Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Relin D.E
"Tari Gandrung merupakan kekayaan budaya lokal banyuwangi dan dijadikan maskot daerah Banyuwangi. Tari gandrung banyak dipentaskan diberbagai acara publik termasuk di dalam tradisi petik laut. Pementasan Tari Gandrung dalam tradisi petik laut memiliki makna tersendiri karena tradisi ini diyakini sebagai bentuk persembahan kepada Dewa Laut agar nelayan dianugrahkan ikan yang berlimpah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk Tari Gandrung dan makna filosofi Tari gandrung yang terkandung dalam tradisi Petik laut di pantai Muncar Banyuwangi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan analisis deskriftip kualitatif Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi (data-data sekunder) Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa Setiap peragaan Gandrung Banyuwangi selalu berpola jejer paju dan seblang-seblang. Dalam pementasannya memasuki tiga babak yakni pertama jejer, gending terdiri dari lagu Padha Nonton yang terdiri dari delapan bait 32 baris setiap baitnya terbagi menjadi empat baris baru kemudian dilanjutkan dengan gending Padha Nonton pada bait-bait berikutnya dengan gerak tari yang sesuai warna lagu yang dibawakan. Kemudian babak kedua disebut Paju gending yang dibawakan bebas sesuai permintaan yang akan ikut menari (maju gandrung) dan ketiga Seblang-seblang yang selalu diawali dengan gending atau lagu yang berjudul Sebiang Lukito dan gending-gending lainnya. Pementasan tari gandrung dalam tradisi petik laut secara filosofis bila diamati dan lagu Padha nonton dengan svaimva berbentuk bebas dan pola yang berkembang ini merupakan gambaran filosofis hidup tentang manusia Filosofis yang diekspresikan dalam bentuk tari dan nyanyi sebagai simbol pesan tentang hidup dan kehidupan Terutama dalam adegan seblang-seblang memvisualisasikan perpaduan bentuk gerak dan nvanvian vang indah untuk menyampaikan pesan-pesan tentang hidup dan kehidupan segala suka dukanva sebagai manusia. Demikian juga ucapan rasa syukur kepada Tuhan atas kehidupan ini. Kemudian akhir dari manusia itu sendiri diaktualisasikan tentang keberadaan manusia secara hitam dan putih. Perjuangan dan nereulatan akhirnya dengan hentakan atau kelembutan dalam menjawab semua pertanyaan yang muncul, suatu pertanyaan yang tak pernah habis-habisnya, seperti memasuki dunia pengalaman sekaligus dunia kenyataan dalam satu rangkaian.
"
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
I Putu Sudarma
"Tari Babuang adalah bentuk tari wali yang sangat disakralkan oleh masyarakat Desa Pakraman Pengotan- Bangli. Tarian ini hanya dapat dipentaskan oleh sekaa teruna dari Desa Pengotan Bangli-pada ritual Bhatara Dalem Pingit. Prosesi pementasannya adalah Pider sekar, ngastawa di Pelinggih Sanggar Tawang, sesolahan tari Babuang, dan perang papah Biu.
Tari Babuang pada ritual Bhatara Dalem Pingit memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi keagamaan, fungsi estetika, dan fungsi inklusi sosial. Fungsi agama, tari Babuang adalah bentuk persembahan untuk para leluhur yang tinggal di Gunung Airawang (Gunung Abang), dan manifestasi dari Tuhan yang tinggal di pura Tuluk Biu. Fungsi estetikanya terkait dengan nilai kesucian (sivam), kebenaran (satyam) dan keseimbangan atau harmoni (sundaram). Sebaliknya, fungsi inklusi sosial, tarian ini digunakan sebagai sarana membina solidaritas di antara masyarakatnya.
"
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library