Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Albertus Djarot Noersasongko
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T58773
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Dean Indah Ayyu
Abstrak :
Latar Belakang: Memprediksi tahap pertumbuhan struktur kraniofasial dapat menjadi tantangan pada subjek dengan pola wajah yang berbeda. Maturasi vertebra servikalis merupakan salah satu indikator dalam menentukan tahap pertumbuhan. Perbedaan waktu tercapainya tahap maturasi dianggap berkaitan dengan karakteristik intrinsik pertumbuhan vertikal wajah dengan pola dimensional yang berbeda. Tujuan: Mengetahui distribusi tahap maturasi vertebra servikalis berdasarkan pola vertikal wajah dan perbedaan usia tercapainya tahap pubertal pada subjek perempuan dengan pola vertikal wajah yang berbeda. Metode: Studi deskriptif dan analitik komparatif retrospective cross sectional pada pasien di Klinik Ortodonti RSKGM FKG UI. Tracing dilakukan pada sefalometri lateral untuk mengetahui pola vertikal wajah berdasarkan sudut SN-GoGn dan tahap maturasi vertebra servikalis dengan analisa Baccetti et al. (2005). Hasil: Terdapat perbedaan bermakna rata-rata usia tercapainya tahap pubertal pada subjek perempuan antara pola vertikal wajah hipodivergen dengan hiperdivergen dan normodivergen, namun tidak terdapat perbedaan bermakna rata-rata usia antara subjek dengan pola hiperdivergen dan normodivergen. Secara klinis, ditemukan bahwa subjek dengan pola vertikal wajah hiperdivergen mencapai tahap pubertal paling cepat, diikuti pola normodivergen, dan kemudian hipodivergen. Kesimpulan: Terdapat perbedaan rata-rata usia kronologis tercapainya tahap pubertal maturasi vertebra servikalis pada subjek perempuan dengan pola vertikal wajah yang berbeda. ......Background: Predicting the craniofacial growth could be a challenge in subjects with different facial pattern. Cervical vertebrae maturation method can be used to determine an individual growth stage. The different time of attainment of a maturation stage is considered to be related to intrinsic characteristic of a vertical facial growth with different dimensional pattern. Objective: To determine the distribution of cervical vertebrae maturation in different vertical facial pattern and assess the difference in age of attainment of pubertal stage in different vertical facial pattern in female. Method: Retrospective cross sectional study is done on patients at RSKGM FKG UI Orthodontic Clinic. Cephalometric lateral radiograph is traced to determine vertical facial pattern based on SN-GoGn angle and cervical vertebrae maturation stage with the analysis of Baccetti et al. (2005). Result: Statistical analysis showed significant difference between the age of attainment of pubertal stage in female subjects with hypodivergent with hyperdivergent and normal vertical facial pattern, while no significant difference was found between hyperdivergent and normal vertical facial pattern. Clinically, hyperdivergent female subjects found to be the earliest to attain pubertal stage, followed by normal, then hypodivergent vertical facial pattern. Conclusion: Female subject’s mean age of attainment of pubertal stage in cervical vertebrae maturation differ according to vertical facial pattern.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruthy Yulianti
Abstrak :
Latar Belakang : Sefalometri lateral merupakan pemeriksaan radiograf penunjang yang menjadi standar utama dalam mengetahui kelainan kompleks kraniofasial anak terutama pada kelainan pola skeletal serta menegakkan diagnosis dan penentuan rencana perawatan. Sefalometri memiliki efek paparan radiasi yang kumulatif dan dapat menginduksi kematian sel sehingga dapat merusak fungsi organ. Sekarang ini, terdapat pergeseran paradigma tujuan perawatan ortodontik yang lebih mengutamakan penilaian jaringan lunak. Fotometri lateral telah digunakan sebagai alat diagnostik non-invasif dan dapat memprediksi nilai keselarasan skeletal. Analisis fotometri dinilai lebih efektif, andal, dan ekonomis dalam menilai morfologi kraniofasial profil wajah. Tujuan : Menganalisa perbedaan jarak dan sudut radiografi sefalometri terhadap fotometri lateral pada anak dengan maturasi vertebra servikal tahap dua dan tiga ras Deutro Melayu sebagai landasan dalam penentuan diagnosis dan rencana perawatan. Metode Penelitian: Penelitian potong lintang dengan total subyek 38 anak dengan CVS 2 – CVS 3 ras Deutro Melayu. Pengambilan radiograf sefalometri lateral dan fotometri lateral serta dianalisis menggunakan aplikasi perangkat lunak (Webceph). Hasil : Tidak terdapat perbedaan signifikan antara sudut SNA, jarak NA, dan jarak FHP pada sefalometri lateral dengan sudut TrgNA, jarak N’A’, dan jarak FHP’ pada fotometri lateral. Kesimpulan : Fotometri lateral dapat dipertimbangkan menjadi alternatif dalam mengevaluasi kelainan kraniofasial yang lebih sederhana, eknomis, dapat dilakukan berulang dan bersifat radioproteksi. ......Background: Lateral cephalometry is a supporting radiograph examination that is the main standard in finding out the abnormalities of the pediatric craniofacial complex, especially in skeletal pattern abnormalities and establishing a diagnosis and determining a treatment plan. Cephalometry has the effect of cumulative radiation exposure and can induce cell death that damage organ function. Currently, there is a paradigm shift in orthodontic treatment goals that prioritizes soft tissue assessment. Lateral photometry has been used as a non-invasive diagnostic tool and can predict skeletal alignment. Photometric analysis is considered more effective, reliable, and economical in assessing the craniofacial morphology of the facial profile. Objective: To analyze the difference in distance and angle of cephalometric radiographs to lateral photometry in children with stage two and three cervical vertebra maturation of the Deutro Malay race as a basis for determining the diagnosis and treatment plan. Methods: A cross-sectional study with a total of 38 subjects with CVS 2 - CVS 3 of Deutro Malay race. Lateral cephalometry and lateral photometry radiographs were taken and analyzed using a software application (Webceph). Results: There is no significant difference between SNA angle, NA distance, and FHP distance in lateral cephalometry with TrgNA angle, N'A' distance, and FHP' distance in lateral photometry. Conclusion: Lateral photometry can be considered as an alternative in evaluating craniofacial abnormalities that are simpler, economical, repeatable and radioprotective.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghifari Syuhada
Abstrak :
ABSTRACT
Nowadays, a method of additive manufacturing is the optimum option to create any implant that has many benefits for the patient compared to subtractive manufacturing. For instance, an additive manufacturing can construct the product in layers by successively depositing material. Hence, it can create a design specific implant which will fits the patient rsquo s anatomy. It could also reduce cost by minimizing wasted material when constructing the product and many more. This paper, studies the biomechanical properties of a 3D printed composite scaffold made from Poly Lactic acid PLA and injectable Hydroxyapatite ceramic. The scaffold is designed to be implanted on the backbone as a spacer in cervical laminoplasty. Therefore, a stress and strain simulation will be applied on COMSOL to understand the Young rsquo s Modulus of each scaffold with different number of fillers. Another experimental method of approach will also be conducted to create a comparison of actual result and simulated result. In addition, various approach to understand the porosity percentage of the scaffold will also be done.
ABSTRACT
Saat ini, metode fabrikasi aditif merupakan pilihan optimum untuk menciptakan implan yang memiliki banyak manfaat bagi pasien dibandingkan dengan manufaktur subtraktif. Misalnya, manufaktur aditif dapat memfabrikasi produk secara berlapis-lapis dengan mendepositkan material secara berlapis. Oleh karena itu, dapat dibuat implan khusus desain yang sesuai dengan anatomi pasiennya. Ini juga bisa mengurangi biaya dengan meminimalkan bahan terbuang saat memfabrikasi produk. Dalam makalah ini penulis akan mempelajari sifat biomekanik dari scaffold komposit yang dicetak 3D dan terbuat dari Poly Lactic-acid PLA dan keramik Hidroksiapatit HA yang dapat diinjeksi. Scaffold dirancang untuk ditanamkan di tulang belakang sebagai spacer pada Cervical Laminoplasty. Oleh karena itu, simulasi stress dan strain akan diterapkan pada COMSOL untuk memahami modulus Young dari setiap scaffold dengan jumlah pengisi HA yang berbeda. Metode pendekatan eksperimental lainnya juga akan dilakukan untuk membuat perbandingan hasil aktual dan hasil simulasi. Selain itu, berbagai pendekatan untuk memahami persentase porositas scaffold juga akan dilakukan.
2017
S69367
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firmansyah Muhammad
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Keterlibatan vertebra servikal akibat trauma, penyakit degeneratif dan neoplasma sering diperlukan tindakan intervensi pembedahan. Pengetahuan anatomis yang detail tentang vertebra servikal sangat dibutuhkan akan tetapi terdapat perbedaan pada dimensi vertebra pada beberapa ras. Pengetahuan dimensi elemen vertebra sangat penting untuk perkembangan instrumentasi pada tulang belakang servikal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data mengenai morfometrik vertebra servikal pada populasi orang IndonesiaMetode Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada 66 spesimen kering vertebra servikal dimana 33 berjenis kelamin laki-laki dan 33 perempuan yang didapatkan dari Departemen Anatomi pada enam fakultas kedokteran. Hanya vertebra yang intak, tanpa osteofit atau metastasis tumor diperiksa pada penelitian ini. Semua parameter linear diukur dengan menggunakan caliper digital vernier dengan akurasi 0,01 mm, caliper tersebut mempunyai depth gauge yang digunakan untuk mengukur dimensi vertebra servikal. Pengukuran angular dengan menggunakan goniometri standard. Semua pengukuran vertebra servikal dilakukan oleh tiga orang. Semua struktur yang simetris diukur secara bilateralHasil Penelitian. Secara umum tidak terdapat perbedaan signifikan pada beberapa komponen vertebra servikal. Vertebra servikal pada spesimen laki-laki secara umum mempunyai ukuran rerata yang lebih besar meskipunpada beberapa komponen pada perempuan lebih tinggi. Perbedaan yang signifikan ditemukan pada lebar pedikel pada C3, 4, 5 dan 7 untuk pedikel sisi kanan dan kiri.Kesimpulan. Penelitian morfometrik ini yang dilakukan pada populasi orang Indonesia akan sangat berarti untuk instrumentasi yang baik pada tulang belakang servikal dimana dimensi berukuran kecil pada vertebra servikal mempunyai tantangan tersendiri pada ahli bedah selama pemasangan plate dan screw.
ABSTRACT
Introduction. The predilection of the cervical spine to a wide array of traumatic, degenerative and neoplastic disease necessitates frequent surgical intervention. A detailed anatomical knowledge of the cervical spine is required but variability in vertebral dimension exists amongst different races. Knowing the dimensions of the vertebral elements is very important for the development of instrumentation to the cervical spine. The aim of the study was to present a morphometric reference database for cervical vertebra of the Indonesian population.Methods. The study was conducted on 66 dried human cervical vertebra of 33 males and 33 females collected from the Department Anatomy of six medical colleges were examined. Only intact vertebrae, free from any osteophytes or metastatic tumors were excluded in the study. All linear parameter were measured using a digital vernier caliper accurate to 0.01 mm, the caliper had a depth gauge which was used to measured the dimensions of cervical vertebra. The angular measurements were made using a standard goniometer. All measurements were made by three observers. All symmetrical structure were measured bilaterally.Results. Generally we find no significant difference between measurement components. Men cervical specimen generally had higher number of mean, although for several components women were higher. Significance difference were found for pedicle width C3, 4, 5 and 7, for both right and left pedicles .Conclusions. The present morphometric study in Indonesian population would be valuable for the successful instrumentation of the cervical spine as smaller dimension of the cervical vertebrae pose a challenge to the surgeon during application of plates and screw
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiyanti Saidah
Abstrak :
Panjang mandibula dapat diukur dari titik Kondilus ke titik Gnathion melalui gambaran sefalometri lateral. Panjang mandibula juga dapat diprediksi ukurannya menggunakan suatu rumusan, akan tetapi belum diketahui prediksi panjang mandibula pada anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit. Pada penelitian ini akan dibuat rumusan prediksi panjang mandibula melalui analisis vertebra servikalis 3 dan 4 yang terlihat dari gambaran sefalometri lateral. Tujuan : Mengetahui kemungkinan penggunaan usia skeletal vertebra servikalis dalam memprediksi panjang mandibula anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit kelompok usia 9 sampai 13 tahun. Material dan metode : Subyek penelitian terdiri dari 2 kelompok, masing-masing 20 anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit pasca labioplasti dan palatoplasti pada usia 9-13 tahun. Kelompok pertama digunakan untuk membuat rumusan prediksi panjang mandibula. Kelompok kedua digunakan untuk menguji rumusan yang telah didapat pada kelompok pertama. Usia skeletal ditentukan dari analisis vertebra servikalis 3 dan 4 sesuai dengan metode Mito, 2003. Uji pada kelompok pertama menggunakan analisis regresi yang menghasilkan suatu persamaan linier, dan uji pada kelompok kedua digunakan uji t berpasangan untuk mengetahui perbedaan antara pengukuran langsung dan penghitungan menggunakan rumusan. Hasil : Dari kelompok pertama, diperoleh rumusan prediksi panjang mandibula 96,079 + 0,516 x usia skeletal (dalam satuan millimeter) dengan R2 sebesar 2,0%. Pada kelompok kedua, terdapat perbedaan bermakna antara sub kelompok pengukuran langsung dan sub kelompok penghitungan menggunakan dengan rumusan (p=0,001). Kesimpulan : Usia skeletal hanya menyebabkan sebagian kecil variasi panjang mandibula (2%), sedangkan 98%-nya merupakan faktor-faktor risiko lain seperti faktor tumbuh kembang, faktor genetika dan faktor lingkungan. Sehingga persamaan yang diperoleh, tidak dapat digunakan dalam memprediksi panjang mandibula pada anak usia 9-13 tahun dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit. ......Introduction : The mandibular length can be measured from Condylus point to Gnathion point using lateral cephalograms. The mandibular length also can be predicted using a formula, but there are still no formulas for predicting the mandibular length of children with complete unilateral cleft lip and palate. In this study, the formula for predicting mandibular length will be derived by analyzing the third and fourth cervical vertebrae (CV 3 and CV 4). Objective : The purpose of this study was to assess the possibility of using cervical vertebrae bone age to predict the mandibular length of children with complete unilateral cleft lip and palate following labioplasty and palatoplasty between 9 and 13 years of age. Methods : The subjects were 2 groups of 40 children, one group to derive a formula for predicting mandibular length, the other to compare actual values and predicted values. The cervical vertebrae bone age was calculated from CV 3 and CV 4 according to the method of Mito, 2003. A regression analysis was used to determine a formula for predicting mandibular length in group one. In group two, an paired t-test was run for 10 subjects with actual values and 10 predicted values subjects. Results : In group one, the formula for predicting mandibular length was 96,079 + 0,516 x bone age (in millimeters) with R2 of 2,0%. In the group two, there was significant mandibular length difference between actual and predicted values (p = 0,001). Conclusion : Cervical vertebrae bone age affected only 2% of a mandibular length variation, while 98% were affected by other risk factors such as growth factors, genetic factors and environmental factors. The formula might not be used to predict the mandibular length of children with complete unilateral cleft lip and palate between 9 and 13 years of age.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T35044
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loes D. Sjahruddin
Abstrak :
Indonesian Journal of Dentistry 2006; Edisi Khusus KPPIKG XIV: 134-138 One of the growth indicators that can be used to assess a child's developmental growth is through skeletal maturation. Skeletal maturity can be evaluated by using anatomical changes of the cervical vertebral bones observed on the lateral cephalometric radiographs. The purpose of this study was to determine the stage of cervical vertebrae maturation of Hb E B thalassemia patients by comparing the shape changes of the second to fourth cervical vertebrae bodies with a control group. The design of this study was a cross sectional. The subjects were children with Hb E B thalassemia aged 9-14 years. The results showed that the retarded maturation of the cervical vertebrae in Hb E B thalassemia was not found in subjects of pre-puberty age (9-11 years old), but in those of puberty age (12-14 years old).;One of the growth indicators that can be used to assess a child's developmental growth is through skeletal maturation. Skeletal maturity can be evaluated by using anatomical changes of the cervical vertebral bones observed on the lateral cephalometric radiographs. The purpose of this study was to determine the stage of cervical vertebrae maturation of Hb E B thalassemia patients by comparing the shape changes of the second to fourth cervical vertebrae bodies with a control group. The design of this study was a cross sectional. The subjects were children with Hb E B thalassemia aged 9-14 years. The results showed that the retarded maturation of the cervical vertebrae in Hb E B thalassemia was not found in subjects of pre-puberty age (9-11 years old), but in those of puberty age (12-14 years old).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2006
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maryland Heights: Elsevier, 2015
616.73 TEX
Buku Teks  Universitas Indonesia Library