Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jaorana Amiruddin
Abstrak :
Program Grameen Bank, merupakan salah satu program pemberian kredit mikro yang ditujukan untuk kelompok termiskin dan yang miskin (the poorest of the poor), dan diprioritaskan kelompok perempuan. Sejak program GB diluncurkan pertama kalinya di Bangladesh, dilaporkan banyak memberikan dampak positif bagi pemanfaatnya dan keluarganya, sehingga mengundang banyak negara untuk mengadopsi program ini, termasuk Indonesia dan berbagai kajian yang dilakukan oleh lembaga-lembaga replikator program GB di Indonesia, dilaporkan, bahwa program ini memberikan dampak posistif bagi anggotanya, yang dilihat pada indikator; tingkat pengembalian (repayment) yang tinggi mencapai 98%, meningkatnya omzet peserta program, meningkatnya pendapatan peserta program, meningkatnya jumlah tabungan, dan lain-lain. Namun, indikator keberhasilan yang digunakan bank menunjukkan indikator ekonomi, padahal ada yang lebih penting dari itu, yaitu apakah program GB telah meningkatkan kualitas hidup perempuan peserta program GB dan keluarganya? Artinya apakah dengan meningkatnya pendapatan dan berkembangnya usaha perempuan peserta program GB, akan memperbaiki kualitas hidup mereka? Apakah perempuan peserta program GB, selain telah memiliki akses terhadap kredit juga memiliki kontrol atas kredit yang diperolehnya? Apakah dengan adanya kontribusi ekonomi peserta program GB, dapat memunculkan posisi tawarnya (bargaining position) sehingga perempuan mampu bernegosiasi, mengularakan aspirasinya dan tercipta pola relasi yang setara dengan suaminya dalam keluarganya?
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T11547
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmi Muhammadiyah
Abstrak :
Penelitian ini difokuskan pada pembahasan seputar reposisi perempuan Bugis di tengah masyarakatnya sebagai upaya meningkatkan status sosialnya yang didasarkan atas hasil penelitian lapangan yang dilakukan selama sekitar 3 bulan dari bulan Nopember 2005 hingga Januari 2006. Penulis secara khusus meneliti status haji yang melekat pada perempuan Bugis serta relasinya dengan aktivitas mereka di ranah publik, misalnya di bidang ekonomi, sosial dan budaya. Posisi perempuan Bugis dalam struktur makro masyarakat Bugis dalam perspektif budaya berada pada tingkat yang cukup terhormat. Namun realitas struktur sosial perempuan Bugis jika disejajarkan dengan struktur sosial lainnya dinilai cukup rendah dan secara otomatis tidak sesuai dengan bangunan adat istiadatnya. Maka untuk mengembalikan nilai struktur sosial perempuan Bugis diperlukan perubahan sosial. Haji kemudian dipandang sebagai status yang dapat mengembalikan posisi perempuan Bugis pada tempat yang semestinya. Reposisi perempuan Bugis dalam konteks ini dilihat sebagai suatu proses pengembalian perempuan Bugis pada posisi yang sesuai dengan budaya Bugis. Kelurahan Kalabbirang merupakan daerah yang masih didominasi oleh suku Bugis dengan perempuannya yang berpandangan bahwa haji merupakan simbol sosial yang dapat menyangga nilai-nilai sosial kelompoknya. Mereka menjadikan haji sebagai identitas untuk mengembalikan status sosialnya. Nilai-nilai haji ini kemudian mengatur interaksi-interaksi mereka dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks interaksi dengan sesama perempuannya maupun dengan kelompok laki-laki; atau pada saat beraktivitas di ruang publik. Berarti simbol haji mempunyai makna tersendiri bagi perempuan Bugis yang dirasakan ketika ia berada dalam ruang pentas dalam ritus-ritus yang beraspek sosial. Konstruk haji sebagai simbol bagi perempuan Bugis membutuhkan tindakan sosial. Di sini kemudian perempuan Bugis mengambil peranan. Ia memandang simbol haji sebagaimana orang lain memandangnya. Sebelum bertindak perempuan Bugis memformulasikan suatu gagasan mengenai proyeksi tindakan orang lain dalam hubungannya dengan simbol haji. Perempuan Bugis berhaji juga memformulasikan proyeksi yang akan ia lakukan, termasuk peranan yang ia wujudkan melalui simbol haji. Maka ketika perempuan Bugis telah melaksanakan haji, mereka telah mempunyai formulasi tindakan sosial. Jadi tindakan sosial dikonsepsikan dalam imajinasi sebelum melaksanakan haji. Dalam tataran ide mereka telah mengkonstruk haji sebagai proses penyempurnaan keislamannya sehingga dirinya merasa berhak untuk dikategorikan ke dalam ranah sosial haji. Mereka melakukan konstruksi atas kehidupannya untuk memberikan penyegaran baru terhadap identitas, life style dan lingkungannya dalam suatu komunitas baru yang penulis istilahkan dengan "tradisi lokal haji". Tradisi lokal haji pada masyarakat Bugis merupakan ruang sosial unik yang terdiri dari nilai-nilai yang telah disepakati. Perempuan Bugis yang sudah berhaji berinteraksi dengan budaya Bugis secara makro dengan menggunakan norma-norma yang terkonstruk dalam tradisi lokal haji. Sub kultur ini tentunya mempunyai spesifikasi simbolik yang mengindikasikan suatu keterwakilan dari sebuah komunitas baru di tengah kelompok besar masyarakat Bugis. Pada proses interaksi sosial dengan kelompok lain inilah kemudian muncul simbol-simbol baru yang menggambarkan spesifikasi sub kultur, seperti sebagai orang yang "beriman", "taat", "jujur" dan lainnya. Sehingga bagi perempuan Bugis yang sudah berhaji secara otomatis mendapatkan modal simbolik yang dapat digunakan untuk memperluas jaringan sosialnya di tengah masyarakat. Simbol haji laksana mahkota ratu yang tiba-tiba dapat mendatangkan kekayaan sosial dan ekonomi. Pada saat inilah terjadi proses reposisi perempuan Bugis, yaitu dari posisinya yang dirugikan oleh realitas kehidupan masyarakat padahal sebenarnya secara adat dimuliakan dan dihargai, kembali menjadi terhormat dalam kehidupan keseharian. Proses reposisi ini berlangsung cukup cepat, instan dan sangat ditentukan oleh faktor finansial individu perempuan Bugis.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dudi Farid Wazdi
Abstrak :
Dalam kehidupan bermasyarakat, biologis dan sosiologis saling mempengaruhi. Pada awalnya, perbedaan memang lebih bersifat alamiah, nature, fitrah. Kemudian melalui kebudayaan, kehidupan manusia dikembangkan, direkayasa, dipaksa, dicegah atau bahkan diberlakukan secara berlawanan (kontradiksi) dengan yang dasar alamiah tadi. Seseorang menjadi kelompok jenis, ras, golongan, suku, agama, dan kelompok yang lain, adalah akibat dari sosialisasi. Kontruksi ini mengurung pola pikir seseorang tanpa disadari karena perkembangan emosi dan nalar seseorang sebagian besar diperoleh dari sosialisasi ini. Hubungan laki-laki dan perempuan yang 'telah rusak' akibat kontruksi sosial budaya dapat dipulihkan melalui pertobatan bersama, memulihkan hubungan menjadi lebih adil. Masing-masing pribadi dituntut untuk mendengarkan. Relasi dalam keluarga yang dikontruksi vertikal, diubah menjadi relasi horizontal. Hubungan horizontal akan menciptakan situasi demokrasi. Demokrasi akan menciptakan keadilan. Melihat perempuan Bongas yang `agresif dan `aktif seoalah memberikan jawaban bahwa: proses perubahan dan pertobatan kearah itu akan dengan cepat terlaksana. Bersamaan dengan itu Pemerintah RI mencoba membuat program yang berakar dari faham feminis liberal dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada perempuan untuk mengaktualisasikan potensinya. OLeh karena itu ketika perempuan dapat merespon program (Program Pengembangan Kecamatan) ini dengan baik tampaknya akan hadir sebagai media perubahan pada ketimpangan struktur yang ada. Namun, di balik keagresifan dan keaktifan perempuan Bongas itu temyata ada penggerak lain di belakangnya sehingga tampaknya seolah perempuan-perempuan Indramayu dan perempuan Bongas pada khususnya hanya bertindak `untuk orang lain' saja? Dirinya dilupakan dan tidak dipedulikan, sehingga ketimpangan pun terus berjalan dan lestari. Begitu pun halnya dengan respon mereka terhadap Program Pengembangan Kecamatan menjadi 'sernu' karena tidak sedikit perempuan Bongas menganggap bahwa: Program Pengembangan Kecamatan tidak berbeda dengan program-program lainnya yang pada akhirnya selalu didominasi oleh laki-laki sehingga perempuan pada akhirnya tidak lebih dari sekedar pelengkap prosedur pembangunan belaka. Proses penyadaran memerlukan momentum katarsis, yakni ketika seseorang mengalami perubahan cara pandang secara radikal, mengalami revisi dalam dirinya. Pembebasan membutuhkan conversion, perubahan total, pertobatan radikal. Perubahan itu mesti dilakukan oleh suami, isteri beserta anak-anak, dan siapapun yang terlibat dalam keluarga, masyarakat dan program ini. Penelitian melalui pendekatan studi kasus terhadap beberapa perempuan ini mencoba mengungkapkan proses itu berjalan sehingga sekaligus dapat menjelaskan bagaimana respon perempuan terhadap PPK yang ada di Bongas ini.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21480
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Preciosa Alnashava J.
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang bagaimana representasi kekerasan simbolik dalam hubungan romantis pada serial situasi komedi How I Met Your Mother serta bermaksud membongkar ideologi patriarki di balik representasi tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis semiotika Roland Barthes dan teknik pengumpulan data melalui analisis teks, serta studi literatur. Konsep kekerasan simbolik yang digunakan dalam penelitian ini beranggapan bahwa hubungan romantis heteroseksual merupakan bentuk kekerasan simbolik pada perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serial komedi situasi How I Met Your Mother menampilkan kekerasan simbolik dengan mereproduksi mitos perempuan dalam hubungan romantis sebagai : objek seks, makhluk yang emosional, dan pihak yang harus lebih rela berkorban. Mitos ini lah yang mengkonstruksikan ideologi patriarki di balik komedi situasi How I Met Your Mother.
This research tries to explain about how the representation of symbolic violence in romantic relationships in a sitcom, How I Met Your Mother, and to expose the pathriarchal ideology behind the representation. This is a qualitative research with semiotic by Roland Barthes as the method to analyze the text and text analysis technique along with literature study to collect the data. The concept of symbolic violence, that is used in this research, assumes that a heterosexual romantic relationship is a form of symbolic violence to women. The result of this research indicates that How I Met Your Mother displays symbolic violences by reproducing myths towards women as: sex symbols, emotional beings and the ones who have to be more self-sacrificing than men. These myths construct the patriarchal ideology behind How I Met Your Mother.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30603
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anjani Sekarsari Percaya
Abstrak :
Women worldwide have come a long way in combatting systematic and patriarchal barriers in employment. More and more women are taking on jobs and female labor force participation has reached historical highs in recent years. Mobility studies have pointed out the differences in men and women rsquo s commuting patterns to work as a consequence of gender inequality on employment. This research found that there is a difference in men and womens commute in Indonesia through descriptive and inferential analysis using a modified Multinomial Logit model, using national data from the National Labor Survey SAKERNAS 2017. Moreover, other socio demographic and employment pattern factors were found to influence commuting time. This study concludes that there is a difference in men and womens mobility behavior related to their employment and raises the topic of mobility data limitations in Indonesia.
Perempuan dari seluruh dunia telah berjuang jauh dalam membasmi halangan halangan bersifat sistematis dan patriarkal dalam bekerja. Semakin banyak wanita bekerja dan partisipasi perempuan dalam dunia pekerjaan telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Studi studi lampau mengenai mobilitas telah menunjukkan perbedaan antara pola mobilitas ulang alik antara laki laki dan perempuan sebagai konsekensi dari ketidaksetaraan antar gender pada dunia pekerjaan. Riset ini menemukan adanya perbedaan antara pola mobilitas ulang alik antara laki laki dan perempuan diIndonesia melalui analisa deskriptif dan inferensial menggunakan Model Multinomial Logit termodifikasi, menggunakan data nasional dari Survei Angkatan Kerja Nasional SAKERNAS 2017. Selain dari itu, faktor faktor sosio demografi dan pola pekerjaanlainnya telah ditemukan berpengaruh terhadap durasi waktu ulang alik. Studi ini menyimpulkan bahwa ada perbedaan antara perilaku mobilitas laki laki dan perempuan yang melibatkan pekerjaan mereka dan memulai pembicaraan mengenai keterbatasan data mobilitas di Indonesia.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Labarge, Margaret Wade
Boston: Beason Press, 1986
305.4 LAB s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
305.42 INT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rowbotham, Sheila
New York: Routledge, 1992
305.42 ROW w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Loekman Soetrisno
Yogyakarta: Kanisius, 1997
305.42 LOE k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>