Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adina Aji Setiady
"Penilitian Paduan Al-8Si dengan variasi penambahan Tembaga menganalisa ketahanan korosi dan struktur kristal dalam cairan pendingin. Paduan ini secara luas digunakan sebagai aplikasi dalam bidang industri otomotif. Karakterisasi difraksi X-Ray dan uji elektrokimia untuk menyelidiki struktur kristal dan laju korosi dari paduan. Hasil pola difraksi diperoleh fasa-fasa intermetalik dan pergeseran puncak ketika kandungan tembaga bertambah. Hasil perhitungan ukuran kritsal pada paduan Al-8Si-xCu (x= 0, 2, 5, 9 wt%) dengan metode Williamson-Hall. Ukuran Kristal terbesar didapatkan pada sampel Al-8Si-0Cu sebesar 104 nm, ketika kandungan tembaga ditambahkan maka ukuran Kristal akan menurun. Hasil pengujian korosi divalidasi dengan potensiodinamik, sampel menunjukan laju korosi yang berbeda. Ketahanan korosi dari paduan Al-8Si-0Cu lebih baik dibandingkan paduan Al-8Si-xCu (x= 2, 5, 9 wt%) lainnya dengan laju korosi 3,314x10-2 mm/tahun. Kesimpulannya, penambahan tembaga mempengaruhi penurunan ketahanan korosi dan memunculkan fasa-fasa intermetalik.

Aluminium alloys can improve mechanical properties, but it can influence corrosion rate of the alloys. Characterization of X-Ray diffraction and electrochemical investigate crystal structure and corrosion rate of these alloys. From the XRD pattern, Al-Cu-Mg, Al, Al-Fe phases were identified and some peaks were shifted due to Copper content increment. The result of crystallite size of Al-8Si-xCu (x= 0, 2, 5, 9) alloys were measured by Williamson-Hall method. The largest of crystallite size was obtained in Al-8Si-0Cu of 104 nm. Further addition of Copper content, the crystallite sizes are lowest among the investigated alloys. Electrochemical tests were validated that these alloys show different corrosion rate. In the Al-8Si-0Cu, corrosion rate is 3,314x10-2 mm/year, which is slowest rate among the investigated alloys. On conclusion, the additional of Copper content affects decrement of corrosion resistance and giving rise of intermetallic phases."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wildan Firdaus
"ABSTRAK
Pengembangan bahan solder bebas timbal menjadi hal penting, sejak penerapan RoHS. Namun, beberapa kandidat untuk solder bebas timbal memiliki beberapa kelemahan seperti banyak pertumbuhan intermetalik (IMC), dan titik lebur yang sedikit lebih tinggi. Salah satu metode yang digunakan untuk membuat solder bebas timbal adalah dengan menambahkan elemen paduan lainnya. Salah satu elemen paduan yang menjanjikan adalah dengan memvariasikan konten Bismuth (Bi). Differential Scanning Calorimetry, Difraksi sinar-X dan Potensiodinamik digunakan untuk karakterisasi. Hasilnya menunjukkan bahwa titik leleh berkurang. Struktur Sn yang di doping Bi menunjukkan fase tunggal tetragonal Sn dan parameter kristal yang berbeda. Dari uji potensiodinamik, sampel menunjukkan laju korosi yang berbeda. Kesimpulannya, solder bebas timbal Sn-Bi berpotensi sebagai kandidat untuk menggantikan bahan solder timah yang bebas timbal.

ABSTRACT
The development of lead free solder materials has become urgent, since the implementation of RoHS. However, some candidates for lead free solder have several weaknesses such as many of intermetallic growth (IMC), slightly higher of melting point. One of the methods used to make lead free solder is by the addition of other alloying element. One of the promising alloying elements is by varying Bismuth (Bi) content. Differential Scanning Calorimetry, X ray Difraction and Potensiodynamic were used for characterization. The results show the melting point reduced. The structure of Bi doped Sn show single phase tetragonal Sn and different crystal parameter have been obtained. From Potensiodynamic test, The samples show different corrosion rate. In conclusion, Sn-Bi lead free solder is potential candidat for replacing Lead-free solder materials.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessie Widya Sari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyan Taufiq Kurniadi
"

Batuan travertin merupakan batuan karbonat permukaan yang terbentuk akibat lepasnya karbon dioksida (CO2) dari fluida hidrotermal jenuh karbonat. Pada wilayah panas bumi Ciseeng batuan ini dapat ditemukan di Tirta Sayaga, Gunung Panjang, dan Gunung Peyek. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik dan proses keterbentukan batuan travertin di ketiga lokasi tersebut. Metode yang digunakan adalah petrologi, petrografi, analisis fluida hidrotermal, X-ray diffraction (XRD), dan X-ray fluorescence (XRF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik makroskopis dan mikroskopis batuan travertin memiliki keterkaitan dengan lokasi keterbentukannya pada suatu morfologi. Laminasi dengan tekstur kalsit yang kompleks ditemukan pada lereng dari fissure ridge dan mound, sedangkan laminasi dengan tekstur yang sederhana ditemukan pada dinding kolam manifestasi. Temuan ini bersesuaian dengan data fluida hidrotermal, XRD, dan XRF yang menunjukan bahwa batuan travertin didominasi oleh mineral kalsit dengan kandungan Ca yang tinggi (>90%wt). Berdasarkan temuan tersebut travertin Ciseeng termasuk travertin termogen yang terpresipitasi akibat lepasnya CO2 dari fluida hidrotermal yang tersaturasi oleh kalsium bikarbonat hasil pelarutan satuan batu gamping di bawah permukaan. Presipitasi yang terjadi secara terus-menerus menghasilkan morfologi fissure ridge, mound, dan bendungan di lokasi penelitian. Perbedaaan tingkat kompleksitas tekstur pada batuan travertin terjadi karena batuan terpresipitasi dari fluida hidrotermal dengan karakteristik dan proses yang berbeda.


Travertines are carbonate rock precipitated by carbon dioxide (CO2) release from carbonate-rich water. These rocks can be found in Ciseeng geothermal area within three distinctive areas Tirta Sayaga, Gunung Panjang, and Gunung Peyek. This study aims to determine the characteristics and formation of travertine in Ciseeng geothermal area. Principal methods consist of petrology, petrography, hydrothermal fluid analysis, X-ray diffraction (XRD), and X-ray fluorescence (XRF). Analysis results indicate that macroscopic and microscopic textures were related to their location on morphology. Lamination of complex calcite textures were found on the slopes of fissure ridge and mound, while lamination of simple calcite textures were found on the walls of manifestation pools. These findings were in accordance with hydrothermal fluid, XRD, and XRF data which shows that travertines were dominated by calcite minerals with high Ca content (>90%wt). Based on these findings Ciseeng travertines are categorized as thermogenic travertine which precipitated by the release of CO2 from calcium bicarbonate rich water resulting from dissolution of limestone unit in the subsurface. Continuous travertine precipitation leads to formation of fissure ridge, mound, and dam. Differences in texture complexity in travertine rocks occurred because travertines were precipitated from hydrothermal fluids with different characteristics and processes.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Octavian
"Toleransi kerusakan yang unggul dibandingkan produk komersial lainnya menjadikan paduan aluminium 2091 banyak digunakan dalam industri dirgantara. Sifatnya yang ringan, low density, dan ketahanan korosi yang baik membuat paduan aluminium 2091 menjadi material kategori paduan aluminium-lithium yang dapat mengurangi berat total dengan baik. Berbagai macam perlakuan panas dikembangkan untuk mendapatkan variasi sifat yang akan digunakan dalam pengaplikasian tertentu. Faktor-faktor seperti konstituen pembentuk paduan, aging time, dan temperatur aging dapat memodifikasi struktur dan sifat elektrokimia paduan. Penelitian ini dilakukan guna mempelajari pengaruh aging time terhadap parameter struktural dan sifat korosi paduan aluminium 2091. Solution treatment pada temperatur 525°C selama 5 jam dan quenching pada media air dalam suhu kamar dilakukan sebelum dikenakan perlakuan aging time. Variasi aging time berlangsung selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Sifat korosi dipelajari dengan polarisasi potensiodinamik dalam larutan elektrolit bioethanol 98% variasi temperatur 5°C, 25°C, dan 43°C. X-ray diffraction dilakukan untuk mengamati fasa dan perubahan struktur paduan. Linear sweep voltammetry dan cyclic voltammetry dilaksanakan untuk menganalisis laju korosi dan reversibilitas reaksi. Sebagai hasilnya, perubahan parameter struktural dan laju korosi bergantung dengan perlakuan panas aging time karena pengaruh fasa intermetalik yang terbentuk. Meskipun begitu, laju korosi pada temperatur elektrolit yang rendah juga memiliki nilai yang lebih rendah. Laju korosi paling cepat ditemukan pada sampel 24 jam bernilai 5.453 × 10^-2 mmpy dalam bioethanol dengan temperatur 43°C. Data voltamogram menunjukkan reaksi bersifat tidak reversibel.

Excellent damage tolerance compared to commercial products makes aluminium 2091 alloy is widely used in the aerospace industry. Its light weighted, low density, and good corrosion resistance make aluminum 2091 an aluminum-lithium category material that can reduce total weight nicely. Various kind of heat treatments have developed to obtain properties modification that will be used in certain applications. Factors such as alloying elements, aging time, and aging temperature can affect structure and electrochemical properties of the alloy. This research was meant to study the effect of aging time on structural parameters and corrosion properties of aluminum alloy 2091. Solution treatment at 525°C for 5 hours and water-based rapid cooling at room temperature were carried out before aging treatments. Variation in aging time lasts for 24 hours, 48 hours, and 72 hours. Corrosion properties were studied by potentiodynamic polarization in bioethanol 98% electrolyte solutions with temperature variation of 5°C, 25°C, and 43°C. X-ray diffraction was done to observe the phase and change in the alloy structure. Linear sweep voltammetry and cyclic voltammetry were carried out to analyze corrosion rates and reaction reversibility. As a result, changes in structural parameters and corrosion rates very dependent on aging time due to the influence of the intermetallic phase. However, corrosion rates at low electrolyte temperatures also have lower values. The fastest corrosion rate was found in a 24 hours sample of aging, with a value of 5.453 × 10^-2 mmpy in bioethanol at 43°C. Voltamogram result data shows the reaction is not reversible."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Bayu Aji
"Baja karbon rendah ASTM A36 umum digunakan pada aplikasi konstruksi, perminyakan, dan struktur kapal. Ketiga aplikasi tersebut memungkinkan adanya tegangan tarik pada saat pemasangan maupun penggunaan. Perilaku korosi baja ASTM A36 dengan fungsi tegangan tarik diamati menggunakan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dan X-Ray Diffractometer (XRD). Baja ASTM A36 dilakukan perendaman pada larutan NaCl 3,5% dengan variasi tegangan tarik 0, 100, dan 200 MPa dan variasi waktu perendaman 1 jam, 4 jam, 8 jam, 24 jam, dan 72 jam. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin besar tegangan tarik dapat menurunkan ketahanan baja terhadap korosi. Semakin besar tegangan, resistansi logam terhadap serangan korosi semakin menurun serta memungkinkan terbentuknya lubang korosi sumuran yang lebih besar akibat adanya tegangan pada batas butir yang terkorosi. Hasil analisa XRD pada permukaan baja setelah proses korosi menunjukkan adanya fasa berupa Fe, magnetit (Fe3O4), dan NaCl
ASTM A36 low carbon steel is commonly used in construction, petroleum, and ship structure applications. These three applications allow for tensile stress during installation and use. The corrosion behavior of ASTM A36 steel with tensile stress function was observed using Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) and X-Ray Diffractometer (XRD) methods. ASTM A36 steel was immersed in 3.5% NaCl solution with variations in tensile stress of 0, 100, and 200 MPa and immersion time variations of 1 hour, 4 hours, 8 hours, 24 hours, and 72 hours. The results show that the greater the tensile stress, the lower the steel's resistance to corrosion. The greater the stress, the lower the metal's resistance to corrosion attack and allows the formation of larger pits due to stress at the corroded grain boundaries. The results of XRD analysis on the ASTM A36 low carbon steel surface after the corrosion process showed the presence of Fe, magnetite (Fe3O4), and NaCl phases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library