Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kadar Kuswandi
Abstrak :
Sikap remaja terhadap seks bebas sudah berada pada tingkat yang mengkhawatirkan, hal itu dibuktikan oleh berbagai hasil survei dan penelitian mengenai sikap seks bebas kalangan remaja, termasuk di lingkungan kampus, yang menunjukkan bahwa angka relatif sikap setuju terhadap perilaku seks bebas antara 10% - 32%. Fenomena sikap dan perilaku seks bebas itupun sudah mulai tampak pada Mahasiswa Akademi Kesehatan di Banten, bahkan yang lebih dan sekedar pegangan atau bergandengan. Keadaan-keadaan tersebut lebih diperburuk dengan adanya upaya saling menutupi antar rekan mahasiswa terhadap perilaku seks bebas yang pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai deskripsi yang lebih mendalam dan analisis dari sikap menyetujui dan perilaku seks bebas Mahasiswa Akademi Kesehatan di Banten, yang dipengaruhi oleh informasi perilaku seks dan tanggapan mahasiswa mengenai akibat perilaku seks itu sendiri. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan populasi seluruh Mahasiswa Akademi Kesehatan di Banten yang memiliki dasar pendidikan SMU, sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 351 orang. Analisis yang digunakan adalah, pertama analisis kuantitatif mulai dari analisis univariat, bivariat (dengan uji chi-square), multivariabel (dengan uji regresi logistik berganda); dan kedua adalah analisis kualitatif (dengan menggunakan FGD) untuk menunjang data hasil analisis kuantitatif. Oleh karena itu, instrumen penelitian ini terdiri dari angket dan pedoman FGD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang setuju terhadap perilaku seks bebas sebanyak 20,8%. Sedangkan yang mengaku pernah berperilaku seks bebas sebanyak 52,4%; dengan 4 tingkatan terbanyak dari jenis dan variasi perilaku seks bebas sebagai berikut, pertama berpelukan dan berciuman (26,8%), kedua berpelukan, berciuman, dan perabaan bagian sensitif dari luar pakaian (10,0%), ketiga berciuman saja (4,0%), dan keempat melakukan hubungan intim atau senggama (1,7%). Secara bivariat menunjukkan bahwa antara variabel informasi perilaku seks (dari tontonan, bacaan, mendengar dari teman, melihat langsung), dan tanggapan mahasiswa mengenai akibat perilaku seks bebas, masing-masing memiliki hubungan yang sangat bermakna secara statistik terhadap sikap mahasiswa pada perilaku seks bebas (p<α). Begitu pula antara sikap dengan perilaku seks bebas mahasiswa memiliki hubungan yang sangat bermakna secara statistik (p<α). Sedangkan secara multivariabel, diperoleh hasil bahwa faktor tanggapan mahasiswa merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap sikap seks bebas mahasiswa, dengan exponen (β) sebesar 6,258. Dari hasil analisis kualitatif diperoleh bahwa, mahasiswa pada dasarnya tidak memiliki sikap yang tegas untuk menolak perilaku seks bebas. Disamping itu, para informan (peserta FGD) menyatakan bahwa perlakuan dari leher ke atas adalah wajar, dan mereka menyadari bahwa dari perbuatan itu dapat berlanjut pada tingkat perilaku seks yang lebih serius, tetapi tetap dilakukannya. Selain itu, sebagian informan menyatakan bahwa, perilaku seks tersebut dapat digunakan untuk membuktikan rasa cintanya terhadap kekasih tercinta. Dengan adanya hasil penelitian tersebut, maka perlu dilakukan upaya pembentukan tim koordinasi pemantau dan evaluasi sikap dan perilaku mahasiswa terhadap seks bebas; pemberdayaan mahasiswa untuk dapat menolak secara tegas terhadap perilaku seks bebas, apapun bentuknya; perlu dirancang program kerjasama dengan pihak terkait untuk mencegah meluasnya sikap dan perilaku seks bebas; sisipkan secara khusus pada materi yang sedang berjalan mengenai kesehatan reproduksi, pendidikan seks dan perilaku bertanggung jawab; serta peningkatan peran pembimbing dalam memberikan masukan mengenai sikap dan perilaku yang bertanggung jawab.
The Effect of Information About Free-Sex Behavior And Students' Response to The Effect of free-Sex Behavior to Agreeing Attitude in Relation With Students' Free-Sex Behavior at Health Academy Of Banten, in 2000.Youth attitudes towards free-sex behavior have been at concerning level. This is indicated by the outcomes of survey and research regarding free-sex attitude among youths, including college students, which show the rate of agreeing attitude towards free-sex behavior is 10% - 32%. Such phenomena have appeared among students at College of Health in Banten. They hold each other's hand, walk along hand in hand, and even some of them have done more than just holding hand. Such conditions have been worsened by the fact that they attempt to conceal the reality about each other's free-sex behaviors. The objective of this research is to obtain information about description and analysis of agreeing attitude and free-sex behavior among students at College Health in Banten, which is influenced by information of free-sex behavior and student response to the effect of sexual behavior itself. The research method applied is cross sectional, and the population is all students at College Health in Banten who have high school background. The samples used for the research are 351 students. Analysis applied are, first, quantitative analysis starting from analysis of univariat, bivariat (chi-square test), to multi variable (multiple logistics regression test), and secondly, qualitative analysis (using FGD) to complement the quantitative data. The instruments used are questioners and FGD guide. The findings show that 20.8% respondents agree the free-sex behavior, 52.4% respondents have ever had free-sex behavior with following classification, first, hugging and kissing (26.8%), secondly, hugging, kissing and touching sensitive parts still covered with clothing (10.0%), thirdly, kissing only (4.0%), and fourthly, having coitus (1.7%). Based on bivarial, the findings show that the variable of information about free-sex behavior (getting from movies, readings, chats, or self-observation) and students' response statistically have significant relation with students' attitudes toward free-sex behavior (p <α). So does the relation between students' attitudes and students? behavior of free-sex. Based on multivariable, the results show that students' response is the most influencing factor of students? free-sex behavior, with exponent (β) of 6.258. From the results of qualitative analysis the findings show that basically students do not possess firm attitudes to refuse free-sex behavior. Besides that, the informants (FGD) state that what they (lovers) usually do (oriented around neck and face) is considered proper. And they realize that such treatments or movements can lead to serious ones but they keep on doing it. Besides that, some informants state that such free-sex behavior proves love feelings among lovers. The research recommends are, must be make coordination team for monitoring and evaluation of students attitude and behavior to free-sex, that students are necessarily to be enforced to be able to object to free-sex behavior, whatever forms it takes. Collaborating among programs is necessarily designed to prevent from its spreading. Such materials as reproductive health, sex education, and responsible behavior can be included or inserted in the lectures being conveyed to students.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T3482
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan pola komunikasi dan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual beresiko pada remaja di Desa Tridaya Sakti Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Desain penelitian Descriptive correlational secara cross sectional. Responden yang berjumlah 106 remaja. Tehnik pengambilan sampel purposive sampling. Hasil studi ini menunjukan hubungan pola komunikasi dan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual berisiko di Desa Tridaya Sakti. Hasil studi ini menunjukan ada hubungan umur, jenis kelamin dan pola komunikasi dan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual berisiko di Desa Tridaya Sakti. Penelitian ini merekomendasikan perlu adanya komunikasi yang terbuka dan adanya tata aturan keluarga yang jelas dalam pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja. ......This study aimed to get an idea of the relationship and communication patterns of families with the strength of risky sexual behavior in the Village District Tridaya Way South Tambun Bekasi Regency. This research is Descriptive correlational studies that collect data in cross-sectional. Respondents were 106 adolescents who participated. Sampling techniques used purposive sampling. The results of this study show the relationship and the strength of family communication patterns with risky sexual behavior in the village of Sakti Tridaya. The results of this study showed no relationship to age, sex and communication patterns and strength of families with risky sexual behavior in the village of Sakti Tridaya. This study recommends the need for open communication and the existence of clear rules governing family in the prevention of risky sexual behavior in adolescents.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muksonah
Abstrak :
Remaja (usia 10-19 tahun) yang pemah/aktif melakukan hubungan seksual pranikah dapat berisiko tenular HIV dan AIDS atau penyakit menular seksual lainnya. Bagi Remaja puteri selain penyakit menular seksual, dapat terjadi kehamilan tidak diingikan. Remga dapat berkemungldnan melakukan upaya aborsi ilegal. Akibat buruk aborsi teljadi perdarahan, kerusakan alat reproduksi remaja dan infeksi yang dapat rnemnyebabkan kematian atau infeksi menahun dan iruertililas. Tujuan pcnelitian ini adalah dikdzhuinya faktor-faktor yang bcrhubungan dengan perilaku seksual siswa SMA Negeri di kota Prabumulih tahun 2008. Manfaat penelitian merupakan bahan infomnasi tcntang perilaku seksual remaja bagi dinas pendidikan, dinas kesehatan dan instansi tcrkait Iainnya unruk bekerjasama dalam Pelayanan Kcschatan Peduli Remaja (PKPR). Menggunakan variabel independen yaitu: faktor intemal (jenis kclamin, pengetalmuan, sikap, kepatuhan beragama) dan faktor ekstemal (peran orang tua, peran guru, peran tenaga kesehatan, keterpaparan dengan teman sebaya, dan ketepaparan dengan media massa) dengan variabel dependen yaitur perilaku scksual remaja. Penelitian ini dilakukan di SMA Ncgcri yang berada di kota Prabumulih, dilaksanakan pada buian April-Mei 2008, sampcl siswa/siswi kcias XI. Besaran sampel mengunakan estimasi proporsi, metode pengambilan sampcl dengan cara multi stage sampling, desain penelitian deskriptif dengan rancangan Cross Sectional (potong lintang). Hasil penelitian dari 326 siswa kelas XI di SMA Negeri Kota Prabumulih tahun 2008 dapat disimpulkan gambaran perilaku seksual berisiko berai 14,l%. Remaja yang pemah melakukan hubungan seksual ada 2,5 %, semuanya dari remaja laki-laki. Faktor yang berhubzmgan dengan perilaku seksual yaitu jenis kelamin, sikap remaja, kepatuhan bemgama, keterpaparan dengan teman sebaya terhadap pexilaku scksual. Sehingga penelitian ini menyatakan bahwa 1) Remaja laki-laki mempunyai peluang 6 kali belperilaku seksual berisiko berat dibanding perempuan. 2) Remaja yang bersikap negatif berpeluang 3 kali memplmyai perilaku seksual beresiko berat dibanding remaja yang bcrsikap positif. 3) Remaja yang tidak taat agama rnempunyai peluang 3 kali berpcrilaku seksual berisiko berat dibanding ciengan remaja yang taat agama. 4) Remaja yang terpapar dengan teman sebaya berpeluang 6 kali berperilaku seksual berisiko berat dibanding yang tidak terpapar dengan teman sebaya, keterpapaxan dengan tcman sebaya merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku scksual SMA Negeri Kota Prabumulih tahun 2008, serelah dikontrcl jenis kelamin dan kcpatuhan beragama. Dalam penelitian ini faktor yang tidak signifikan berhubungan dengan perilaku seksual yaitu pengetahuan tentang keschatan reproduksi, peran orang tua, peran guru, peran tenaga kesehatan, dan keterpaparan dengan media massa. Dari hasil Penelitian ini, disarankan untuk melaksankan Pelatihan Peer Education dan Peer Educator di lingklmgan sekolah melalui Pclayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang bekerjasama dengan lintas scktoral dan lintas program. Topik-topik daiam pelatihan misalnya kesehatan rcmaja, pomograti, NAFZA, HIV dan AIDS akan penyakit menular seksual lainnya ......Adolescent (10-19 years old) who have ever or active committed sexual intercourse intercourse before married have high risk of HIV and AIDS infected and other contagious diseases. For young girls, in addition to have sexual contagious diseases, unwanted pregnancy could also lead to illegal abortion. The had conflicts of abortion are bleeding, damage of reproductive organs, and infection that could lead to death or chronic infection and infertility. The objective of this research is to know the related factors with sexual behavior of senior high school students at Kota Prabumuli in 2008. The benefits or the results of this research can become an important information about adolescent sexual behavior for educational institution, health institution, and other related institutions to cooperate in Health Service for Younger Care (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja or PKPR). This research uses independent variables: internal factors (sex, knowledge, attitude, faithful to religion) and external factors ( parent?s roles, teachers? roles, medical roles, association with the same age and with mass media) and dependent variables: adolescent Sexual behavior. This research is done in SMA Negeri at Kota Prabumuli, in April - May 2008, and the samples are the students of XI grade. The size of samples uses proportional estimates, and the wmpling method is multi-stage sampling, research design is descriptive with cross sectional design. The research results of 326 students of XI grade in SMA Negeri at Kota Prabumuli, in zoos can be concluded mat the high risk of sexual behavior is l4.1%, adolescent who have ever committed sexual intercourse is 25%, all of them are males. Related factors with sexual behavior are sex, attitude, faithful to religion, association with the same age. That?s why, this research concludes that 1) young males have six times probabilities of having high risk of sexual behavior compared with young females. 2) Adolescent with negative attitude have three times probabilities of having high risk of sexual behavior compared with those who have positive attitude. 3) Adolescent who are not faithful to religion have three times probabilities of having high risk of sexual behavior compared with those faithful to religion. 4) Adolescent who associate with the same age have six times probabilities of having high risk of sexual behavior compared with those who don?t associate with the same age. Association factor with the same age are the dominant factor in relation to sexual behavior toward the students of SMA Negeri at Kota Prabumulih in 2008, controlled by sex and faithful. to religion. Knowledge about reproductive health, parent?s roles, teachers? roles, medical roles, and association with mass media toward behavior are not significant factors. Based on this research results, it is recommended to exected training peer education and peer educator from the same age group at schools through Health Service for Younger Care (PKPR). It is Working along passed by cross sectorally and by cross sectional program. Topics in training for example adolescent health, pornographic, NAPZA, HIV and AIDS, and other sexual diseases.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T29199
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Widowati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan risiko terjadinya PMS (Penyakit Menular Seksual) pada anak jalanan remaja laki-laki Kota Depok. Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional pada 78 anak usia 11-20 tahun yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Hasil uji analisis menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan risiko terjadinya PMS pada anak jalanan remaja laki-laki Kota Depok (p=0,948; α=0,05). Strategi pendidikan kesehatan harus disesuaikan dengan karakteristik anak jalanan untuk mengefektifkan intervensi keperawatan komunitas. ......The aim of the study was to determine the correlation between reproductive health knowledge and risk of STDs among male adolescent street children in Depok City. Cross-sectional study was conducted among 78 children aged 11-20 years whom selected by purposive sampling technique. Knowledge of reproductive health was no significantly associated with risk of STDs among adolescent male street children in bivariate analysis (p=0,682, α=0,05). Health education strategy must be adjusted to street children characteristics to streamline community nursing interventions.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46486
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Britta Widyadhari
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran dari identitas seksual dan proses coming out pada remaja akhir dalam kelompok minoritas seksual di Jakarta. Penelitian ini didasari oleh minimnya penerimaan dan toleransi terhadap kelompok minoritas seksual, yang salah satunya adalah kelompok homoseksual, yang dapat berpengaruh terhadap proses coming out dan perkembangan identitas seksual pada remaja dengan orientasi homoseksual. Pengukuran identitas seksual menggunakan Measure of Sexual Identity Exploration and Commitment (Worthington, Savoy, Navarro, & Hampton, 2008) dan pengukuran proses coming out menggunakan metode wawancara yang didasari oleh teori-teori terkait proses coming out dari berbagai literatur. Pengolahan statistik deskriptif menunjukan bahwa terdapat tiga subskala dengan nilai mean yang tergolong tinggi, yakni integrasi, komitmen, dan eksplorasi, namun mean dengan skor tertinggi berada subskala integrasi (mean= 3,45). Dari hasil kuantitatif deskriptif yang didapatkan, dilakukan wawancara terhadap empat responden yang memiliki skor rata-rata tertinggi pada subskala integrasi untuk melihat proses coming out responden hingga dapat berkomitmen terhadap orientasi homoseksualnya dan mengintegrasikan aspek seksual dengan aspek-aspek lain dalam identitas diri seseorang. Dari hasil analisis antara data kuantitatif dan kualitatif yang didapatkan dalam penelitian ini, didapatkan bahwa penerimaan dan dukungan sangat dibutuhkan oleh remaja akhir dengan orientasi homoseksual di Jakarta agar individu dapat berkomitmen kepada orientasi seksualnya dan mengintegrasikan aspek seksualnya dengan aspek keseluruhan dalam identitas dirinya. Diharapkan implikasi dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menyusun program intervensi yang dapat menolong kelompok homoseksual agar kesejahteraan psikologis mereka tetap terpelihara.
ABSTRACT
This research has objectives to get the description of sexual identity and the coming out process among late adolescence of sexual minority group in Jakarta. This research was based on the fact that the absence of acceptance and tolerance in society to homosexuality might influence the coming out process and the development of sexual identity among homosexual late adolescence. Sexual identity variable is measured by an instrument that was developed by Worthington, Savoy, Navarro, & Hampton (2008) called Measure of Sexual Identity Exploration and Commitment and the coming out process was measured using an interview method which questions were constructed by the researcher based on the literatures of coming out process. Respondents are consisted of 31 homosexual late adolescence with the purposive type. Descriptive statistics showed that there are three subscales which are categorized as high; integration, commitment, and exploration, and one subscale which is categorized as low; sexual orientation identity uncertainty. However, subscale with the highest mean score is integration (mean= 3,45). Researcher then chose four respondents whose score is the highest in integration subscale to see the coming out process of each respondent until they finally could be commited to their homosexual identity and integrate the sexual aspect of identity with other aspects of identity. Results from quantitative and qualitative shown that acceptance and tolerance of homosexuality is needed by homosexual late adolescence to be commited to their sexual identity and integrate their sexual aspect of identity to other aspects of identity. Hopefully, this research could be used to construct an intervention program that could help homosexual group so their well-being could be maintained.;ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran dari identitas seksual dan proses coming out pada remaja akhir dalam kelompok minoritas seksual di Jakarta. Penelitian ini didasari oleh minimnya penerimaan dan toleransi terhadap kelompok minoritas seksual, yang salah satunya adalah kelompok homoseksual, yang dapat berpengaruh terhadap proses coming out dan perkembangan identitas seksual pada remaja dengan orientasi homoseksual. Pengukuran identitas seksual menggunakan Measure of Sexual Identity Exploration and Commitment (Worthington, Savoy, Navarro, & Hampton, 2008) dan pengukuran proses coming out menggunakan metode wawancara yang didasari oleh teori-teori terkait proses coming out dari berbagai literatur. Pengolahan statistik deskriptif menunjukan bahwa terdapat tiga subskala dengan nilai mean yang tergolong tinggi, yakni integrasi, komitmen, dan eksplorasi, namun mean dengan skor tertinggi berada subskala integrasi (mean= 3,45). Dari hasil kuantitatif deskriptif yang didapatkan, dilakukan wawancara terhadap empat responden yang memiliki skor rata-rata tertinggi pada subskala integrasi untuk melihat proses coming out responden hingga dapat berkomitmen terhadap orientasi homoseksualnya dan mengintegrasikan aspek seksual dengan aspek-aspek lain dalam identitas diri seseorang. Dari hasil analisis antara data kuantitatif dan kualitatif yang didapatkan dalam penelitian ini, didapatkan bahwa penerimaan dan dukungan sangat dibutuhkan oleh remaja akhir dengan orientasi homoseksual di Jakarta agar individu dapat berkomitmen kepada orientasi seksualnya dan mengintegrasikan aspek seksualnya dengan aspek keseluruhan dalam identitas dirinya. Diharapkan implikasi dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menyusun program intervensi yang dapat menolong kelompok homoseksual agar kesejahteraan psikologis mereka tetap terpelihara.
ABSTRACT
This research has objectives to get the description of sexual identity and the coming out process among late adolescence of sexual minority group in Jakarta. This research was based on the fact that the absence of acceptance and tolerance in society to homosexuality might influence the coming out process and the development of sexual identity among homosexual late adolescence. Sexual identity variable is measured by an instrument that was developed by Worthington, Savoy, Navarro, & Hampton (2008) called Measure of Sexual Identity Exploration and Commitment and the coming out process was measured using an interview method which questions were constructed by the researcher based on the literatures of coming out process. Respondents are consisted of 31 homosexual late adolescence with the purposive type. Descriptive statistics showed that there are three subscales which are categorized as high; integration, commitment, and exploration, and one subscale which is categorized as low; sexual orientation identity uncertainty. However, subscale with the highest mean score is integration (mean= 3,45). Researcher then chose four respondents whose score is the highest in integration subscale to see the coming out process of each respondent until they finally could be commited to their homosexual identity and integrate the sexual aspect of identity with other aspects of identity. Results from quantitative and qualitative shown that acceptance and tolerance of homosexuality is needed by homosexual late adolescence to be commited to their sexual identity and integrate their sexual aspect of identity to other aspects of identity. Hopefully, this research could be used to construct an intervention program that could help homosexual group so their well-being could be maintained.
2016
S62802
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lanova Dwi Arde M
Abstrak :
Perilaku seksual remaja cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu penyebab terjadinya perilaku seksual adalah ketidaktepatan informasi yang diperoleh oleh remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menilai keterpaparan informasi dari orang tua, sekolah, media elektronik dan cetak dan teman sebaya dan hubungannya dengan perilaku seksual remaja. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan data survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 dan 2012. Sampel penelitian ini adalah remaja pria dan wanita yang berusia 15-24 tahun yang belum menikah. Regresi Poisson digunakan untuk mengetahui nilai rasio prevalensi perilaku seksual beradasarkan keterpaparan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi remaja yang terpapar informasi dari media massa dan teman sebaya yang melakukan hubungan seksual lebih tinggi dibandingkan yang terpapar informasi dari orang tua dan sekolah, baik pada remaja pria maupun wanita. Namun informasi dari orang tua dan sekolah belum mampu "berkompetisi" dengan informasi dari media massa dan teman sebaya dalam memproteksi remaja dari perilaku seksual. Orang tua dan sekolah perlu bekerjasama dalam memberikan pendidikan seksual kepada remaja agar mampu mengimbangi informasi yang diperoleh remaja dari media massa dan teman sebaya dan melindungi remaja dari melakukan hubungan seksual.
Sexual intercourse among adolescents in Indonesia tend to increase over years. One of the reasons this risk behaviours happened is because the imprecision of informations that adolescents obtained. This study aims to assess the exposure of informations from parents, school, mass media, and peers and the relation between adolescents sexual behaviours. This study uses cross sectional design with data from Indonesia Young Adult Reproductive Health Survey (IYARHS) year 2007 and 2012. The sample of this research is young men and women age 15-24 years who have not married. Poisson regression is used to get the prevalence ratio of behaviour risks based on the exposure of informations. This study shows that prevalence of adolescents who are exposed to informations from mass media and peers that perform sexual intercouse is higher than those who are exposed to informations from parents and school, both in young men and women. However, informations from parents and school still can?t compete to informations from mass media and peers in protecting adolescents from sexual behaviours. Peers and school need to cooperate in giving sexual education to adolescents in order to be able to counterbalance the informations obtained from mass media and peers, and may protect the adolescents from sexual risk behaviours.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41558
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Gunawan
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan peran teman sebaya terhadap perilaku seksual pra-nikah remaja pada siswa kelas XI di SMA Negeri X Batanghari tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional dengan menggunakan populasi sebagai sampel yaitu, 104. Hasil dari penelitian ini menemukan sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai kesehatan reproduksi (76%), dan 60% responden mempunyai sikap positif terhadap perilaku seksual pra-nikah. Penelitian ini juga menemukan sebagian responden (50%) mendapat pengaruh positif oleh teman sebayanya, serta didapatkan responden yang berperilaku seksual pra-nikah sebesar 31,7%. Hasil uji chi-square mendapatkan variabel jenis kelamin dan pengetahuan ada hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual pra-nikah pada siswa kelas XI SMA Negeri X Batanghari dengan P Value = 0,033 pada variabel jenis kelamin terhadap perilaku seksual pra-nikah dan P value = 0,041 pada variabel pengetahuan terhadap perilaku seksual pra-nikah. Perlu perhatian yang serius dengan ditemukannya tidak semua siswa kelas XI yang mengetahui adanya PIK-R di sekolah (8%), dan baru sebagian (50%) siswa yang memanfaatkan sarana PIK-R untuk mendapat informasi dan konseling. Serta diperlukan upaya-upaya lain untuk meningkatkan jangkauan kegiatan PIK-R agar bisa di manfaatkan secara maksimal oleh semua siswa di sekolah.
ABSTRACT
This study aims to determine the level of knowledge, attitude and role of peers toward premarital sexual behavior in class XI student teen in SMA X Batang 2014. This study uses quantitative methods with cross-sectional approach using a sample of the population, 104 . The results of this study found the majority of respondents have a good level of knowledge about reproductive health (76%), and 60% of respondents have a positive attitude toward premarital sexual behavior. The study also found the majority of respondents (50%) had a positive influence by peers, as well as respondents obtained pre-marital sexual behavior of 31.7%. The results of chi-square test to get the variables gender and knowledge was no significant association with pre-marital sexual behavior in class XI SMA X Batang with P Value = 0,033 on gender variable against pre-marital sexual behavior and P value = 0.041 in variable knowledge of the pre-marital sexual behavior. Need serious attention with the discovery that not all students of class XI were aware of the PIK-R in school (8%), and only partially (50%) of students who take advantage of the means PIK-R to get information and counseling. As well as other necessary measures to increase the range of activities of PIK-R that can be utilized to the maximum by all students in the school.
2015
S58151
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Solihat
Abstrak :
ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk merupakan peristiwa terjadinya perubahan jumlah penduduk pada suatu wilayah, baik bertambah maupun berkurang. Indonesia merupakan negara yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi.BKKBN menyebutkan bahwa rata-rata Wanita Usia Subur melahirkan 2,6 anak dan laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan jika rata-rata Wanita Usia Suburmelahirkan 2,1 anak. Kelompok usia remaja merupakan komponen yang beradapada usia produktif. Kelompok usia muda adalah paling dominan di antara kelompok usia lainnya. SDKI tahun 2002/2003 menunjukkan penurunan menjadi10,4 remaja yang sudah pernah melahirkan atau sedang mengandung anakpertama, pada tahun 2007, terdapat 8,5 remaja sudah pernah melahirkan dan sedang mengandung anak pertama yaitu sebesar 6,6 remaja sudah pernah melahirkan dan 1,9 remaja sedang mengandung anak pertama BKKBN, 2008 .Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah yang kompleks terkait dengan pendidikan, kemiskinan, norma sosial budaya, dan geografis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas remaja kawin di Indonesia, analisis lanjut data SDKI tahun 2012 dengan pedoman kuesioner WUS Wanita Usia Subur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi crossectional. Pengolahan data dilakukan pada bulan Februari-Juni 2017 dengan sampel yang diambil berjumlah 2176 responden memenuhi kriteria inklusi. Hasil yang didapat adalah usia kawin pertama, usia pertama melakukan hubungan seksual, dan usia pertama melahirkan memiliki nilai estimasi resiko terbesar dibandingkan dengan variabel lain. Remaja yang berumur2anak dibandingkan dengan remaja yang berumur ge;20 tahun saat kawin pertama. Terdapat beberapa responden yang berusia kurang dari 20 tahun saat kawin pertama, melakukan hubungan seksual pertama kali, dan saat melahirkan pertama kali. Oleh karena itu, penguatan sosialisasi pendewasaan kehamilan, penguatan program PKPR, dan sosialisasi serta penguatan program KB dalam penjarangan kehamilan yang dapat disampaikan melalui KUA kepada para calon pengantin sangat diperlukan untuk menekan permasalahan yang terjadi pada usia remaja.
ABSTRACT
Population growth is the occurrence of changes in the number of people in a region, either increased or decreased. Indonesia is a country that has a high population growth rate. BKKBN mentioned that the average Fertile Women gave birth to 2.6 children and the rate of population growth can be suppressed if the average of Women Aged Fertile gave birth to 2.1 children. The adolescent age group is a component that resides in the productive age. The younger age group is the most dominant among other age groups. IDHS in 2002/2003 showed a decrease to 10.4% of teenagers who had given birth or being pregnant with the first child, in 2007, there were 8.5% of teenagers had given birth and were pregnant with the first child that is 6.6% Childbirth and 1.9% of teenagers being pregnant with the first child (BKKBN, 2008). This can lead to complex problems related to education, poverty, socio-cultural norms, and geography. This study aims to determine the factors affecting the fertility of adolescents mating in Indonesia, further analysis of data SDKI 2012 with guidelines questionnaire WUS (Female Age Fertile). This research uses a quantitative approach with cross sectional study. Data processing conducted in February-June 2017 with the sample taken amounted to 2176 respondents with inclusion criteria. The results obtained are the first marriage age, the first age of sexual intercourse, and the first age of birth has the greatest risk estimation value compared with other variables. Teenagers <20 years old at first marriage had a 4- fold higher risk of having > 2 children compared with ≥20 years of age at first marriage.
2017
S69754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Nurina Ayuningtyas
Abstrak :
Kehamilan remaja merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi remaja di Indonesia. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kehamilan remaja adalah kurangnya pendidikan serta informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual, termasuk tentang kehamilan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang kehamilan remaja pada remaja, terutama siswa kelas 7. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel yang terlibat terdiri dari 95 siswa dan siswi kelas 7 di SMPN 3 Rangkasbitung dengan metode stratified random sampling. Hasil analisis data secara univariat menunjukkan diperoleh 97,9 n=93 responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang kehamilan remaja, sedangkan sebagian kecilnya memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang kehamilan remaja, yaitu 2,1 n=2 . Selain itu, sebanyak 68,4 n=65 responden pernah mendapatkan informasi tentang kehamilan, dengan 36,9 n=24 dari responden mendapatkan informasi dari media elektronik seperti TV, radio, atau internet, sedangkan 31,6 n=30 responden sama sekali belum pernah mendapatkan informasi tentang kehamilan. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan pengetahuan remaja tentang kehamilan remaja yang diberikan pihak yang berkompeten, seperti petugas kesehatan atau pihak sekolah. ...... Adolescent pregnancy is one of the adolescent reproductive health problems in Indonesia. One of the factors that can lead to teenage pregnancy is lack of education as well as information about reproductive and sexual health, including about adolescent pregnancy. This study aimed to determine the description of knowledge about adolescent pregnancy in adolescents, especially grade 7 students. This study used cross sectional design. The sample involved in this study consisted of 95 students who were in 7th grade at SMPN 3 Rangkasbitung, selected by using stratified random sampling method. The result of univariate data analysis showed that 97.9 n 93 of the respondents had bad knowledge about adolescent pregnancy, while the small part had a good level of knowledge about adolescent pregnancy, which was about 2,1 n 2 . In addition, 68.4 n 65 of respondents had received information about pregnancy, with 36.9 n 24 of them got the information from electronic media such as TV, radio or internet, while the other 31.6 N 30 had never received any information about pregnancy. This demonstrated the need for more information and education on adolescent pregnancy provided by the competent authorities, such as health workers or the school.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library