Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khairul Mar`ie
Abstrak :
Computed Tomography (CT) Scanner merupakan modalitas pencitraan tubuh tiga dimensi. Untuk observasi organ tubuh yang bergerak, selain menggunakan Singlesource CT (SSCT) telah dikembangkan pula Dual-source CT (DSCT) yang dilengkapi dengan sumber sinar-X primer dan sekunder. Posisi kedua sumber DSCT membentuk sudut 90°, dan pada saat akuisisi citra keduanya berputar 90°. Dengan demikian proses akuisisi citra organ tubuh yang bergerak dapat dilaksanakan dalam waktu yang relative singkat. Berbagai pengujian untuk menganalisis kualitas citra biasanya dilakukan menggunakan fantom. Berbagai macam jenis fantom yang telah dibuat dengan menggunakan material ekuivalen jaringan telah banyak dikembangkan. Dalam meningkatkan studi fantom untuk menganalisa kualitas citra CT scan yang meliputi pengukuran detectability, noise, dan resolusi spasial pada penelitian ini dilakukan suatu konstruksi dan pengembangan fantom desain khusus (in-house) yang terdiri dari beberapa material ekuivalen jaringan. Fantom terdiri dari 3 bagian. Fantom in-house yang dibuat digunakan untuk analisis kualitas citra dan dikhususkan untuk QC pada DSCT dan SSCT. Fantom in-house yang di buat telah dilakukan uji coba dan dapat digunakan untuk evaluasi kualitas citra dari DSCT dan SSCT. Hasil pengukuran detektabilitas, menunjukkan DSCT mampu mendeteksi objek dengan kontras rendah pada objek pipa silinder berukuran 2 mm. Pengukuran SNR pada citra SSCT didapatkan terjadinya peningkatan nilai SNR seiring dengan pertambahan mAs, dan nilai SNR objek pada bagian perifer tidak selalu sama daripada center dikarenakan proses scanning helical. Pengukuran resolusi spasial menunjukkan nilai MTF 10% dari DSCT lebih rendah di bandingkan dengan dengan SSCT. Perbedaan mAs yang digunakan tidak berpengaruh terhadap MTF 10% yang dihasilkan. ...... Computed Tomography (CT) Scanner is a three-dimensional body imaging modality. Instead of using Single-Source CT (SSCT), the observation of moving organs could be performed also by Dual-Source CT (DSCT) that has been developed recently. DSCT is equipped with primary and secondary x-ray sources. The position of the two sources DSCT forms an angle of 90°, and at the time of image acquisition, both rotate 90°. This new technology of CT could reduce the scan time so that the process of image acquisition of a moving body can be carried out in a relatively short time. A special phantom would be needed to perform several testing procedures for analyzing the image quality. Many phantom modules were designed with tissue-equivalent materials. The proposed in-house phantom was aimed to enhance the phantom study in order to analyze the CT scan image quality: detectability, noise and spatial resolution. The phantom was special designed and constructed with several tissue-equivalent materials. The phantom was consist of three part modules. This in-house phantom can be used for image quality analyzis for both quality control (QC) of DSCT and SSCT. The in-house phantom was tested and image quality evaluation of DSCT and SSCT can be succesfully performed with the phantom. The detectability measurement shows that DSCT was able to detect the object with low contrast in cylidrical pipe object with 2 mm diameter. The SNR measurement for noise test in SSCT image shows that the SNR tends to rise proportional to the mAs increment. The SNR value of the object in periferal region seems to be higher compared to the SNR value from the central region, due to the helical scanning process. The highest SNR value shows the lowest noise. The spatial resolution shows that 10% MTF value from DSCT is lower than SSCT. It means that SSCT represents the better spatial resolution compared to DSCT. The mAs difference during this work was not affect the 10% MTF value produced.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T55298
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misbahul Munir
Abstrak :
Penyakit atau gangguan pada rongga perut merupakan salah satu penyakit yang sering diderita pasien dengan keluhan di daerah perut. Alat diagnostik untuk memeriksa gangguan atau penyakit pada rongga perut antara lain menggunakan CT Scan. Pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3 fase banyak dijumpai dibeberapa rumah sakit yaitu untuk melihat jalannya obat kontras pada fase arteri, vena dan delay. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi besarnya dosis radiasi, faktor resiko yang akan timbul setelah pemeriksaan serta menganalisa faktor yang menyebabkan besarnya nilai dosis yang diterima pasien. Pada penelitian ini, tahapan-tahapan yang dilakukan yaitu uji kesesuaian pesawat CT Scan untuk lingkup kualitas citra, akurasi CTDIvol antara konsol pesawat terhadap pengukuran. Dalam penelitian ini dilakukan juga estimasi dosis pada 25 pasien dengan menggunakan program imPACT CT Dosimetry. Pesawat CT Scan yang digunakan memenuhi syarat uji kesesuaian alat berdasarkan standar Australia Barat dan British Columbia CDC. CTDIvol pengukuran dibandingkan dengan CTDIvol pada pesawat CT Scan terdapat perbedaan sebesar 4,62 ? 9,40%. Organ yang paling besar mendapatkan dosis ekivalen adalah ginjal yaitu berkisar dari 32 mGy ? 140 mGy, dan dosis efektif diseluruh tubuh berkisar dari 15 mSv - 64 mSv. Potensi resiko tertinggi yang diterima oleh pasien dengan dosis efektif diseluruh tubuh 64 mSv adalah sebesar 0,32%. Penggunaan mode AEC merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi dosis radiasi yang diterima oleh pasien pada saat pemeriksaan CT Scan whole abdomen 3 fase. ...... Abdominal disease or disorder is a common problem occured in a patient with abdominal symptom. One of diagnostic equipment being used to diagnose the abdominal disorder is CT Scan. A whole abdomen CT scan 3 phase examination is often taken in many hospitals to see the passage of contrass agent in arterial, vein and delayed. The aim of this study is to calculate radiation dose, risk factor that will arise after the examination and also to analyze factors that effect the amount of dose received by patient. During the study several steps are taken which are compliance test of CT equipment on image quality and CTDIvol display accuracy against measurement. In this study we also estimate the dose on 25 patients using imPACT CT dosimetry software. The CT Scan equipment is passed the Western Australia and British Columbia CDC standard. Comparison between measured CTDIvoI and console show 4,62% - 9,40% difference. The organ that received highest equivalent dose is kidney 32 mGy- 140 mGy with total body effective dose between 15 mSv - 64 mSv. The highest potential risk patient received with total body effective dose 64 mSv is 0,32%. Application of AEC is one of the factor to reduce radiation dose patient received in examination with CT Scan whole abdominal 3 phase.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1262
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan
Abstrak :
Metode penelusuran sinar ( ray tracing ) merupakan sebuah metode yang banyak digunakan didalam tomografi untuk memperoleh sebuah pemodelan mengenai struktur bawah permukaan, adapun dalam proses pembuatan program penelusuran sinar ini mengunakan asumsi bahwa gelombang tersebut merambat secara sferis dan dalam penjalarannya tidak mengalami atenuasi dan dianggap sangat ideal atau tanpa noise. Dalam penelitian ini, data seismik 2D (dimensi) dibuat dalam empat tipe yaitu model datar tiga lapisan, model patahan, model graben, model antiklin, dan model datar berlapis banyak, adapun metode numerik yang digunakan dalam penjalaran gelombang tersebut didasarkan pada persaman eikonal dan selanjutnya solusi dari persamaan eikonal tersebut diselesaikan dengan metode finite-difference (beda hingga). Hasil dari penelusuran sinar tersebut akan menghasilkan model struktur bawah permukaan berupa snapshot, shot record sintetik, dan struktur geologi dalam bentuk wavelet. Hasil dari ketiga hal ini kemudian dianalisa.
Ray tracing method is a method widely used in tomography to obtain a modeling of the subsurface structure. As for the process of making this program we use the assumption that the wave propagate in spherical form and is considered ideal. In this research, 2D seismic data was made in five types: flat model with three layer, fault models, Graben model, anticline model and a flat model with many layer, as for the numerical methods used in the wave propagation is based on the eikonal equations and subsequent solution eikonal equation is solved by finite-difference method and the results of the ray tracing will produce a model of subsurface such a snapshot, synthetic shot record, and the subsurface structure, and the results of these three is then analyzed.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1650
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Lukmana
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran tomografi komputer (CT Scan) tulang temporal dalam mengevaluasi adanya kolesteatoma dan erosi tulang pada kasus-kasus OMSK tipe bahaya serta mendapatkan informasi-informasi yang bermanfaat sehubungan dengan tindakan operasi yang akan dilakukan. Metode Penelitian cross-sectional dengan data prospektif ini menganalisis temuan pemeriksaan tomografi komputerpreoperatif pada 21 pasien OMSK tipe bahaya yang telah didiagnosis secara klinis dan kemudian dinilai kesesuaiannya dengan temuan intraoperatifnya . Data diambil dari Mei 2012 sampai Agustus 2012. Menggunakan tomografi komputer resolusi tinggi (HRCT), tanpa kontras dan potongan yang digunakan aksial dan koronal. Rekonstruksi dilakukan pada irisan 0,6 mm dan 1 mm. Penilaian preoperatif dan intraoperatif meliputi adanya temuan kolesteatoma, erosi pada skutum, osikel, tegmen timpani, kanalis fasialis (pars timpani dan pars mastoid), dinding posterior kavum timpani serta sinus sigmoid. Uji statistik untuk mengetahui kesesuaian antara temuan preoperatif dan temuan intraoperatif menggunakan uji McNemar dan perhitungan nilai Kappa. Hasil dan diskusi Kolesteatoma merupakan kelainan yang paling banyak terdeteksi baik dengan irisan 0,6 mm maupun 1 mm, masing-masing didapatkan pada 19 dari 22 sampel telinga dan 18 dari 22 sampel. Urutan kelainan berikutnya yang ditemukan adalah erosi skutum, osikel, dinding posterior kavum timpani, kanalis fasialis, tegmen timpani dan sinus sigmoid. Uji kesesuaian seluruh pemeriksaan preoperatif memakai tomografi komputer dengan irisan 0,6 mm maupun 1 mm dengan temuan intraoperatif memiliki nilai Mc Nemar > 0,05 dan nilai kappa > 0,4. Menandakan adanya kesesuaian yang signifikan antara temuan preoperatif dan intraoperatif. Kesimpulan Terdapat kesesuaian antara temuan erosi tulang dan kolesteatom pada tomografi komputer preoperatif dengan temuan operasi otitis media supuratif kronik tipe bahaya. Tingkat kesesuaian antara temuan pemeriksaan preoperatif baik dengan irisan 0,6 mm atau 1 mm dan temuan intraoperatif dinilai tergolong dalam kategori yang cukup baik dan signifikan.
ABSTRACT
Objectives To determine the role of temporal bone CT scan in evaluation cholesteatom and bone erosions in malignant CSOM patients and getting the important informations associated to surgery planning. Methods It’s a cross-sectional study, data taken prospectively, analyzed preoperative CT scan findings in 21 patients with malignant CSOM diagnosed clinically and planned for surgery. Data was taken from Mei 2012 until Agust 2012. Using High Resolution Computed Tomography (HRCT) without contrast with axial and coronal planes. Reconstructed by 0,6 mm and 1 mm slices. Preoperatif CT scan and intraoperative appraisal consist of cholesteatom, scutum erosions, ossicles, tegmen tympani, facialis canal (tympani and mastoid segment), posterior wall of tympanic cavity and sigmoid sinus findings. Statistical test for determining the suitability between preoperative and intraoperative findings calculated with McNemar and Kappa test. Results and Discussion Cholesteatom is the most finding either with 0,6 mm or 1 mm slices, consecutive 19 0f 22 and 18 0f 22. The next sequence pathologic findings are scutum erosion, ossicles, posterior wall of tympanic cavity, fascial canal, tegmen tympani and sigmoid sinus. All suitability test preoperative and intraoperative findings had McNemar value test > 0.05 with the Kappa value test > 0.4. This results indicate the preoperative and intraoperative findings are suitable and significant. Conclusions There is a significant suitability between preoperative CT scan and intraoperative findings in malignant CSOM patients. The suitability level of preoperative CT scan using 0.6 mm or 1 mm slices classified in that category quite good and significantly.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frieska Dwi Nanrasari
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kecurigaan keterlibatan saraf kranial berdasarkan temuan tomografi komputer dengan disfungsi klinis saraf kranial pada pemeriksaan neurologi penderita karsinoma nasofaring T3-T4. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan data sekunder rekam medis dan data tomografi komputer 55 penderita karsinoma nasofaring yang telah terbukti secara histopatologi dan telah dilakukan pemeriksaan neurologi. Hasil penelitian menunjukkan proporsi temuan kecurigaan keterlibatan saraf kranial berdasarkan tomografi komputer lebih tinggi dibandingkan proporsi disfungsi klinis saraf kranial pada pemeriksaan neurologi, sehingga tomografi komputer dapat menjadi acuan deteksi dini serta tatalaksana kemungkinan keterlibatan saraf kranial pada karsinoma nasofaring stadium lanjut yang belum bermanifestasi klinis.
ABSTRACT
This study aims to determined the association between suspicion cranial nerve involvement based on computed tomography findings with clinical cranial nerve dysfunction on neurological examination in nasopharyngeal carcinoma T3-T4. It used cross-sectional design with secondary data medical record and computed tomogtaphy of 55 patients nasopharyngeal carcinoma which has been proven in histopathological biopsy and have performed neurological examination. The results showed the proportion of suspicions findings of cranial nerve involvement in computed tomography is higher than the proportion of clinical cranial nerve dysfunction in neurological examination, based on this result computed tomography could be a reference for early detection and management of the possible cranial nerves involvement at an advanced stage nasopharyngeak carcinoma that has not manifested clinically.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Lukmana
Abstrak :
ABSTRAK Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran tomografi komputer (CT Scan) tulang temporal dalam mengevaluasi adanya kolesteatoma dan erosi tulang pada kasus-kasus OMSK tipe bahaya serta mendapatkan informasi-informasi yang bermanfaat sehubungan dengan tindakan operasi yang akan dilakukan. Metode Penelitian cross-sectional dengan data prospektif ini menganalisis temuan pemeriksaan tomografi komputerpreoperatif pada 21 pasien OMSK tipe bahaya yang telah didiagnosis secara klinis dan kemudian dinilai kesesuaiannya dengan temuan intraoperatifnya . Data diambil dari Mei 2012 sampai Agustus 2012. Menggunakan tomografi komputer resolusi tinggi (HRCT), tanpa kontras dan potongan yang digunakan aksial dan koronal. Rekonstruksi dilakukan pada irisan 0,6 mm dan 1 mm. Penilaian preoperatif dan intraoperatif meliputi adanya temuan kolesteatoma, erosi pada skutum, osikel, tegmen timpani, kanalis fasialis (pars timpani dan pars mastoid), dinding posterior kavum timpani serta sinus sigmoid. Uji statistik untuk mengetahui kesesuaian antara temuan preoperatif dan temuan intraoperatif menggunakan uji McNemar dan perhitungan nilai Kappa. Hasil dan diskusi Kolesteatoma merupakan kelainan yang paling banyak terdeteksi baik dengan irisan 0,6 mm maupun 1 mm, masing-masing didapatkan pada 19 dari 22 sampel telinga dan 18 dari 22 sampel. Urutan kelainan berikutnya yang ditemukan adalah erosi skutum, osikel, dinding posterior kavum timpani, kanalis fasialis, tegmen timpani dan sinus sigmoid. Uji kesesuaian seluruh pemeriksaan preoperatif memakai tomografi komputer dengan irisan 0,6 mm maupun 1 mm dengan temuan intraoperatif memiliki nilai Mc Nemar > 0,05 dan nilai kappa > 0,4. Menandakan adanya kesesuaian yang signifikan antara temuan preoperatif dan intraoperatif. Kesimpulan Terdapat kesesuaian antara temuan erosi tulang dan kolesteatom pada tomografi komputer preoperatif dengan temuan operasi otitis media supuratif kronik tipe bahaya. Tingkat kesesuaian antara temuan pemeriksaan preoperatif baik dengan irisan 0,6 mm atau 1 mm dan temuan intraoperatif dinilai tergolong dalam kategori yang cukup baik dan signifikan.
ABSTRACT Objectives To determine the role of temporal bone CT scan in evaluation cholesteatom and bone erosions in malignant CSOM patients and getting the important informations associated to surgery planning. Methods It?s a cross-sectional study, data taken prospectively, analyzed preoperative CT scan findings in 21 patients with malignant CSOM diagnosed clinically and planned for surgery. Data was taken from Mei 2012 until Agust 2012. Using High Resolution Computed Tomography (HRCT) without contrast with axial and coronal planes. Reconstructed by 0,6 mm and 1 mm slices. Preoperatif CT scan and intraoperative appraisal consist of cholesteatom, scutum erosions, ossicles, tegmen tympani, facialis canal (tympani and mastoid segment), posterior wall of tympanic cavity and sigmoid sinus findings. Statistical test for determining the suitability between preoperative and intraoperative findings calculated with McNemar and Kappa test. Results and Discussion Cholesteatom is the most finding either with 0,6 mm or 1 mm slices, consecutive 19 0f 22 and 18 0f 22. The next sequence pathologic findings are scutum erosion, ossicles, posterior wall of tympanic cavity, fascial canal, tegmen tympani and sigmoid sinus. All suitability test preoperative and intraoperative findings had McNemar value test > 0.05 with the Kappa value test > 0.4. This results indicate the preoperative and intraoperative findings are suitable and significant.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T31953
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sean Zeliq Urian
Abstrak :
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh novel coronavirus SARS-CoV-2. Penyakit yang berasal dari Provinsi Hubei di China ini sudah menyebar ke seluruh dunia, menjangkiti banyak hingga seluruh negara di dunia. Sudah menginfeksi kurang lebih 400 juta jiwa di seluruh dunia pada pertengahan kuartal pertama tahun 2022. Mencegah penyebaran COVID-19 merupakan tindakan yang harus segera dilakukan, salah satu caranya adalah dengan pendeteksian sedini mungkin. Pendeteksian COVID-19 selain menggunakan metode kedokteran, dapat dipertimbangkan mengenai penggunaan artificial intelligence. Penelitian mengenai metode pendeteksian COVID-19 menggunakan citra X-Ray yang telah dilakukan oleh Dhita menuai hasil yang cukup sukses. Menambahkan penelitian tersebut, kami melakukan metode pendeteksian menggunakan citra CT Scan. Beberapa penelitian mengenai pendeteksian COVID-19 menggunakan citra CT Scan seperti Tang et al. meneliti mengenai segmentasi citra CT Scan terhadap daerah local lesi terindikasi COVID-19 atau Pneumonia. Rahimzadeh, Attar, and S. M. Sakhaei juga melakukan penelitian sebelumnya mengenai pengklasifikasian pasien COVID-19 menggunakan citra CT Scan dengan mendapatkan hasil 90% akurasi dengan menggunakan metode FPN. ......Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is a disease caused by the novel coronavirus SARS-CoV-2. This disease which originates from the Hubei Province in China has already spread throughout the world, reaching many if not all countries in the world. There have been more than 400 million people infected across the globe as of the first quarter of 2022. Prevention of the spreading of the disease is very important, and one of the best ways to do so is to detect its infection as soon as possible. Aside from asking a doctor, the task of detecting COVID-19 using artificial intelligence has been considered. The research done by Dhita to detect COVID-19 using X-ray images has been seen as a success. Adding to that, we attempt to detect COVID-19 using CT Scan images. A couple research papers about detecting COVID-19 using CT Scan images such as the ones done by Tang et al. tried to segment CT Scan images related to the lesions that indicate COVID-19 or Pneumonia. Rahimzadeh, Attar, and S. M. Sakhaei also conducted research related to classifying COVID-19 patients using CT Scan images and found success at 90% accuracy with an FPN model.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrihadi Putra
Abstrak :
Latar belakang dan tujuan : Derajat perlemakan hepar merupakan salah satu hal yang penting untuk dievaluasi pada calon donor transplantasi hepar. CT scan tanpa kontras merupakan salah satu modalitas radiologis yang dapat digunakan untuk menilai perlemakan hepar. Belum ada penelitian yang membuktikan akurasi CT scan tanpa kontras pada perlemakan hepar mild-moderate pada calon donor transplantasi hepar. Metode: Analisis korelasi atas angka atenuasi hepar serta rasio atenuasi hepar/lien terhadap derajat perlemakan hepar secara histopatologi terhadap 30 subjek penelitian, menggunakan data sekunder dalam kurun waktu Januari 2010 sampai Juli 2016. Analisis kurva ROC juga dilakukan dan didapatkan titik potong optimal serta nilai sensitifitas dan spesifisitasnya. Hasil : Dengan uji korelasi spearman didapatkan p = 0,003, r = - 0,52 antara angka atenuasi hepar dengan derajat perlemakan secara biopsi. Sementara uji korelasi spearman terhadap rasio atenuasi hepar/lien dengan hasil biopsi didapatkan P ...... Background and objektive: Liver steatosis is one of important things that have to be evaluated in candidate of liver donor transplantation. There is no study proved the accuracy of unenhanced CT scan for assesing mild moderate liver steatosis in candidate of donor liver transplantation. Methods: A cross sectional correlation study between radiologically liver atenuation value, liver spleen atenuation ratio and histopathologically liver steatosis grade conducted in 30 subjects by using secondary data in period of January 2010 to July 2016. Analysis of ROC was performed and get the optimal cut off value and also the sensitivity and specificity of that value. Results: With Spearman correlation test, there is a significant negative correlation p 0,003, r 0,52 between liver atenuation value and liver biopsy. The spearman correlation test to liver spleen atenuation ratio and liver biopsy get a significant negative correlation p 0,001, r 0,65. This study also get the optimal cut off value 52,42 HU Sn 88 , Sp 80 for liver atenuation value and 1,05 Sn and Sp 100 for liver spleen atenuation ratio in differentiating 20 and ge 20 hepatic steatosis. Conclusions: There is moderate negative correlation between liver atenuation value and liver spleen atenuation ratio radiologically and hepatic steatosis histopathologically liver biopsy .The correlation coefficient between liver spleen ratio and liver biopsy is higher than liver attenuation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Halpern, Ethan J.
Abstrak :
With a special emphasis on the complementary nature of anatomic and functional cardiac data, this book ensures physicians develop the skills they need to interpret cardiac CT images. New chapters address evaluation of the thoracic aorta, congenital heart disease in the adult, triple rule-out CT angiography, and the latest innovations in cardiac CT.
New York: Theieme Medical Publishers, 2011
616.120 7 HAL c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hendya Perbangkara
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan CT scan generasi multislice yang begitu pesat membuat pemeriksaan CT angiografi coroner sering dilaksanakan, akan tetapi pemberian informasi tentang dosis yang di terima pasien masih jarang dilakukan. Sehingga perlu dilakukan estimasi dosis pasien pada pemeriksaan CT angiografi coroner untuk mengetahui nilai dosis yang diterima oleh organ-organ yang sensitive terhadap radiasi seperti esophagus, paru-paru, payudara (pada wanita) dan jantung. Estimasi dosis dilakukan menggunakan program imPACT® dengan nilai nCTDIw didapat dari hasil pengukuran mengunakan detector pencil ion chamber menggunakan phantom acrilic 32 cm. Dari hasil estimasi di dapat dosis ekivalen yang diterima jantung 110 mSv ? 140 mSv, dosis efektif esophagus (thymus) 2,9 mSv ? 5.7 mSv, dosis efektif paru-paru 10 mSv -14 mSv, dosis efektif payudara 10 mSv ? 13 mSv dan total dosis efektif berkisar antara 31 mSv ? 42 mSv. Mengingat nilai total dosis efektif yang diterima pasien cukup tinggi, maka pasien CT angiografi coroner harus mendapatkan justifikasi yang kuat.
ABSTRACT
The Fast development of CT generation makes CT angiography coroner examination more frequence to be done, but the dose information of patient is rarely to be done. So it require to make patient dose estimation on CT angiography coroner examination. In order to know the dose receive by sensitive organ set of oesophagus, lung, brest and heart. Dose estimation is done using imPACT® program, using CTDI value obtain measurement using acrylic phantom with 32 cm diameter. From dose calculation the dose equivalent by heart is between 110 mSv - 140 mSv, and effective dose for oesophagus 2.9 mSv ? 5.7 mSv, lung 10 mSv ? 14 mSv and total effective dose between 31 mSv ? 42 mSv. Because effective dose receive by patient is very high, the CT angiography coroner patient must have a very strong justification.
Universitas Indonesia, 2011
S651
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>