Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stevens-Long, Judith
Palo Alto, California: Mayfield, 1984
305.24 Ste a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Vini Wardhani
Abstrak :
Salah satu fase yang krusial dalam tahapan perkembangan manusia adalah dewasa muda. Pada tahap ini, seseorang sudah dianggap melewati masa remaja dan mampu hidup secara mandiri (Atwater & Duffy, 1999). Masa ini merupakan titik tolak yang cukup signifikan bagi individu untuk memulai hidupnya sebagai individu yang independen dalam menentukan masa depan dan mengatur kehidupannya. Fase ini rnerupakan masa produktif seseorang, masa di mana seseorang mulai membangun kehidupannya dan dihadapkan pada serangkaian tugas perkembangan yaitu pemilihan karir untuk kehidupan yang lebih mandiri dan membina hubungan dengan lawan jenis untuk membangun keluarga dan menjadi orang tua. Pemilihan karier yang tepat merupakan saiah satu usaha menuju kemandirian baik secara fmansial maupun psikologis. Karier merupakan bentuk ekspresi diri, mengatakan status dan memberikan kepuasan serta harga diri (Turner & Helms, 1995). Perlmutter & Hall (dalam Hoffman, Paris & Hall, 1994) mengatakan bahwa bekerja menempatkan individu pada suatu posisi dalam masyarakat, memberikan makna bagi individu yang bersangkutan dan menyediakan kegiatan yang memuaskan, juga sebagai stimulasi sosial dan sarana untuk mengasah kreativitas. Karenanya, kerja dapat mempengaruhi kualitas hidup individu. Erikson (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2004) mengatakan individu dewasa muda sebaiknya membangun intimacy dengan Iewan jenisnya. Jika pada tahap ini individu dewasa muda tidak berhasil untuk menjalin hubungan intim dengan pasangannya, maka akan cenderung menjadi terisolasi, merasa kesepian karena terisolasi dart teman-teman sebaya dan mengalami depresi. Hal ini menunjukkan bahwa menjalin hubungan intim dapat berdampak pada kualitas hidup. Tidak semua individu pada masa dewasa muda mampu menyelesaikan tugas perkembangannya dengan balk. Ini dapat menimbulkan suatu krisis pada individu yang dinamakan quarter life crisis. Hampir setiap individu pada tahap dewasa muda mengalami krisis ini (Sandles, 2002). Ketidakmampuan mengatasi krisis ini dapat berdampak sangat buruk, seperti ketergantungan pada narkoba, delinquent behavior, gangguan emosional (Atwater & Duffy, 1999) dan usaha bunuh diri (Sandles, 2002). Di sisi lain, keberhasilan dalam memenuhi tuntutan tugas perkembangan dapat menimbulkan dampak yang signifikan pada kualitas hidupnya sebagai manusia. Ini menunjukkan bahwa quarter life crisis kiranya cukup perlu mendapat perhatian yang serius karena berkaitan dengan kesehatan mental manusia. Richard Saxton (dalam Sandies, 2002) mengatakan bahwa kesehatan mental dapat menjadi semakin berat pada individu usia muda bila tidal( mendapatkan penanganan yang serius. Penjelasan di atas kiranya dapat menjelaskan bahwa pada fase dewasa muda, individu berpotensi mengalami quarter hie crisis yang berdampak secara signifikan pada kualitas hidup. WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai `individual 's perceptions of their position in life in the context of the culture and value systems in which they live and in relation to their goals, expectations, standards and concerns' (WHO, 1996). Definisi ini selanjutnya yang akan digunakan oleh peneliti. Penelitian ini akan menggunakan dua instrumen yang mengacu pada WHOQOL, yaitu WHOQOL BREF dan SRPB. Penggunaan kedua instrumen ini berdasarkan beberapa pertimbangan, salah satunya adalah untuk pengembangan instrumen WHOQOL (uji validitas dan reliabilitas terhadap alat ukur WHOQOL-BREF dan SRPB untuk aplikasi Indonesia). Penelitian ini menggunakan convenience sampling. Pengujian validitas menggunakan Pearson Product Moment Correlation dan uji reliabilitas menggunakan Coefficient Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas, instrumen WHOQOLBREF dan SRPB merupakan instrumen penelitian yang valid dan reliabel dalam mengukur kualitas hidup. Koefisien reliabilitas berada dalam rentang 0.6 - 0.9. Secara umum, kualitas hidup dewasa muda yang berstatus lajang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu spiritualitas, karierlpekerjaan, relasi dengan sesama, atribut personal, dan lingkungan. Ranah yang memberikan kontribusi paling besar terhadap kualitas hidup dewasa muda berstatus lajang adalah ranah psikologi, ranah kesehatan fisik, ranah spiritualitas-agama, ranah relasi sosial dan terakhir kondisi lingkungan.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T17871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yadi Permana
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T57262
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
[Skripsi ini menganalisis mengenai ketidakikutsertaan di kalangan lanjut usia Jepang dalam kegiatan sosial. Teori yang digunakan dalam skripsi ini mengacu pada argumen Li-Mei Chen (2013) bahwa lanjut usia tidak yakin pada kemampuan fisik dan psikologis mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Hasil penelitian ini menemukan bahwa alasan ketidakikutsertaan yang dikemukakan Chen hanya berlaku di Jepang secara umum, sebab, terdapat perbedaan alasan utama ketidakikutsertaan berdasarkan lokasi dan rentang usia pada usia lanjut., This work analyzed regarding the nonparticipation among Japanese older adults in volunteer activities. This work used Li-Mei Chen’s (2013) argument which explained that the older adults didn’t have confidence with their physical and psychological ability to participate in volunteer activities. The results of this study found that the reasons explained by Chen about the Japanese older adults’ nonparticipation is may be applied only in general, because, there are facts about differences on the main reasons of the nonparticipation based on the location and the age range of older adults.]
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57948
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sanidya Prabaswara
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan fear of being single dan desakan menikah pada dewasa muda. Fear of being single pada penelitian ini diukur dengan menggunakan Fear of Being Single Scale dan desakan menikah diukur dengan Skala Desakan Menikah. Penelitian ini dilakukan pada 212 orang berusia 20 ? 40 tahun, belum menikah, dan berorientasi seksual heteroseksual di kawasan Jabodetabek. Analisis melalui teknik statistik korelasi dilakukan dan didapati bahwa fear of being single memiliki hubungan positif dengan desakan menikah. ...... This study examined the correlation of fear of being single and mate urgency in young adulthood. In this study, fear of being single was measured by using Fear of Being Single Scale and mate urgency was measured by using Skala Desakan Menikah. The participants in this study were 212 people living in Jabodetabek, within the age range 20 ? 40, unmarried, and heterosexual. By using correlation techniques, it was found that fear of being single and mate urgency were positively correlated.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Melina Santoso
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gaya humor dan kualitas hubungan romantis. Responden dalam penelitian ini merupakan emerging adult yang sedang menjalin hubungan romantis berjumlah 317 orang berusia 18 sampai 25 tahun. Gaya humor diukur dengan menggunakan Daily Humor Styles Questionnaire DHSQ yang dimodifikasi oleh Caird dan Martin 2014, sedangkan kualitas hubungan romantis diukur dengan menggunakan Partner Behavior as Social Context PBSC yang disusun oleh Ducat dan Zimmer-Gembeck 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara positif antara gaya humor affiliative r = 0,387, p < 0.05 dan gaya humor self-enhancing r = 0,244, p < 0.05 dengan kualitas hubungan romantis. Selain itu, terdapat hubungan yang signifikan secara negatif antara gaya humor self-defeating r = -0,118, p < 0.05 dan gaya humor aggressive r = -0,381, p < 0.05 dengan kualitas hubungan romantis. ...... This study was conducted to examine the correlation between humor styles and romantic relationship quality among emerging adult. Respondents in this study were 317 emerging adults, aged 18 to 25 currently in a romantic relationship. Humor styles was measured by Daily Humor Scale Questionnaire DHSQ modified by Caird and Martin 2014, and romantic relationship quality was measured by Partner Behavior as Social Context PBSC made by Ducat and Zimmer Gembeck 2010. The result indicated there was significant positive correlation between affiliative humor style r 0,387, p 0.05 and self enhancing humor style r 0,244, p 0.05, and romantic relationship quality. Then, there was significant negative correlation between self defeating humor style r 0,118, p 0.05 and aggressive humor style r 0,381, p 0.05, and romantic relationship quality.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S69097
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2019
610 JKI 22:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zahid, Wahid
Abstrak :
The study aims to probe the effect of perceived price, perceived quality, brand awareness, and social influence on purchase intention of South East Asian (SEA) Young Adults towards global smartphone brands. This explanatory research uses quantitative empirical data collected from 200 SEA Young Adults studying in one of the public universities in Malaysia. Stratified random sampling is used while ensuring fair representation of SEA countries, viz., Singapore, Malaysia, Philippines, Thailand, Indonesia, Vietnam, and Cambodia. Correlation and regression analysis were carried out using SPSS 20.0. The study resulted in the finding that social influence has the highest level of linear relationship and so is the most influential factor among four. The findings provide guidelines to global smartphone brands for developing value proposition and better promotion mix for smartphones promotion.
[Place of publication not identified]: Management Research Center (MRC) Department of Management, Faculty of Economics, University of Indonesia and Philip Kotler Center, 2016
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
[Public and scholarly interest in early adulthood has increased over the past decade, spurred by the dramatic social and developmental changes young people experience during this period and the consequences of their missteps. The family context, both the family of origin and family of procreation, has emerged as key settings shaping young adults’ success in navigating this period of the life course. While prior research has illuminated relationships between various family contexts and young adult outcomes, the chapters in this volume move the field forward in considering the dynamic interplay between family context, early adult development, and a range of outcomes. In this chapter, we synthesize four emergent themes from this volume : the role of family in pathways to adulthood, cumulative advantage and disadvantage in early adulthood, individual differences in young people’s skills and capacities for negotiating early adulthood, and the role of institutions in shaping early adulthood. , Public and scholarly interest in early adulthood has increased over the past decade, spurred by the dramatic social and developmental changes young people experience during this period and the consequences of their missteps. The family context, both the family of origin and family of procreation, has emerged as key settings shaping young adults’ success in navigating this period of the life course. While prior research has illuminated relationships between various family contexts and young adult outcomes, the chapters in this volume move the field forward in considering the dynamic interplay between family context, early adult development, and a range of outcomes. In this chapter, we synthesize four emergent themes from this volume : the role of family in pathways to adulthood, cumulative advantage and disadvantage in early adulthood, individual differences in young people’s skills and capacities for negotiating early adulthood, and the role of institutions in shaping early adulthood. ]
New York: [Springer, ], 2012
e20396103
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>