Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wilis Okti Pamungkas
Abstrak :
Metil paraben telah digunakan sebagai bahan pengawet selama lebih dari 50 tahun karena dianggap non toksik. Namun, penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa metil paraben dapat terakumulasi dalam tubuh dan dapat menyebabkan oxidative stress sehingga terjadi kerusakan DNA dengan membentuk 8-OHdG. Studi ini bertujuan untuk mengetahui adanya pembentukan kerusakan oksidatif DNA akibat paparan metil paraben yang berinteraksi dengan logam tembaga (I). Studi dilakukan secara in vitro melalui reaksi Fenton dan secara in vivo. Pada studi in vitro, 2’-deoxyguanosine direaksikan dengan metil paraben bersama logam tembaga (I) pada waktu inkubasi dan pH yang bervariasi. Studi in vivo dilakukan dengan memberikan paparan metil paraben, logam tembaga (I) maupun metil paraben dan tembaga (I) pada Rattus norvegicus. Hasil studi in vitro dianalisis dengan menggunakan LC-MS/MS dan plasma dianalisis dengan ELISA kit untuk mengetahui konsentrasi 8-OHdG yang terbentuk. Berdasarkan hasil studi menunjukkan bahwa baik metil paraben maupun logam tembaga (I) dapat memicu pembentukan 8-OHdG baik pada studi in vitro maupun pada studi in vivo. Pada Studi in vivo, metil paraben tidak memberikan efek sinergis terhadap logam tembaga (I) pada pembentukan 8-OHdG, karena penambahan metil paraben ternyata menurunkan konsentrasi 8-OHdG yang dihasilkan pada paparan logam tembaga (I). ...... Methyl paraben has been used as a preservative for more than 50 years because it is considered as non-toxic substance. However, recent research shows that methyl parabens can accumulate in the body and can cause oxidative stress resulting in DNA damage by forming 8-OHdG. This study aims to determine the formation of oxidative damage to DNA due to exposure to methyl paraben which interacts with copper (I). The study was carried out in vitro through the Fenton reaction and in vivo. In vitro study, 2'-deoxyguanosine was reacted with methyl paraben with copper (I) at various incubation and pH times. While in vivo studies were carried out by giving exposure to methyl paraben, copper (I) and methyl paraben with copper (I) on Rattus norvegicus. The results of in vitro studies were analyzed using LC-MS / MS and plasma were analyzed by ELISA kit to determine the formed 8-OHdG concentration. Based on the results of the study, it was shown that both methyl paraben and copper metal could trigger the formation of 8-OHdG in both in vitro studies and in vivo studies. In in vivo study, methyl paraben did not provide a synergistic effect on metal copper (I) on the formation of 8-OHdG, because the addition of methyl paraben apparently reduced the concentration of 8-OHdG produced by exposure to copper (I) metal.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fergie Marie Joe Grizella Runtu
Abstrak :
Gen NANOG berperan dalam pembentukan faktor transkripsi yang memiliki DNA binding domain. Protein yang dibentuk oleh gen ini memiliki kemampuan untuk menimbulkan dan mempertahankan sifat pluripotent dari sebuah sel. Dikarenakan sifat sel tumor yang pluripotent, banyak studi telah dilakukan untuk menilai peran NANOG dalam keganansan tumor. Namun, data mengenai peran NANOG pada keganansan gliom belum cukup untuk mengklarifikasi efek NANOG pada perkembangan glioma. Glioma merupakan tumor otak yang paling dijumpai dalam praktik klinis. Tantangan dalam penanganan glioma terletak pada lokasi tumor yang susah dan beresiko untuk dijangkau. Penanganan glioma, beresiko tinggi untuk mengakibatkan kerusakan pada jaringan otak yang dapat berakibat pada kehilangan fungsi tubuh dan bahkan berakibat pada kematian. Dalam kesempatan ini, studi ini dilakukan untuk meninjau peran NANOG dalam keganasan glioma untuk menunjang penanganan dini dan mengurangi mortalitas dan morbiditas penderita. Studi dilaksanankan melalui kuantifikasi gen dengan metode real-time RT-PCR atas specimen glioma yang diperoleh melalui operasi pengangkatan tumor di Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM. Hasil yang diperoleh menunjukan adanya kecenderungan ekspresi NANOG untuk lebih tinggi di glioma tingkat tinggi dibandingkan glioma tingkat rendah walau tidak signifikan menurut statisitik. Diperlukan studi yang lebih besar untuk menunjang peran NANOG sebagain penanda keganasan pada kasus glioma.
NANOG gene codes for a transcription factor with a DNA binding domain that has been found to contribute in maintenance and induction of cell pluripotency. Due to this characteristic, extensive studies have been done to evaluate its function as biomarker of tumor malignancy. However, the role of NANOG in glioma malignancy is not yet elucidated. Glioma, a leading tumor of the brain remains a challenging medical condition due to the location of the tumor. Treatment is complicated due to the high chance of compromising the brain structure which could lead to detrimental effects in body functions. The study conducted is to determine the role of NANOG in glioma malignancy by performing NANOG gene quantification using real-time RT-PCR in low-grade and high-grade glioma samples that was obtained from resection surgery in the Neurosurgery Department of FKUI-RSCM. Statistical analysis, showed that there was not significant difference in NANOG expression between the low-grade and high-grade glioma. Despite the absence of significance, there is a trend for higher expression of NANOG in high-grade glioma compared to low-grade glioma. The result, supports the proposition of NANOG as glioma malignancy biomarker. Further studies need to be conducted with greater sample to bolster the NANOG role in glioma malignancy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nalagafiar Puratmaja
Abstrak :
Ketidakseimbangan tingkat oksidan dalam tubuh dapat berkembang menjadi berbagai kondisi yang membutuhkan perawatan medis seperti penyakit neurodegeratif, penyakit jantung, dan kanker. Durian (Durio sp.) sebagai buah yang terkenal di kalangan masyarakat Indonesia telah diketahui memiliki efek antioksidan berdasarkan sejumlah penelitian. Pemberian durian dengan manfaat sebagai antioksidan diharapkan dapat menyeimbangkan kadar tersebut. Diketahui bahwa kadar senyawa karbonil dalam plasma dapat digunakan sebagai indikator oksidan yang stabil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi durian terhadap kadar senyawa karbonil pada plasma darah tikus. Jenis tikus Sprague-Dawley digunakan sebagai binatang percobaan dengan berat berkisar antara 100-150 gram. Tikus ini kemudian dibagi ke dalam empat grup. Grup kontrol hanya diberikan makanan standar dan air. Grup A, B, dan C mendapatkan tambahan larutan durian 10 mg/10 ml sebanyak dua kali per hari selama satu minggu (grup A), dua minggu (grup B), dan tiga minggu (grup C). Senyawa karbonil pada plasma diukur menggunakan teknik spektrofotometri. Hasil penelitian menemukan penurunan kadar senyawa karbonil pada grup A dengan kontrol. Temuan pada grup lain tidak dapat dianalisa karena jumlah sampel yang tersisa terlalu sedikit untuk mendapatkan kesimpulan.
Oxidant level imbalance in human body is related to several medical conditions including neurodegenerative disease, heart disease and cancer. Durian (Durio sp.), a famous fruit in Indonesia, is known for having antioxidant effect based on several studies. Administration of durian with its antioxidant effect expected to balance the amount of oxidant. Plasma carbonyl compounds have the capability to act as stable indicator of oxidant. The aim of this study is to investigate the effect of durian to the level of rat?s plasma carbonyl compound. Sprague-Dawley rats were used in this study, weighted between 100-150 grams. The rats then divided into four groups. Control group only received standard feeding and water. Group A, B, and C were given additional treatment with 10 mg/10 ml twice daily of durian solution for one week (group A), two weeks (group B), and three weeks (group C). Plasma carbonyl compound concentration measured under spectrophotometer. Result of this study shows that in-group A there was lower level of plasma carbonyl compound compared to control group. However, the amounts of samples from the other groups were too small. Therefore, the result from the other groups cannot be analysed.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eugene Satryo
Abstrak :
ABSTRAK
Fungsi kardiovaskular adalah salah satu masalah paling relevan dalam penatalaksanaan Terapi ART untuk anak yang terinfeksi HIV. Pengobatan dan HIV sendiri memberi kesan bahwa mereka juga dapat menyebabkan komplikasi kardiovaskular manifestasi klinis yang mempengaruhi jantung dan juga menyebabkan komplikasi terkait dengan vaskularisasi masa depan. Salah satu manifestasi kardiovaskular pada anak yang terinfeksi HIV hal ini dapat tercermin dari tingkat penanda biologis yang larut dalam risiko kardiovaskular. Translokasi mikroba dapat menyebabkan LPS bersirkulasi tinggi dalam darah dan merupakan faktor risiko manifestasi kardiovaskular.
ABSTRACT
Cardiovascular function is one of the most relevant issues in the management of ART therapy for HIV-infected children. Treatment and HIV alone suggest that they can also cause cardiovascular complications of clinical manifestations that affect the heart and also cause complications associated with future vascularity. One of the cardiovascular manifestations in HIV-infected children this can be reflected in the level of biological markers that dissolve in cardiovascular risk. Microbial translocation can cause high circulating LPS in the blood and is a risk factor for cardiovascular manifestations.
Depok: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library