Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nahida Rani
Abstrak :
Penelitian ini meninjau signifikansi kavitasi hidrodinamika terhadap ozonasi dan pengaruh laju alir air dalam disinfeksi bakteri Salmonella sp. Proses disinfeksi yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari tiga konfigurasi, yaitu secara ozonasi, secara kavitasi hidrodinamika, serta gabungan ozonasi dan kavitasi hidrodinamika. Variasi laju alir air yang digunakan pada masing-masing konfigurasi sebesar 2 L/menit, 3 L/menit, dan 4 L/menit. Ozon dihasilkan dengan menggunakan ozonator komersial dengan laju alir gas 1,37 L/menit, sedangkan pembangkit kavitasi yang digunakan adalah injektor venturi. Pada konfigurasi gabungan ozon dengan kavitasi hidrodinamika menunjukkan hasil yang terbaik dalam disinfeksi Salmonella sp. dengan laju alir air 4 L/menit. Pada laju alir air yang sama sebesar 4 L/menit, konfigurasi gabungan ini mencapai 100% disinfeksi Salmonella sp. dalam waktu kurang dari 15 menit. Pada konfigurasi ozon tunggal mencapai 100% disinfeksi sekitar 30 – 45 menit, sedangkan konfigurasi kavitasi tunggal hanya mencapai 99,69% hingga menit ke-60. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya kavitasi hidrodinamika yang dikombinasikan pada ozonasi serta laju alir air yang besar memberikan pengaruh yang optimum dan efektif dalam disinfeksi Salmonella sp.
This study observe the significance of hydrodynamic cavitation to ozonation and influence of water flowrate in the disinfection of Salmonella sp. In this study, disinfection process consists of three configurations, those are ozonation, hydrodynamic cavitation, as well as a combination of ozonation and hydrodynamic cavitation. Variation of water flowrate used in each configuration at 2 L/min, 3 L/min, and 4 L/min. Ozone is generated using a commercial ozonator at 1,37 L/min, while cavitation generator used venturi injector. In the configuration of the ozone combined with hydrodynamic cavitation showed the best results in disinfection of Salmonella sp. at 4 L/min. At the same water flowrate of 4 L/min, the combined configuration reached 100% disinfection of Salmonella sp. in less than 15 minutes. In the single ozone configuration reached 100% disinfection about 30-45 minutes, while the single cavitation configuration only reached 99,69% until minute 60. The results of this study indicate that the hydrodynamic cavitation combined on ozonation, and the high water flowrate gives optimum and effective condition in disinfection of Salmonella sp.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Fathul Karamah
Depok: Universitas Indonesia, 2013
UI-IJTECH 4(1-3) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
W. Widjaya Chandra
Abstrak :
Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial pada jaringan berkeratin, misalnya kulit, rambut, dan kuku, yang disebabkan oleh dermatofita. Secara garis besar, dermatofita dapat digolongkan ke dalam 3 genus, yaitu Trichophyton (7), Microsporum (M), dan Epidermophyton (E). Berdasarkan habitat primernya, dermatofita dibagi atas spesies yang bersifat antropofilik, zoofilik, dan geofilik. Pengetahuan mengenai jenis habitat tersebut dapat digunakan untuk melacak sumber penularan dermatofitosis. Laporan marbiditas divisi Mikologi, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (IKKK), Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Perusahaan Jawatan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (FKUI 1 Perjan RSCM), Jakarta antara Januari 1999 dan Desember 2003 menunjukkan jumlah pasien dermatofitosis sebesar 53,53 % dari total 7170 orang pasien baru yang berobat ke poliklinik divisi Mikologi. Tinea kruris danlatau korporis mencakup 92,4% dari seluruh pasien baru dermatofitosis. Dermatofitosis dapat bersifat kronis residif dan dipengaruhi oleh faktor pejamu, agen, dan lingkungan. Faktor pejamu yang berperan antara lain keringat berlebihan, pakaian oklusif, diabetes melitus, sindrom Cushing, dan kondisi imunokompromais. Spesies penyebab terjadinya kronisitas dan rekurensi tersering adalah T. rubrum. Trichophyton rubrum bersifat antropofilik sehingga kurang memicu respons peradangan pada pejamu dengan akibat infeksi menjadi kronis. Foster, dkk. melakukan survei epidemiologi infeksi jamur kulit di Amerika Serikat dari tahun 1999 sampai dengan 2002 dan menemukan bahwa T. rubrum merupakan jamur patogen utama penyebab tinea kruris dan/atau korporis.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Dara Aullia
Abstrak :
Latar Belakang: Alginat mengandung mikroorganisme akibat paparan dari rongga mulut sehingga perlu prosedur desinfeksi. Desinfeksi dapat mempengaruhi sifat fisik seperti stabilitas dimensi, reproduksi detail dan kompatibilitas dengan gipsum. Indonesia telah memproduksi bahan cetak alginat sendiri. Belum ada penelitian mengenai pengaruh teknik desinfeksi penyemprotan terhadap sifat fisik alginat buatan Indonesia. Tujuan: Mengetahui perbedaan pengaruh teknik desinfeksi penyemprotan dengan larutan Natrium hipoklorit (NaOCl) 0,5%, Glutaraldehid 2% dan Klorheksidin 0,2% antara bahan cetak alginat buatan Indonesia (Hexalgin) dan buatan luar negeri (GC Aroma Fine Plus Normal Set) terhadap stabilitas dimensi, reproduksi detail dan kompatibilitasnya dengan gipsum (dental stone). Metode: Pembuatan 20 spesimen alginat buatan Indonesia dan 20 spesimen alginat buatan luar negeri mengikuti standar ISO 1563 dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan desinfeksi penyemprotan yaitu dengan NaOCl 0,5%, Glutaraldehid 2%, Klorheksidin 0,2% dan Kontrol kemudian didiamkan dalam kantung plastik zip lock selama 10 menit. Pengecoran dengan dental stone tipe III. Perubahan dimensi, reproduksi detail, dan kompatibilitas dengan gipsum diuji sesuai standar ISO 1563 dan 21563 dan diukur menggunakan kaliper digital dan dinilai dengan kamera digital dengan perbesaran 6,3x. Analisis data dengan uji statistik One Way Anova dan uji Pearson Chi-Square. Hasil: Rerata perubahan dimensi antara kelompok perlakuan desinfeksi penyemprotan dengan larutan disinfektan berbeda menunjukkan berbeda makna secara statistik (p<0,05) pada alginat buatan Indonesia maupun alginat buatan luar negeri. Rerata perubahan dimensi antara alginat buatan Indonesia dengan alginat buatan luar negeri tidak berbeda makna secara statistik (p≥0,05). Rerata perubahan dimensi pada hasil cetakan alginat buatan Indonesia dan buatan luar negeri secara berurutan setelah desinfeksi penyemprotan dengan NaOCl 0,5% (0,030±0,011% dan 0,016±0,011%), Glutaraldehid 2% (0,055±0,013% dan 0,041±0,013%), Klorheksidin 0,2% (0,078±0,015% dan 0,064±0,011%) dan Kontrol (0,011±0,011% dan 0,011±0,011%). Proporsi reproduksi detail dan kompatibilitas dengan gipsum konstan, yaitu seluruh garis tereproduksi dan kompatibilitas dengan skor 2. Kesimpulan: Perubahan dimensi alginat buatan Indonesia setelah desinfeksi penyemprotan dengan NaOCl 0,5%, Glutaraldehid 2%, dan Klorheksidin 0,2% dapat diterima secara klinis, mereproduksi detail dengan baik, dan kompatibel dengan dental stone tipe III. Desinfeksi dengan NaOCl 0,5% memberikan perubahan dimensi yang paling kecil. ......Background: Alginate contains microorganisms due to exposure from the oral cavity, so it needs a disinfection procedure. Disinfection can affect physical properties such as dimensional stability, reproduction of details and compatibility with gypsum. Indonesia has produced its own alginate impression material. There has been no research on the effect of spraying disinfection techniques on the physical properties of Indonesian-made alginates. Objective: Determine the difference in the effect of spraying disinfection techniques with 0.5% sodium hypochlorite, 2% glutaraldehyde and 0.2% chlorhexidine between alginate impression materials made in Indonesia (Hexalgin) and alginate made in foreign countries (GC Aroma Fine Plus Normal Set) on dimensional stability, detail reproduction and compatibility with gypsum (dental stone). Methods: The manufacture of 20 specimens of alginate made in Indonesia and 20 specimens of alginate made in foreign countries following the ISO 1563 standard were divided into 4 spraying disinfection treatment groups, namely 0.5% NaOCl, 2% Glutaraldehyde, 0.2% Chlorhexidine and Control then left in a zip plastic bag lock for 10 minutes. Casting with dental stone type III. Dimensional changes, detail reproduction and compatibility with gypsum were tested according to ISO 1563 and 21563 standards and measured using digital calipers and assessed with a digital camera at 6.3x magnification. Data analysis with One Way Anova and Pearson Chi-Square statistical test. Results: The mean dimensional change between the spraying disinfection treatment groups with different disinfectant solutions showed statistically different meanings (p<0.05) for alginates made in Indonesia and foreign countries. The mean change in dimensions between alginate made in Indonesia and foreign countries did not differ in statistical significance (p≥0.05). The mean dimensional changes in the results of alginate impressions made in Indonesia and foreign countries after disinfection by spraying with 0.5% NaOCl (0.030±0.011% and 0.016±0.011%), Glutaraldehyde 2% (0.055±0.013% and 0.041±0.013%), Chlorhexidine 0.2% (0.078±0.015% and 0.064±0.011%) and Control (0.011±0.011% and 0.011±0.011%). The proportion of detail reproduction and compatibility with gypsum is constant, the entire line is reproduced and compatibility with a score of 2. Conclusion: Changes in the dimensions of alginate made in Indonesia after spray disinfection with 0.5% NaOCl, 2% Glutaraldehyde, and 0.2% Chlorhexidine are clinically acceptable, reproduce details well, and were compatible with dental stone type III. Disinfection with 0.5% NaOCl gave the smallest dimensional change.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhar Fuadi
Abstrak :
ABSTRAK
Kualitas Mikrobiologi merupakan parameter yang sangat penting pada air minum. Keberadaan mikroba dalam air minum bisa menjadi kasus kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan banyak korban. Karena itu kualitas mikrobiologi dalam air harus sangat diperhatikan. Kualitas Mikrobiologi biasa dinyatakan dalam koliform. Residual klorin merupakan bahan kimia yang paling umum digunakan sebagai disinfektan mikroba. Kehadiran klor bebas dipercaya mampu mencegah pertumbuhan mikroba didalam air. Oleh karena itu perlu untuk diketahui pengaruh residual klorin terhadap kualitas mikrobiologi, untuk menjamin air bersih bebas dari mikroba. Parameter lain seperti kekeruhan dan total zat organik juga dianalisa pengaruhnya terhadap kualitas mikrobiologi.
ABSTRACT
Microbiological quality is a very important parameter in drinking water. The existence of microbe especially pathogen in drinking water could become a case of public health that causes a lot of victims. Therefore microbiological quality in the water should be kept. Generally microbiological quality in the water expressed in total coliform. Residual chlorine is the most common chemicals used as disinfectants of microorganism in water. The presence of free chlorine is believed to prevent microbiological growth in water. Therefore it is necessary to note the influence of residual chlorine to microbiological quality, to ensure the clean water free from pathogens. Other parameters such as turbidity and total organic matter were also analyzed its effect on microbiological quality.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42165
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Repelita
Abstrak :
Fumigasi adalah suatu kegiatan memasukkan/melepaskan pestisida (fumigan) kedalam ruangan tertutup/kedap udara selama waktu tertentu dengan tujuan untuk membasmi tikus dan serangga sebagai vektor penyebab penyakit menular. Pekerjaan fumigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam program pemberantasan vektor dikapal dan pesawat dengan menggunakan fumigant methyl bromide. Dari revew 542 literatur (Budnik et al., Environmental Health 2012), termasuk in vitro dan studi epidemiologi pajanan untuk studi epidemiologi pestisida methyl hidrokarbon, terutama efek beracun (kronik) atau karsinogenik dari penggunaan methyl bromide antara tahun 1990-2011, ditemukan 91 kasus toksisitas methyl bromide dan 29 menggunakan istilah ?karsinogenik, neoplastik atau mutagenik". Tiga studi epidemiologi dievaluasi, menilai suatu kemungkinan hubungan antara kanker dan methyl bromide. Methyl bromide dianggap sebagai bahan karsinogen potensial di dasarkan pada penelitian terhadap hewan yang telah menunjukkan potensi karsinogenik dari senyawa ini (J. Donald Millar, M.D., D.T.P.H., NIOSH, 2003). Penelitian Saragih (2009), aktivasi kolinesterase darah pada petugas fumigasi kapal pada 66 responden, sebanyak 25,8% yang mempunyai tingkat aktivasi kolinesterase darah yang termasuk dalam kategori keracunan dan 74,2% mempunyai tingkat aktivasi kolinesterse darah. Data Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Pinang, 2012, didapat dua orang kasus terpajan methyl bromide dengan kerusakan kulit berat. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat resiko terpajan methyl bromide pada pekerja fumigasi kapal di wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Batam dan Tanjung Pinang, tahun 2013. Analisis resiko dilakukan secara semi-kuantitatif berdasarkan Australian Standar/New Zealand Standar 4360 Risk Management yang terdiri dari nilai kemungkinan (Likehood), nilai dampak (consequence) sehingga diperoleh tingkat resiko (Level Of Risk) dengan cara analisa matrik W.T Fine. Dari hasil analisa matrik terhadap dua metode fumigasi tersebut ditentukanlah suatu prosedur atau kontrol dalam mencegah atau menanggulangi resiko bahaya fumigasi kapal. ...... Fumigation is an activity insert/release pesticide (fumigant) into a closed room/airtight during a certain time in order to eradicate rodents and insects as vectors of disease-causing infectious. Fumigation on ships and aircrafts has been programmed by government to eradicate vectors such as rodents and insects used the fumigants i.e. methyl bromide. Based on 542 of review literatures (Budnik et al, Environmental Health, 2012), including in vitro and epidemiological studies of pesticide exposure for epidemiological studies methyl hydrocarbon, especially toxic effects (chronic) at or carcinogenic methyl bromide of use between the years 1990 - 2011, found 91 cases of toxicity methyl bromide and 29 used in term ?carcinogenic, neoplastic or mutagenic?. Then, three epidemiological studies evaluated, assessing a possible link between cancer and methyl bromide. Methyl bromide considered as a potential carcinogen based on animal studies that have demonstrated the carcinogenic potential of this compound. (J. Donald Millar, MD, DTPH, NIOSH, 2003). Saragih (2009) studied activation of blood cholinesterase ship fumigation officer on 66 respondents, 25.8% have blood cholinesterase levels of activation were included in the category of poisoning and the remaining 74.2% have an activation of blood cholinesterase. According the data in Tanjung Pinang Port Health Office, 2012, acquired two cases of methyl bromide exposed to severe skin damage. In this dissertation aims to analyze the level of risk in workers exposed to methyl bromide fumigation of ships in the Port Health Office of Batam and Tanjung Pinang, in 2013. Risk analysis performed semi-quantitatively based on Australian Standard/New Zealand Standard 4360 Risk Management consisting of the value of probability (likelihood), the value of impact (consequence) in order to obtain the level of risk analysis by matrix WT Fine. Based on the analysis of the matrix for two methods of fumigation were revealed a procedure or control in preventing or overcoming hazards ship fumigation.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35026
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Putri Komarudin
Abstrak :
Udara bersih merupakan kebutuhan utama manusia, namun kualitas udara dalam ruang menunjukkan bahwa tingkat polutan biologis di dalam ruangan jumlahnya cukup tinggi. Pada penelitian ini dilakukan rekayasa alat purifikasi udara dengan menggunakan multi teknologi, berupa HEPA filter, UV-C, plasma ion, dan fotokatalis berupa komposit Cu/g-C3N4/WO3. Kombinasi dilakukan untuk mengoptimasi proses disinfeksi dan meningkatkan waktu disinfeksi. Karakterisasi hasil sintensis katalis dilakukan dengan menggunakan teknik Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX), X-Ray Diffraction (XRD), Photoluminescene, dan Ultaviolet-Visible Diffuse Refelectance Spectroscopy (UV-Vis DRS). Penelitian ini dilakukan dengan sintesis katalis Cu/g-C3N4/WO3 dengan variasi dopan Cu (1, 2, dan 3%) dengan metode impregnasi basah. Komposisi katalis terbaik diuji dengan menggunakan uji dekolorisasi metilen biru dan uji disinfeksi bakteri pada fasa cair. 2% Cu/g-C3N4/WO3 yang merupakan katalis terbaik di lapiskan ke permukaan filter dan dilakukan pengujian disinfeksi bakteri dan jamur pada fasa udara dengan menggunakan alat purifikasi multi teknologi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode aktif menggunakan alat sampling udara dan didapatkan kombinasi teknologi HEPA filter, UVC, plasma ion, dan fotokatalis merupakan kombinasi teknologi optimum yang dapat mendisinfeksi hingga 100% dalam waktu dua jam bakteri dan jamur di udara. ......Clean air is a fundamental human necessity, yet indoor air quality shows that the level of biological pollutants indoors is quite high. This research involves the engineering of an air purification device using multiple technologies, including a HEPA filter, UV-C, plasma ion, and a photocatalyst composite of Cu/g-C₃N₄/WO₃. The combination aims to optimize the disinfection process and enhance the disinfection time. The catalyst synthesis results were characterized using techniques such as Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX), X-Ray Diffraction (XRD), Photoluminescence, and Ultraviolet-Visible Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV-Vis DRS). The study synthesized the Cu/g-C₃N₄/WO₃ catalyst with varying Cu dopant levels (1%, 2%, and 3%) using the wet impregnation method. The best catalyst composition was tested using methylene blue decolorization and bacterial disinfection tests in the liquid phase. The best catalyst, 2% Cu/g-C₃N₄/WO₃, was then coated onto the filter surface and subjected to bacterial and fungal disinfection tests in the air phase using the multi-technology purification device. Testing was conducted using active air sampling methods, and the results showed that the combination of HEPA filter, UV-C, plasma ion, and photocatalyst was the optimal technology combination that could disinfect up to 100% of bacteria and fungi in the air within two hours.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatia Chairunnisa
Abstrak :
[Penelitian ini memanfaatkan karbon aktif dan zeolit sebagai adsorben untuk proses disinfeksi alternatif Escherichia coli. Metode alternatif disinfeksi bakteri Escherichia coli yang potensial salah satunya menggunakan proses kavitasi hidrodinamika plat orifice. Untuk meningkatkan kinerja disinfeksi, digunakan adsorben karbon aktif dan zeolit dengan variasi laju alir. Pada laju alir 9 liter/menit menunjukkan hasil yang terbaik untuk disinfeksi Escherichia coli. Dosis untuk kedua adsorben tersebut adalah 3 gram/liter. Pada dosis tersebut menunjukkan jumlah bakteri pada konsentrasi awal kisaran 106 CFU/ml dan jumlah bakteri yang didisinfeksi pada menit ke 60 menggunakan karbon aktif dan zeolit berturut-turut adalah 66,67 CFU/ml dan 533 CFU/ml. Luas permukaan adsorben berkurang setelah proses disinfeksi. Presentase pengurangan luas permukaan karbon aktif tanpa plat orifice dan karbon aktif dengan plat orifice adalah 7,4% dan 6,3%. Sedangkan untuk zeolit tanpa plat orifice dan zeolit dengan plat orifice adalah 14,14% dan 25,48%., This research used activated carbon and zeolite as adsorbent for Escherichia coli disinfection process. One of alternative process that potentially for E.coli disinfection is hydrodynamic cavitation using orifice plate. In term to increase the disinfection activity, activated carbon and zeolite are used with flow rate variation. It showed that the best flow rate for disinfection Escherichia coli is 9 LPM. Futhermore, we used 3 gram/liter for each of adsorbent. The initial consentration of Escherichia coli is 106 CFU/ml and the quantity of bacteria that has been disinfected at 60 minutes with both activated carbon and zeolite are 66,67 CFU/ml and 533 CFU/ml. The surface area of adsorbent is decrease after disinfection process. The decrease presentation of activated carbon without orifice plate and activated carbon with orifice plate are 7,4% and 6,3%. Whereas, the decrease presentation of zeolite without orifice and zeolite with orifice are 14,14% and 25,48%.]
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Novia Berliana
Abstrak :
Pada penelitian ini, metode es terozonasi dimanfaatkan untuk memperpanjang masa guna ikan tuna. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas es terozonasi dalam memperpanjang masa guna ikan tuna. Efektivitas pengawetan dengan es terozonasi dilihat dari jumlah Total Bakteri Mesofil Aerobik, kadar air, pH, kadar protein, dan perubahan massa. Ikan tuna dikontakkan dengan es pada wadah berpenyaring dan wadah biasa. Dosis ozon terlarut dalam es yang digunakan adalah 0,15; 0,20; dan 0,25 mg/L. Pada wadah berpenyaring dengan dosis 0,25 mg/L, jumlah Total Bakteri Mesofil Aerobik pada penyimpanan 5oC hari ke-7 dan 25oC hari ke-1 dapat ditekan hingga 107 banyaknya dibanding blanko perilaku lain dengan tingkat eliminasi mula-mula sebesar 72,92%. Dalam keadaan tersebut, ikan masih dapat dikategorikan segar dengan kadar air sebesar 76,59%, pH 6,76, dan kadar protein 21,62%. Durasi pengontakkan es dengan ikan dilakukan selama 2 jam dan 4 jam. Pada durasi kontak 2 jam, hasil eliminasi jumlah Total Bakteri Mesofil Aerobik pasca pengawetan didapatkan hingga 95,8%. Pada penyimpanan 5oC hari ke-7 dan 25oC hari ke-1, ikan masih dikategorikan segar dengan kadar air sebesar 75,43%, pH 6,76, dan kadar protein 24,57%. Akibat adanya kontak dengan es terozonasi, terdapat penurunan massa hingga 0,6 gram atau 12%. ......In this study, the ozonated ice was used to extend the lifetime of tuna. This study aims to evaluate the effectiveness of ozonated ice in extending the lifetime of tuna. The effectiveness of ozonated ice is seen from the Total amount of Aerobic Mesophyll Bacteria (TAMB), water content, pH, protein content, and mass change. Tuna is contacted with ice on filtered containers and ordinary containers. The dissolved dose of ozone used in the ice is 0.15; 0.20; and 0.25 mg/L. In filtered containers with 0.25 mg/L of ozone, TAMB at storage of 5oC on day 7 and 25oC on day 1 can be reduced by 107 compared to other behavioral forms with an initial elimination rate of 72.92%. In these circumstances, fish can still be categorized as fresh fish with moisture content 76.59%, pH 6.76, and protein content 21.62%. The duration of contacting ice with fish is 2 hours and 4 hours. At 2 hours of contact duration, the results of elimination of the TAMB were up to 95.8%. At storage of 5oC on day 7 and 25oC on day 1, fish are still categorized as fresh fish with moisture content 75.43%, pH 6.76, and protein content 24.57%. Due to contact with ozonated ice, there is a decrease in mass up to 0.6 grams or 12%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Putra
Abstrak :
Pisang mas merupakan buah yang popular karena merupakan salah satu sumber dari vitamin dan mineral bagi tubuh manusia. Meskipun demikian, pisang mas tergolong komoditas yang sangat mudah rusak diakibatkan bakteri pembusuk. Ozon dapat berfungsi sebagai disinfektan yang tidak berbahaya dan telah diterapkan dalam pengawetan makanan. Pada penelitian ini, pisang mas sebagai sampel diawetkan dengan memanfaatkan gas ozon dengan variasi durasi kontak dan frekuensi penyemprotan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyemprotan ozon dalam menjaga kualitas pisang mas. Sampel diozonasi dengan dosis 3 ppm, variasi durasi kontak 3 menit, 5 menit, dan 10 menit dan frekuensi penyemprotan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali. Parameter kualitas yang dievaluasi berupa nilai Total Bakteri Mesofil Aerobik, kandungan kalium, perubahan massa, total padatan terlarut, dan organoleptik. Sampel disimpan selama 7 hari untuk melihat perkembangan karakteristiknya. Gas ozon dengan durasi 10 menit dan frekuensi 1 kali menghasilkan nilai yang lebih rendah (3,45x103 CFU/g) dibandingkan sampel kontrol (6,20x104 CFU/g) dan menekan penurunan kekurangan massa dan total padatan terlarut sebesar 5,33% dan 16,67 % dalam penyimpanan 168 jam. Selain itu, gas ozon mampu menaikkan jumlah kandungan kalium sebesar 23% dan menghasilkan nilai organoleptik yang lebih baik dibandingkan sampel kontrol ......Lady finger banana is a popular fruit which is source of vitamins and minerals for the human body. Lady finger bananas are classified as a commodity that is easily damaged by rotting bacteria. Ozone can function as a disinfectant that is not harmful and has been applied in food preservation. In this study lady finger bananas as a sample were preserved to extend its shelf life using ozone with variations in contact duration and frequency of spraying. This study aims to determine the effect of ozone spraying on maintaining the quality of lady finger bananas. Sample was ozonated at dose of 3 ppm, contact duration of 3 minutes, 5 minutes and 10 minutes and frequency of 1 time, 2 times, and 3 times. The quality parameters evaluated by its total mesophyll aerobic bacteria, potassium content, fresh matter loss, total soluble solid, and organoleptic. Sample was stored for 7 days to see the development of its characteristics. Ozone gas with duration of 10 minutes and frequency of 1 time resulted lower values (3,45x103 CFU/g) than the control (6,20x104 CFU/g), suppress the decrease in fresh matter loss and total soluble solid up to 5.33% and 16.67% in 168 hours storage. In addition, ozone gas increased the amount of potassium content up to 23 % and resulted a higher organoleptic test value than the control
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>