Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anitasari Kusumawati
Abstrak :
PENDAHULUAN : Stres kerja merupakan hal yang berisiko bagi keselamatan dan kesehatan pekerja. Salah satu yang merupakan penyebab stres kerja adalah perundungan di tempat kerja. Pertama kali dijelaskan oleh Leymann pada tahun 1984, perundungan di tempat kerja terus dilaporkan di berbagai negara.Perundungan merupakan suatu media penghubung yang kuat antara stres dengan kesehatan fisik pekerja, pada kerah biru maupun kerah putih. Di Indonesia, belum terdapat prevalensi maupun studi maupun penelitian lebih lanjut terhadap faktor perundungan sebagai faktor signifikan yang menyebabkan stres di tempat kerja. TUJUAN : penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara perundungan di tempat kerja terhadap stres kerja pada pekerja kerah putih dan kerah biru di perusahaan, sebagai strategi peningkatan produktivitas dengan optimalisasi manajemen stres pada pekerja. METODE : Penelitian ini merupakan studi analitik potong lintang dengan menggunakan kuesioner perundungan Negative Acts Questionnaire-Revised (NAQ-R) dan Perceived Stres Scale – 10 (PSS-10) sebagai pengukur tingkat stres pekerja. Tingkat perundungan juga dihubungkan dengan faktor risiko stres lainnya seperti, jenis pekerja (kerah biru dan kerah putih), jenis kelamin, usia, status pernikahan, gaji, komunikasi, dan beban kerja. HASIL PENELITIAN : Sebanyak 409 pekerja pabrik garmen di Indonesia menjadi responden, dengan rerata tingkat stress 12,3 (±6,17) berdasar skala PSS-10 dan 23,3 (±2,39) angka perundungan menurut NAQ-R. Intimidation bullying merupakan jenis perundungan yang paling sering ditemukan. Perundungan berhubungan kuat dengan tingkat stres, gaji, dan faktor komunikasi pekerja. Persepsi Stress memiliki hubungan signifikan dengan kategori komunikasi dan gaji. KESIMPULAN  Perundungan di tempat kerja memiliki hubungan terhadap stres kerja pada pekerja, baik kelompok pekerja kerah putih dan kerah biru. Komunikasi yang kurang baik dan gaji yang lebih rendah juga memiliki hubungan dengan perundungan di tempat kerja. ......INTRODUCTION: Work stress is a risk to worker’s safety and health. One of the causes of work stress is bullying in the workplace. First described by Leymann in 1984, workplace bullying continues to be reported in various countries.Bullying has a strong correlation between stress and the physical health of workers, both "blue collar" and “white collar” workers. In Indonesia, there has been no prevalence or further studies or research on bullying as a significant factor that causes stress in the workplace. AIM: This research aims to analyze the relationship between workplace bullying and work stress in white-collar and blue-collar workers in companies, as a strategy to increase productivity by optimizing stress management in workers. METHODS: This research is an analytic cross-sectional study using the Negative Acts Questionnaire-Revised (NAQ-R) bullying questionnaire and Perceived Stress Scale – 10 (PSS-10) as a measure of workers' stress levels. The level of bullying is compared to other stress risk factors such as type of worker (blue collar and white collar), gender, age, marital status, salary, communication and workload. RESULTS: A total of 409 garment factory workers in Indonesia were respondents, with an average stress level of 12.3 (±6.17) based on the PSS-10 scale and 23.3 (±2.39) level of bullying according to NAQ-R. Intimidation bullying is the most common type of bullying. Bullying is strongly related to workers' stress levels, wages, and communication factors. Perceived Stress had a significant relationship with communication categories and wages. CONCLUSION: Bullying in the workplace is related to work stress in workers, both white collar and blue collar workers. Poor communication and lower pay are also linked to workplace bullying.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfia Safira Rahma
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran modal psikologis sebagai moderator hubungan antara perilaku bullying di tempat kerja dan kepuasan hidup. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode korelasional dengan menggunakan sampel individu pekerja berusia 19-64 tahun dan memiliki masa kerja minimal enam bulan. Variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Negative Act Questionnaire-Revised (NAQ-R), Satisfaction with Life Scale (SWLS), dan Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12). Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal psikologis tidak berperan sebagai moderator dalam hubungan intimidasi dan kepuasan hidup di tempat kerja. Selain itu, hasil penelitian ini menemukan bahwa perilaku bullying di tempat kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan hidup. Namun, terdapat hubungan yang signifikan antara modal psikologis dengan kepuasan hidup.
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the role of psychological capital as a moderator in the relationship between bullying at work and life satisfaction. This research is a quantitative study with a correlational method using a sample of individual workers aged 19-64 years and has a minimum work period of six months. The variables in this study were measured using the Negative Act Questionnaire-Revised (NAQ-R), Satisfaction with Life Scale (SWLS), and Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12). The results showed that psychological capital did not act as a moderator in intimidation and life satisfaction at work. In addition, the results of this study found that bullying at work did not have a significant relationship with life satisfaction. However, there is a significant relationship between psychological capital and life satisfaction.
[Depok;Depok, Depok]: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library