Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irena Wijatmo
Abstrak :
Latar Belakang: Karbonat apatit (C-Ap) digunakan sebagai material pengganti tulang karena memiliki sifat osteokonduktif dan dapat memicu pertumbuhan tulang baru. Blok C-Ap dibuat menggunakan prekursor kalsium sulfat dihidrat dengan metode disolusi presipitasi pada suhu 100oC. Kalsium sulfat dihidrat digunakan sebagai prekusor karena memiliki ion Ca2+. Larutan Na2CO3 dan Na3PO4 digunakan untuk mendapatkan ion CO32- dan PO43-. Tujuan: Penelitian ini bertujuan membuat blok C-Ap dengan perbedaan molaritas dan lama waktu perendaman dan mengkarakterisasi C-Ap yang dihasilkan. Metode: Sebanyak 48 spesimen dibuat dari prekursor kalsium sulfat hemihidrat yang dicampur akuades dengan perbandingan air : bubuk = 1 : 2. Spesimen kalsium sulfat dihidrat kemudian dilakukan proses disolusi presipitasi dengan direndam dalam larutan Na2CO3 dan Na3PO4 dengan molaritas 0,5 mol/L dan 1 mol/L, selama 48 jam dan 72 jam pada suhu 100oC. Terbentuknya senyawa C-Ap diuji dengan ATR-FTIR (Thermo Fisher Scientific, Waltham, Massachussets, USA). Pengujian absorpsi dilakukan dengan merendam spesimen dalam larutan saline dalam suhu 37oC selama 24 jam, kemudian diukur beratnya sebelum dan sesudah perendaman dengan Analytic balance (Shimadzu AX 200, Shimadzu Corp, Kyoto, Japan). Hasil: Karakterisasi FTIR menunjukkan C-Ap dapat terbentuk dengan molaritas larutan Na2CO3 dan Na3PO4 1 mol/L selama 48 dan 72 jam, sedangkan pada molaritas larutan Na2CO3 dan Na3PO4 0,5 mol/L selama 48 dan 72 jam masih terdapat senyawa SO42-. Hasil uji water sorption pada spesimen disolusi presipitasi dengan 0,5 mol/L 48 jam; 0,5 mol/L 72 jam dan 1 mol/L selama 48 jam; 1 mol/L 72 jam secara berturut-turut adalah 22,45%±2,49, 15,83%±2,46, 14,21%±3,10, dan 12,87%±2,49. Kesimpulan: Blok C-Ap dapat terbentuk dengan prekursor kalsium sulfat dihidrat dengan metode disolusi presipitasi dalam larutan 1 mol/L Na2CO3 dan 1 mol/L Na3PO4 selama 48 dan 72 jam.
......Background: Carbonate apatite (C-Ap) is used as bone material because it has osteoconductive properties and able to trigger new bone growth. The C-Ap block was made using calcium sulfate dihydrate precursor with precipitation dissolution method at 100oC. Calcium sulfate dihydrate is used as a precursor because it has Ca2+ ions. Na2CO3 and Na3PO4 solutions were used to obtain CO32- and PO43- ions. Objective: This study aims to fabricate C-Ap block with differences in molarity and immersion time and characterizes the C-Ap produced. Method: A total of 48 specimens were prepared from calcium sulfate hemihydrate precursor mixed with distilled water with a ratio of water: powder = 1: 2. Calcium sulphate dihydrate specimens were then immersed in a solution of Na2CO3 and Na3PO4 with a molarity of 0.5 mol/L and 1 mol/L, for 48 hours and 72 hours at 100oC. C-Ap then was tested with ATR-FTIR (Thermo Fisher Scientific, Waltham, Massachusetts, USA). Absorption test was done by immersing the specimen in saline solution at 37oC for 24 hours, and the weight measured before and after immersion with Analytic balance (Shimadzu AX 200, Shimadzu Corp, Kyoto, Japan). Results: FTIR characterization showed that C-Ap could be formed with molarity of 1 mol/L Na2CO3 and Na3PO4 solution for 48 and 72 hours, while in molarity of Na2CO3 and Na3PO4 0.5 mol/L solution for 48 and 72 hours there were still SO42- compounds. The water sorption test resulted on the precipitation dissolution specimens with 0.5 mol/L 48 hours, 0.5 mol/L 72 hours and 1 mol/L for 48 hours, 1 mol/L 72 hours were 22.45%±2.49, 15.83%±2.46, 14.21%±3.10, and 12.87%±2.49. Conclusion: Carbonate Apatite block can be formed with calcium sulfate dihydrate precursors by precipitation dissolution method in a solution of 1 mol/L Na2CO3 and Na3PO4 for 48 and 72 hours.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianti Kemal
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya pertumbuhan tulang pada terapi poket infraboni penyakit periodontal dengan oara transplantasi tulang dari rongga mulut orang yang sama. Jenis penelitian eksperimental klinis. Penelitian dilakukan pada 11 poket infraboni dari 8 pasien umur 24 - BU tahun. Tiga poket pada regio anterior, 8 poket pada regio posterior. Donor yang digunakan adalah tulang dibagian bukal tulang alveolar, dan tulang dari regio tidak bergigi pada regio yang sama dengan poket infraboni. Operasi dilakukan bila kalkulus sudah tidak ada, dan indeks plak < 1. Kontrol sesudah transplantasi dilakukan 10 hari sesudah operasi untuk pembukaan pek periodontal. Satu minggu berikutnya dilakukan pembukaan jahitan. Kontrol berikutnya adalah 2 minggu kemudian, setelah itu setiap bulan, untuk skoring dan kontrol plak. Untuk melihat adanya pertumbuhan tulang sesudah transplantasi dilakukan pengambilan foto gigi sebelum dan sesudah transplantasi. Diukur jarak antara batas temu sementum email dengan puncak tulang alveolar. Besarnya pertumbuhan tulang adalah selisih jarak sebelum dan sesudah transplantasi. Bila batas temu sementum email tidak jelas, dapat digunakan titik pedoman yang lain. Uji statistik digunakan "student's test". Hasil evaluasi minggu ke 1U s/d ke 19 sesudah transplantasi pertumbuhan tulang ada, tetapi secara statistik tidak bermakna. Hasil evaluasi minggu ke 31 s/d ke 36,5 pertumbuhan tulang adalah bermakna. Seoara keseluruhan hasil evaluasi minggu ke 10 s/d 36,5 seaudah transplantasi pertumbuhan tulang adalah sangat bermakna. Pertumbuhan tulang pada gigi anterior tidak bermakna, tetapi pada gigi posterior sangat bermakna. Sanpai dengan kegoyangan derajat 2, tidak ada pengaruh kegoyangan gigi terhadap pertumbuhan tulang. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak ada pengaruh faktor umur terhadap pertumbuhan tulang.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Magdalena Lesmana
Abstrak :
The human skull is a complicated structure made up from 20 constituent bones and it is thus not suprising that the pattern of growth is complicated. The fully grown skull is not simply a larger version of the inflant form. The adult skull differs not only in size but also in shape, indicating that there must be a process of differential growth. The differential growth process must be a differential activity seen in the craniofacial skelet, during the growing period and it may be divided into four component. Knowledge of craniofacial growth provides a background to the understanding of the treatment planning process and to undertake suitable interceptive treatment to hinder the stomatognathic function problems in the future.
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2003
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library