tersebut secara statistik bermakna. Faktor jenis kelamin anak mempengaruhi perubahan status gizi. Penelitian ini menyarankan program PMT-P untuk anak usia 12-23 bulan pada keluarga miskin dalam keadaan krisis ekonomi dapat dilanjutkan dengan inempertimbangkan hasil penelitian tersebut dengan meningkatkan jumlah waktu intervensi (12 bulan).
ABSTRACT The human resources will be healthy, brilliant, active and productive, if they get enough/good nutrition. The economic crisis started since the middle of July 1997 has been bringing bad impact on the community nutrition status, especially the poor families. One of the high risk groups is the children 12-23 months of age. They are suffering from the calory protein malnutrition. To solve the problem, the government carried out the supplementary food service though the Health Sector Social Safety Net Program with its target was the children 12-23 months of age. The study is aimed at looking through the change of nutrition status of the children 12-23 months of age occurred after getting supplementary food service from the Social Protection Sector Development Programme on health. The objective of the program is to solve the problem as the impact of the economic crisis especially on the poor families. Unfortuuately, now the data on the nutrition status as the impact of the program are not available. The study was done by using the weight for age of children primary data in the impact area of Puskesmas of Samalanga sub-district, North Aceh. The approach applied in this study is an experimental-quasi. The study was done by monitoring the nutrition status of the children 12-23 months of age. The monitoring was done before, during and after one month weighing activities. In addition to the supplementary food giving factor, the factor of age and education of the mothers and as well as the sex of the children were also studied in this resource. Included into this study analysis was 227 children which were monitored during the reguler weighing activities for five times. The study concluded the calory-protein malnutrition children decreased from 114 to 84 (decreased 26,3%) after three months the supplementary food of the Social Protection Sector Development Programme on health implemented at the Puskesmas of Samalanga subdistried, the change is statistically significant. The sex of the children influenced the change of the nutrition status. Based on the study, it is suggested that the supplementary food intervention program for the children 12-23 months of age of the poor families has to be continued during the economic crisis since the study indicated that the program cauded increase times of intervention (12 months).
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Paramita
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Infertilitas terjadi pada 15% pasangan suami istri di seluruh dunia. Penyebab iniertilitas bermacam-macam, salah satunya adalah astenozoospermia. Motilitas spermatozoa merupakan proses yang memerlukan ATP. Molekul ini dihasilkan oleh mitokondria dan keluarnya ATP dari mitokondria ke sitoplasma diatur oleh kanal Voltage-Dependent Anion Channel (VDAC). VDAC adalah kanal ion yang terdapat pada membran luar mitokondria, ditemukan pada berbagai spesies dan tersebar di berbagai jaringan tubuh. Saat ini diketahui terdapat tiga isoform VDAC pada manusia, yaitu hVDAC1, hVDAC2 dan hVDAC3. Melalui penelitian knock-out mouse oleh Sampson et al. (2001), mencit mutan VDAC3 (-1-) mengalami penurunan motilitas spermatozoa apabila dibandingkan dengan mencit wild type. Tujuan penelitian tesis ini adalah untuk menganalisis exon 8 gen hVDAC3 pada spermatozoa yang mempunyai motilitas rendah dari pasien infertil astenozoospermia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah DNA spermatozoa yang diperoleh dari 32 pria astenozoospermia dan dari tiga pria fertil normozoospermia. Sampel semen tersebut mula-mula di-swim up untuk memisahkan antara sperma bermotilitas baik dan sperma bermotilitas rendah. Setelah itu DNA sperma diisolasi dan diamplifikasi dengan metode Polymerise Chain Reaction (PCR), dengan menggunakan primer yang spesifik untuk exon 8 gen hVDAC3, Setelah itu dielektroforesis dan disekuensing untuk dianalisis adanya mutasi. Hasil dan Kesimpulan Penelitian: Hasi1 amplifikasi DNA spermatozoa dengan primer spesifik exon 8 genVDAC3 dideterminasi dengan terlihatnya pita DNA berukuran 513 bp. Satu pasien (A32) tidak menampakkan pita, sedangkan hasil elektroforesis 13-aktin sampel A32 menunjukkan adanya pita. Setelah disekuensing, ditemukan satu pasien (A3) yang mengalami rnutasi substitusi berupa substitusi satu nukleotida dari A men]adi C, namun tidak menyebabkan perubahan asam amino. Satu pasien (A4) ditemukan mengalami rnutasi insersi satu nukleotida T. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adaiah tiga pasien dari 32 pasien astenozoospermia yang diteliti mengalami mutasi pada gen hVDAC3 ekson 8, yaitu mutasi substitusi sebanyak sate sampel, mutasi insersi sebanyak satu pasien dan mutasi delesi sebanyak satu pasien. Pada penelitian ini ditemukan adanya mutasi pada gen hVDAC3 exon 8 pada sperma bermotilitas rendah pasien infertil astenozoospermia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T 17674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andria Diarti
Abstrak :
ABSTRAK
Obesitas merupakan kondisi patologis akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebih dibandingkan dengan keadaan normal. Leptin (Ob) merupakan salah satu hormon yang dapat menggambarkan jumlah jaringan lemak di dalam tubuh sehingga dapat dijadikan sebagai indikator biologis untuk mengukur tingkat obesitas. Anak obesitas diketahui memiliki pertumbuhan tulang kraniofasial yang lebih cepat. Salah satu pengukuran pertumbuhan tulang kraniofasial dapat dilakukan dengan menghitung besar sudut gonial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar hormon leptin saliva dengan sudut gonial anak obesitas. Seluruh subyek dinilai kadar hormon leptin saliva menggunakan metode ELISA dan penghitungan besar sudut gonial dilakukan dari interpretasi foto panoramik. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang negatif sangat lemah tidak bermakna antara kadar hormon leptin saliva dan sudut gonial (r= - 0.02, p=0.490). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara kadar hormon leptin saliva dan sudut gonial.
ABSTRACT
Obesity is a pathological condition resulting from the occurrence of excess bodyfat compared to normal circumstances. Leptin (Ob) is one of the hormones that could describe the amount of fatty tissue in the body so it could be used as biological indicators to measure the degree of obesity. Obese children were known to have a faster craniofacial bone growth. The measurement of craniofacial bone growth could be conducted by calculating the gonial angle. This study aimed to investigate relationship of salivary leptin hormone concentrations with gonial angle in obese children. All subjects were assessed by ELISA method for the salivary leptin hormone concentrations and measurement of the gonial angle by using interpretation of a panoramic radiographs. An insignificant very weak negative correlation was found between salivary leptin hormone concentrations and gonial angle (r= -0.02, p=0.490). This study concluded that between salivary leptin hormone concentrations and gonial angle has insignificant correlation.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T35041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Tzarina Prisella Purnamasari
Abstrak :
Insidensi kanker payudara terus meningkat secara global setiap tahun. Di negara berpendapatan menengah ke bawah, meningkatnya insidensi ini diikuti dengan meningkatnya angka kematian akibat kanker payudara yang disebabkan oleh keterlambatan diagnosis yang sering terjadi, sehingga pengobatan dan perawatan kanker payudara tidak lagi efektif dilakukan. Pada penelitian ini dilakukan analisis metode peningkatan deteksi dini terencana kanker payudara yang telah dilakukan di beberapa negara berpendapatan menengah ke bawah dengan menggunakan systematic review. Systematic review dilakukan dengan melakukan identifikasi literatur dari Google scholar, ProQuest, ScienceDirect, Scopus, dan Pubmed dengan menggunakan kata kunci improve, early detection, screening, breast cancer, low middle-income countries, dan LMIC, lalu dilakukan pencarian lanjutan dengan teknik snowball dari literatur yang sudah didapatkan. Kriteria inklusi pada pencarian literatur adalah artikel full text berbahasa Inggris yang diterbitkan pada tahun 2010 – Juni tahun 2020 dan memiliki lokasi studi di negara berpendapatan menengah ke bawah. Sebelas artikel didapatkan dari pencarian dan proses seleksi menggunakan diagram alir PRISMA. Ditemukan 5 jenis program dalam upaya peningkatan deteksi dini kanker payudara di negara berpendapatan menengah ke bawah, yaitu program skrining berbasis populasi, program skrining oportunistik, program peningkatan pengetahuan dan kesadaran, program pengalihan tugas, dan pelaksanaan program nasional deteksi dini kanker payudara. Program-program tersebut diketahui berhasil meningkatkan deteksi dini kanker payudara pada latar negara berpendapatan menengah ke bawah. Program peningkatan pengetahuan dan kesadaran, dan program pengalihan tugas dinilai sebagai program yang paling sesuai untuk dilaksanakan di negara berpendapatan menengah ke bawah. Meski begitu, perlu dilakukan pilot studi dan evaluasi biaya untuk melihat keefektifan program deteksi dini ini.
Incidence of breast cancer keeps increasing globally every year, and in low-and middle-income countries it followed by increased mortality rate. This phenomenon could be associated with late-stage diagnosis that made treatments no longer effective. This study aimed to analyse methods to increase early detection for breast cancer that has been done in several low-and middle-income countries by using systematic review. Systematic review was carried out by identifying literatures from online databases such as Google scholar, ProQuest, ScienceDirect, Scopus, and Pubmed using “improve”, “early detection”, “screening”, “breast cancer”, “low middle-income countries", and “LMIC” as keywords, and followed by manually searching literatures using snowball technique from the literatures that had been identified earlier. Inclusion criterias in this study were English full text that were published between 2010 – June 2020 with low-and middle-income countries setting. Eleven articles were obtained using PRISMA flow diagram and 5 types of programs were found to increase early detection for breast cancer in low-and middle-income countries; population-based screening program, oportunistic screening program, program to improve knowledge and awareness about breast cancer and early detection, task shifting program, and implementation of national breast cancer early detection program. These programs were known to be able to improve early detection in their respective study location. Improving knowledge and awareness, and task shifting program were the most suitable program to be executed in low-and middle-income countries setting. These countries shall do some pilot studies and cost evaluation to identify and analyse the effectivity of these programs before implementing it widely.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraeni Iriani
Abstrak :
Fenomena utama pada pasien MDS adalah sitopenia di darah tepi, namun disertai kondisi hiperselular di sumsum tulang. sCD40L dianggap sebagai sitokin yang dapat memicu sintesis TNFα sebagai sitokin proapoptosis dan memicu sintesis VEGF sebagai sitokin proangiogenesis pada MDS. Oleh sebab itu sCD40L dianggap berpotensi sebagai biopenanda untuk memperkirakan perburukan pada MDS. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan peran pajanan rh-sCD40L dalam menginduksi sintesis TNFα dan VEGF pada sel progenitor hematopoesis, serta membuktikan peran pajanan TNFα dalam memicu apoptosis pada sel progenitor hematopoesis dan sel mesenkim MDS. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vitro komparatif. Subjek penelitian adalah pasien MDS yang didiagnosis dan diklasifikasikan berdasarkan kriteria WHO 2008. Pada bone marrow mononuclear cells (BMMC) dipajankan dengan rh-sCD40L dan antiCD40L, kemudian dilakukan pemeriksaan ekspresi mRNA TNFα dan mRNA VEGF yang dikuantifikasi dengan qRT-PCR, serta pemeriksaan kadar TNFα dan VEGF yang diperiksa dengan metode ELISA. Pada sel CD34+, CD33+, CD41+, dan CD73+ dipajankan rhTNFα kemudian dilakukan pemeriksaan aktivitas kaspase-3 dengan imunoflowsitometri. Terdapat 15 sampel MDS terdiri dari 4 dengan diagnosis RCUD, 7 RCMD, dan 4 RAEB1, serta 7 sampel kontrol. Pajanan rh-sCD40L meningkatkan ekspresi mRNA TNFα secara bermakna dibandingkan pajanan antiCD40L. Pajanan rh-sCD40L meningkatkan kadar TNFα secara bermakna dibandingkan kontrol. Namun pajanan rh-sCD40L tidak meningkatkan mRNA VEGF dan kadar protein VEGF. Pajanan rhTNFα meningkatkan aktivitas kaspase-3 pada sel progenitor MDS terutama yang berdiferensiasi menjadi mieloid (CD33+) dan megakariosit-trombosit (CD41+). Pajanan rhTNFα meningkatkan aktivitas kaspase-3 pada sel mesenkim (CD73+) MDS Simpulan: sCD40L berperan dalam meningkatkan sintesis sitokin proapoptosis TNFα di level mRNA dan protein, namun tidak terbukti berperan dalam meningkatkan sintesis proangiogenesis VEGF. TNFα berperan dalam meningkatkan apoptosis terutama pada sel hematopoesis yang telah berdiferensiasi menjadi seri mieloid dan seri megakariosit-trombosit, dan berperan dalam meningkatkan apoptosis pada sel mesenkim.
Cytopenia is the primary phenomenon in Myelodysplastic Syndrome (MDS) patients, amidst hypercellular bone marrow. The soluble CD40 ligand (sCD40L) is considered as a cytokine that can trigger synthesis of TNFα and VEGF. The former is known as a cytokine that promotes apoptosis while the latter promotes angiogenesis in MDS patients. Therefore, the sCD40L may serve as a potential biomarker to predict worsening of MDS. This study aims to prove the role of rh-sCD40L exposure in inducing the synthesis of TNFα and VEGF in hematopoietic progenitor cells, as well as to establish the role of TNFα exposure in triggering apoptotic activity in hematopoietic progenitor and mesenchymal cells of MDS. The study was a comparative in vitro experimental study. Subjects were MDS patients diagnosed and classified using the WHO 2008 criteria. Bone marrow mononuclear cells (BMMC) were exposed to rh-sCD40L and antiCD40L. The expressions of TNFα and VEGF mRNAs were then quantified by qRT-PCR, and the level of TNFα and VEGF were measured using the ELISA method. The CD34+, CD33+, CD41+, and CD73+ cells were exposed to rhTNFα, then the activity of enzyme caspase-3 was measured using the immunoflowcytometry. There were 7 control and 15 MDS samples with the following diagnoses: 4 RCUD, 7 RCMD, and 4 RAEB1. Compared to antiCD40L, it is found that exposure of rh-sCD40L significantly increased the expression of TNFα mRNA. The similar exposure also significantly increased the level of TNFα compared to controls. However, the exposure of rh-sCD40L did not increase the expression of VEGF mRNA as well as the level of VEGF. The exposure of rhTNFα was found to increase the activity of caspase-3 in MDS progenitor cells, particularly those differentiated into myeloid cells (CD33+) and megakaryocyte-thrombocyte cells (CD41+). The exposure of rhTNFα was found to increase the activity of caspase-3 in MDS mesenchymal (CD73+) cells. Conclusion: The sCD40L plays a role in increasing the synthesis of TNFα which favors apoptotic activity in mRNA and protein level, but not in improving the synthesis of VEGF that promotes angiogenesis. Furthermore, TNFα plays a role in increasing apoptotic activity of hematopoietic cells, particularly those that have differentiated into myeloid series and megakaryocyte-thrombocyte series cells. Also TNFα plays a role in increasing apoptotic activity of mesenchymal cells.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pustika Amalia Wahidiyat
Abstrak :
Latar belakang: Thalassemia dan hemoglobinopati merupakan kelainan gen tunggal terbanyak di dunia, termasuk di Indonesia dengan frekuensi pembawa sifat thalassemia-~ 3-10% dan HbE 1-36%. Thalassemia-WIThE adalah bentuk heterozigot ganda paling sering ditemukan dengan gejala klinis bervariasi, dari asimtomatik sampai berat. Beberapa faktor pemodifikasi telah diketahui memengaruhi manifestasi klinis. Faktanya pasien dengan jenis mutasi sarna dapat memiliki manifestasi klinis berbeda. Hal itu menunjukkan ada faktor pemodifikasi lain yang memengaruhi derajat manifestasi klinis. Tujuan: Meneari faktor-faktor genetik yang memengaruhi manifestasi klinis, antara lain MGP: bg2, bgll dan bg 200 yang diduga berhubungan dengan meningkatnya produksi HbF dan memengaruhi variasi manifestasi klinis. Metode penelitian: Penelitian dilakukan dengan metode belah lintang pada pasien thalassemia-~IHbE yang berobat ke Divisi Hematologi-Onkologi Dept. IKA dan Dept. IPD, RSCM, Lembaga Biomolekular Eijkman Jakarta, serta rumah sakit lain sejak bulan Desember 2006 sampai dengan Oktober 2008. Tahap I mendapatkan 293 subjek, terdiri atas 63 subjek ringan (skor <4), 101 subjek intermedia (skor 4-7,5), dan 129 subjek herat (skor ~7,5). Seluruh subjek menjalani pemeriksaan hematologi termasuk indeks eritrosit, morfologi eritrosit, analisis Hb dan feritin serum. Tahap IT dilakukan pemeriksaan jenis mutasi thalassemia-~, termasuk delesi besar gen globin-~ (HPFH tipe delesi), dan jenis mutasi thalassemia-a (co-inheritance dengan thalassemia-a dan triplikasi rantai globin-a) pada 192 subjek kelompok ringan dan berat. Tahap m dilakukan pemeriksaan HPFH nondelesi (polimorfismeXmnI-Gy) dan SNPs: bg2, bg11 dan bg200 pada 187 subjek kelompok ringan dan berat dengan mutasi-~o dan _~+beJat mumi. Pemeriksaan SNPs dilakukan dengan teknik RDB dan teknik sekuensing langsung. Basil penelitian dan pembabasan: Hasil penelitian menunjukkan jenis mutasi thalassemia-~ bukan faktor yang memengaruhi manifestasi klinis, kecuali mutasi IVS 1- nt5 (jenis mutasi-~+bera~ yang berhubungan dengan manifestasi klinis berat (P<0,05). Delesi satu gen globin-a (3.7 kb) berhubungan dengan manifestasi klinis ringan, sedangkan polimorfisme XmnI-G'Y tidak memengaruhi manifestasi klinis. Dari 3 buah SNPs, hanya bg200 yang berhubungan dengan manifestasi klinis (RR: 4,15 (1,22 < RR < 14,17) danp
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
D1765
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Priyantini
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian dermatoglifi ujung jari tangan telah dilakukan terhadap pria irifertil penderita azoospermia dan pria fertil, dengan tujuan untuk mengetahui ada/tidaknya perbedaan dermatoglifi ujung jari tangan di antara kedua kelompok tersebut. Metoda yang digunakan untuk mencetak ujung jari tangan adalah metode Cummins & Midlo dengan menggunakan tinta finger print. Sampel terdiri dari 32 pria infertil penderita azoospermia dan 32 pria fertil. Hasil analisis dermatoglifi ujung ,iari tangan pria infertil penderita azoospermia menunjukkan frekuensi tipe pola whorl 46,25%; loop ulna 49.69%; loop radial 2,81%; arch 1,25; dengan Indeks Dankmeijer 2,70 dan Indeks Furuhata 88,10. Sedangkan pada pria fertil frekuensi tipe pola whorl 49,06%; loop ulna .1 49,38%; loop radial 1,25%; arch 0,31%; dengan Indeks Dankmeijer 0,63 dan Indeks Furuhata 96,90. Hasil uji chi-kuadrat terhadap frekuensi tipe pola pada ujung jari kedua tangan pria infertil penderita azoospermia dan pria fertil menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05; X2 =3,98). Rata-rata jumlah semua triradius pada pria infertil penderita azoospermia 14,56; sedangkan pada pria fertil 14,91. Hasil uji Mann-Whitney terhadap .jumlah semua triradius pada ujung jar tangan pria infertil penderita azoospenrnia dan pria fertil .juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (Z-0,49; a0,05). Rata-rata jumlah semua sulur pada pria infertil penderita azoospermia 151.31, sedangkan pada pria fertil 158,13. Hasil uji Mann-Whitney terhadap jumlah semua sulur pada pria infertil penderita azoospermia dan pria fertil juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (Z-0,396; a=0,05). Kesimpulan dari hasil penelitian adalah dermatoglifi ujung jari tangan pria infertil penderita azoospermia tidak berbeda dengan dermatoglifi ujung jari tangan pria fertil.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mettadevi Septiany Gunawan Tjio
Abstrak :
ABSTRAK


Telah dilakukan analisis dermatoglifi secara kuantitas pada telapak tangan pria infertil penderita azoospermia dibandingkan dengan pria fertil, sebagai kontrol. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dermatoglifi telapak tangan pada kedua kelompok tersebut. Sampel terdiri dari 32 orang setiap kelompok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencetak dermatoglifi telapak tangan dengan tinta finger print menurut cara yang dilakukan oleh Cummins dan Midlo. Hasil analisis dermatoglifi frekuensi pola sulur pada kelima daerah telapak tangan, yaitu: Thenar atau interdigital 1, interdigital 2, interdigital 3, interdigital 4, dan hipothenar, untuk pria infertil penderita azoosperinia adalah 14,06% , 3,13%, 28,13%, 70,31%, dan 7,81%. Sedangkan untuk pria kontrol adalah 15,63%, 1,57%, 12,50%, 57,81%, 1,57% Jumlah sulur a-b total rata-rata pada kedua belah telapak tangan pria infertil penderita azoospermia 74,25, sedangkan pria kontrol 76,22. Besar sudut atd rata-rata pada kedua belah telapak tangan pria infertil penderita azoosperinia 75,75°, sedangkan pria kontrol 77,69°. Besar derajat transversalitas rata-rata pada kedua belah telapak pnia infertil penderita azoospermia 66,38°, sedangkan pria kontrol 73,28°. Frekuensi garis lipatan simian dan Sydney (uni+bilateral) pria infertil penderita azoospermia 12,50% dan 0%, sedangkan pria kontrol 6,25% dan 3,13%. Hasil uji chi-kuadrat terhadap frekuensi ada tidaknya pola sulur pada kelima daerah di telapak tangan, hanya pada interdigital 3 yang menunjukkan perbedaan (X² = 4,827; p<0,05). Hasil uji Mann-Whitney terhadap rata-rata jumlah sulur a-b (Z= -1,129; α 0,05), rata-rata besar sudut atd (Z= -0,611; α= 0,05) dan rata-rata besar sudut transversalitas (Z= -1,128; α= 0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan di antara kelompok tersebut. Hasil uji chi-kuadrat terhadap frekuensi garis lipatan simian (X² 0,736; p> 0,05) dan Sydney (X² = 1,016; p>0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan. Kesimpulan yang dapat diainbil dari hasil penelitian ini adalah: Dermatoglifi telapak tangan pria infertil penderita azoospermia berbeda dengan dermatoglifi telapak tangan pria kontrol hanya dalam hal frekuensi adanya pola sulur pada daerah interdigital 3.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mitha Permatasari
Abstrak :
Penyakit Graves merupakan penyakit autoimun yang melibatkan antibodi TSH-R dalam menstimulasi kelenjar tiroid sehingga terjadi sintesis dan sekresi hormon tiroid yang berlebih. Sebanyak 50% pasien penyakit Graves mengalami kekambuhan setelah terapi obat antitiroid selesai diberikan. Faktor genetik salah satunya polimorfisme gen FCLR3 rs7528684 diketahui berperan terhadap kejadian penyakit Graves. Namun, belum ada studi yang mengidentifikasi keterkaitan polimorfisme gen FCRL3 rs7528684 dengan kekambuhan penyakit Graves. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan polimorfisme gen FCRL3 rs7528684 terhadap kekambuhan penyakit Graves. Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional yang dilakukan pada 80 pasien penyakit Graves. Hasil isolasi DNA pasien dilakukan pemeriksaan genotyping dengan menggunakan metode tetra primer ARMS-PCR. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 2 variasi genotip pada pasien penyakit Graves yaitu genotip GG (2,5%) dan genotip GA (97,5%). Pada kelompok kambuh, 100% memiliki genotip GA sehingga frekuensi alotip G dan alotip A masing-masing 50%. Sementara itu, pada kelompok tidak kambuh, didapatkan 6,1% genotip GG dan 93,9% gentoip GA dengan frekuensi alotip G dan alotip A yaitu 53,03% dan 46,97%. Berdasarkan hasil analisis uji statistik, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara genotip dan alotip gen FCRL3 rs7528684 dengan kekambuhan penyakit Graves pada populasi Jakarta. ......Graves' disease is an autoimmune disease in which TSH-R antibodies stimulate the thyroid gland, resulting in excess thyroid hormone synthesis and secretion. 50% patients with graves’ disease relapse after finishing antithyroid drugs treatment. Genetics factor such as FCRL3 rs7528684 SNP contribute to the development of Graves' disease. However no study has yet identified an association of the FCRL3 rs7528684 SNP with Graves' disease recurrence. Therefore, this study aims to determine the association between the genetic polymorphism of FCRL3 rs7528684 and the recurrence of Graves' Disease. This cross-sectional clinical study was performed in 80 Graves' disease patients. DNAs of GD patients were isolated and then genotyped using tetra primer ARMS-PCR method. There are two genotype variations in patients with Graves' Disease, namely GG genotype (2,5%) and GA genotype (97,5%). In the relapsed group, 100% had the GA genotype, so the frequencies of G allotype and A allotype were 50% each. Meanwhile, in the remission group, there are 6,1% GG genotype and 93,9% GA genotype with G and A allotype frquencies were 53,03% and 46,97%, respectively. Based on statistic tests analysis, there is no association between the genotype and allotype of the FCRL3 rs7528684 SNP and Graves' disease recurrence in Jakarta's population.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risna Eka Pertiwi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor risiko terhadap hipertensi pada pegawai Satlantas dan Sumda Polresta Depok Tahun 2012. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain penelitian cross Sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling sehingga penelitian ini melibatkan 139 pegawai laki-laki yang tidak mengkonsumsi obat antihipertensi. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan Afigmomanomefer pada kedua lengan. Hasil penelitian menunjukkan riwayat keluarga hipertensi memiliki hubungan yang signifikan dengan hipertensi dan terdapat perbedaan rata-rata indeks massa tubuh antara responden yang hipertensi dengan responden bertekanan darah normal. Disarankan agar sernua pihak lebih Waspada terhadap kejadian hipertensi yang sering tidak memiliki gejala dan untuk responden agar selalu mengontrol serta menjaga berat badan norrnal. ......This study objectives to know association risk factor with hypertension in Satlantas and Sumda employee Polresta Depok. This quantitative research used cross sectional study. With total sampling techniques, sample of this study is 139 employee who doesn?t use antihypertensive medication. Measured of blood pressure was doing in morning with Sfigmomanometer at both arms. This study concluded that parental hypertension have significant associated with hypertension and there?re difference mean body mass index between respondent with hypertension and normal blood pressure. Our suggest that all of participant more aware with hypertension that often has no warning signs or symtoms, and for respondent to keep controlling and maintain their normal weight.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>