Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Hasoloan
"ABSTRAK
Radiasi laser transversely excited atmospheric carbon dioxide (TEA CO2) difokuskan dengan bantuan lensa ZnSe ke permukaan target gelas Pb dengan titik lebur rendah. Terlihat jelas bahwa plasma yang terbentuk terdiri atas dua bagian yang berbeda, yaitu plasma primer, yang terletak tepat diatas permukaan target, berwarna putih terang dengan densitas dan suhu yang sangat tinggi dan plasma sekunder yang memancarkan spektrum garis atomik dengan sinyal latar belakang yang rendah. Dari hasil pengukuran terlihat bahwa intensitas total emisi plasma primer berbanding lures dengan energi laser dan intensitas total emisi plasma sekunder juga berbanding lurus dengan energi laser. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang linier antara plasma primer dan plasma sekunder sehingga mendukung model bahwa plasma sekunder dibentuk dari atom-atom yang memancar keluar dare plasma primer dengan kecepatan tinggi. Selanjutnya pengukuran laju propagasi muka emisi plasma sekunder menunjukkan bahwa laju propagasi muka emisi plasma sekunder sebanding dengan waktu pangkat 0,4 yang mana sesuai dengan model gelombang kejut sferis yang diturunkan secara teoretis oleh Sedov. Karakteristik spektrokimia seperti pengukuran nisbah SIB dari gelas Pb bail( pada udara maupun gas helium menunjukkan bahwa nisbah SIB adalah hampir sama balk pada udara maupun gas helium. Hal ini membuktikan bahwa analisis spektrokimia dapat dilakukan di lingkungan udara bertekanan rendah sehingga akan sangat menghemat biaya analisa.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Himawan
"ABSTRAK
Ruang lingkup tugas akhir ini terbatas pada evaluasi pola grid yang effisien pada kasus spesifik, balok- balok grid beton yang amendukung beban merata dari bangunan gedung bertingkat sedang. Pala (bentuk dan posisi silang ) balok - balok grid beton yang akan dianalisa tersusun seem orthogonal dan diagonal. Program yang akan digunakan adalah STAAD III versi 20.1.
Berat sendiri dari pads balok grid turut diperhitungkan, sedangkan beban yang bekerja pada balok grid berasal dari pelat bujur sangkar. Luas pelat yang dihitung yaitu 6m x 6m, 8m x 8m, 10m x 10m dan 12m x 12m.
Dengan luas dan ketebalan pelat yang lama besar, beban yang sama, modulus elastisitas beton sama, akan ditinjau besarnya lendutan yang terjadi.
Harga satuan dari besi, beton dan bekisting adalah sama.
Balok - balok grid beton yang memenuhi syarat struktur berhasil, dihitung jumlah harga balok dan jumlah harga pelat beton, yang di5ebut dengan ""Harga Y"". Harga Y harus meme3nuhi ""Kriteria Harga"" yang telah ditetapkan. Dalam satu kelompok Kriteria Harga dapat berupa balok - balok grid yang tersusun secara orthogonal maupun diagonal, dimensi balok yang bervariasi maupun luas pelat yang bervariasi.
Balok grid tipe TB adalah balok grid yang memberikan basil yang relatif paling baik dibandingkan balok - balok grid tipe lainnya dalam menjawab tiga simulasi non dimensional yang diperlihatkan.

"
2001
S35646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Herlambang
"ABSTRAK
Dalam penelitian ini telah dilakukan pembuatan beam splitter untuk alat bidik
senjata yang dibuat dari lapisan tipis aluminium (Al) dengan empat macam massa
yaitu 13, 15, 20, 25, 30 dan 190 mg. Pembuatan lapisan tipis dilakukan dengan
metoda evaporasi vakum pada tekanan 10-6 torr. Substrat yang digunakan adalah
gelas BK7 yang telah dipoles. Lapisan tipis Al diuji durabilitasnya dengan cara
menggosok lapisan tipis Al dengan karet penghapus standar sebanyak 20 kali.
Untuk mengetahui sifat optik, maka dilakukan pengujian transmitansi substrat
gelas BK7, transmitansi dan spektrum cahaya lapisan tipis Al menggunakan
spektrofotometer terkalibrasi. Selain itu dilakukan pula pengujian kemampuan
beam splitter dalam menerima cahaya pada berbagai posisi dengan mengukur
dimensi beam profile pada posisi beam splitter 10, 20, 30 dan 40 cm dan jarak
ukur 100, 200 dan 300 m menggunakan sumber cahaya laser hijau 1000 mW 532
nm.

ABSTRACT
Fabrication of beam splitter for weapon aiming device made from Al thin film
with four different source masses 13, 15, 20, 25, 30 and 190 mg has been done.
The thin film fabrication was made by using vacuum evaporation method at
pressure 10-6 torr. The substrates used were polished Borosilicate glass (BK7).
The films were tested its durability by rubbing the standard eraser on the films for
20 times. A calibrated spectrophotometer was used to obtain optical characteristic
of Al films and the substrate including transmittance and spectrum transmittance
in visible region (400 - 650 nm). A green laser 1000 mW 532 nm was used as
light source to test ability of beam splitter 50/50 and the substrate in receiving
light by measuring beam profile dimension at different position and distance."
2012
T31088
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Dede Handika
"Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan faktor keluaran dari berkas foton lapangan kecil pada medium homogen dan inhomogen dengan berbagai variasi pengukuran. Variasi pengukuran faktor keluaran yang dilakukan pada penelitian ini yaitu variasi medium (homogen dan inhomogen), detektor, kedalaman ekuivalen (5 g/cm2 dan 10 g/cm2), energi (6 MV dan 10 MV), teknik (SSD dan SAD), dan bentuk lapangan (square dan circular). Pengukuran faktor keluaran dilakukan dengan menggunakan detektor bilik ionisasi Exradin A16, bilik ionisasi Semiflex, dan Film Gafchromic EBT3 pada ukuran lapangan ekuivalen 0.8 cm. 2.4 cm, 4 cm, dan 10 cm. Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa pengaruh medium homogen menghasilkan deviasi kurang dari 6% ketika menggunakan detektor Exradin A16 dan kurang dari 4% ketika menggunakan Film Gafchromic EBT3. Pada medium inhomogen deviasi >10% ketika ukuran lapangan 0.8 cm dan 2.4 cm. Perbedaan kedalaman menghasilkan deviasi kurang dari 3% untuk medium homogen kurang dari 10% untuk medium inhomogen. Pengaruh teknik penyinaran terhadap faktor keluaran menghasilkan perbedaan deviasi kurang dari 4%. Pengaruh bentuk lapangan terhadap faktor keluaran menghasilkan deviasi sebesar -22.24% ketika menggunakan detektor bilik ionisasi Semiflex dengan ukuran lapangan ekuivalen 0.8 cm dan bentuk lapangan circular.

This study was aimed to determine output factors of small field for photon beams in homogeneous and inhomogeneous medium. The variations are consist of a variation of medium (homogeneous and inhomogeneous), detector, equivalent of depth (5 g/cm2 and 10 g/cm2), energy (6 MV and 10 MV), technique (SSD and SAD), and shape of field (square and circular). The output factor measurements are using Exradin A16 and Semiflex ionization chamber beside Gafchromic EBT3 Film and various equivalent field sizes of 0.8 cm, 2.4 cm, 4 cm, and 10 cm. Result shown that deviations of output factor for homogeneous medium being less than 6% when using Exradin A16 ionization chamber and less than 4% when using Gafchromic EBT3 Film. Deviation for inhomogeneous medium >10% in the field size of 0.8 cm and 2.4 cm. Difference of depth produce a deviation less than 3% for homogeneous medium and less than 10% for inhomogeneous medium. The influence of technique to output factor shown difference of deviation less than 4%. The influence of the shape of field to output factor shown that deviation -22.24% when using Semiflex ionization chamber with equivalent field size 0.8 cm and the shape of field is circular.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Prasinda Putri
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi dosis perifer pada berkas foton FFF dan WFF. Pada penelitian ini, berkas foton WFF dan FFF 6 MV dari pesawat LINAC Varian Trilogy® diukur menggunakan detektor bilik ionisasi IBA CC13 dan film radiokromik GAFChromicTM EBT3 pada fantom air. Pengukuran dilakukan pada variasi lapangan 0.8 0.8 cm2 hingga 10 10 cm2 variasi kedalaman dmax, 5 gr/cm2, dan 10 gr/cm2dan pada jarak 0.6 cm hingga 5 cm dari tepi lapangan radiasi. Dengan kondisi pengukuran yang identik pada geometri fantom yang sama, pengukuran dosis radiasi perifer juga dilakukan menggunakan pemodelan pada ECLIPSETM TPS dengan kalkulasi Analytic Anisotropic Algorithm (AAA). Dosis perifer ditentukan sebagai normalisasi dosis terhadap CAX. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dosis perifer meningkat terhadap kedalaman dan luas lapangan, namun menurun hampir eksponensial terhadap jarak dari tepi lapangan. Dosis radiasi perifer dari berkas WFF lebih tinggi dari berkas FFF dengan diskrepansi terbesar bernilai 4.63% dari hasil pengukuran menggunakan detektor CC13, 12.09% dari hasil GAFChromicTM EBT3, dan 2.35% dari hasil kalkulasi TPS. Berkas foton FFF menghasilkan dosis radiasi perifer yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan berkas WFF pada setiap kedalaman dan lapangan, terutama pada titik yang relatif dekat dengan tepi lapangan. Namun, penggunaan berkas FFF pada lapangan kecil tidak mereduksi dosis radiasi perifer secara signifikan.

Research has been performed to evaluate the peripheral dose from the FFF and WFF photon beam. In this study, 6 MV WFF and FFF photon beams from Varian Trilogy® LINAC were measured by IBA CC13 ionization chamber detector and GAFChromicTM EBT3 film in the water phantom. Measurements were performed at varying field sizes (0.8x0.8 cm2 10x10 cm2), depths (dmax, 5 gr/cm2, and 10 gr/cm2), and distances from the field edge (0.6 cm-5 cm). With identical conditions on the same phantom geometry, peripheral dose measurements were also modeled in ECLIPSETM TPS by using Analytic Anisotropic Algorithm (AAA) dose calculation models. PD was determined as a normalized dose to the CAX dose. The PDs were found to tend to increase with increasing depth and field size, but decrease exponentially with increasing distance from the radiation field edge. The PD of WFF photon beams were found to be greater than FFF with the largest discrepancy valued at 4.63% from the measurement results using CC13, 12.089% using GAFChromicTM EBT3, and 2.35% using TPS calculation. FFF photon beams produce PDs that tend to be lower than WFF at each depth and field size, especially in areas relatively close to the field edge. However, the FFF photon beams did not significantly reduce PDs in the small field sizes.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chatarina Niken Dwsbu
"Penelitian lni berupa peroobaan di Iaboratorium dengan skala penuh
untuk mengetahui perilaku sambungan pracetak dengan aistem takik.
Sambungan diletakkan di sendi plastis balok yang diharapkan mengalami
kenancuran teriebih dahulu seteiah mencapai kekuatan yang diinginkan.
Sambungan ini dibuat dengan bentuk pracetak tertakik dan tulangan Ientur
dimasukkan pada kedua bagiannya di Iubang yang disiapkan. Lubang
kemudian diinjeksi. Bagian sambungan ditutup dengan bahan pengisi dari
Janis iidak menyusut dan mempunyai kekuatan minimal sama dengan mutu
baton pracetaknya.
Terdapat tiga elemen dalam penelitian ini yaitu satu buah baiok
sederhana untuk pengujian lantur dengan beban berulang, satu buah balok
sederhana untuk pengujian geser dengan beban monotonik dan satu
elemen koiom - balok untuk pengujian beban horizontal secara siklik dan
beban vertikal konstan.
Pengujian Ientur menuniukkan beban maximum 23.9 ton, beban retak
pertama 6.64 ton. Hasil perhitungan beban monotonik maximum adalah
38.67 ton dengan demikian beban yang dicapai pada pengujian beban
berulang 61.8 % nya. Lendutan maximum benda uji 61.09 mm dengan
beban 51 % beban maximum. Beban Ieieh tidak berbeda pada bagian
batas sambungan dan di tengah sambungan. Tulangan yang masuk ke
Iubang dan yang tidak mempunyai perilaku disipasi energi sama baik. Letak
lapis tulangan Ientur tidak mempengaruhi disipasi energi. Retak
terkonsentrasi pada daerah dengan tulangan Iantur yang tidak rapat dan
pada batas sambungan.
Pengujian beban geser mempefiihatkan beban maximum 38.2 ton,
beban retak 17.85 ton dan hasil perhitungan menunjukkan beban maximum
28.132 lon di luar sambungan dan 41.12 di sambungan. Beban ratak
pertama 10.94 ton. Beban 80 % beban maximum yaitu 30.56 ton
mempunyai lendutan 1.072 mm. Pengujian kolom-balok menunjukkan Iup histerisis cukup baik sampai
Siklus 28. Kehandalan ditinjau dari penurunan beban kurang dari 20 %
beban maximum, jumlah daktilitas kumulatif, penurunan kekakuan dan
disipasi energi pada dua siklus berurutan, rasio disipasi energi relatif dan
kekakuan sekan pada batas drifi -0.0035 dan +0.DO35. Berdasarkan hal
tersebut maka dktilitas yang mampu dicapai adalah 6573. Kehancuran
benda uji ini terletak di sendi plastis dan elemen ini mampu
mengembangkan kekuatan dan kemampuan deformasi untuk zone 6
dengan jenis tanah Iembek. Pada percobaan dipakai untuk gedung
berlantai 6. Tulangan silang di sendi plastis berperan mendisipasi energi
secara bergantian.
Tipe retak adalah retak lentur dilanjutkan retak geser pada siklus
akhir. Tidak ditemukan keretakan di titik kumpul dan kolom. Perbandingan
dengan hubungan monolit maka tipe ini Iebih aman.
Sambungan ini menambah kasanah jenis sambungan praoetak yang
telah ada dan memberlkan masukan bagi tersusunnya peraturan tentng
beton pracetak untuk menahan gaya gempa.

Abstract
This detail examination is laboratory expenrnent with full scale to nnd
out behavior precastconcrete connection with notch system. The dimention
of beam and column based on building of six stories high. The location of
this connection is at beam plactic hinge and this concept design is at this
location the failure will be occur after the element .got the ideal force. This
connection have a notch at two part of precast and the bending bar go into
the hole that prepare at precast notch. Alter that the hole get an tiller liquid
injection. This connection is pour unshrinkage cement that has same quality
with precast concrete.
There are three element in this experiment. One is simple beam to
repeatly bending test, one is simple beam to monotonic shear test and the
else is a beam ~ column element to horizontal cyclic test with constant
vertical force. ~
The bending test shown the maximum force is 23.9 ton and first
cracking force is 6.64 ton. The computation result with monotonic loading is
38.67 ton as maximum force this test only has 61.8 % monotonic maximum
force. Maximum displacement of this test is 61.09 mm at 51 % maximum
force. Yielding force at the border and the middle of the connection has
same value. Behavior of bar that go into the hole as good as the regular bar.
Bending bar layer has not energy dissipation etfect. Crack concentration is
at area that has smaller bending bar and at connection border
The result of shear test are maximum force is 38.2 ton, the first
cracking force is 17.85 ton. The result of it's computation are the maximum
force is 28.132 at out of connection and in connection is 41.12 ton ton and
the first cracking force is 8.926 ton. The 80 % maximum force that is 30.56
ton has 1.072 mm deflection. _
The failure mode is bending at the beam and than shear failure at last
cycle without craking at joint and column. Comparative with monolit the
failure mode is more safe. Beam - column test produce good histerisis loop until 28th cycle. The
performance trade on force degradation not more than 20 % maximum force,
cumulative ductility, degradation of stilfness and energy dissipation from two
cycle in a series/elative energy dissipation ratio,secant stiffness between
drift limits of -0.0035 and +0.0035. Based of that the element ductility is
6. 673. The location of failure at the connection or at the beam plastic hinge
and the element is capable to develop it's strength and deformation after
yielding. The system can applied at 6th seismic zone with soft soil. The
connection crossing bar is capable to dissipate the energy by tum.
This system enrich the kind of precast connection and give any input
for concrete structure seismic regulation for precast."
2001
T5279
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivienne Wahab
"
ABSTRAK
Topik yang dibahas pada tugas akhir ini adalah mengenai analisa statik maupun dinamik terhadap tiga elemen balok geser transversal, yaitu elemen Discrete Kirchhoff Mindlin for Beams (DSB); Poutre Mixed Linear (MLB) dan Poutre Mixed Quadrilateral (MQB). Elemen ini digunakan pada kasus portal bidang (2 nodal 6 dof)
dan pada kasus portal ruang (2 nodal 12 dot). Ketiga elemen ini diuji ketangguhannya baik pada analisa statik maupun dinamik.
Dari ketiga elemen diatas, elemen MQB merupakan elemen yang mempunyai perfonnance yang paling baik baik untuk balok tipis maupun balok tabal. Keunggulan elemen ini dikarenakan adanya faktor pengaruh geser φ yang merupakan rasio antara tinggi balok dan panjang elemen, dan juga dikarenakan oleh formulasi model hibrida pada elemen ini.
Pada karya tulis ini, juga diturunkan perumusan gaya nodal ekivalen untuk berbagai macam pembebanan, yang setelah diujikan kebenarannya memberikan hasil yang baik.
Untuk analisa dinamik problem getaran bebas, selain formulasi matriks kekakuan untuk setiap elemen yang merupakan standart untuk problem statik, ditambahkan formulasi matriks massa elemen yang menggunakan metode matriks massa terkumpul (Lump mass). Sedang untuk solusi nilai eigermya digunakan metode subspace ileralion.
Pengujian elemen untuk problem statik dilakukan dengan melakukan test-test standart untuk statik seperti test nilai eigen, patch test dan lain-lain. Sedang untuk analisa dinamik, dipergunakan standart NAFEMS dengan memperhatikan konvergensi nilai-nilai frekuensi naturalnya Selain itu digunakan pula elemen balok dari program SAP90 sebagai pembandingnya.
"
1997
S34680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Nur Rendra
"Dalam tulisan ini dibahas studi eksperimen mengenai perilaku rangkaian balok kolom dengan sambungan pracetak pada balok yang menggunakan sambungan las pada tulangan longitudinal balok. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui perilaku rangkaian balok-kolom beton apabila dibebani dengan pembebanan semi siklik. Rangkaian balok-kolom beton yang digunakan yaitu rangkaian pracetak, dengan daerah penyambungan di balok. Keruntuhan struktur seringkali disebabkan kegagalan sambungan dalam menahan beban yang bekerja. Kondisi beton yang tidak monolit membuat kemungkinan hal ini terjadi bertambah besar, oleh karena itu pendetailan, terutama tulangannya sangat diperlukan. Sistem portal pracetak yang ditelili pada skripsi ini adalah rangkaian komponen balok-kolom pracetak dan elemen balok pracetak. Pada sistem ini elemen balok-kolom pracetak dirangkai pada lokasi setengah tinggi lantai. Sedangkan untuk pracetak balok dirangkai di dekat muka kolom. Tulangan dari bagian sambungan balok-kolom pracetak disambung dengan tulangan dari balok pracetak dengan bantuan las lislrik. Setelah penvambungan tulangan dari dua bagian beton pracetak ini, barulah dilakukan pengecoran pada daerah sambungan. Percobaan dilaboratorium dilakukan dengan memberi beban pada model struktur. Pembebanan dilakukan pada bagian spesimen sehingga perilaku spesimen sama dengan jika diberikan beban gempa siatis Pemhanding dari rangkaian mi adalah rangkaian monolit yang telah diuji sebelum ini dan memiliki spesifikasi mendekati dari rangkaian pracetak. Dilihat dari hasil yang didapat dari pengujian, rangkaian balok-kolom beton pracetak memiliki perilaku yang mendekati rangkaian monolit. Keruntuhan yang terjadi melalui pembentukan sendi plastis pada balok, sehingga dapat dikatakan sambungan pada balok dapat mendukung terbentuknya mekanisme keruntuhan balok. Dari kurva P-? yang diperoleh, dapat disimpulkan rangkaian memiliki rasio daktilitas, kekuatan struktur, kekakuan yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Pola retak adalah satu hal yang menjadi catatan, karena keberadaannya diluar perhitungan, terjadinya bounding failure membuat penulis menyimpulkan penggunaan bounding agent pada sambungan pracetak mutlak diperlukan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35520
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Hadi Zakaria
"Penggunaan beton bertulang pada berbagai jenis konstruksi merupakan hal yang umum dewasa Ini. Namun pada kenyataannya di lapangan, tak sedikit kerusakan yang terjadi pada stuktur beton bertulang. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh banyak hal, yang secara garis besar berdasarkan faktor penyebab kerusakan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu 1 pengaruh fisika, mekanika, dan kimia. Kerusakan berat struktur beton yang terjadi di Dermaga D, Pelabuhan Panjang, Propinsi Lampung merupakan Salah satu kerusakan struktur beton akibat pengaruh kimia, tepatnya diakibatkan Oleh kondisi lingkungan air asin (unsur kimia) dari air laut yang mengakibatkan korosi pada struktur beton dermaga tersebut. Perbaikan struktur beton dengan bahan perbaikan Grout LN322M dengan metode pengerjaan Prepack, menjadi salah satu alternatif perbaikan yang bisa dikerjakan pada kasus dermaga tersebut. Untuk menunjang hal itu perlu dilakukan penelitian terhadap kinerja dan kapasitas dari struktur beton yang mengalami perbaikan tersebut. Pembahasan pada skripsi ini mengambil fokus kerusakan balok sis/ bawah. Penelitian selain didasarkan pada studi literatur, juga dilakukan simulasi perbaikan struktur beton dengan pembuatan modul-modul balok diikuti pengujian terkait guna mengetahui kinerja dari balok perbaikan tersebut dan membandingkannya dengan balok normal."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S35182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulianti
"Citra Cone Beam CT (CBCT) sangat berperan dalam menentukan keberhasilan verifikasi posisi pasien radioterapi, oleh karena itu jaminan kualitas sistem CBCT sangat diperlukan. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan pesawat Linear accelerator yang dilengkapi dengan CBCT dan CT Simulator GE Bright Speed Edge. Fantom Catphan® 600 dan CBCT Electron DensityTM digunakan untuk menilai kualitas dari citra CBCT dan linearitas CT Number. Sesuai dengan uji kualitas, citra pada CBCT hanya dapat membedakan kontras rendah dan kontras tinggi (udara, jaringan dan tulang).
Hasil uji ketebalan slice menunjukkan nilai yang didapat masih dalam batas toleransi ±0.5 mm. Pada uji kontras rendah bagian supra-slice untuk target kontras 1%, 0.5%, dan 0.3% nilai konstantanya sebesar 3, 2.5, dan 4.5, sedangkan pada bagian sub-slice untuk target kontras jarak 7, 5, dan 3 mm memiliki nilai konstanta 5 mm. Hasil pengujian resolusi tinggi pada CBCT dan CT Simulator adalah 3 lp/cm dan 7 lp/cm. Hasil pengujian uniformitas pada CBCT tidak memenuhi standar dari batas toleransi rata-rata CT Number tepi dan tengah kurang dari 5 HU, dan nilai setiap titik tepi dan tengah ±2 HU.

Cone Beam Computed Tomography (CBCT) image is very important in verification of patient positioning in the treatment couch radiotherapy machine so quality control of the system is required. The experiment was performed using the Linear accelerator with equipped with CBCT and CT simulator GE Bright Speed Edge. Catphan® 600 and CBCT Electron DensityTM phantom was used to evaluate the quality of CBCT and CT Number linearity. According to the image quality test, the CBCT image only be able to distinguish low contrast and high contras for air, tissue and bone.
Quantitavely, the slice thickness was in tolerance limit ±0.5 mm, low contrast with constant value of 3, 2.5, dan 4.5 for supra-slice contrast targets 1%, 0.5%, dan 0.3% whereas sub-slice targets axis lenghts for 3, 5, and 7 mm with constant value of 5 mm, the high resolution appear in 3 lp/cm and 7 lp/cm for CBCT and CT simulator, respectively. On the one hand, CBCT uniformity was out of tolerance limit with average CT number edge and central less than 5 HU, and ±2 HU for the edge and center point.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S45532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>