Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aktika Chandra
Abstrak :
Pemilihan temperatur preheating yang dipakai dalam pengelasan adapter bucket excavator sangat penting untuk menentukan mampu las pada baja yang akan dilas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan preheating terhadap ketangguhan, kekerasan dan struktur mikro las dengan metode pengelasan GMAW menggunakan elektroda ER70S-6 diameter 1,4 mm. Penelitian ini menggunakan bahan baja paduan rendah cor yang mengandung komposisi kimia C = 0,19 %, Si = 0,541 %, Mn = 1,03 %, Mo=0,248%, P=0,011 %, Ni = 0,884 %, Cr=1,05%, V=0,004%. Bahan diberi perlakuan preheating dengan variasi temperatur yaitu temperatur ruang atau tanpa preheating, temperatur 150°C dan temperatur 3500C. Spesimen dilakukan pengamatan cacat las, pengujian impak, kekerasan dan foto mikro pada daerah logam dasar baja adapter, HAZ baja adapter, logam las, HAZ baja base edge dan logam dasar baja base edge. Sesuai hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan variasi perlakuan preheating pada pengelasan adapter bucket excavator terjadi perubahan struktur mikro akibat laju pendinginan yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap ketangguhannya. Ketangguhan paling optimal pada pengelasan adapter bucket excavator adalah pada penggunaan preheating 150°C. ......The selection of preheating temperature that use in a weld adapter bucket excavator it is important to determine weldability of steel that will be weld. This research aim to knowing effect of preheating temperature on thoughness and microstructure in welded adapter bucket excavator by GMAW process using welding electrode ER70S-6 with wire diameter 1.4mm. The research use low alloy steel casting with chemical composition C = 0,19 %, Si = 0,541 %, Mn = 1,03 %, Mo=0,248%, P=0,011 %, Ni = 0,884 %, Cr=1,05%, V=0,004%. The material is treated with preheating and the temperature is differentiate to room temperature or no preheating, preheating 150°C and preheating 350°C. Specimen analyze by visual inspection, impact test, hardness test and microscopic photo on adapter steel base metal, HAZ adapter steel, weld metal, HAZ base edge steel and base edge steel base metal. According to result of observation can be summarized that with variation of preheating temperature on weld adapter bucket excavator change the microstructure affected by different cooling rate, thus influence to the toughness of adapter. Optimal toughness in welded adapter bucket excavator is occur at preheating 150°C.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S702
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jamalludin
Abstrak :
Hydraulic Excavator merupakan salah satu jenis dari alat berat yang pada dasarnya digunakan dalam pekerjaan construction (konstruksi) dan mining (pertambangan). Alat ini digunakan untuk menggali, memuat dan memindahkan tanah, pasir, batu-batuan dan bahan tambang lainnya. Dalam perkembangannya (pasca Asia economic crisis), Hydraulic Excavator tidak hanya difungsikan pada pekerjaan-pekerjaan konstruksi dan pertambangan saja, namun sudah merambah ke sektor perkayuan (logging) dengan menggunakan attachment Rotary Log Grapple. Rotary Log Grapple (RLG) merupakan salah satu attachment pada hydraulic excavator yang berfungsi untuk pekerjan loading dan un-loading kayu. RLG ini menggunakan 2 buah cylinder untuk menggerakkan clawnya, sedangkan untuk gerak putarnya menggunakan rotator. Keseimbangan gerakan antara claw in dan claw out pada RLG berpengaruh besar terhadap produktifitas. Untuk itu, agar menjamin keseimbangan gerak tersebut salah satu sistem yang dipakai adalah LINK yang menghubungkan antara claw in dan claw out-nya. Pada penelitian ini dilakukan Perancangan Sistem Link Rotary Log Grapple (RLG) 1.8m yang difokuskan penggunaannya pada Hydraulic Excavator Komatsu PC300LC-7. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda ULRICH dimana dilakukan mulai dari permintaan customer, pemilihan konsep, penegasan spesifikasi sampai dengan permodelan. Dalam thesis ini, pembahasan meliputi perancangan mekanisme dan struktur Rotary Log Grapple 1.8 m2 dengan pemodelan CAD dalam Pro Engineer Wildfire 2 dan perhitungan kekuatan komponen yang difokuskan pada komponen link dengan menggunakan Geometry Element Method (GEM) dengan software Pro Mechanica. Untuk mengkonfirmasi ketahanan RLG, dilakukan pula pengujian eksperimental pada prototype RLG di lapangan.
Hydraulic Excavator is one kind of heavy equipment, which has main function for construction and mining operation. This equipment using for digging, loading and unloading soil, sand other mineral material. After Asia economic crisis, the function of Hydraulic Excavator not only for construction and mining job, but also for logging sector, which install Rotary Log Grapple attachment. Rotary Log Grapple (RLG) is one of attachment on hydraulic excavator, which have the function job for loading and unloading log. This RLG use 2 cylinders for claws movement and for rotating use ROTATOR. Balance of claws on RLG is big effect for productivity. Therefore, to ensure balance itself we use LINK as one of system, which connect between claw in and claw out. This research is Design Link System Rotary Log Grapple (RLG) 1.8m2 focus for Hydraulic Excavator Komatsu PC300LC-7. This research use ULRICH method, starting from customer request, concept selection, and specification until CAD model on Pro Engineer Wildfire 2 and for calculation use Geometry Element Method (GEM) with Pro Mechanica Software. To confirm durability of RLG, we do experimental test (stress test) on prototype RLG in job site.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16159
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheryn, Hinton J.
Weybridge,: Surrey : Ian Alla, 1995
629.225 SHE i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Haq Dja`far
Abstrak :
Penggunaan baja High Strength Low Alloy telah menjadi hal yang umum di kalangan industri khususnya produsen alat berat. Baja HSLA ini digunakan sebagai material bucket tooth yang merupakan salah satu komponen pada excavator. Proses pembuatan bucket tooth melalui beberapa tahapan proses perlakuan panas mulai dari hasil pengecoran, yaitu normalisasi, pre-tempering, austenisasi, quenching, dan double tempering. Proses perlakuan panas tersebut masih menunjukkan adanya austenit sisa yang cukup untuk menyebabkan terjadinya fenomena delay crack akibat austenit sisa yang bertransformasi dan menimbulkan tegangan pada bucket tooth. Penelitian ini akan berfokus pada penurunan angka austenit sisa dengan salah satu metode pendinginan yaitu subzero treatment dan melihat pengaruhnya terhadap struktur mikro serta sifat mekanis pada baja HSLA. Perlakuan subzero dilakukan setelah proses quenching. Perlakuan subzero dilakukan dengan mendinginkan baja hingga temperatur -176oC, setelahnya akan dilanjutkan proses perlakuan panas yaitu double tempering. Penelitian ini akan membandingkan hasil perlakuan as-quenched dengan as-subzero dan as-QTT dengan as-QSTT sehingga akan didapatkan perbedaan struktur mikro serta sifat mekanis dari perlakuan panas konvensional dengan perlakuan subzero. Hasil penelitian ini mendapatkan penurunan jumlah austenite sisa 6,8% menjadi 3,9% pada as-quenched dengan as-subzero dan 2,7% menjadi 1,2% pada as-QTT dengan as-QSTT. Selain itu terjadi peningkatan sifat mekanis yaitu kekerasan dari 48,22 HRC atau 480 HV menjadi 48,8 HRC atau 490 HV pada produk jadi atau setelah as-QTT dan as-QSTT. Sehingga, penurunan jumlah austenite sisa dan peningkatan sifat mekanis yaitu kekerasan dapat dilakukan dengan perlakuan subzero.
The use of High Strength Low Alloy steel has become common in the industry, especially heavy equipment manufacturers. HSLA steel is used as a bucket tooth material which is one of the components in an excavator. The process of making bucket tooth goes through several stages of the heat treatment process starting from the casting results, in order normalization, pre-tempering, austenization, quenching, and double tempering. The heat treatment process still shows the presence of retained austenite which is enough to cause the phenomenon of delay crack due to retained austenite that is transformed and causes stress to the bucket tooth. This research will focus on decreasing the amount of retained austenite by one of the cooling methods namely subzero treatment and seeing its effect on the microstructure and mechanical properties of HSLA steel. Subzero treatment is carried out after the quenching process. Subzero treatment is done by cooling the steel to a temperature of -176oC, after which the heat treatment process will be continued, which is double tempering. This study will compare the results of as-quenched treatment with as-subzero and as-QTT with as-QSTT so that microstructure and mechanical properties of conventional heat treatment with subzero treatment will be obtained. The results of this study show a decrease in the amount of retained austenite from 6,8% to 3,9% in as-quenched with as-subzero, and 2,7% to 1,2% in as-QTT with as-QSTT. Also, there was an increase in mechanical properties which is hardness from 48,22 HRC or 480 HV to 48,8 HRC or 490 HV in the finished product or after as-QTT and as-QSTT. Thus, decreasing the amount of retained austenite and increasing mechanical properties which is hardness can be done by the subzero treatment.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Dwiki Noer Ramadhan
Abstrak :
Penelitian ini didasari adanya masalah crack pada produk bucket tooth yang menggunakan material baja HSLA di industri alat berat setelah 2 bulan pengiriman ke pelanggan(delayed crack). Penelitian sebelumnya mengemukakan bahwa delayed crack ini diduga akibat adanya austenite sisa yang bersifat metastabil. Austenite sisa dapat bertransformasi menjadi martensite sehingga terjadi peningkatan volume dan tegangan internal yang menyebabkan delayed crack. Penelitian ini berfokus mengurangi austenite sisa dengan variasi suhu tempering. Suhu temper yang digunakan adalah 155°C, 205°C, 255°C, dan 305°C Mikrostruktur menunjukkan adanya transformation zone yaitu daerah dimana transformasi fasa yang terjadi belum sempurna. Hasil dari penelitian ini menunjukkan jumlah austenite sisa dan nilai kekerasan menurun ketika suhu temper dinaikkan.
This research is based on the problem of crack on bucket tooth products using HSLA steel material in heavy equipment industry after 2 months of delivery to customers (delayed crack). Previous studies have suggested that the delayed crack is thought to be due to metastable retained austenite. The retained austenite can be transformed into martensite which causes an increase in internal volume and stress resulting in delayed crack. This research focuses on reducing retained austenite with variations in tempering temperature. Tempering temperatures used were 155°C, 205°C, 255°C, and 305°C. Microstructure shows that there is a transformation zone, which is an area where phase transformation is not yet perfect. The results of this study indicate the amount of remaining austenite and the value of hardness decreases when the temper temperature is raised.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library