Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Xilitol merupakan pemanis alami yang terdapat dalam sayuran dan buan-buanan Xilitol sebagai pemanis yang aman dan menyenatkan, mempunyai beberapa keunggulan, antara Iain bersifat nonkariogenik_ Xilitol dapat diproduksi dari xilosa, dimana xilosa diperolen dengan Cara nidrolisis nemiselulosa yang banyak terdapat dalam Iimban Iignoselulosa seperti ampas tebu_ Kadar nemiselulosa dalam ampas tebu 27,97 %; sedangkan sekam padi dan kelapa savvit masing-masing 16,94-21,95 % dan 24 %_ Dalam penelitian ini ditentukan kondisi optimum nidrolisis kimiavvi ampas tebu untuk mengnasilkan xilosa sebagai banan pembuatan xi|ito|_ Beberapa parameter yang mempengaruni terbentuknya xilosa, yaitu konsentrasi asam, vvaktu, dan sunu_ Selain itu, juga dibandingkan nasil nidrolisis kimiavvi ini dengan nidrolisis enzimatik yang telan dilakukan olen peneliti sebelumnya Berdasarkan nasil analisis pengukuran, didapatkan kondisi optimum nidrolisis kimiavvi dari 1 g ampas tebu yaitu konsentrasi HQSO4 0,3 IVI; vvaktu 25 menit, dan sunu 121 OC, dengan kadarxilosa 19,45 % (vv/vv) dan persen nidrolisis sebesar 69,53 % (vv/vv)_ Sedangkan nasil nidrolisis enzimatik ciari 4 g ampas tebu dinasilkan xilosa sebesar 0,86 % (vv/vv) dengan persen nidrolisis 3,07 % (vv/W).
Universitas Indonesia, 2007
S30435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Faisal
Abstrak :
Xilitol (C5H12O5) merupakan pemanis alami yang mempunyai kelebihan dibandingkan gula lainnya. Xilitol mempunyai nilai kalori yang rendah, aman dikonsumsi, memiliki tingkat kemanisan yang sama dengan sukrosa dan juga bersifat non-kariogenik artinya tidak menyebabkan karies pada gigi. Umumnya xilitol diproduksi secara kimiawi melalui proses hidrogenasi xilosa, dengan bantuan katalis nikel pada suhu 80-140 0C dan tekanan 50 atm. Selain itu, terdapat alternatif lain untuk membuat xilitol, yaitu secara fermentasi menggunakan khamir. Sumber xilosa umumnya berasal dari limbah lignoselulosa yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya ampas tebu. Bila ampas tebu dihidrolisis, akan didapatkan komponen penyusunnya yang salah satunya adalah xilosa. Pada penelitian ini dilakukan hidrolisis ampas tebu menggunakan asam sulfat dan didapatkan xilosa sebesar 15,41% (w/w). Hidrolisat yang didapatkan kemudian difermentasikan menggunakan Candida fukuyamaensis dan Candida boidinii. Dari hasil fermentasi didapatkan bahwa C.fukuyamaensis lebih berpotensial dibandingkan Candida boidinii sebagai agen biologis untuk mengkonversi xilosa menjadi xilitol dengan persen konversi xilosa menjadi xilitol sebesar 7,3126 % (w/w).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30416
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Ningsih
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk membuat xilitol dari limbah batang/malai sorgum manis CTY-33. Xilitol dibuat melalui proses fermentasi xilosa menggunakan Candida fukuyamaensis UICC Y-247 penghasil enzim xilosa reduktase yang mereduksi xilosa menjadi xilitol. Xilosa didapat dari hidrolisis hemiselulosa dalam limbah batang/malai sorgum manis CTY-33 yang telah dilakukan delignifikasi. Hasil xilosa tertinggi dengan 30 ml larutan H2SO4 0,3M dicapai pada waktu hidrolisis 35 menit yaitu 22,71% dalam hidrolisat malai sorgum manis CTY-33, dan 15,30% dalam hidrolisat batang sorgum manis CTY-33. Yield xilitol tertinggi dicapai pada fermentasi jam ke-12 yaitu 191,07 ppm dari malai, dan yield xilitol dari batang 31,48 ppm. Penambahan kosubstrat glukosa menaikkan kadar xilitol, hasil tertinggi dicapai pada jam ke-12. Penambahan kosubstrat glukosa 300 ppm pada malai menghasilkan xilitol sebesar 291,17 ppm (konversi xilosa menjadi xilitol 38,86 %). dan penambahan kosubstrat glukosa 150 ppm pada batang sebesar 173,44 ppm (konversi xilosa mnjadi xilitol 26,20. ......Producing xylitol from the straw / panicle of sweet sorghum CTY -33 wastes was done. The xylitol produced through the fermentation process of xylose using Candida fukuyamaensis UICC Y-247 which reduced xylose to xylitol using xylose reductase enzyme. The hemicellulose in the straw/panicle sweet sorghum CTY-33 wastes was hydrolized by 30 mL sulfuric acid 0,3 M after delignification. The highest xylose in the hydrolyzate of panicle during 35 minutes was 22.71 % and from straw was15.30 %. The highest xylitol yield reached in 12-hours fermentation, panicle xylitol yield was 191.07 ppm and straw xylitol yield was 31.48 ppm. When glucose added as co-substrat, the xylitol yield increased. The panicle xylitol yield became 291.170 ppm (the xylose conversion to xylitol was 38,86 %) when it added glucose 300 ppm, and the straw xylitol yield became 173.44 ppm (the xylose conversion to xylitol was 26,20 %) when it added glucose 150 ppm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29023
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wuryaningrum
Abstrak :
Xilitol merupakan gula alkohol berkarbon lima, yang secara alami terdapat dalam buah-buahan dan sayuran, serta memiliki manfaat kesehatan diantaranya adalah antikariogenik dan memiliki indek glukemik rendah. Xilitol dapat diproduksi dari xilosa, baik melalui proses kimiawi ataupun dengan fermentasi. Proses fermentasi dilakukan oleh khamir penghasil enzim xilosa reduktase, Candida fukuyamaensis UICC Y-247. Xilosa dihasilkan melalui proses hidrolisis hemiselulosa yang terkandung dalam limbah lignoselulosa seperti tanaman sorgum. Dalam penelitian ini dilakukan hidrolisis terhadap tangkai dan malai limbah sorgum untuk menghasilkan xilosa yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan xilitol melalui proses fermentasi dengan penambahan D(-) arabinosa sebagai kosubstrat. Sebelum hidrolisis pada sampel dilakukan proses dewax dan delignifikasi untuk menghilangkan senyawa-senyawa ekstraktif dan memecahkan lignin yang dapat menghambat proses hidrolisis ataupun fermentasi. Hidrolisis dilakukan dengan asam sulfat 0,3 molar, suhu 121°C. Berdasar hasil pengukuran didapatkan waktu optimum hidrolisis tangkai adalah 35 menit dan malai 45 menit, dengan masing-masing menghasilkan 4083,8 ppm atau 20,45% xilosa dari hidrolisat tangkai dan 4690,6 ppm atau 23,5% dari hidrolisat malai. Uji HPLC hasil fermentasi dalam penelitian ini, menunjukkan waktu optimum fermentasi adalah 12 jam. Konversi xilosa menjadi xilitol adalah 12,48%; 8,98% dan 2,66% masing-masing untuk hidrolisat malai, tangkai dan xilosa murni. Penambahan D(-) arabinosa sebagai kosubstrat menurunkan pembentukan xilitol.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29067
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Mediana
Abstrak :
Xilitol merupakan gula poliol berkarbon lima yang dimanfatkan sebagai pemanis pengganti gula dalam industri makanan dan farmasi. Produksi xilitol secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan tekanan dan temperatur yang tinggi serta memerlukan pemurnian berulang sehingga metode ini dianggap kurang ekonomis dalam biaya produksi. Maka dari itu, dilakukan produksi xilitol dengan cara fermentasi yang dianggap lebih ekonomis karena sumbernya dapat lebih murah dan tidak memerlukan pemurnian yang berulang. Fermentasi dilakukan dengan memanfaatkan hidrolisat limbah industri tandan kosong kelapa sawit sebagai substrat oleh khamir Debaryomyces hansenii UICC Y-276. Tujuan penelitian ini adalah, menghasilkan xilitol dengan fermentasi memamanfaatkan hidrolisat limbah industry tandan kosong kelapa sawit yang mengandung xilosa. Hemiselulosa tandan kosong kelapa sawit dihidrolisis dengan katalis asam oksalat dan dioptimasi mengunakan metode statistik response surface method. Optimasi kondisi fermentasi produksi xilitol meliputi; konsentrasi metanol, jenis sumber nitrogen dan konsentrasi sumber nitrogen. Kondisi optimal hidrolisis berdasarkan response surface methode adalah 8 gram bobot tandan kosong kelapa sawit dalam 35 ml (1:5 b/v), 75 menit, dan konsentrasi asam oksalat 6%, serta didetoksifikasi selama 75 menit oleh arang aktif 2%. Xilosa yang dihasilkani sekitar 28 g/L. Yield value xilitol terbesar ditunjukan pada kondisi fermentasi dengan penambahan metanol 1,5% dan ammonium sulfat sebagai sumber N, yaitu 29,68%. ......Xylitol is five-carbon polyol sugar which widely used as sweetener in food and pharmaceutical. Production xylitol by chemical procedures using high pressure and temperature and also needed extensive purification are less cost-effective in production. Fermentation which has more advantages with lower cost caused of cheaper substrate and the non-necessity of xylose purification. Fermentation for this research utilizing waste oil palm empty fruit bunch fiber hydrolysate by Debaryomyces hansenii UICC Y-276 yeast. The purpose of this research is to produce xylitol with fermentation method, utilizing waste biomass hydrolysate from oil palm empty fruit bunches containing xylose. Hemicellulose from oil palm empty fruit bunches was hydrolized by oxalic acid and also optimized using RSM statistic methode. Optimization of fermentation conditions for xylitol production are optimization methanol concentration and nitrogen source. Optimum conditions for hydrolysis of oil palm empty fruit bunches fiber obtained from response surface method were 8 gram in 35 ml (1:5 b/v), 75 minute, and dan 6% oxalic acid concentration with 75 minute detoxification by 2% carchoal adsorben give xilose concentration 28 g/L. The highest yield value of xylitol, 29,68 % given by fermerntation condition with the addition of 1,5% methanol and ammonium sulfate as nitrogen source.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Megantoro
Abstrak :
Karies gigi merupakan salah satu penyakit infeksi jaringan keras gigi yang sangat banyak menyerang penduduk Indonesia, dengan tingkat prevalensi lebih dari 90%. Karies terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan proses demineralisasi dan remineralisasi yang terjadi pada permukaan gigi, yaitu pada saat tingkat demineralisasi terjadi lebih tinggi daripada remineralisasi. Untuk menanggulangi masalah karies, diperlukan usaha preventif yang terjangkau oleh masyarakat. Salah satu agen yang dipercaya dapat mencegah terjadinya karies adalah xylitol. Penelitian-penelitian terdahulu telah menyatakan bahwa xylitol dapat meningkatkan remineralisasi. Pada penelitian ini, diteliti pengaruh penambahan xylitol pada larutan remineralisasi pada permukaan email yang didemineralisasi ditinjau dari struktur permukaan email gigi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 22 potong spesimen gigi yang dikelompokkan menjadi kelompok kontrol positif, kontrol negatif, dan perlakuan. Seluruh spesimen gigi, kecuali kelompok kontrol positif, direndam ke dalam larutan asam asetat dengan pH 4 selama 2x24 jam pada suhu 500C. Setelah itu, kelompok perlakuan dibagi ke dalam dua kelompok dan direndam kembali ke dalam larutan reminerlisasi, yang mengandung 20% dan 50% xylitol pada suhu 370C selama 2x7 hari. Seluruh sampel difoto dengan menggunakan SEM (Scaning Electron Micrograf) pada laboratorium CMPFA FTUI dan dilakukan analisis secara kualitatif. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa xylitol dapat memicu terjadinya proses remineralisasi pada permukaan gigi yang telah mengalami demineralisasi.
Dental caries is one of the infection diseases on the tooth. Its prevalence in Indonesia is more than 90%. Caries happened when there is unbalance condition between demineralization and remineralization process, which is higher in demineralization. To prevent the dental caries, there should be preventive programs that can be reached by all people. One agent believed to control and reduced dental caries is xylitol. This research observed the enamel surface?s structure related remineralization effects of xylitol on artificially demineralized enamel. The samples were demineralized in an acid solution with 4.0 pH level for two days. After that, they`re immersed in a remineralized solution containing 20% or 50% xylitol at 37oC for two weeks. Samples were analyzed using SEM to see the quality difference between the control samples and the other one on the enamel?s surface. SEM analyzing indicated that remineralization happened in enamel?s surfaces. The enamel?s surfaces remineralized with solution containing 50% xylitol had a better change after remineralization than the 20% did. These results mean that xylitol can avoid caries by inducing remineralization and inhibit demineralization.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriafnida
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh pemaparan xylitol pada email yang telah terdemineralisasi terhadap remineralisasi ditinjau dari kekerasan email. Demineralisasi dilakukan dengan larutan asam asetat 0.01 Μ (pH 4.0) pada suhu 50°C selama 2 hari. Untuk remineralisasi, sampel kemudian direndam dalam larutan remineralisasi dengan konsentrasi xylitol 20% atau 50% pada suhu 37°C selama 2 minggu. Kekerasan email dari sampel dengan dan tanpa xylitol diuji menggunakan alat uji kekerasan Vickers. Hasil menunjukkan adanya perbedaan kekerasan email antara kelompok yang diberi aplikasi larutan remineralisasi berxylitol dengan kelompok kontrolnya (p<0.05). Kelompok yang direndam dalam larutan remineralisasi ber-xylitol menunjukkan nilai kekerasan yang lebih besar daripada kelompok kontrolnya. Kekerasan email berkisar antara 423 ± 45 VHN pada kelompok larutan remineralisasi ber-xylitol 20%, sedangkan kelompok kontrolnya menunjukkan nilai 302 ± 60 VHN. Kelompok yang direndam dalam larutan remineralisasi ber-xylitol 50% menunjukkan nilai kekerasan 367 ± 70 VHN, sedangkan kelompok kontrolnya menunjukkan nilai 252 ± 100 VHN. Ini dikarenakan kemampuan xylitol untuk membentuk kompleks dengan ion-ion kalsium, hal ini membantu remineralisasi, sehingga lebih lanjut meningkatkan kekerasan dari email yang terdemineralisasi. Fungsi utama kalsium adalah untuk kekerasan tulang dan gigi.
This study aimed to determine the effects of xylitol exposure of demineralized enamel on remineralization in terms of enamel microhardness. The demineralizing treatment was done with a 0.01 Μ acetate buffer solution (pH 4.0) at 50°C for 2 days. For remineralization, the enamel samples were then immersed in a solution with 20% or 50% xylitol at 37°C for 2 weeks. Hardness of the enamel samples with and without xylitol treatment was measured as Vickers microhardness. Results showed differences of enamel microhardness between the group that is immersed in remineralizing solutions with xylitol and the control group (p < 0.05). Groups that is immersed in remineralizing solutions with xylitol showed higher microhardness values than its control groups. The enamel microhardness ranged between 423 ± 45 VHN on samples that are immersed in remineralizing solution with 20% xylitol, while its control group showed 302 ± 60 VHN in microhardness test. Samples that were immersed in remineralizing solution with 50% xylitol showed 367 ± 70 VHN in microhardness test, while its control group result in 252 ± 100 VHN. This is caused by the xylitol?s capability to form complexes with calcium ions, which helps the remineralization process and further increase the microhardness of the demineralized enamel. The major function of calcium is to provide rigidity and strength to bones and teeth.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Fatmawati
Abstrak :
Indonesia merupakan negara agraris yang setiap tahunnya mengnasilkan padi dalam jumlah besar, namun di sisi Iain hal ini menyebabkan banyaknya jumlah Iimbah jerami padi. Untuk itu diperlukan penanganan limbah yang tepat guna. Pada penelitian ini dicoba memanfaatkan Iimbah jerami padi yang dibagi menjadi merang dan batang sebagai bahan baku xilitol dengan hidrolisis menggunakan H2304 0,3 M pada suhu 121° C dengan waktu optimum 45 menit. Sebelum hidrolisis, dilakukan delignifikasi menggunakan NaOH 1%, suhu 55° C selama 2 jam. Kadar xilosa pada substrat merang sebesar 4918,6 mg/L dan batang 32863 mg/L. Untuk substrat yang didelignifikasi pada merang 3148,5 mg/L dan 1869,5 mg/L pada batang. Hasil hidrolisis ini kemudian difermentasi dengan khamir penghasil enzim xy/ose reductase, yaitu Candida fukuyamaensis Sampel diberi perlakuan detoksifikasi untuk mehgnilangkan senyawa yang menghambat pertumbuhan khamir, yaitu diberi arang aktif 1% dan dikocok dengan shaker selama setengan jam. Konsentrasi xilitol optimum dihasilkan dengan perlakuan detoksifikasi yaitu untuk substrat merang sebesar 545,6 mg/L dan pada batang 226,7 mg/L, sedangkan persen konversi terhadap substrat awal paling tinggi juga dihasilkan oleh substrat jerami dengan perlakuan detoksifikasi, yaitu sebesar 1,6 % pada merang dan O,7% pada batang. Persen konversi terhadap xilosa awal paling tinggi dihasilkan oleh substrat dengan perlakuan dellgnifikasi-detoksifikasi, yaitu merang besar 17,104% dan batang 7,49%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30355
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cicilia Aristya Dyah Puspita
Abstrak :
Kayu merupakan salan satu hasil hutan di Indonesia yang jumlahnya cukup banyak dan beragam Perkembangan dalam bidang pengolanan kayu, menimbulkan peningkatan Iimbah serbuk gergajian yang merupakan Iimbah Iignoselulosa yang mengandung nemiselulosa dan dapat dinidrolisis menjadi xilosa untuk produksi xilitol. Serbuk gergajian kayu yang digunakan adalah serbuk kayu jati dan kayu melinjo Karena kandungan Iignin yang tinggi, sebelum dihidrolisis, dilakukan proses delignifikasi terhadap sampel serbuk kayu dengan menggunakan Iarutan NaOH 1%. Kondisi hidrolisis optimum didapatkan pada sunu 121 °C selama 60 menit, dengan konsentrasi asam HQSO4 0,3 M. Pemekatan hidrolisat dilakukan untuk mendapatkan kadar xilosa yang Iebih besar dengan penguapan pada suhu 70 °C. Hasil pengukuran kadar xilosa dalam hidrolisat pada kondisi optimum, sebelum dan sesudah penguapan adalah sebesar 4,31 % dan 5,4% (w/w) untuk serbuk kayu jati yang tidak didelignifikasi; 3,18% dan 3,82% (w/w) untuk serbuk kayu jati didelignifikasi; 5,18% dan 6,16% (w/w) untuk serbuk kayu melinjo yang tidak didelignifikasi; dan 4,26% dan 5,3% (w/w) untuk serbuk kayu melinjo didelignifikasi Hidrolisat kemudian digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi oleh khamir Candida fukuyamaensis UICC Y-247. Sebelum proses fermentasi, dilakukan proses detoksifikasi ternadap hidrolisat dengan menggunakan 1 % arang aktif (w/w untuk mengnilangkan innibitor yang dapat mengganggu proses fermentasi olen khamir. Produk xilitol hasil fermentasi tertinggi, didapatkan pada waktu fermentasi 36 jam yaitu dengan persen konversi xilitol tertinggi sebesar 6,16% untuk sampel serbuk kayu jati yang didetoksifikasi dan 6,35% untuk sampel serbuk kayu melinjo yang didelignifikasi dan didetoksifikasi. Persen yield xilitol tertinggi untuk tiap gram sampel, pada kedua jenis sampel serbuk kayu, terdapat pada substrat yang didetoksifikasi, yaitu sebesar O,32% untuk serbuk kayu jati dan O,47% untuk serbuk kayu melinjo.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30420
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Desiriani
Abstrak :
Xylitol is a sugar alcohol used as a sweetener in the food industry. Xylitol can be produced from D-xylose using a fermentation process, but it then needs to be separated from the other components of the fermentation broth (e.g., metabolic products, residual substances, biomass cells, and mineral salts), before being purified as xylitol crystals. Therefore, to obtain high purity xylitol, various separation processes are required. One very promising downstream processing method is membrane separation. This study evaluated membrane-based processes for the separation of biomass cells and other impurities, determined the concentration of xylitol produced from Debaryomyces hansenii yeast fermentation broth, and proposed a polysulfone ultrafiltration (UF) membrane for biomass-cell separation followed by polyamide nanofiltration (NF) to remove low-molecular-weight compounds (e.g., acetic acids) from sugars. The effects of operating pressure were examined using a fermentation broth model solution. The results showed that a higher pressure caused a higher permeate flux; however, the permeate flux’s rate flow decreased over time due to concentration polarization, and fouling in the UF and NF membranes. Nevertheless, at all pressures, UF achieved a 99% rejection of biomass cells. In addition, microscope analysis showed that no biomass cells were detected in the permeates of UF. The resulting NF concentrates revealed high xylitol retention and a beneficially lower concentration of acetic acids. The operating pressures of the UF test conditions were 1 barg and 1.5 barg, illustrating that, at a pressure of 5.5 barg, the experiments achieved reasonably high xylitol retention (above 90%) indicating negligible losses of sugar in the permeate port. Moreover, this was proven to be a feasible way to concentrate xylitol up to three times from the initial concentration of the model fermentation broth (MFB). Therefore, the results demonstrated that a two-stage combination of UF and NF is a promising system for the downstream processing of microbial xylitol production.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:8 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>