Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Direktorat Pemasaran PFN , 1995
338 LIM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Finkah Khumul Kulsum
Abstrak :
Artikel ini mengulas bagaimana film Soul (2020) menggambarkan konsep hidup dan mati melalui perjalanan para karakter sebagai individu. Artikel ini menerapkan analysis tekstual terhadap adegan dan dialogue untuk mengungkap pandangan para karakter pada hidup mereka dan bagaimana pertemanan mereka membawa pelajaran hidup terhadap satu sama lain. Dengan menggunakan metodologi kualitatif, artikel ini menyimpulkan bahwa dua karakter yang ada di dalam film (Joe dan Twenty-Two) melihat hidup secara berbeda, dan pandangan mereka terhadpa kematian berubah melalui perjalanan mereka yang mempertemukan satu sama lain, yang mengizinkan mereka untuk melihat tujuan hidup mereka yang sebenarnya. Perubahannya adalah realisasi pada kedua karakter akan spark yang mereka punya. Akhirnya, film berkeinginan untuk mengutarakan ide-idea tentang hidup dan mati yang digambarkan oleh film melalui pandangan karakter mengenai hidup dan mati dalam alam utama yaitu The Great Before atau The You Seminar dan alam kehidupan di New York City. ......This article examines how the film Soul (2020) depicts the concept of life and death through the characters’ journey as individuals. This paper applies textual analysis of scenes and dialogues to reveal the character’s views of their lives and how their friendship brings life lessons to each other. Using qualitative methodology, the paper concludes that both characters in the movie (Joe and Twenty-Two) see life differently, and their view toward death changes through their journey of meeting one another, allowing them to see their real purpose in life. The change is both characters’ realization of the ‘spark’ that they have. Ultimately, the film wishes to communicate the ideas of life and death that the movie depicts through the character’s views of life and death in the main realms of The Great Before or The You Seminar and the land of the living in New York City.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farobi Fatkhurridho
Abstrak :
Waktu menjadi sebuah objek kaji dengan tingkat kompleksitas yang rumit, memahami waktu adalah berbicara perihal periodisasi, sejarah, dan memori. Waktu kemudian diidentifikasi sebagai gerak yang hadir dalam manifestasi masa lalu, masa kini dan masa depan. Film menjadi sebuah medium yang mampu memanifestasikan gerak dan waktu dalam produk visual dan tertangkap indera manusia. Film dapat membuat objek bergerak maju, mundur, atau bahkan berhenti sama sekali. Tenet (2020) adalah sebuah film yang mengaplikasikan konsep tersebut. Sebagai film fiksi sains, Tenet mengolah dimensi temporal baik dalam gagasan dan kemasan melalui sinematografi dan struktur naratifnya. Tenet menghadirkan gagasan kesadaran waktu yang tumpang tindih dari masa lalu, masa kini, dan masa sekarang. Sebuah mesin pintu putar dalam Tenet digunakan sebagai signifikansi hadirnya paradoks determinisme atau kondisi tercekik dalam lingkaran waktu yang sirkuler. Bentuk aporia atau kebimbangan deterministik yang dialami tokoh dalam Tenet merefleksikan dialog kesadaran manusia atas dimensi waktu. Tenet menyajikan perdebatan dua perspektif sikap manusia terhadap waktu, yakni perspektif yang modern dan manusia yang postmodern direpresentasikan melalui tokoh Protagonis dan Sator. Dalam tahapan yang lebih ideologis, Tenet menjadi film yang penuh ambivalensi dalam menyajikan dialog perspektif sikap manusia terhadap waktu tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan terminologi dan perspektif metamodenisme, yakni kemustahilan yang terus diusahakan. Segala agenda yang dilakukan oleh Protagonis dan Sator pada akhirnya akan berakhir pada kemustahilan, hal tersebut dikarenakan mereka telah terjebak dalam paradoks determinisme atau tercekik dalam putaran waktu yang sirkuler. ...... Time becomes an object of study with a complicated level of complexity, understanding time is talking about periodization, history, and memory. Time is then identified as motion that is present in past, present and future manifestations. Film is a medium capable of manifesting motion and time in visual products and is captured by the human senses. Movies can make objects move forward, backward, or even stop altogether. Tenet (2020) is a film that applies this concept. As a science fiction film, Tenet cultivates a temporal dimension both in ideas and packaging through its cinematography and narrative structure. Tenet presents the idea of overlapping time consciousness of the past, present, and present. A revolving door machine in Tenet used as a medium for the paradox of determinism or suffocation in a circular time loop. The form of aporia or deterministic indecision experienced by characters in Tenet reflects the dialogue of human consciousness on the dimension of time. Tenet presents a debate on two perspectives of human attitudes towards time, namely the modern perspective and the postmodern human being represented through the Protagonis and the Sator. In a more ideological stage, Tenet becomes a film full of ambivalence in presenting a dialogue from the perspective of human attitudes towards that time. This related to the terminology and perspective of metamodernism, namely the impossibility that continues to be pursued. All the agendas carried out by the Protagonis and Sator will eventually end in impossibility, this is because they have been trapped in the paradox of determinism or suffocated in a circular time loop.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Purple Kharisya; Lotka, Alfred J.
Abstrak :
Prancis telah memberi banyak kontribusi pada dunia perfilman seperti dengan gerakan Nouvelle Vague, yang merupakan gerakan perfilman Prancis antara tahun 1950-an dan 1960-an. Salah satu tokoh ternama dari gerakan ini adalah Jean-Luc Godard, seorang pembuat film yang menganggap bahwa film dapat mengubah masyarakat dunia. Salah satu karyanya adalah Vivre sa Vie (1962) yang menceritakan seorang wanita bernama Nana saat ia meninggalkan pasangannya, menjadi pelacur, lalu terbunuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat tindakan tokoh Nana dan menganalisis batasan kebebasan yang dimilikinya. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif serta beberapa teori, yaitu teori film dari Boggs dan Petrie (2017) untuk analisis naratif, teori determinisme Solomon dan Higgins (2010) untuk mengidentifikasi kausalitas tindakan tokoh Nana, dan teori feminisme eksistensialis milik Simone de Beauvoir (1949) untuk menganalisis kebebasan semu dirinya. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa fokus film adalah pada tindakan Nana yang deterministik dan bahwa Nana tidak berhasil menjadi perempuan yang sepenuhnya bebas, tetapi hidup dalam ilusi kebebasan. ......The French film industry has, in its history, contributed a lot to the world of cinema. One of such contributions is the Nouvelle Vague movement, a French film movement that happened between the 1950s and 1960s. A prominent figure belonging to this movement was Jean-Luc Godard, a filmmaker who believed that film could change the world. Vivre sa Vie (1962) is one of his feature films which tells the story of a woman named Nana as she leaves her partner, becomes a prostitute, and gets killed. The purpose of this research is to look at Nana's actions and analyse the limits of her freedom. This research was conducted using qualitative methods and several theories, namely Boggs and Petrie's (2017) film theory for the narrative analysis, Solomon and Higgins' (2010) determinism theory to identify the causality of Nana's actions, and Simone de Beauvoir's (1949) existentialist feminism theory to analyse her apparent freedom. This study concluded that the focus of the film is on Nana's deterministic actions and that in the end Nana does not succeed in becoming a woman who is completely free, but who lived in the illusion of freedom.
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S17983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Roy Andy
Abstrak :
Perkembangan media film telah mengalami banyak perubahan dari sejak pertama kali film dibuat. Film bukan saja menjadi salah satu bentuk jasa hiburan alternatif bagi masyarakat di kota, tapi telah bertumbuh menjadi industri hiburan raksasa. Di Indonesia, perkembangan industri film telah dimulai sejak tahun 1940-an sampai sekarang. Akan tetapi, perkembangan industri film di Indonesia belum mengalami kemajuan seperti halnya di negara barat. Salah satu penyebabnya adalah lemahnya sistem pemasaran yang ada dan rendahnya kualitas dari film Indonesia itu sendiri. Miles Productions sebagai salah satu rumah produksi film di Indonesia telah memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan industri film di Indonesia dengan menghasilkan karya-karya yang cukup fenomenal yang berhasil menjaring jumlah penonton yang sangat banyak untuk datang ke bioskop; di antaranya adalah film "Petualangan Sherina" dan "Ada Apa dengan Cinta?". Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa Miles Productions berada di tempat teratas dalam benak responden (top of mind) dalam keberadaannya sebagai rumah produksi film Indonesia di antara rumah produksi film lainnya. Sementara itu, film-film produksi Miles Productions juga merupakan film yang paling banyak ditonton oleh responden; yaitu film "Ada Apa dengan Cinta?" diikuti oleh "Petualangan Sherina". Untuk dapat mengetahui lebih dalam mengenai persepsi responden terhadap kualitas film produksi Miles Productions, maka dilakukan analisis penilaian responden terhadap kualitas dari setiap atribut yang ada pada sebuah film dan daya tarik dari bauran promosi di benak responden terlebilt dahulu. Kemudian setelah itu dilakukan analisis peranan dari bauran promosi dalam membentuk persepsi responden terhadap kualitas film produksi Miles Productions (- Petualangan Sherina" dan "Ada Apa dengan CintaT.). Dalam penelitian ini, terdapat empat atribut yang dipakai sebagai kriteria penilaian responden terhadap kualitas film "Petualangan Sherina" dan "Ada Apa dengan Chita?", yaitu atribut tema cerita, akting dari aktor/aktris, sinematografi dan soundtrack. Berdasarkan hasil analisis persepsi responden terhadap perbandingan kualitas di antara kedua film tersebut, diketahui bahwa film yang memiliki kualitas yang lebih baik adalah film "Ada Apa dengan Cinta?". Hal ini terutama disebabkan oleh kualitas dari atribut soundtrack yang sangat menonjol pada film "Ada Apa dengan Cinta?" yang memberikan kepuasan tersendiri kepada responden dalam menikmati film tersebut. Untuk inengetahui persepsi responden mengenai daya tank bauran promosi, dilakukan pemilihan alat bauran promosi yang dianggap signifikan dari sekian atribut bauran promosi yang ada. Atribut bauran promosi yang dipilih adalah iklan televisi, iklan surat kabar, iklan majalah, iklan poster, merchandise soundtrack, resensi, wawancara dan word-of-mouth. Hasil analisis persepsi responden terhadap daya tank bauran promosi pada film "Petualangan Sherina" dan "Ada Apa dengan Cinta?" menunjukkan bahwa alat dalam bauran promosi yang memiliki daya tank terbesar di benak responden adalah word-pf-mouth; yaitu inisiatif Miles Productions untuk menimbulkan perbincangan dan kehebohan di masyarakat dalam menyambut peredaran film-filmnva. Berdasarkan analisis juga didapat hasil bahwa bauran alat promosi yang digunakan pada film "Ada Apa dengan Cinta?" lebih menonjol dalam menarik perhatian responden terhadap film tersebut dibandingkan dengan bauran alat promosi pada film "Petualangan Sherina". Bauran alat promosi yang sangat menarik perhatian responden terhadap film "Ada Apa dengan Chita?" adalah iklan televisi, wawancara dengan pemain film/sutradara, merchandise soundtrack, dan woni-pf-mouth. Dari hasil analisis juga diketahui bahwa alat promosi resensi dari kedua film dalam persepsi responden memiliki tingkat daya tarik yang sama tingginya. Setelah mengetahui persepsi responden terhadap atribut pada kedua film dan daya tank dari bauran promosi yang digunakan pada kedua film, maka dilakukan analisis peranan bauran promosi dalam pembentukan persepsi responden terhadap kualitas film "Petualangan Sherina" dan "Ada Apa dengan Cinta?" berdasarkan atribut yang ada pada kedua film tersebut. Analisis ini menggunakan metode korelasi dengan bantuan tabulasi silang. Hasil analisis menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap kualitas film produksi Miles Productions (film "Petualangan Sherina" dan "Ada Apa dengan Cinta?") dipengaruhi oleh daya tank dari bauran promosi yang ada. Alat-alat dalam bauran promosi yang memiliki peranan terbesar dalam membentuk persepsi responden terhadap kualitas film Miles Productions adalah : iklan televisi, iklan surat kabar, soundtrack, resensi, dan word-of-mouth. Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, terdapat lima hal yang perlu diperhatikan oleh rumah produksi film Indonesia; dalam hal ini khususnya oleh Miles Productions (Miles), yaitu agar sebaiknya lebih kreatif dalam melakukan promosi terhadap produksi berikutnya lewat bauran alat-alat promosi yang lebih menarik. Miles juga sebaiknya lebih memperhatikan unsur-unsur lainnya dalam pemasaran dalam membangun citra dari produknya sendiri, seperti produk, harga, dan distribusi . Miles juga sebaiknya lebih menargetkan pangsa pasarnya di kalangan remaja dan pasca remaja raja; dan Miles sebaiknya lebih memperhatikan kualitas dari atribut film lainnya, seperti tema cerita, akting dan sinematografi yang kurang menonjol kualitasnya dibandingkan atribut soundtrack yang sudah teruji kualitasnya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S19423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahayu
Abstrak :
Skripsi ini membahas representasi perempuan Cina dalam film animasi yang diproduksi oleh the Walt Disney Company (Disney) berjudul "Mulan". Film animasi Disney kerap diposisikan sebagai film anak-anak yang steril dari muatan ideologis sehingga masih sedikit kajian kritis yang menga alisa film animasi Disney. Salah satu sebabnya adalah politics of innocence yang selama ini dilakukan Disney sebagai tameng untuk menutupi 1 otif ekonomi dan ideologi dalam setiap produksinya. Di tengah menghangatnya wacana publik mengenai feminisme dan multiku ltu ra lisme di Amerika Serikat, Disney emproduksi film animasi tentang kepahlawanan seorang perempuan Cina berjudul "Mulan". 'fema yang diambil film animasi ini berbeda denga kecenderungan film animasi dengan tokoh perempuan yang diproduks' Disney sebelumnya, yang tiaak pernah keluar dari narasi dom in an tokoh perempuan yang berasal dari dongeng Eropa, yang berperan sebagai putri kerajaan yang lemah dan selalu membutuhkan bantuan pangeran pujaannya. Disney merepresentasikan perempuan Cina dalam film animasi "Mulan" sebagai perempuan yang tidak mengikuti narasi dominan yang berlaku di masyarakatnya yang patriarkh. Mulan direpresentasikan sebagai perempuan prajurit meskipun hukum yang berlaku di masyarakatnya pada saat itu melarang perempuan untuk ikut berperang. Narasi yang dibangun Disney dalam film animasi ini pada akhirnya harus berkompromi dengan narasi film-film komersial Disney pada umumnya. Mulan yang pada akhir cerita dianggap sebagai pahlawan, tidak bisa terlepas dari tuntutan masyarakat sekitar yang masih menganggap kesuksesan perempuan belum lengkap tanpa kehadiran laki-laki sebagai pasangan hidupnya. Pengakuan keragaman kultur (dalam hal ini kebudayaan Cina) dan prinsip feminisme yang membebaskan perempuan dari dominasi pemikiran masyarakat yang patriarkh dalam "Mulan" tidak pernah bisa lepas dari motif komersial dan· ideologis Disney sebagai produsernya
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S4057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Panggaru
Jakarta: Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Dirjen Kebudayaan Kemdikbud RI, 2020
791.437 GUN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Panggaru
Jakarta: Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Dirjen Kebudayaan Kemdikbud RI, 2020
791.437 GUN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Panggaru
Jakarta: Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Dirjen Kebudayaan Kemdikbud RI, 2020
791.437 GUN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>