Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maskana
Abstrak :
ABSTRAK
Research on the community structure of earthworm has been carried out on the edge area of the Gunung Halimun National Park. This research emphasizes on the population of earthworm, density, association, and the environmental effect.

Three species of earthworm were found ; Allolobophora rosea, Pheretima javanica, and P. capensis , A. rosea belongs namely to Megascolecidae family, while both species of P. jacanica and P. capensis belongs to the Lumbricidae family.

P. javanica was well distributed and found five research locations ; Citalahap, Cisarua 1, Cisarua I , Legokheulang and Cipongkor. P. capensis was not found in Cisarua I while A. rosea was not found in Citalahap.

Population of these three species were Relatively high A. rosea (60591100m2), followed by P. javanica (1191 I. 100m2), and P. capensis (863 1 100m2). Distribution patterns of the earthworm at five locations seem to be clumped together into one species group. The association of the three species at five different locations were only found in Legokheulang; between P. javanica and P. capensis, and in Cipongkor between P. javanica and A. rosea.

Beside pH and humidity of soil, other environmental factors such as air temperature, ground surface temperature, air pressure, light intensity, and thickness of mulch affect the earthworm populations.

Observation on cocoa production showed that within 90 days, A. rosea produced three pea of cocon containing one egg as an embryo. This condition leds us to believe that A. rosea production is low, it means that this species is not commercially feasible. But, from the protein point of view that the content o1 A. rosea (38.63%) can be very useful as a source protein for animal chew, human food, and medicine.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Wijaya
Abstrak :
ABSTRAK
Penerapan pengobatan massal dalam memberantas cacingan murid sekolah dasar di kota Depok telah bertahun-tahun dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan program pemberantasan cacingan dengan penerapan pengobatan massal (pendekatan blankei treatmeny terhadap prevalensi cacingan serta perilaku hidup bersih dan sehat murid sekolah dasar di kelurahan Mcmyung Depok dengan desain penelitian rancangan potong lintang atau crow; sectional. Scbanyak 438 sampel murid sekolah dasar dipilih secara acak dari 795 total populasi murid kelas satu, kelas tiga dan kelas lima sekolah dasar di kelurahan Meruyung Depok. Dari penelitian ini diperolch rata-rata prevaiensi cacingan murid adalah 1,l% dan gambaran kondisi kebersihan murid mengalami perbaikan tiap kelasnya, separuh respondcn keias lima memiliki sikap baik namun pengetahuan dan praktek/ perilaku hidup bersih dari murid kelas lima umumnya buruk. Data diolah dengan menggunakan uji chi square dan diperoleh tidak ada hubungan yang bermakna antara pengobatan massal terhadap prevalensi cacingan dan kondisi kebersihan diri anak. Pada penelitian ini juga dihasilkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara karaktcristik murid dengan prcvalcnsi cacingan. Namun berdampak pada kebiasaan minum obat cacing pada murid yang diberikan oleh orang tuanya di rumah.
ABSTRACT
Applying of' mass medication in fighting against worm infestation in primary school in town of Depok have through years executed without existence of data survey early and also evaluation survey. This research aim to for the influence of wormy eradication program with applying of mass medication (approach of treatment blanket) to obtain the prevalence on worm infestation and clean living behavior at primary school using cross sectional study design in sub-district of' Meruyung Depok using transversal crosscut device or sectional cross. ln amount of 438 students of primary school were randomly selected from the 795 total population of first class student, third class student and iitth class student in primary school in the Sub district Meruyung Depok. From this research obtained prevalence rate of worm infestation of the student was I, 1% and there was an improvement condition of hygiene of the student, knowledge and clean living behavior of fifth class students majority badness. Data were analyzed using Chi square to see the relation of mass medication to obtained the prevalence of worm infestation. It was revealed that mass medication do not have any relation with wormy PICVUIUIIUC UIIU U15 UUIIUILIUII UI. |l_y5lG|lC U1 UIC DLUUCIIL UUUHUDC LHCIU Wilb HU blglllllbdlll. ditterence amon the class but it took influence in habit of taking medicine worm to children that given by their parents at home.
2007
T34440
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochida Rasidi
Abstrak :
ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: W. kalimantani ditemukan pertama kali pada tahun 1980 oleh Palmieri dkk pada lutung P. cristatus di Kalimantan. Parasit ini mirip dengan W. bancrofti yang merupakan parasit filaria terpenting di dunia. Parasit ini hanya ditemukan pada manusia, tidak terdapat pada hewan, sehingga pengobatan, patologi dan imunologi penyakit filariasis ini tidak dapat dipelajari dengan baik (model hewan yang baik sampai sekarang belum ditemukan). Ditemukannya W. kalimantani pada lutung Presbytis memberikan landasan untuk memakai parasit dan hewan tersebut sebagai model wukereriasis. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perkembangan larva filaria W. kalimantani dalam nyamuk Ae. togoi sebagai vektor eksperimental. Nyamuk Ae. togoi yang dipelihara di laboratorium diinfeksi dengan mikrofilaria W. kalimantani dari lutung P. cristatus. Nyamuk disimpan dalam kamar dengan suhu 26° C dan kelembaban 80%. Setiap hari setelah infeksi 10 ekor nyamuk dibunuh, 5 ekor langsung dibedah dalam larutan garam faal untuk mempelajari perkembangan larva, dan 5 ekor lainnya dimasukkan dalam alkohol panas 70% untuk kemudian diwarnai dengan trikrom agar dapat diukur panjang, lebar dan ekor larva. Pengukuran dilakukan dengan mikrometer dengan pembesaran 100 dan 450 kali; setiap hari diukur ± 30 ekor larva.

Hasil dan Kesimputan:

1. Larva W. kalimantani menjadi bentuk infektif dalam nyamuk Ae. togoi daLam waktu 16 1/2-20 1/2 hari setelah infeksi. Panjang larva stadium III W. kalimantani tidak berbeda banyak dengan Larva stadium III W. bancrofti (1655,8-1648,7 μ).

2. Pola perkembangan larva W. kalimantani dalam nyamuk Ae. togoi menyerupai perkembangan Larva W. bancrofti dalam nyamuk Cx. guinquefasciatus. Kami berpendapat bahwa nyamuk Ae. togoi dapat dipakai sebagai vektor eksperimental di laboratorium.
1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The current study investigated the effect of temu ireng (Curcuma aeruginosa rhizome) sequester on parasitic worm infection in primary school students located in Kecamatan Taman Sari in West Jakarta........
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Infeksi cacing merupakan salah satu infeksi kronik yang banyak menyerang anak balita dan anak usia sekolah dasar. Pada penelitian ini ingin diketahui pengaruh infeksi cacing terhadap pertumbuhan anak balita yang kurang kalori protein. Sebanyak 90 balita yang kurang kalori protein tingkat I (KKPI) dari beberapa posyandu di kelurahan Kramat, Jakarta Pusat diperiksa tinjanya dengan cara Kato-Katz. Anak yang terinfeksi cacing diobati dengan pirantel pamoat 10 mg per kg berat badan. Setelah pengobatan, berat badan anak dipantau selama 3 bulan, untuk melihat perubahan status gizi. Agaknya pengobatan infeksi cacing saja belum dapat mengubah status gizi seluruh penderita askariasis. Mungkin jumlah kalori yang dikonsumsi anak asetiap harinya kurang mencukupi untuk kebutuhan tumbuh kembang anak.
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Tuada Afnan
Abstrak :
Ulat grayak Spodoptera sp. merupakan salah satu hama yang sangat merusak. Berbagai insektisida kimia telah diciptakan untuk mengontrol serangga tersebut salah satunya bekerja dengan menginhibisi Asetilkolinesterase AchE pada sistem syaraf. Akan tetapi, insektisida kimiawi tersebut menyebabkan efek samping terhadap mamalia yang memiliki situs katalitik sejenis serta terakumulasi pada hewan air. Kita perlu menciptakan insektisida yang ramah lingkungan, ramah pengguna, secara spesifik mengontrol ulat grayak, dan terdegradasi secara alamiah dalam tubuh hewan air. Penelitian ini menginvestigasi aktifitas protease sistein jahe merah Zingiber officinale var. Rubrum dalam kaitannya menginhibisi kerja Asetilkolinesterase ulat grayak. Jahe merah terkenal dengan kekuatan kandungan enzim proteasenya, yaitu zingibain. Jenis protease zingibain cocok dengan situs katalitik pada ulat grayak sehingga jahe merah potensial dijadikan bahan baku bioinsektisida ulat grayak yang memenuhi kriteria di atas. Jahe merah segar dicuci kemudian diekstraksi dengan dua variasi yakni menggunakan pelarut etanol 95 dan tanpa pelarut. Aktifitas enzim yang diperoleh menggunakan pelarut jauh lebih kecil dibandingkan dengan ekstrak yang diperoleh tanpa menggunakan pelarut sehingga tidak dilanjutkan ke tahap uji efikasi. Perolehan ekstrak tanpa menggunakan pelarut disentrifugasi pada 4600 rpm dan difilter. Filtrat kemudian dicampur dengan buffer natrium fosfat ber-pH 7 dengan rasio 1:1. Campurannya kemudian disentrifugasi kembali pada 4600 rpm selama 30 menit dan ambil supernatannya. Supernatan hasil ekstrak tersebut digunakan untuk mencelup daun pakan ulat grayak berinstar 4. Efeknya terlihat dengan kematian ulat grayak pada konsentrasi larutan 25 dan 50 sedangkan pada larutan berkonsentrasi 100 hanya tampak perlambatan tumbuh kembang ulat. Ekstrak crude jahe merah tidak cukup efektif mematikan ulat grayak walaupun aktifitas enzimatiknya mencapai 169 PU. Ekstrak tersebut perlu diteliti lebih lanjut untuk dapat diproduksi sebagai bioinsektisida komersial. ...... Armyworm Spodoptera sp. is highly polyphagous defoliator on various horticulture and grain plants. Various chemical insecticides have been created to control armyworms. One of those insecticides inhibits Acetylcholinesterase AChE in nervous system. Nevertheless, it causes side effect to mammals since their serine catalytic residu in their nervous system are inhibited and accumulated in under water living organism. There is a need to create an eco friendly, user friendly, and specific insecticide which only affect armyworm rsquo s nervous system, and degraded safely in the body of under water living organism. This research investigates cysteine protease rsquo s enzyme activity of red ginger Zingiber officinale var. Rubrum to block armyworm rsquo s AChE. Red ginger is known for its powerful proteolytic enzyme content, called zingibain. Its catalytic site also matches with residue site in armyworm rsquo s body so that red ginger rsquo s proteolytic enzyme can be used as bioinsecticide raw material which meets the criterias above. Fresh red ginger rhizomes were washed and extracted with 95 ethanol and without any organic solvents. Ethanol extracted has lower enzymatic activity than non solvent extract so that only non solvent extract was continued to efication test. Non solvent was then deposited in low temperature and centrifuged at 4600 rpm to get rid of its starch content. It was filtrated through filtration paper to remove large contaminants. The filtrate was poured into 0.1 M Potassium Phospate buffer pH 7 with ratio 1 1. The liquid was then centrifuged again at 4600 rpm for 30 minutes before collecting the supernatant. Fresh leaves were then dipped into crude ginger protease extract and fed to fourth instar armyworms. Leaves dipped into non diluted extract were barely eaten by armyworm while the 50 and 25 dilution was half eaten and most eaten. The crude red ginger extract was not strong enough to kill them although the research showed its enzymatic activity reaches up to 169 PU. It still needs improvement to be produced as commercial bioinsecticide.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penanggulangan penyakit cacing yang ditularkan melalui tanah pada murid sekolah dasar di Jakarta dilakukan dengan program penyuluhan dan pengobatan masal. Penelitian dilakukan di 3 sekolah dasar di kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Pada penelitian ini dilakukan 3 macam cara pemberian mebendezol. Di sekolah I murid-murid diobati dengan 200 mg mebendezol 2 hari berturut-turut. Di sekolah II diberikan 100 mg dosis tunggal selama 3 hari berturut-turut dan di sekolah III diberikan dosis standar berupa mebendezol 100 mg 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut. Pemberian mebendezol selama 3 hari berturut-turut sangat efektif untuk trikuriasis, bahkan 100 mg mebendezol dosis tunggal selama 3 hari berturut-turut, memberikan hasil optimal, pemberian obat lebih mudah dan biaya operasional lebih murah daripada dosis standar.
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian di daerah sekitar Kampus UI depok untuk mengetahui jenis-jenis cacing endoparasit pada saluran pencernaan tikus Rattus spp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60 tikus yang ditangkap pada tahun 1988 dan 1991 ada 4 jenis cacing endoparasit yaitu 2 dari kelas Nematoda (Rictularia sp. dan Viktorocara sp.) dan 2 jenis lainnya dari kelas Cestoda (Raillietina sp. dan larva strobilocercus Taenia taeniaeformis). Jenis-jenis tikus Rattus yang tertangkap dan terinfeksi ada 5 jenis, yaitu R.tiomanicus, R.argentiventer, R.norvegicus, R.exulans, dan R.rattus diardi
MPARIN 6 (1-2) 1993
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi tiga macam obat cacing terhadap jumlah telur dan jenis cacing pada anak babi. Sejumlah 24 ekor anak babi yang terinfeksi cacong parasit secara alami dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan derajat infeksi cacing dan bobot badan. Kelompok 1 tidak mendapat obat cacing; kelompok 2 mendapat febantel 10% dosis tunggal 50mg per bobot badan; kelompok 3 mendapat albendazol 20% dosis tunggal 25mg/kg bobot badan; dan kelompok 4 mendapat oksibendazol dosis tunggal 10mg/kg bb. Sampel tinja diambil 3 hari pertama setelah pengobatan. Setelah itu penimbangan dan pengambilan sampel tinja dilakukan setiap 10 hari sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampai hari ke-60, kelompok yang mendapat albendazol tidak memperlihatkan telur cacing Ascaris, sedangkan cacing Trichuris sp. walaupun berkurang, tapi masih ditemukan telurnya. Untuk cacing tipe strongyle dan Strongyloides sp., hasil ini terlihat setelah hari ketiga pemberian antelmintik.
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Suatu studi mengenai pola kandungan cacing parasitik pada tikus liar telah dilakukan di Pulau Siberut, Sumatera Barat, dengan tujuan untuk mengungkap keanekaragaman jenis, habitat, inang, penyebaran dan peranannya terhadap kesehatan masyarakat. Sejumlah 513 spesimen terdiri atas 499 dan 14 spesimen (10 dan 3 jenis) cacing parasitik ditemukan pada 27 ekor tikus mentawai (Rattus lugens) dari 30 ekor yang dikoleksi (90%) dan pada 3 ekor tikus pagai (Maxomys pagensis) dari 6 ekor yang dikoleksi (50%).
MPARIN 12 (1-2) 1999
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library