Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Donna Asteria
Abstrak :
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis konstruksi identitas perempuan pada tiga majalah perempuan di Indonesia, yaitu: Cosmopolitan, Femina, dan Kartini, melalui representasi gaya hidup, nilai individual, dan relasi gender. Metode analisis yang digunakan adalah analisis wacana dari pemikiran Norman Fairclough dan analisis framing dan pemikiran Gamson & Modigliani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa artikel pada majalah perempuan masih mengaitkan identitas perempuan dengan ketubuhan dan kecenderungan membentuk nilai femininitas. Selain itu, masih ditemukan bahasa yang seksis dalam teks. Meskipun artikel pada majalah perempuan dapat memotivasi perempuan untuk aktualisasi eksploitasi perempuan dalam artikel tetap ada. Ini menunjukkan bahwa jumalis perempuan pads majalah perempuan masih bias dalam penulisan dan reportase isu perempuan. Kondisi tersebut dikarenakan ideologi patriarki yang masih dominan di tempat keija dan masyarakat. Di sisi lain, kapitalisme masih mempengaruhi aktivitas media sehingga turut mempengaruhi pembentukan identitas perempuan. Akibat ketergantungan majalah perempuan pada iklan, mendorong pembaca menjadi konsumtif karena secara tidak disadari, pembaca telah dijadikan sebagai target sasaran iklan tersebut, melalui Cara mempromosikan femininitas dalam tampilan praktik konsumsi. ......Representation of Women's Identity: Construction of Identity's Consciousness By Women's Magazine (Text Feature Analysis in Femina, Martini, and Cosmopolitan Magazine on April The aim of this research analyze women's identity construction in three women's magazine in Indonesia, with samples: Cosmopolitan, Femina, and Kartini by representing the lifestyle, personal values, and gender relation. Adopting to the Norman Fairciough's discourse analysis and Gamson & Modigliani's framing analisys, this research shows that articles in the women's magazines is still relating the women identity with the women's body and tendencies to construct the feminine values. Also found in this research that sews language is still used in the texts. Although the articles can motivate women for self actualization, but exploiting women in the articles is still exist. It shows that women reporters in the women `s magazine is still bias in writing and reporting women issues. It's because of the patriarchy ideology are still dominant in the work place and society. In other hand, capitalism in economic is also influencing the media activities, so it also influencing the construction of women identities. Dependencies of the women magazine to advertisement, without notice by the reader, it makes them becoming the main target of commercialization, with promoting feminity through appearance of practical comsuption, that will encourage the readers become consumtive.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T11884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Sekartaji
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini menganalisis karya sastra drama yang berjudul OvertonesA karya Alice Gerstenberg (1916) dengan menggunakan teori Feminis Psikoanalisa. Melalui drama Overtones, Alice Gerstenberg menyoroti isu beban domestik perempuan pada awal abad 20 yang berat sehingga berdampak bagi kondisi psikis mereka; perempuan dikondisikan untuk tidak memiliki hak atas diri dan suaranya sendiri sehingga mereka rentan terhadap keretakan diri. Hal tersebut diungkap melalui dua tokoh perempuan Harriet dan Margaret sebagai cultured woman; sebuah hasil konstruksi diri patriarki yang harus tampil dengan sikap tidak murni sedangkan suara dan keinginan mereka yang murni, yang disebut sebagai primitive self, tidak diizinkan untuk tampil ke permukaan. Melalui Feminis Psikoanalisa milik Nancy Chodorow terungkap bahwa masalah psikis perempuan yang berpotensi meretakkan diri perempuan telah dimulai sejak perempuan sejak masih kanak– kanak, bukan karena penis–envy melainkan dikarenakan adanya dominasi patriarki yang konstruktif terhadap diri perempuan. Hal ini menyebabkan perempuan tidak dapat mencapai identitas diri mereka sendiri dan malah menghasilkan diri perempuan yang manipulatif serta obsesif .
ABSTRACT
This thesis analyzes a one – act drama entitled Overtones by Alice Gerstenberg (1916) using Feminist Psychoanalysis theory. Overtones by Alice Gerstenberg highlight the issue of women's domestic burden in the early 20th century that made women were vulnerable to the mental health issue. In this matter, women were conditioned not to have the right for their own voice even for their own selves. This situation lead them to the splitting self and it was revealed by two female characters Harriet and Margaret as cultured woman – a self constracted by patriarchy – should appear without pure desire. Unlike the pure desire, which is referred to primitive self, was not allowed to come out to the surface. Nancy Chodorow sees this problem through her theory, Feminist Psychoanalysis. She discovered that women psychic is vulnerable to such problem as it started since the younghood, not the penis – envy; women had experienced a sever constructive self under the patriarchy domination. This problem stands as a major point toward the failure on women self identity achievement.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T35869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listya Ayu Saraswati
Abstrak :
Tesis ini menganalisis konstruksi identitas perempuan Islam dalam Hijabers Community. Tesis ini mempertanyakan konstruksi identitas perempuan Islam yang direpresentasikan dalam Hijabers Community, dan bagaimana anggota komunitas merespon konstruksi tersebut. Pemerolehan data dilakukan melalui pendekatan etnografi dengan wawancara mendalam kepada komite dan anggota Hijabers Community, dan observasi kegiatan komunitas. Tesis ini menggunakan konsep identitas dan representasi identitas oleh Stuart Hall (1990, 1996, dan 1997). Hasil analisis tesis ini menunjukkan adanya negosiasi antara nilai-nilai kesederhanaan (modesty) dan kemodernan gaya hidup urban (sophisticated) terhadap konstruksi identitas perempuan Muslim dalam Hijabers Community. ...... This thesis analyses the construction of Indonesian Muslim women's identity in Hijabers Community. It questions the construction of Muslim women's identity represented by Hijabers Community and how its members react towards the construction of identity. This thesis uses ethnography approach with observation and depth-interview with the committees and members of Hijabers Community. This thesis deploys the concept of identity and the representation of identity by Stuart Hall (1990, 1996, and 1997). The results show the negotiation between modesty and modern sophisticated urban living in the construction of Muslim women's identity.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42137
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Sofiani Zaimar
Abstrak :
Tesis ini merupakan penelitian tentang konstruksi identitas perempuan Aceh dan hubungannya dengan ideologi patriarki. Data utama penelitian diambil dari majalah Inong Aceh, yang merupakan salah satu majalah perempuan yang beredar di Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, tetapi tidak menggunakan seluruh isi yang terdapat dalam majalah Inong Aceh. Ada pun artikel yang digunakan dalam penelitian adalah artikel fokus, hukum dan opini. Dalam menggunakan artikel hokum dan opini, penelitian ini hanya memilih artikel yang berkaitan dengan artikel fokus. Dewasa ini banyak media massa yang mengedepankan permasalahan tentang perempuan, karena saat ini berita perempuan saat ini dinilai memiliki daya jual yang cukup tinggi. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana identitas perempuan Aceh dikonstruksikan dalam majalah Inong Aceh. Selain itu penulis juga ingin melihat bagaimana hubungan konstruksi identitas perempuan Aceh dalam majalah tersebut dengan ideologi patriarki yang terdapat dalam masyarakat Aceh. Hasil akhir penelitian dapat dilihat dan dikatakan bahwa identitas perempuan Aceh yang ada saat ini merupakan konstruksi masyarakat yang berideologi patriarki. Eksistensi perempuan Aceh pada masa lau akan tetap menjadi kenangan apabila kaum perempuan Aceh tidak ingin merubah nasib mereka dengan berusaha hidup mandiri.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28649
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Fajarsari
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai strategi politik Bharatiya Janata Party dalam meraih suara pemilih pemula pada pemilihan umum Lok Sabha di India tahun 2014. Pemilih pemula menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil pemilihan Lok Sabha tahun 2014, melihat peningkatan signifikan jumlah pemilih dibandingkan pemilu sebelumnya. Diperkirakan dari 834 juta, 120 juta diantaranya adalah pemilih pemula. Pemilihan Lok Sabha tahun 2014 menjadi babak baru dalam perpolitikan India, di mana untuk pertama kalinya dalam 30 tahun, suatu partai berhasil meraih kursi mayoritas di Lok Sabha dan itu bukanlah Kongres melainkan BJP. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan data dari studi literatur. Teori yang digunakan yaitu Model Marketing Politik oleh Wojclech Cwalina, Andrzej Falkowski dan Bruce I. Newman. Cwalina, Falkowski, dan Newman mengemukakan bahwa dalam proses marketing politik terdapat setidaknya tiga elemen kunci, yakni pengembangan pesan politik, penyebaran pesan, dan pembangunan hubungan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ketiga elemen ini sejalan dengan strategi yang digunakan BJP dalam meraih suara pemilih pemula sehingga mempengaruhi hasil akhir pemilu. Penelitian ini berkesimpulan, bahwa dalam meraih kemenangannya BJP pertama-tama mencoba memahami wawasan para pemilihnya sebelum menyebarkan pesan, di mana menghasilkan bahwa masyarakat India lebih terktarik dengan Narendra Modi dibanding partainya sehingga kampanye BJP berfokus pada brand Modi. Selanjutnya BJP membangun hubungan dengan pemilihnya dengan menawarkan solusi-solusi terhadap keresahan masyarakat pada pemerintahan United Progressive Alliance (UPA) yang dipimpin oleh partai Kongres selama dua periode. Strategi yang digunakan BJP dinilai lebih unggul dan efektif dibandingkan BJP, terutama dalam penggunaan media sosial.
ABSTRACT
This thesis discusses the political strategy of Bharatiya Janata Party (BJP) in gaining the voting of first-time voters in the Election of the Lok Sabha 2014 in India. First-tme voters become one of the factors that influenced the results of the 2014 Lok Sabha election, seeing the significant increase of the voters turnout compared to previous elections. It is estimated that from 834 million voters, 120 million of them are the first-time voters. The 2014 Lok Sabha election became a new chapter in Indian politics, where for the first time in 30 years, a party secured a single majority of seats in Lok Sabha and for the first time it was not Congress but BJP. This research uses qualitative methods by collecting data from literature studies. The theory used is the Political Marketing Model by Wojclech Cwalina, Andrzej Falkowski and Bruce I. Newman. Cwalina, Falkowski, and Newman suggest that in the political marketing process there are at least three key elements: the development of political messages, message dissemination, and relationship building. The results of this study prove that these three elements are in line with the strategies used by BJP in gaining the votes of first-time voters who affects the final results of the election. This study concludes, that in achieving its victory BJP first tried to understand the views of its voters before spreading the message, which resulted that Indian voters are more interested in Narendra Modi than his party so that the BJP campaign focused on the Modi brand. Furthermore, the BJP builds relationships with its voters by offering solutions to public unrest in the government of the United Progressive Alliance (UPA) led by the Congress party for two periods. The strategy used by BJP is considered superior and effective compared to BJP, especially in the use of social media.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dorigny, Marie
Paris: Marval, 1994
305.4 DOR s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mamik Sri Supatmi
Depok: Pusat Kajian Perlindungan Anak dan Departemen Kriminologi FISIP-UI, 2012
305.4 MAM k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Yuliawati
Abstrak :
ABSTRAK
Makalah ini membahas konstruksi perempuan dalam korpus majalah Mangl 1958 ndash;2013 dari sudut pandang linguistik korpus dan semiotik Barthes. Konstruksi perempuan itu dikaji berdasarkan bukti penggunaan lima kata dalam bahasa Sunda yang merujuk perempuan berdasarkan empat kerangka periode masa Demokrasi Terpimpin ndash;Reformasi . Analisis korpus menunjukkan bahwa perempuan cenderung dikonstruksi dengan identitas yang berbeda oleh setiap kata karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya. Perempuan juga semakin digambarkan sebagai kelompok sosial yang mandiri dan berperan tidak hanya dalam ranah domestik, tetapi juga ranah publik. Analisis semiotik menunjukkan bahwa pemaknaan perempuan yang ditandai dengan berbagai ekspresi baru untuk mengungkapkan makna perempuan adalah suatu pengembangan makna melalui jalur metabahasa. Sementara itu, munculnya pengertian baru yang diberikan kepada setiap kata karena perubahan nilai dan pandangan dalam masyarakat Sunda menunjukkan proses perluasan makna melalui jalur konotasi. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kekerapan penggunaan kata yang melambangkan perempuan dan pola kemunculannya bersama kata-kata lain yang menyertainya secara berulang adalah upaya untuk menaturalisasi konsep perempuan melalui bahasa. Dengan memadukan linguistik korpus dan semiotik, proses menaturalisasi konsep perempuan itu dapat dilacak melalui bukti penggunaan bahasa dalam skala besar dan rentang waktu yang cukup panjang. Dengan demikian, konstruksi perempuan secara diakronis dapat dijelaskan secara lebih objektif dan terperinci.
ABSTRACT
The paper examines the construction of women in the corpus of Sundanese Mangl magazine 1958 ndash 2013 from the perspectives of corpus linguistics and Barthes rsquo semiotics. The construction is studied based on the usage of five Sundanese nouns referring to women found in the corpus within four periods Guided Democracy ndash Reformation . The result of corpus analysis shows that women are constructed in various identities by every noun referring to them due to the influence of social and cultural factors. Women are getting portrayed as a social group that is more independent and has a significant role not only in the private spheres domestic domain , but also the public spheres. The result of semiotic analysis shows that the signification of women indicated by many expressions to signify them is the extension of meaning through metalanguage. In the meantime, a new sense given to every noun because of new values or perspectives in Sundanese society indicates the extension of meaning resulted from connotation process. Based on the research findings, it can be concluded that the frequency of nouns referring to women and the recurrent patterns of the noun co occurring with other words are the way that language naturalizes the concept of women. By combining corpus linguistics with Barthes rsquo semiotics, the process of naturalizing the concept of women is possible to be examined through a large quantity of linguistic evidence in within a quite long time span. As a result, the construction of woman in the corpus of Mangl can be explored diachronically in a more objective and detailed way.
2017
D2353
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariva Septyawati
Abstrak :
Tulisan ini mengangkat tentang pentingnya pengalaman dalam merumuskan identitas politik perempuan, sesuatu yang krusial ketika pejabat publik menentukan kebijakan seperti apa yang tepat dan sesuai untuk kelompok perempuan. Dengan latar belakang wajah politik yang seringkali tampil dalam balutan maskulinitas, momentum keterbukaan partisipasi politik perempuan melalui kebijakan affirmative action di Indonesia disambut dengan hangat sebagai sesuatu yang positif untuk melawan diskriminasi yang selama ini dialami perempuan. Persoalan yang muncul adalah para pelaku politik terjebak euforia dari representasi gender tanpa memahami persoalan substansial yang mereka hadapi. Data dalam penulisan ini dikumpulkan melalui penelusuran studi pustaka, pengumpulan data publikasi lembaga serta artikel daring. Data tersebut dianalisis menggunakan perspektif pemikiran Iris Marion Young tentang serialitas pengalaman perempuan. Tulisan ini mengungkap sesuatu yang transendental, bahwa ada “normalisasi” atribut atas pengalaman dan definisi perempuan. Melalui penelitian ini terlihat bahwa tren peningkatan kuantitas dari representasi perempuan di parlemen bukanlah hal yang paling dibutuhkan, melainkan pengakuan negara atas identitas politik perempuan yang kemudian akan merekonstruksi pola pikir sistem politik serta para perwakilan perempuan politis yang ada di Indonesia saat ini. Implikasinya, harus dilakukan redefinisi atas makna identitas perempuan oleh negara agar ruang publik yang telah direbut melalui kebijakan affirmative action tidak hanya diisi oleh lip service, namun juga mampu mencapai tujuan awalnya, yakni menciptakan keadilan dan kondisi politik yang anti-diskriminasi.
This paper raises the importance of experience in formulating women's political identity, it is something crucial when public officials determine what policies are appropriate for women's groups. With a background in the face of politics that often appears in covered  with of masculinity, the momentum of open political participation of women through the affirmative action policy in Indonesia was warmly welcomed as something positive to fight the discrimination that had been experienced by women. The problem that arises is that political actors are trapped in euphoria from gender representation without understanding the substantial problems they face. The data in this writing was collected through literature study searches as well as collection of institutional publication data and online articles. The data was analyzed using the perspective of Iris Marion Young's thoughts on the seriality of women's experiences. This paper reveals something transcendental, that there is a "normalization" of attributes and experiences of women. Through this research it can be seen that it is not the trend of increasing the quantity of women representatives in parliament that is needed, but the state's recognition of women's political identity which will later reconstruct the mindset of the political system and representatives of political women in Indonesia today. The implication, redefinition must be made on the meaning of women's identity by the state so that the public sphere that has been seized through the affirmative action policy is not only filled by lip service, but is also able to achieve its original goal, namely to create justice and anti-discrimination political conditions.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Azizi
Abstrak :
ABSTRAK

Sepak bola, sebagai bagian dari olahraga yang populer di masyarakat, pada dasarnya memberikan kesempatan bagi perempuan untuk turut serta berpartisipasi. Akan tetapi, persepsi maskulinitas dalam sepak bola masih mengakar kuat di Indonesia. Kondisi ini tercerminkan melalui dominasi laki-laki ketika membentuk komunitas penggemar sepak bola sehingga keberadaan perempuan seolah terpinggirkan terutama karena jumlah yang tak seimbang antara penggemar laki-laki dan penggemar perempuan. Hal ini yang melatarbelakangi pembentukan komunitas khusus guna mewadahi perempuan penggemar sepak bola. Sementara itu, keberadaan media sosial sebagai wadah komunikasi virtual telah membawa kecenderungan homophily atau memiliki pilihan yang sama. Maka dari itu, banyak bermunculan beragam komunitas perempuan penggemar sepak bola, yang diantaranya adalah @JC_Indonesia (Twitter) dan @babesunitedindo (Instagram). Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis tekstual dan obeservasi untuk mengetahui bagaimana perempuan Indonesia dalam sepak bola dimunculkan dalam media sosial melalui akun @JCI_Indonesia dan @babesunitedindo. Hasil penelitian menunjukkan ada tiga strategi yang digunakan oleh kedua komunitas tersebut dalam mengkonstruksikan identitas gender dalam dominasi maskulinitas dalam budaya penggemar sepak bola. Strategi pertama adalah dengan secara berkala keluar dan masuk ranah laki-laki sebagai bentuk negosiasi atas budaya maskulinitas dalam sepak bola melalui media sosial. Strategi lainnya adalah melalui proses labeling mikro komunitas sebagai pengukuhan identitas feminin dalam sepak bola. Akan tetapi, strategi ketiga menunjukkan adanya ambiguitas identitas maskulin dan feminin ketika komunitas yang dijadikan studi kasus mempermasalahkan ketidakseimbangan relasi kuasa antara klub penggemar laki-laki dan perempuan.


ABSTRACT


It seems that there is no limitation for women to participate in football. Nonetheless, it is still a sport dominated by male players and also male football fans even though in reality, there are a lot of female football fans. Nowadays, social media has been utilized as a virtual communication medium bringing out a homophily tendency or having a same choice. Groupings of football fan communities are based on similarities in accessing information related to their favorite football club. This study analyses two female football fans communities: @JC_Indonesia (Twitter) and @babesunitedindo (Instagram). By utilizing textual analysis and ethnographic methods (interviews and observations), the thesis aims to determine how female football fans construct contesting gender identities in social media. The result reveals that there are three strategies used by both communities in problematizing the constructed gender identity. The first strategy is to enter and exit the masculine arena as a form of negotiation. Another strategy is done through labeling process as these micro communities exemplify their feminine identity as a response to the dominant masculine identity in the football fandom practice. Third, there is an ambiguity in strategically playing with the masculine and feminine identity which is supposed to be problematizing the imbalance power relation between the male and female football fan clubs.

2017
T51977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>