Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sutawi
Malang: CV. Zahra Publisher Group, 2022
e20518153
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Ibu rumah tangga tak sekedar sibuk di rumah, mereka juga peduli dengan lingkungan bahkan berjuang untuk menjaganya....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Ketahanan pangan seringkali dipadankan dengan swasembada pangan , bahkan lebih disederhanakan menjadi swasembada beras dalam arti bahwa produksi pangan/beras di dalam negeri mampu mencukupi seluruh kebutuhan dalam negeri.....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Oetami Dewi
Abstrak :
Resistensi petani pada umumnya dipahami sebagai bentuk reaksi terhadap ancaman keamanan atau hilangnya mekanisme sosial yang menjamin terpenuhinya kebutuhan subsistensi rumah tangga petani. Ancaman terhadap subsistensi patani itu dapat muncul dari banyak kasus seperti komersialisasi dan kapitalisasi sistem pertanian di pedesaan, intervensi teknologi baru dalam bidang pertanian yang lebih bersifat padat modal daripada padat karya, tekanan demografis, revolusi hijau dan lain sebagainya. Resistensi petani plasma perkebunan kelapa sawit mulai berkembang setelah produktivitas kebun menurun dan kesejahteraan hidup mereka semakin merosot bersamaan dengan pertambahan populasi penduduk. Petani plasma yang terikat oleh sistem contract farming dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit ini dalam posisi yang sangat tergantung pada perusahaan dan hampir tidak memiliki bargaining position. Pada sisi lain pihak manejemen PTPN XIII PIR V Ngabang telah berhasil membangun kerjasama yang kuat dengan pemerintah daerah, aparat keamanan dan tokoh-tokoh politik serta tokoh-tokoh masyarakat setempat guna menahan segala bentuk resistensi dari petani plasma dan warga masyarakat di sekitar tapak perusahaan perkebunan tersebut berada. Dengan demikian tidak cukup memadai peluang politik bagi para petani plasma untuk memperjuangkan permasalahan mereka. Dalam kondisi seperti ini maka dapat dipahami apabila petani plasma cenderung memilih bentuk resistensi yang bersifat tertutup atau terselubung seperti pencurian buah kelapa sawit, pembakaran pohon sawit, penanaman pohon karat di areal kebun inti, dan penanaman benih tidak bersertifikat. Implikasi teoritis yang dapat dipetik dari studi ini antara lain dalam komunitas petani plasma di Ngabang tidak berkembang kesadaran kelas. Kondisi demikian berkaitan terjadi karena belum berkembangnya institusi kepemilikan atau penguasaan tanah pertanian secara individual. Sebelmn PTPN XIII beroperasi di Ngabang, terdapat institusi penguasaan tanah pertanian secara kolektif atau komunal. Kesadaran kolektif yang berkembang pada komunitas petani plasma Ngabang adalah kasadaran akan identitas kultural mereka sebagai masyarakat Dayak yang tidak dapat dilepaskan dari adat dan hukum adat Petani plasma dan orang Dayak pada umumnya memlliki rasa inferioritas yang sensitif apabila identitas kultural terasa dilecehkan maka akan muncul tindakan impulsif untuk membuktikan diri mereka sebagai putra daerah "yang berkuasa" di wilayah tersebut. Karakteristik tradisional dalam diri petani plasma di Ngabang bukan sekedar bersifat given, inheren dan melekat dalam pola perilaku petani plasma. Namun karakteristik ini berkaitan dengan serangkaian kebijakan pemerintah, tanggapan pihak perusahaan, dan konstruksi identitas yang telah lama dibangun oleh para aktivis LSM yang menegaskan bahwa identitas petani dan masyarakat Dayak pada umumnya adalah sebagai masyarakat adat. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pendapat para ahli bahwa petani memiliki kebudayaan asli yang tradisional. Temuan dalam studi ini menyatakan bahwa karakteristik tradisional dalam diri petani juga merupakan dampak dari proses konstruksi sosial yang dilakukan oleh negara dan Iembaga kapital yang bertujuan menundukkan komunitas petani dan mengambilalih kontrol penguasaan sumber daya alam dari tangan petani. Guna mencapai maksud tersebut, negara melakukan pendekatan teritorialisasi sehingga wilayah "pedalaman" tempat tinggal petani dan tempat keberadaan sumber daya alam berada di bawah kontrol kekuasaan birokrasi negara. Akibat lebih jauh dari konstruksi idenitas tersebut petani plasma menjadi terjebak dalam konstruksi identitas dan solidalitas yang bersifat sempit dan lokal. Dalam keadaan dernikian perusahaan perkebunan merespon semua bentuk resistensi petani seperti permasalahan konflik adat bukan konflik ekonomi. Dengan konstruksi sosial seperti ini segala bentuk resistensi petani plasma menjadi lebih mudah ditundukkan dan dilokalisir dalam ranah kultural adat dan tidak akan berkembang menjadi perlawanan kolektif skala besar. Temuan ini menunjukan bahwa ?adat? menjadi instrument yang dipergunakan perusahaan untuk melokalisasi resistensi petani plasma Resistensi petani plasma Ngabang tidak cukup dijelaskan dari sisi internal petani seperti mari-teori klasik tentang perlawanan petani yakni ada atau tidak adanya ideologi dan pemimpin namun harus mempertimbangkan faktor kontekstual yakni konstelasi relasi pasar, negara dan komunitas serta motivasi petani untuk memanfaatkan peluang yang ada. Resistensi terselubung yang dilakukan petani plasma terhadap PTPN XIII di Ngabang bukan bertujuan untuk mengembalikan sistem perekonomian subsisten namun justru didorong oleh motivasi untuk memperbesar akses keterlibatan petani plasma dalam sistem perkebunan kelapa sawit seperti memperoleh penghasilan lebih besar dan manduduki posisi terhormat dalam birokrasi perkebunan. Temuan ini jauh berbeda dengan pernyataan Scott bahwa petani akan selalu mempertahankan sistem perekonomian subsisten karena sistem ini dianggap memberi jaminan pemenuhan kebutuhan pangan keluarga petani. Petani plasma dalam bertindak lebih mengutamakan kepentingan individual dan tidak mempertimbangkan kepentingan kolektif seperti yang dikatakan oleh para pendukung perspektif teori moral ekonomi. Konsepsi teoritis tentang bentuk-bentuk resistensi petani yang dikembangkan oleh para pendukung paradigma moral ekonomi hanya mampu menjelaskan bentuk resistensi terselubung yang dilakukan oleh petani plasma di Ngabang namun gagal untuk menjelaskan dorongan atau motivasi yang melandasi resistensi petani plasma terhadap PTPN XIII PIR V Ngabang.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
D789
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Sudhana Astika
Abstrak :
Secara keseluruhan karangan ini mencoba mengetengahkan suatu hasil umum dari suatu studi yang berusaha untuk memperoleh pengertian yang lebih luas tentang kehidupan kepuarga petani, khususnya dalam usaha mereka mengadopsi pemakaian teknologi baru dalam usaha petani meraka.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1978
S12804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Setiyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu aspek yang penting dari pembangunan pertanian berkelanjutan adalah sumber daya manusianya. Oleh karena itu, regenerasi petani menjadi hal penting untuk dilakukan, terutama dalam menarik pemuda desa yang produktif untuk melanjutkan usaha di sektor pertanian. Akan tetapi, dalam kurun waktu belakangan ini, jumlah tenaga kerja petani yang berusia muda semakin menurun. Pemuda desa lebih memilih untuk migrasi ke kota untuk mencari pekerjaan. Studi-studi sebelumnya menyebutkan bahwa para pemuda memiliki persepsi negatif terhadap sektor pertanian seperti pekerjaan kotor, pekerjaan orang tua, dan pendapatan rendah. Studi-studi lain juga menyebutkan bahwa status sosial ekonomi dan lingkungan turut mempengaruhi pilihan pemuda untuk meninggalkan sektor pertanian di desa. Penelitian ini mengambil studi di Desa Pulosaren Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah yang berfokus pada keluarga petani hortikultura dengan menggunakan metode kualitatif yang didukung pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan observasi. Di Desa Pulosaren, struktur agraria mengalami perubahan yang ditandai dengan fenomena penyewaan lahan kepada perusahaan. Hasil lain dari penelitian ini adalah proses regenerasi petani terjadi karena ketimpangan struktur agraria yang ada di Desa Pulosaren, di mana keluarga yang memiliki akses dan kepemilikan lahan yang lebih dari 2.000 meter persegi memiliki kesempatan untuk meregenerasi keluarganya, baik itu mengelola lahannsendiri atau sebagai petani penggarap di perusahaan.
ABSTRACT
One of the important aspects of sustainable farming development is its human resources. Therefore, the regeneration of farmers becomes an important thing to do, especially in attracting the productive village youth to continue their efforts in the agriculture sector. However, over the recent period, the number of young farmers workforce is declining. The village youth prefer to migrate to the city to find work. Previous studies have mentioned that young people have a negative perception of agriculture sectors such as dirty work, parental work, and low income. Other studies have also mentioned that socio-economic and environmental status have influenced young peoples choices to abandon the farming sector in the village. This study took a study in Pulosaren village in Wonosobo Central Java that focuses on the family of horticultural farmers using qualitative methods supported data collection in the form of in-depth interviews and observations. In Pulosaren Village, the agrarian structure has undergone changes marked by the land rental phenomenon to the company. Another result of this research is the process of regeneration of farmers occurs because of the inequality of agrarian structures existing in the village Pulosaren, where families who have access and land ownership of more than 2,000 square meters have the opportunity to Regenerate their families, whether they manage their own land or as a farmer in the company.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Nugraha
Abstrak :
Penelitian ini mengenai bagaimana dampak kebijakan tataniaga jeruk di Sambas, Kalimantan Barat pada pertanian daerah, beserta respon para petani terhadap kebijakan itu. Kebijakan itu dikeluarkan oleh pemerintah provinsi Kalimantan Barat melalui Surat Keputusan Gubernur nomor 88 tahun 1988, dengan tujuan untuk membantu para petani jeruk, namun karena beberapa kendala, harga jeruk mengalami penurunan, sehingga membuat para petani jeruk melancarkan berbagai protes. Munculnya kebijakan tataniaga jeruk dikarenakan pemerintahan provinsi melihat peluang, sehingga mereka berniat menyejahterakan petani dan meningkatkan penerimaan daerah. Alasan pemilihan judul tersebut adalah karena menggambarkan konsep dari tema artikel, tentang akibat yang ditimbulkan pembatasan perdagangan dalam pelaksanaan kebijakan tataniaga jeruk. Penelitian sebelumnya tentang tataniaga jeruk di Sambas yang ditemukan penulis berupa laporan daerah oleh tim persepsi daerah SMERU dan penelitian mahasiswa pascasarjana UGM. Tujuan penelitian artikel ini adalah untuk mengkaji permasalahan tataniaga jeruk beserta dampaknya terhadap pihak yang terlibat. Penulis menggunakan surat kabar sejaman dan beberapa laporan daerah sebagai sumber primer. Metode yang digunakan ialah metode sejarah, melalui pengumpulan sumber yang diverifikasi, interpretasi, dan historiografi. Temuan penelitian adalah kebijakan tersebut ditangani secara salah sehingga menyimpang dari tujuan awalnya, menimbulkan protes dari petani, namun kurang berdampak karena sentralisasi pemerintahan. ......This research explores the impacts of Citrus Commerce Policy in Sambas, West Kalimantan and the way citrus farmers in Sambas responded to it. The policy was brought out through the Surat Keputusan Gubernur number 88/1988, for the local welfare, but due to false interferences, the citrus's marketprice slightly deteriorated. The policy was issued because the provincial government saw citrus as an opportunity, so they decided to partake in helping the farmers and increases regional incomes. The title was picked because of the concept of “impact of the trade limitation”. The previous researches on citrus commerce in Sambas the writer could find are the regional report by the SMERU Region Perception Team and a thesis by postgraduate students from UGM. This article's purpose is to study the issue of the citrus commerce and its effect on the involved parties. As primary sources, the writer used the same-time newspaper and regional report. This research was made using historical method, through heuristic, verification, interpretation, and historiography. Writer's finding is that the citrus commerce was initially made for the welfare, however, the wrong handling of the policy by monopsony spawned the protest, yet had less effect since the centralistic system used by central government.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pembangunan pertanian terdiri dari serangkaian upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, yang pada gilirannya, akan mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Di Kalimantan Barat, lahan gambut dipilih sebagai alternatif untuk mencapai tujuan tersebut. Kajian ini berupaya mengevaluasi kinerja petani jagung di lahan gambut. Berlokasi di Kampung Limbung, Pontianak, riset ini didasarkan pada survei kuantitatif menggunakan prosedur statistik korelasional. Penelitian ini menghasilkan sejumlah kesimpulan, yaitu: (1) kinerja petani masih tergolong rendah, (2) faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja adalah level kompetensi, dukungan produksi, dan intensitas interaksi petani dengan tim fasilitator
300 MIMBAR 27:1(2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4   >>