Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 330 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maginn, Michael
New York: McGraw-Hill, 2003
658.402 2 MAG m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wheelan, Susan A.
London: Sage, 1999
658.402 WHE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Baktiansyah
"Ruang lingkup dan metodologi.
Telah banyak bukti yang menggambarkan dampak buruk dari kebiasaan merokok. Penelitian ini ingin membuktikan bahwa kebiasan merokok mungkin berhubungan dengan gangguan pendengaran, hal yang umum terjadi pada usia tua. Penelitian ini adalah penelitian retrospektif dengan melibatkan total populasi pekerja di tempat penelitian. Peserta penelitian adalah 118 dari 142 (83.10%) orang pekerja di lokasi kerja dari PT-X, dengan rentang usia 23 - 56 tahun.
Wilayah penelitian ini mempunyai latar belakang bising 60 - 70 dB, masih lebih rendah dari nilai ambang batas bising 85 dB untuk 8 jam kerja. Paparan dialami pekerja selama 24 jam seharinya dalam waktu dua minggu kerja. Ditetapkan bahwa gangguan pendengaran adalah rata-rata nada murni pada frekuensi 500, 1000, 2000 dan 4000 Hz, yaitu lebih besar dari 25 dB pada telinga yang terburuk hasilnya. Data didapatkan dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2003, termasuk hasil audiogram, informasi kebiasaan merokok dan faktor risiko lainnya. Regresi log istik digunakan untuk menilai hubungan semua faktor risiko tersebut dengan gangguan pendengaran.
Hasil dan Kesimpulan.
Dari populasi penelitian, 58 orang (49.2%) adalah perokok dari segala klasifikasi berdasarkan indek Brikmann, dan 45 orang (38.1%) mempunyai tingkat pendengaran lebih dari 25 dB. Setelah dilakukan analisis multivariat, perokok dengan klasifikasi sedang-berat mempunyai risiko 5.4 kali lebih besar dibandingkan dengan perokok ringan (95% confidence interval, 1.50 - 19.28 dan p = 0.007). Di samping itu, beberapa faktor risiko lainnya mempunyai hubungan yang berrnakna dengan gangguan pendengaran, yaitu faktor usia (OR=38.808, 95% confidence interval 3,84 - 392.7 dan p = 0.002) dan indek masa tubuh (OR=2.90, 95% confidence interval 1.12 - 7.52 dan p = 0.028). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa merokok, terutama sedang-berat memainkan peranan panting dalam terjadinya gangguan pendengaran.

Scope and methodology.
Evidence was accumulated concerning the adverse effects of smoking habits. Studies have suggested that cigarette smoking may be associated with hearing loss, a common condition affecting older adults. This study was population-based and retrospective. The selected participants were 118 from 142 (83.10%) workers of PT-X who ranged in age from 23 to 56 years. This area has background noise of 60 - 70 db, lower than 85 dB TLV (8), Exposure to these noise levels was for 24 hours a day during a two-week period. Hearing loss was defined as a pure-tone average (500, 1000, 2000 and 4000 Hz) greater than 25 dB hearing level in worse ear. Data used were derived from periodic health examinations in 2003, including audiometry testing, information on smoking habits, and other risk factors. Logistic regression was used to examine the association among all risk factors and hearing loss.
Results and Conclusion.
We found that 58 workers (49.2 %) were smokers from any classification based on the Brikrnann index, and 45 workers (38.1 %) had a hearing level of more than 25 dB from audiogram. After conducting multivariate analyses, current smokers classified as moderate-severe, were 5.4 times more likely to experience hearing loss than mild smokers (95% confidence interval, 1.50 -19.28 and p = 0.007).
In addition, several risk factors were also directly related to hearing loss, such as age (OR=38.808, 95% confidence interval 3.84 - 392.7 and p = 0.002) and body mass index (OR=2.90, 95% confidence interval 1.12 - 7.52 and p = 0.028). From this study it was concluded that smoking, especially to a moderate-severe degree, may play a significant role in hearing loss.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Budi Hayati
"ABSTRAK
Kelelahan operator alat berat masih menjadi masalah di berbagai negara, didukung dengan hasil prasurvey pada 4 Maret 2020 di PT.X menunjukkan bahwa 3 dari 3 operator alat berat mengeluhkan kelelahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelelehan dan hubungan faktor karakteristik individu dan faktor pekerjaan dengan kelelahan operator alat berat bongkar muat Terminal Y di PT.X Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling sebanyak 60 orang dan sebanyak 52 orang yang mengisi kuesioner secara lengkap. Variabel yang diteliti di antaranya faktor karakteristik individu (usia, IMT, kuantitas tidur, waktu perjalanan, status perkawinan) dan faktor pekerjaan (masa kerja, shift, dan waktu istirahat) yang diukur dengan menggunakan kuesioner Industrial Fatigue Research Committee (IFRC). Hasil analisis dengan menggunakan Fisher Exact menunjukkan terdapat hubungan antara IMT (P value= 0.015), waktu perjalanan (P value=0.022 ) dan kelelahan kerja operator. Sebesar (90.4%) operator alat berat mengalami kelelahan ringan dan (9.6%) mengalami kelelahan sedang. Sehingga perlu dilakukan pelatihan mengenai fatigue management untuk menurunkan risiko kelelahan operator alat berat.

ABSTRACT
Heavy equipment operator fatigue is still a problem in many countries, supported by the survey on March 4th at PT.X showing that 3 out of 3 heavy equipment operators complained of fatigue. This study aims to detemine the level of fatigue and the relationship between individual characteristic factors and work factors with fatigue of loading and unloading heavy equipment operator at Terminal Y PT.X 2020. It is a quantitative research with cross sectional design. The sampling technique used a total sampling of 60 operator and 52 operators filled the questionaire in full. The variables studied were individual characteristic factors (age, BMI, sleep quantity, commuting time, and marital status) and work factors (years of service, shift work, and rest periods) which were measured using the Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) questionaire. Fisher Exact analysis showed, there was a relationship between BMI (P value=0.015), commuting time (P value=0.022) and operators fatigue. More than ninety persen (90.4%) heavy equipment operators experienced mild fatigue and 9.6% experienced moderate fatigue. So, fatigue management training is needed to reduce the risk of heavy equipment operator fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weiss, Donald H.
"Here?s a step-by-step process to recruit, empower and lead teams. How to Build High-Performance Teams focuses on the how-to keys of team-building?from recruiting the right team members to truly empowering them with authority and responsibility for their decisions and performance. You?ll understand how to build trust, confidence, and group work skills, balancing and fine-tuning the team process as you go. You'll learn how to: ? Build and manage teams that live up to their promise of higher productivity and greater problem-solving ability ? Maximize team productivity by encouraging group discussion and problem-solving ? Overcome organizational, management and employee barriers to teamwork ? Manage interpersonal conflicts among team members. This is an ebook version of the AMA Self-Study course. If you want to take the course for credit you need to either purchase a hard copy of the course through amaselfstudy."
New York: [American Management Association;, ], 1991
e20440437
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Giovedi
"Permasalahan kerjasama merupakan salah satu masalah yang dapat menjadi faktor penghambat tercapainya efektivitas tim dalam Organisasi X. Begitu pentingnya tim dalam organisasi, maka perlu bagi organisasi X membentuk tim yang efektif sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan organisasi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan program team building.
Team building merupakan serangkaian proses yang dilakukan untuk meningkatkan kerjasama anggota dalam suatu tim sehingga efektivitas tim dapat tercapai. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas tim adalah faktor kepribadian. Dalam tugas akhir ini, team building akan dilakukan melalui pelatihan "Pengenalan diri sendiri dan orang lain" berdasarkan prinsip-prinsip MBTI. Dalam pelatihan ini, peserta diajak untuk mengenali tipe kepribadian diri sendiri dan tipe kepribadian rekan kerjanya, menentukan tujuan tim, memahami peran serta dan tanggungjawabnya dalam organisasi, serta mengidentifikasi permasalahan yang dapat mengganggu pelaksanaan tugas dan kerjasama di dalam tim.
Dengan adanya usulan rancangan pelatihan ini, anggota Organisasi X diharapkan dapat memahami cara-cara seseorang dalam hal memperoleh energi; mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan informasi; menyelesaikan permasalahan, serta mengambil keputusan sehingga dapat meminimalkan munculnya perbedaan persepsi antar anggota mengenai tugas-tugas yang harus dilakukan dan perilaku yang harus ditampilkan dalam tim. Dengan demikian, diharapkan anggota organisasi X dapat bekerjasama secara lebih baik lagi."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T17863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levi, Daniel
Los Angeles: Sage Publications, 2007
658.402 2 LEV g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lave, Lester B.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1966
338.018 3 LAV t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dyandra Kirana
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perilaku merokok perempuan yang bekerja di sektor formal, dengan mempertimbangkan stigma negatif terhadap perokok perempuan dan regulasi ketat di perusahaan sektor formal. Fokus penelitian ini adalah perilaku merokok pekerja perempuan di sektor formal. Hal ini didasarkan pada studi sebelumnya yang menyatakan bahwa perokok perempuan menghadapi adanya suatu stigma negatif terhadap perilaku merokoknya dan menghadapi suatu emotional labor dibandingkan laki-laki. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dan observasi terhadap perokok perempuan yang bekerja di sektor formal, serta observasi terhadap lokasi merokok dan implementasi aturan di lingkungan kerja. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan konsep perilaku merokok, seperti faktor pendorong perilaku merokok, dimensi perilaku merokok, dan tipologi merokok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima informan menghadapi stigma negatif sebagai perokok perempuan dan diskriminasi dalam lingkungan kerja. Selain itu, perilaku merokok informan dipengaruhi oleh lingkungan kerja, teman, keluarga, dan tekanan emosional. Meskipun demikian, di lingkungan kerja, durasi, frekuensi, dan intensitas merokok mereka lebih sedikit karena adanya aturan khusus dan penilaian masyarakat terhadap perilakunya. Tipologi perilaku merokok pekerja perempuan juga bervariasi dan tidak bersifat mutually exclusive, sehingga perilaku tersebut dapat memiliki karakteristik yang tumpang tindih dan dapat berubah tergantung pada konteks dan situasi.

This research aims to explain the smoking behavior of women who work in the formal sector, taking into account the negative stigma towards female smokers and strict regulations in formal sector companies. The focus of this research is the smoking behavior of female workers in the formal sector. This is based on previous studies which stated that female smokers face a negative stigma regarding their smoking behavior and face emotional labor compared to men. This research uses a qualitative approach through in-depth interviews and observations of female smokers who work in the formal sector, as well as observations of smoking locations and implementation of rules in the work environment. The collected data was analyzed using smoking behavior concepts, such as factors driving smoking behavior, dimensions of smoking behavior, and smoking typology. The research results showed that the five informants faced negative stigma as female smokers and discrimination in the work environment. Apart from that, the informant's smoking behavior was influenced by the work environment, friends, family and emotional pressure. However, in the work environment, the duration, frequency and intensity of their smoking is less because of special rules and society's assessment of their behavior. The typology of female workers' smoking behavior also varies and is not mutually exclusive, so that this behavior can have overlapping characteristics and can change depending on the context and situation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>