Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Nining Betawati Prihantini
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh medium ekstrak kulit daun lidah buaya (EKDLB) terhadap pertumbuhan mikroalga marga Chlorella Beijerinck. Penelitian bersifat eksperimental dengan meriggunakan rancangan acak lengkap terhadap 6 perlakuan yaitu medium Beneck (kontrol positif), akuades (kontrol negatif), EKDLB 25%, EKDLB 50%, EKDLB 75%, dan EKDLB 100%. Pengamatan dilakukan selama 30 hari. Hasil uji Friedman menunjuklcan adanya pengaruh medium EKDLB terhadap kerapatan Chlorella (sel/ml) (pada p>0,05). Hasil uji Dunnets menunjukkan rerata kerapatan Chlorella (sel/ml) berbeda nyata (p>0,05) dan sangat nyata (p>0,01) pada tiap perlakuan. Pertumbuhan Chlorella yang optimum pada medium EKDLB terdapat pada kultur dalam konsentrasi 25%. Kerapatan sel tertinggi (sebesar 16.618.750 sel/ml) pada saat peak dicapai oleh kultur dalam medium Beneck dan kerapatan sel terendah (sebesar 4.537.500 sel/ml) pada medium EKDLB 100%.
Growth of Chlorella Spp. on Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Leaves Extract Medium.Research on the effect of Lidah Buaya Leaves Extract Medium (LBLEM) to cell density of Chlorella spp had been done. Research was experimental research with complete random design to 6 treatments i.e Beneck Medium (positif control), aquadest (negatif control), 25% LBLEM, 50% LBLEM, 75% LBLEM, and 100%. LBLEM. Observation was done in 30 days. Friedman test showed there are the effect of LBLEM to cell density (cell/ml) (on p>0,05). Dunnets test showed that mean of Chlorella (cell/ml) cell density significant different on p>0,05 and p>0,01 on every treatment. Optimum growth of Chlorella is on 25% LBLEM. Highest cell density (16,618,750 cell/ml) on peak took place on Beneck, and the lowest one (4,537,500 cell/ml) take place on 100% LBLEM.
[place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2004
SAIN-9-1-2004-25
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kalangi, Sonny John Ruddy
Abstrak :
Aloe vera dan madu dianggap dapat mempercepat reepltelisasl Iuka sekalipun masih terdapat beberapa perbedaan pendapat. Penelltian ini hendak membandingkan khasiat aloe vera. madu, dan larutan garam lisiologis yang diberikan secara topikal dalam proses reepitelisasi dan pembentukan jarlngan granulasl pada proses penyembuhan Iuka eksisi kulit telinga kelinci. Sebanyak enam ekor kelinci putih jantan dipakal sebagai sampel. Pada telinga kelinci dibuat Iuka eksisi sedalam tebal kulit berbentuk bundar dengan diameter 6 mm. Pada tiap telinga dibuat empat buah luka pada permukaan dalam telinga. Luka kemudian mendapat perlakuan pemberian aplikasi topikal larutan NaCl 0.9%, madu, dan aloe vera, serta kontrol yang ticlak diobati. Tujuh hari kemudlan dilakukan biopsi pada sediaan Iuka. Jaringan dlproses menjadi sediaan hlstologlk dan dipulas dengan pulasan rutin hematoksilin eosin untuk penilalan secara kuantitatif terhadap proses reepltellsasl dan pembentukan jaringan granulasi. Reepitelisasi dinllai dengan cara mengukur jarak Celah epitel. Pembentukan jaringan granulasi dinilai dengan cara mengukur tinggl jaringan granulasi, jarak celah granulasi, total jarak lateral-medial (lebar) jaringan granulasl, Serta perhitungan besar volume jaringan granulasi. Ditemukan percepatan reepithelisasi yang bennakna secara statlstik (p<0,05) pada olesan dengan aloe vera (p=0,003) dan madu (p=0,004). Pada pembentukan jaringan granulasi kecuali tinggi jaringan granulasi yang tidak oerbeda bermakna (p=0,054) semuanya menunjukkan hasil yang berbeda bermakna secara statlstik. Percepatan pembentukan jaringan granulasi yang ditemukan pada olesan aloe vera dan madu berupa proses pembentukan jaringan granulasi dengan arah lateral-medial menuju pusat Iuka. Dislmpulkan bahwa proses reepitelisasi dan pembentukan jaringan granulasi Iuka eksisi full-thickness pada telinga kellnci secara signitlkan meningkat oleh pemberian aloe vera dan madu secara topikal, juga pemberian aloe vera sama efektifnya dengan madu dalam proses reepitelissl dan pembentukan jarlngan granulasi.
Aloe vera and honey were thougwh to accelerate wound reepithelialization although there were still varying reports on this matter. This study aims to compare the of topicaI application of honey, aloe vera, and normal saline solution on the process of reepithelialization and granulation tissue formation on skin wound healing. Six white rabbits were used for evaluation. Four full-thickness excisional wound were made on the interior surface of each ear with a 6-mm tissue punch. Wounds on each ear were applied with aloe vera, honey, normal saline, and no treatment as wound control. On day 7 after wounding, wound tissue was processed for histological examination. Histological cross sections. stained with hematoxylin-eosin, were used for quantitative evaluation of reepithelialization and granulation tissue formation. Reepithelialization were evaluated by measuring the distance of epithelial gap. Granulation tissue formation were followed-up by measuring the height of granulation tissue. the distance of granulation tissue gap. total lateral-medial distance of granulation tissue, and by calculating the value of granulation tissue volume. The values of the acceleration rate of the reepithelialization were found to be statistically significant {p<0.05) in the aloe vera (p=0.003) and in the honey (p=0.004) given in the topical manner. Except for the height of the granulation tissue (p=0.054), all other values of that tissue showed the results which were significantly different. The acceleration in the formation of the granulation tissue found in the tissue treated with the aloe vera and the honey generated in the medio-lateral direction toward to the central of the wound. We concluded that the reepithelialization processes and the formation of the granulation tissue in the full-thickness wound performed on the rabbit ear were significantly increased by the topical treatment with aloe vera and honey. The treatment with aloe vera on those processes gave the results with the same effectiveness with that of honey.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T3724
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramu Frida Kurnia
Abstrak :
ABSTRAK
Tanaman lidah buaya {Aloe vera Linn.) telah lama dikenal sebagai bahan obat dan kosmetika . Gel lidah buaya dapat digunakan sebagai penutup luka, tetapi sifatnya tidak stabil dalam penyimpanan.

Pembuatan membran hidrogel 1idah buaya yang stabi1 dan steril telah dilakukan dsngan cara liofilisasi dan sterilisasi dengan radisi sinar gamma dosis 25 Kgy.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan penyembuhan luka terbuka buatan dari membran hidrogel 1idah buaya yang steril dan stabil dengan mempergunakan kelinci.

Pada pemeriksaan, dilakukan uji bandi ng kecepatan penyembuhan luka antara luka terbuka yang hanya ditutup dengan kasa steril, memb ran hid roge1 1idah buaya yang telah diliofilisasi dan dii radiasi, gel lidah buaya segar, dan sof ratulie.

Hasi1 pemeri ksaan menu nju kkan bahwa memb ran hid rogel lidah buaya yang telah di1iofi1isasi dan diiradiasi, gel 1idah buaya segar, dan sof ratu1le mempu nyai kecepatan penyembuhan luka yang sama. Proses 1iof i1isasi t i dak mempengaruhi senyawa-senyawa berkhasiat yang terkandung dalam lidah buaya-.
1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurfadilah
Abstrak :
Tanaman lidah buaya (Aloe barbadensis Mill, atau Aloe vera Linn), sudah sangat akrab dengan masyarakat kita, karena tanaman ini sering dijumpai di haiaman rumah kita. Tanaman ini dibagi menjadi dua bagian dasar yaitu bagian gel dan latex. Gel lidah buaya merupakan bagian dalam daun lidah buaya yaitu daging daun yang berbentuk seperti jelly dan berwarna bening. Latex aloe vera umumnya disebut sebagai "juice Aloe", merupakan getah yang keluar dari sel perisiklik tepat di bawah kulit luar Aloe vera. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan diketahui bahwa salah satu zat aktif yang terkandung dalam tanaman ini, yaitu aloin yang bermanfaat bagi kesehatan, terutama untuk mengobati sakit lambung atau maag, mengatasi konstipasi dan berguna untuk mempercepat reaksi oksidasi etanol dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi aloin dan menganalisis kandungannya dalam getah tanaman Aloe vera yang di dasarkan atas analisis kualitatif dan kuantltatif, seperti ujl KLT, FT-IR, dan HPLC. Anaiisis ini dilakukan terhadap dua sampel hasil isolasi dengan dua metode yang berbeda. Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa di dalam tanaman lidah buaya terdapat senyawa aloin, dan diketahui bahwa kadar aloin pada getah dengan menggunakan metode pertama (freeze-drying) sebesar ^,87%. Sedangkan kadar aloin pada getah dengan metode kedua (ekstraksi dengan etil asetat) lebih kecil yaitu 0,49%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Larasati Diva Putri
Abstrak :

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula matriks terapung kitosan-alginat-Aloe vera yang mengandung kurkumin (KUR) dan Moringa oleifera (MO) dengan sifat fisikokimia dan profil rilis obat yang baik di dalam lambung untuk dimantfaatkan dalam pengobatan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Matriks kitosan-alginat-Aloe vera yang mengandung KUR dan MO dibuat menggunakan metode freeze-drying. Solubilitas KUR dan MO ditingkatkan dengan penambahan hydroxypropyl-β-cyclodextrin (HPβCD) pada ekstrak. Komposisi Aloe vera serta rasio polimer kitosan dan alginat divariasikan untuk mengetahui formulasi matriks terapung yang paling baik. Didapatkan formulasi matriks terbaik adalah KA2, dengan rasio kitosan:alginat sebesar 3:1, kandungan Aloe vera sebesar 16,6% (per total polimer, w), kandungan dispersi padat KUR-MO sebesar 20% (per total polimer, w), yield 74%, loading capacity 5,72 mg GAE/g matriks, persentase rilis kumulatif fenolik 65% pada jam keempat, dan persentase kapasitas mengapung 12% setelah empat jam. Matriks juga dimasukkan ke dalam kapsul HPMC sebagai alternatif bentuk sediaan obat oral, di mana kapsul mampu mengapung lebih dari empat jam dalam media Simulated Gastric Fluid (SGF) dan memiliki persentase rilis kumulatif fenolik tertinggi 43% pada jam keempat. Evaluasi karakteristik fisikokimia lainnya meliputi Scanning Electron Microscopy (SEM) serta Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). ......This study aims to obtain a formulation of a floating matrix of chitosan-alginate-Aloe vera containing curcumin (CUR) and Moringa oleifera (MO) with good physicochemical properties and drug release profiles in the stomach for the treatment of Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). The chitosan-alginate-Aloe vera matrix containing CUR and MO was prepared using the freeze-drying method. The solubility of CUR and MO was enhanced by adding hydroxypropyl-β-cyclodextrin (HPβCD) to the extract. The composition of Aloe vera and the ratio of chitosan to alginate polymer were varied to determine the optimal floating matrix formulation. The best matrix formulation obtained was KA2, with a chitosan:alginate ratio of 3:1, Aloe vera content of 16.6% (based on total polymer, w), solid dispersion content of CUR-MO of 20% (based on total polymer, w), yield of 74%, loading capacity of 5.72 mg GAE/g matrix, cumulative phenolic release percentage of 65% at the fourth hour, and floating capacity percentage of 12% after four hours. The matrix was also encapsulated in HPMC capsules as an alternative oral dosage form, where the capsules were able to float for more than four hours in Simulated Gastric Fluid (SGF) and exhibited the highest cumulative phenolic release percentage of 43% at the fourth hour. Other physicochemical characterizations included Scanning Electron Microscopy (SEM) and Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) evaluations

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswati Setiasih
Abstrak :
Tanaman Aloe vera, lidah buaya, telah diketahui memiliki manfaat dan khasiat yang mengagumkan baik untuk kesehatan dan kosmetik, maupun sebagai bahan baku obat-obatan. Khasiat tersebut disebabkan karena lidah buaya selain mengandung vitamin, asam amino dan mineral, juga mengandung senyawa polisakarida seperti, mukopolisakarida (MPS) yang diduga merupakan komponen utama yang memiliki aktivitas biologik. Pada penelitian in! telah dilakukan analisis MPS yang terkandung dalam daun lidah buaya segar-dengan berbagai perlakuan yang dibandingkan dengan kandungan MPS dalam produk hasil olahannya (produk minuman sehat) baik secara kualitatif (FTIR, KLT, dan KCKT) maupuin kuantitatif (metode gravimetri dan Folin Wu). Hasil analisis mengarahkan pada dugaan adanya kandungan MPS yang dapat dipertahankan pada produk minuman tersebut. Kadar MPS dalam lidah buaya segar dengan perlakuan I. II, ill, IV. dan dalam produk minuman berturut-turut sebesar 0,34%; 0,20%; 0,32%; 0,81%; dan 0,28%. Sedangkan, kadar gula pereduksi yang terkandung dalam lidah buaya segar dengan perlakuan I, II, III, IV sena produk minuman berturut-turut adalah sebesar 16,83%; 17.62%; 20,20%; 20,49 %, dan 19,01%.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
SAIN-11-2-2006-25
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
One of the traditional plants that has been broadly known as the healthand healing plants is Aloe vera. It is often use to treat burns, wounds, abrasions, skin disease, alopecia, and irritation. It is further more used as a hair washed to promote hair growth and as general cosmetics to improve the complexion and to smoothen the skin. The aim of the study was to examine and compare the reaction of fresh Aloe vera and distillate Aloe vera on the inflammed oral mucosa caused by hydrogen peroxide 10%. 14 rats were used in this research and divided into 4 groups; fresh Aloe vera group (4rats), distillate Aloe vera group (4 rats), control group I (3 rats), and control group II (3 rats). All rats in each group received 9x10 minutes application of hydrogen peroxide 10% on their vestibulum mucosa, for 3 days, except rats in control group I received application of aquadest. On the 4th day, all rats in each group received 9x5 minutes with their own group's material for 3 days. The histological examination was done by scoring the density of lymphocytes in the inflammation area. Statistical result shows that there are differences of oral mucosa reactions between distillate Aloe group and fresh Aloe group. Fresh Aloe group shows the decrease of lymphocytes cell higher than distillate Aloe group. Based on this research, it can be concluded that application with fresh Aloe vera can cure oral mucosa inflammation cause by hydrogen peroxide 10% than application with distillate Aloe vera.
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmadi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis gel acoustic coupling agent USG berbasis karbomer 940 dengan variasi konsentrasi penambahan aloe vera 25%, 40%, dan 55%. Gel hasil sintesis diuji, terdiri dari : organoleptis (warna, bau, dan homogenitas), pH, viskositas, konsistensi, karakteristik ultrasonik, dan pencitraan. Data hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan aloe vera pada gel acoustic coupling agent USG berbasis karbomer 940 dapat dibuat menjadi gel USG, dan memiliki kekurangan. ...... This study aims to synthesize the addition of aloe vera to the concentration variation of 25%, 40%, and 55% compared with gel-based ultrasound acoustic coupling agent carbomer 940. The result of gel?s synthesized tested for the consisting of : organoleptic (color, odor, and homogeneity), pH, viscosity, consistency, characteristics ultrasonic and ultrasonic imaging characteristics. The data were analyzed statisically by ANOVA with 95% level of trust. The results of this study indicate that the addition of aloe vera into gel-based ultrasound acoustic coupling agent carbomer 940 can be made to be ultrasound gel and disadvantage.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>