Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 226 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Insan Purnama
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena kebangkitan Islam yang terjadi di seluruh dunia muslim, termasuk di dalamnya Indonesia. Salah satu fenomena kebangkitan Islam itu adalah semaraknya gerakan dakwah yang dilakukan kaum muda muslim. Pada tingkat sekolah menengah terdapat organisasi Rohani Islam yang merupakan organisasi otonom dari OSIS sekaligus termasuk ke dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Aktivitas Rohis lebih cenderung tertuju kepada aktivitas dakwah yang dilakukan oleh pelajar muslim kepada pelajar muslim yang lain. Tudingan eksklusivisme sering diarahkan kepada Rohis sebab anggota Rohis sering menonjolkan identitas kerohisannya sehingga muncul kesan berbeda dengan individu lainnya. Pembiasaan diri yang dilakukan anggota Rohis terhadap identitas kelompoknya senantiasa dijaga melalui mekanisme internal mereka. Pada sisi lainnya, anggota Rohis pun merupakan bagian dari anggota masyarakat lainnya. Karena itu, penelitian ini mendasarkan kepada permasalahan apakah kecenderungan sikap berinteraksi anggota Rohis SMUN di Jakarta Pusat mempengaruhi pembiasaan diri mereka dalam kelompok.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecenderungan sikap berinteraksi anggota Rohis SMUN di Jakarta Pusat dengan pembiasaan diri mereka dalam kelompok. Jika ada hubungan, seberapa erat hubungan itu terjadi.

Penelitian ini mendasarkan pada teori kelompok, identitas kelompok, dan interaksi sosial. Berdasarkan teori tersebut dan pengalaman empirik, disusun dua hipotesis penelitian. Kedua hipotesis penelitian ini adalah: (1)Ho: Tidak ada hubungan antara kecenderungan sikap berinteraksi anggota Rohis SMUN di Jakarta Pusat dengan pembiasaan diri mereka dalam kelompok; dan (2) Ha: Ada hubungan antara kecenderungan sikap berinteraksi anggota Rohis SMUN di Jakarta Pusat dengan pembiasaan diri mereka dalam kelompok.

Untuk tujuan penelitian ini, dengan menggunakan teknik multistage random sampling ditarik sampel sebanyak 45 anggota Rohis dari tiga SMUN, yaitu SMUN 30, SMUN 68, dan SMUN 27. Pengumpulan data dan pengukuran skor variabel penelitian memakai kuesioner penelitian. Adapun pengolahan dan analisis data menggunakan program komputer SPSS.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) berdasarkan hasil korelasi secara keseluruhan terbukti bahwa tidak ada hubungan antara kecenderungan sikap berinteraksi anggota Rohis SMUN di Jakarta Pusat dengan pembiasaan diri mereka dalam kelompok; dan (2) demikian juga hasil korelasi berdasarkan pada tiap-tiap sekolah, jenis kelamin, kerangkapan organisasi, dan ada tidaknya keluarga/kerabat yang aktif dalam organisasi Islam ternyata terbukti kedua variabel tidak ada hubungan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T5452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulan Fitriani
Abstrak :
Kegiatan matematika dihadapi oleh setiap individu setiap hari. Sejak masa kanak-kanak hingga usia lanjut, tiap individu pasti berhubungan dengan matematika. Matematika sudah mulai dipelajari oleh anak ketika ia berada di lingkungan rumah. Setelah itu, ia akan mempelajarinya lebih dalam di jenjang pendidikan (sekolah). Matematika hanyalah satu di antara pengetahuan dan ketrampiian yang dipelajari di sekolah. Untuk mempelajari suatu pengetahuan atau ketrampiian, diperlukan kesiapan individu yang bersangkutan yaitu, kematangan, pengalaman, relevansi mated dan metode instruksional, serta sikap emosional. Matematika seringkali dianggap sebagai 'momok' yang menakutkan oleh anak-anak. Hal ini tidak terlepas dad pengaruh banyak hal, di antaranya orangtua, kelompok, dan kesan mengenai guru matematika yang menakutkan. Perhatian terhadap usaha pembentukan sikap positif terhadap matematika masih dirasakan kurang. Padahal, sikap positif terhadap matematika perlu ditanamkan sedini mungkin. Apabila murid tertinggal dalam penguasaan matematika maka akan berpengaruh pada kelangsungan pendidikan pada jenjang berikutnya. Sekolah yang berbeda dalam menggunai;an fasilitas untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, akan memberikan pengalaman yang berbeda bagi anak didiknya. Pengalaman yang berbeda dapat membentuk sikap yang berbeda pula. Pengalaman yang diterima oleh anak di sekolah akan berbeda antara satu dan lainnya, demikian pula halnya dalam pelajaran matematika. Oleh karena itu ingm diketahui bagaimanakah sikap anak kelas 1 SD terhadap matematika. Selain itu ingin juga diketahui apakah ada perbedaan sikap terhadap matematika antara dua sekolah yang berbeda yaitu sekolah yang menggunakan fasilitas alam (Sekolah Alam) dan sekolah yang tidak menggunakan fasilitas alam (SD Perguruan Cikini). Subyek dalam penelitian ini sebanyak 13 anak, 5 subyek berasal dari Sekolah Alam dan 6 subyek berasal dari SD Perguruan Cikini. Metode pengukuran sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Metode ini dipilih karena merupakan metode yang cocok untuk digunakan pada anakanak. Dalam wawancara ini terdapat 13 aitem pertanyaan inti yang digolongkan ke dalam 4 kelompok besar yaitu suasana belajar di sekolah, kegiatan bermain, kegiatan sehari-hari, dan suasana belajar di rumah. Selain itu juga terdapat 3 aitem tambahan. Pertanyaan diajukan dengan menggunakan alat bantu gambar sebanyak 13 buah. Penggunaan gambar dilakukan agar perhatian anak dapat tetap terfokus pada jalannya penelitian. Pertanyaan yang diajukan mempunyai dua altematif pilihan jawaban {fixed-altemative items). Jawaban yang didapatkan kemudian dikategorikan menjadi positif dan negatif. Jawaban positif terhadap suatu aitem menandakan bahwa subyek mendukung aitem tersebut dan mempunyai sikap yang positif terhadap aitem itu. Untuk mengetahui ada/tidaknya perbedaan sikap, dilakukan perhitungan dengan menggunakan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek yaitu anak kelas 1 SD memiliki sikap yang positif terhadap matematika. Berdasarkan pengelompokkan aitem pertanyaan, sebagian besar memiliki jawaban yang positif dan diasumsikan memiliki sikap yang positif. Apabila dilihat perbandingan antara subyek yang belajar di sekolah yang menggunakan fasilitas alam (Sekolah Alam) dan yang tidak (SD Perguruan Cikini), tidak ada perbedaan sikap terhadap matematika. Namun ada perbedaan yang cukup mencolok di dalam aitem-aitem pertanyaan kelompok 3 yaitu kegiatan sehari-hari. Subyek di Sekolah Alam dapat dengan lebih baik menerapkan pengetahuannya ke dalam kegiatan sehari-hari. Peneliti menyarankan dilalcukannya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab teijadinya pembentukan sikap yang sama. Peneliti juga manyarankan supaya penelitian yang sejenis mempertimbangkan lebih lanjut pilihan jawaban yang tersedia serta jumlah pertanyaan. Hal ini tentu saja hams disesuaikan dengan karakteristik subyek yang dipilih. Selain itu alat bantu gambar juga perlu diperhatikan, apakah memang diperlukan dan alat bantu apakah yang paling sesuai untuk digunakan. Hal ini untuk mencegah pengamh gambar terhadap jawaban yang diberikan oleh subyek.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Chandra Ningrum
Abstrak :
Keinginan untuk melahirkan generasi baru yang profesional dan siap menghadapi tantangan di era globalisasi menyebabkan pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, berupaya meningkatkan mutu pendidikan melalui SMU-SMU yang tergolong Plus. Untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih baik dan sebagai usaha memperkaya kurikulum nasional, SMU Plus menyelenggarakan program pengayaan materi di sekolah yang wajib diikuti oleh setiap siswa. Konsekuensinya, siswa menghabiskan waktu belajar di sekolah Iebih lama, yaitu mulai pukul 07.00 hingga pukul 15.30. Adanya program pengayaan materi merupakan suatu pengalaman baru bagi siswa yang dapat dirasa sebagai sesuatu yang menyenangkan atau bahkan menyebalkan sehingga dapat muncul respon-respon tertentu. Respon-respon tersebut merupakan sikap siswa terhadap pelaksanaan program pengayaan materi dan sikap sangat penting dalam kelangsungan proses belajar-mengajar karena adanya sikap positif dapat menimbulkan rasa senang bagi siswa untuk berada di sekolah sehingga dapat mengikuti peiajaran dengan baik. Setiap siswa ingin berhasil dalam pendidikan dan tiap siswa mempunyai kriteria tersendiri untuk menunjukkan keberhasilannya. Kriteria ini dipengaruhi oleh orientasi tujuan akademis yang dimiliki. Ada yang lebih mengutamakan penguasaan dan peningkatan pengetahuan (mastery goal) dan ada pula yang lebih menginginkan pengakuan atau pengharagaan dan orang Iain (performance goal). Selain sikap dan orientasi tujuan akademis, pengikatan diri terhadap tugas juga berperan penting dalam keberhasilan belajar karena siswa yang bertanggung jawab terhadap tugas tidak akan mudah putus asa serta tekun/gigih dalam belajar. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap siswa SMU Plus terhadap program pengayaan materi, gambaran orientasi tujuan akademis, gambaran pengikatan diri terhadap tugas serta hubungan antar variabel tersebut. Penelitian ini dilakukan terhadap 296 subyek kelas I dan ll yang berasal dan 4 SMU Plus,yaitu SMU Negeri 8, SMU Negeri 68, SMU Negeri 70 dan SMU Negeri 78. Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan non probability sampling dengan teknik incidental sampling. Data-data dalam penelitian ini diolah secara kuantitatif dan diperoleh hasil bahwa subyek dalam penelitian bersikap positif terhadap pelaksanaan program pengayaan materi dan cenderung memiliki skor performance goal lebih tinggi (52,54%) dari skor mastery goal. Sedangkan subyek yang memiliki skor pengikatan diri terhadap tugas seimbang antara yang tinggi dan rendah. Diketahui pula adanya hubungan yang signifikan pada l.o.s. 0,01 antara sikap terhadap program pengayaan materi dengan mastery goal, performance goal dan pengikatan diri terhadap tugas. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat ditindak Ianjuti oleh pihak sekolah dengan mencari suatu cara untuk memotivasi siswa dalam belajar agar siswa tidak hanya berorientasi performance goal tetapi juga mastery goal.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sara A. Laksmi
Abstrak :
Perilaku merokok mempakan sebuah keglatan yang dekat dengan kehldupan sehari-hari remaja. Periode nemaja mempakan sebuah window of vulnerability untuk mulai merokok, karena remaja pertama kail diperkenalkan dengan kebiasaan merokok yang dllakukan oleh teman-teman dalam peer groupnya, khususnya pada saat remaja berada di kelas 1 hingga 3 SMP (Kaplan, Sallis, & Patterson, 1993; Taylor, 1995). Remaja yang duduk di bangku sekolah tersebut umumnya adalah remaja yang bemsia 12 hingga 15 tahun, atau kelompok remajaawal (Konopka, dalam Pikunas, 1976). Meninjau banyaknya bukti yang menyatakan bahwa merokok Itu t^erbahaya, maka peneliti merasakan adanya kebutuhan untuk mencegah dan menanggulangi masalah merokok pada remaja-awal. Salah satu caranya adalah melalui iklan non-komersil anti-rokok. Dunia periklanan biasa menggunakan informasl-informasi central dan peripheral dalam menyampaikan pesan promosionalnya (Peter & Olson, 1992). Yang termasuk dalam kelompok Informasi central adalah pemyataan-pemyataan spesifik, atau demonstrasi, mengenai atribut-atribut yang dimiliki oleh sebuah produk, termasuk bukti-bukti yang mendukung atribut-atribut tersebut. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok /jeripheial adalah bentuk informasl-informasi lain yang sama sekali tidak menyinggung produk yang ditawarkan (nonproduk), misalnya gambar yang tidak berhubungan langsung dengan produk, dan penggunaan model atau selebritis untuk menarik perhatian konsumen. Sikap konsumen terhadap sebuah iklan dapat mempengamhi sikap konsumen terhadap produk yang diiklankan. Peneliti tertarik untuk mengetahui sikap remaja-awal terhadap iklan nonkomersil anti-rokok yang dibuat dengan tema informasi central, dan sikap remajaawal terhadap iklan non-komersil anti-rokok dengan tema informasi peripheral. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengetahui iklan jenis apa yang lebih disukai oleh remaja-awal, sehingga dapat mempengaruhi sikap mereka terhadap pesan 'jangan merokok yang disampaikan dalam kedua iklan tersebut. Dalam penelitian ini juga akan diukur hubungan antara sikap remaja-awal terhadap iklan non-komersil antirokok, dengan intensi mereka untuk tidak merokok. Penelian dilakukan pada 132 subyek, dengan karakteristik remaja-awal (usia 12 hingga 15 tahun), laki-laki dan perempuan, dan duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), dengan menggunakan incidental sampling. Setiap subyek memperoleh dua buah iklan (ikian central dan ikian peripheral), dan dua buah kuesioner Skala Lilkert yang mengukur sikap remaja-awal terhadap iklan nonkomersil anti-rokok. Untuk mengantislpasi efek dari umtan penyajlan iklan (efek primacy dan recency) terhadap sikap subyek terhadap iklan. maka penyajian iklan dibagi dua, yaitu penyajian iklan central kemudian peipheral, dan penyajian iklan peripheral kemudian iklan central. Hasil yang diperoleh dalam penelitian diolah dengan menggunakan teknik Coefficient Alpha dari Cronbach, persentase dan Chi Square, statistik deskriptif, dan korelasi Pearson Product Moment. Semua pengolahan data, dilakukan dengan menggunakan program SPSS 10.0 for Windows. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh dari umtan penyajian iklan terhadap sikap remaja-awal terhadap iklan. Penelitian ini menemukan bahwa sikap remaja-awal, positif terhadap iklan anti-rokok yang dibuat dengan informasi central, dan bersikap negatif terhadap iklan anti-rokok yang dibuat dengan menggunakan informasi peripheral. Penelitian ini juga menemukan ada hubungan yang signifikan dan positif antara sikap remaja-awal terhadap iklan central yang disajikan di umtan pertama dengan intensinya untuk tidak merokok, dengan korelasi sebesar .363 pada los .05 (2-tailed)', ada hubungan yang signifikan dan positif antara sikap remaja-awal terhadap iklan peripheral yang disajikan di umtan kedua, dengan intensinya untuk tidak merokok, dengan korelasi sebesar .683 pada los .05 (2-tailed). Kemudian, ada hubungan yang signifikan dan positif antara sikap remaja-awal terhadap iklan peripheral yang disajikan di umtan pertama, dengan intensinya untuk tidak merokok, dengan korelasi sebesar .427 pada los .05 (2-tailed); dan ada hubungan yang signifikan dan positif antara sikap remaja-awal perokok terhadap iklan central yang disajikan di umtan kedua, dengan intensinya untuk tidak merokok, dengan korelasi sebesar .309 pada los .05 (2-tailed). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembuatan iklan anti-rokok bagi remaja-awal sebaiknya mengguriakan informasi central. Hal ini berlaku, baik untuk mencegah remaja-awal untuk tidak merokok, ataupun untuk menanggulangi masalah merokok di kalangan remaja-awal. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah hendaknya dibuat iklan dengan kualitas isi dan penampilan yang lebih baik, dan jika menggunakan fear appeal dalam iklan, sebaiknya lakukan pengukuran fear arousal yang mungkin timbul. Kemudian, penyebaran kuesioner dilakukan dalam situasi yang lebih kondusif agar subyek lebih serius memberikan jawaban dan untuk menghindari terjadinya keija sama, dan jika memungkinkan, lakukan rapport terlebih dahulu dengan subyek penelitian.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gumgum Gumelar Fajar Rakhman
Abstrak :
Masa remaja ditandai dengan munculnya tingkah laku untu mencoba hal-hal baru untuk memenuhi rasa ingin tahu atau ingin bertingkah laku seperti orang dewasa, antara lain seperti penyalahgunaan obat dan merokok. Kebiasaan merokok dapat kita temui di berbagai tempat di mana saja dan dllakukan saipapun balk Itu lakl-laki ataupun perempuan di dunia in! termasuk juga di kalangan remaja. Pada masa remaja inilah kebiasaan merokok sering kali dimulai seiring dengan perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa (Hurlock : 1980) Sebuah studi menegaskan bahwa kebanyakan perokok mulai antara umur 11 dan 13 tahun dengan sigaret pertama, dan 85% sampai 90% sebelum berumur 18 tahun (Laventhal et all, 1988). Ada petunjuk bahwa di Indonesia perilaku merokok mulai dalam usia lebih muda. Diketahui pula bahwa semakin muda seseorang mulai merokok, makin banyak ia merokok jika menginjak dewasa (Sih Setija Utama et all, 1993 dalam Bret, 1995). Faktor penentu dari tingkah laku yang tampak (overt) dari individu adalah seberapa besar intensi individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan tingkah laku tersebut (Fishbein & Ajzen,1975). Intensi menurut Ajzen (1988) dapat digunakan untuk meramalkan seberapa kuat keinginan individu untuk menampilkan dan seberapa banyak usaha yang direncanakan atau dllakukan individu untuk menampilkan suatu tingkah laku. Intensi adalah lokasi individu dalam suatu dimensi probabilitas subyektif yang meliputi hubungan antara dirinya dengan suatu tindakan. Dalam reasoned action theory oleh Martin Fishbein & leek Ajzen (1975) digambarkan bahwa intensi merupakan fungsi dari dua determinan, yaitu faktor yang bersifat pribadi yang teriihat dari sikap terhadap tingkah laku dan faktor yang mencerminkan pengaruh sosial yaitu norma subyektif. Dalam perkembangan selanjutnya menurut Ajzen (1988) teori di atas belum cukup untuk menjelaskan sepenuhnya untuk terjadinya tingkah laku. Sehingga selain sikap terhadap tingkah laku dan norma subyektif, dia menambahkan faktor ketiga yaitu faktor perceived behavioral control, yang menjelaskan persepsi individu mengenai kontrol yang ia miliki sehubungan dengan suatu tingkah laku. intensi seseorang dapat diramalkan melalui tiga hal utama, yaitu sikapnya tertiadap tingkah laku tersebut, norma subyektif yang dimiliki dan perceived behavioral control (PBC). Dan dalam pengembangan teorinya teori ini disebut theory of planned behavior. Berdasarkan teori ini akan diteliti mengenai intensi remaja untuk merokok. Dengan metode Accidental (non pmbability) sampling, diperoleh 144 subyek sebagai sampel penelitian. Daii data tersebut diolah dengan menggunakan program komputer untuk mendapatkan deskripsi sampel, mean dan hasll anallsis regresi berganda. Hasil penelitian diperoleh bahwa intensi responden untuk merokok baik secara keseluruhan ataupun berdasarkan jenis kelamin berada di bawah mean teoiitis. Berarti secara keseluruhan intensi remaja untuk merokok agak rendah yang artinya agak tidak ingin merokok. Dan dan ketiga variabel intensi, maka sikaplah yang paling berperan dalam intensi remaja untuk merokok. Dengan demikian hipotesis penelitian bahwa sikap terhadap tingkah laku memiliki sumbangan yang signifikan terhadap tingkah laku diterima. Hupotesis yang menyatakan bahwa ada sumbangan yang signifikan daii norma subyektif terhadap intensi untuk merokok diterima. Demikian juga diterimanya hipotesis yang meriyatakan ada sumbangan yang signifikan dari perceived behavior control terhadap intensi remaja untuk merokok.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2994
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Priambodo
Abstrak :
Peran mahasiswa dalam negara sering diistilahkan sebagai agent of change (Sanit, 1988). Sejarah mencatat berbagai tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa yang berhasil membawa keadaan yang lebih baik di negara tempatnya berada. Peran mahasiswa dalam sejarah Indonesia bahkan telah membuat mahasiswa Indonesia memiliki identitas politik yang khas, sumber legitimasi peran politik mahasiswa. Mahasiswa mempunyai kedudukan yang tinggi di mata masyarakat maupun image media. Namun disisi Iain kita mendapati kesan dan kenyataan yang berlawanan ketika memasuki alam nyata kampus. Kita dapati suasana kantin-kantin yang dipenuhi mahasiswa berorientasi kesenangan semata, atau iklim studi oriented saja tanpa peduli dengan masalah-masalah di sekelilingnya. Suatu situasi-kondisi nyata yang sangat jauh dari idealisme agent of change mahasiswa. Penelitian ini berangkat dari kesenjangan fakta-fakta tersebut diatas. Penelitian ini berangkat dari pertanyaan bagaimana sesungguhnya deskripsi / gambaran umum partisipasi politik di kalangan mahasiswa. Lalu dalam perkembangannya penelitian ini dilengkapi dengan pertanyaan bagaimana hubungan partisipasi mahasiswa tersebut dengan variabel-variabel prediktornya. Secara umum mahasiswa didefinisikan sebagai suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya selalu dalam ikatannya dengan perguruan tinggi. Perguruan tinggi didefinisikan sebagai lembaga pendidikan formal diatas sekolah lanjutan atas yang terutama mernberikan pendidikan teori dari suatu ilmu pengetahuan disamping mengajarkan suatu ketrampilan (skill) tertentu (Sarwono, 1978). Secara lebih operasional mahasiswa didefinisikan sebagai setiap orang yang secara resmi terdaftar unruk mengikuti pelajaran-pelajaran di suatu tempat pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi. Sementara partisipasi politik didefinisikan sebagai kegiatan warga negara sebagai warga sipil (private citizens) secara individual atau kelompok yang bertujuan mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah dalam hal pemilihan pemimpin dan penetapan kebijakan publik, termasuk didalamnya semua bentuk aktivitas yang dimaksud mempengaruhi pemerintah. Partisipasi terbagi dalam bentuk-bentuk conventional dan unconventional. Menurut Dalton (1996), terdapat tiga potensial prediktor partisipasi, yaitu karakteristik personal, pengaruh kelompok, dan sikap politik, yang terdapat pada diri seseorang. Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif merupalkan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu untuk menentukan adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat. Dalam penelitian bentuk ini tidak digunakan dan tidak dilakukan pengujian hipotesis. Hasil yang diperoleh lebih merupakan gambaran tentang karakteristik suatu kelompok sampel yang dapat menjelaskan suatu gejala. Penelitian deskriptif tidak meramalkan hasil yang akan diperoleh dan hasil yang diperoleh adalah gambaran yang mendetil tentang masalah (Setiadi, Matindas, dan Chairy, 1998). Melalui penelitian ini ingin diketahui bagaimana gambaran tingkat partisipasi pada setiap bentuk-bentuk partisipasi. Juga ingin diketahui bagaimana gambaran hubungan partisipasi dengan variabel-variabel prediktor partisipasi. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Indonesia. Semuanya berjumlah 92 orang. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Alat pengumpul data tersebut adalah kuesioner bentuk-bentuk partisipasi, kuesioner pengaruh keiompok, dan kuesioner sikap politik. Data mengenai karakteristik personal diperoleh dari data kontrol. Teknik pengolahan data adalah statistik deskriptif dan perhitungan korelasi serta perhitungan perbandingan mean. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat partisipasi mahasiswa secara umum pada berbagai bentuk partisipasi adalah rendah. Terdapat hubungan antara partisipasi mahasiswa dengan variabel prediktor 'pengaruh kelompok' dan variabel prediktor 'sikap politik'. Penelitian ini juga menemukan bahwa besar kedua variabel prediktor tersebut beserta aspek-aspeknya adalah tinggi kecuali untuk aspek ?kepuasan politik'. Partisipasi mahasiswa berhubungan dengan tingkat keaktifan di organisasi kemahasiswaan. Usia berhubungan dengan partisipasi electoral activity. Dan terakhir, perbedaan fakultas, asal suku, pilihan organisasi diluar kampus, persepsi aktivis nonaktivis, agama yang dianut, persepsi ideologi, dan persepsi peer group terdekat; rnenyebabkan adanya perbedaan partisipasi secara umum pada bentuk-bentuk partisipasi yang ada.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S3006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Guruh
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mar`at
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984
152.452 MAR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maio, Gregory R.
London: SAGE Publications, 2019
153.85 MAI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Oskamp, Stuart
New Jersey: Lawrence Erlbaum , 2005
152.4 OSK a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>