Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Peranginangin, Loina Lalolo K.
Abstrak :
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana isi pemberitaan tentang perempuan, khususnya dalam berita Kampanye Pemilu 2004 di media massa cetak nasional, ditinjau dari aspek karakteristik berita maupun kualitas berita. Selain itu, penelitian ini juga ingin melihat bagaimana representasi perempuan dalam berita kampanye Pemilu 2004 dengan rnenggunakan beberapa indikator seperti kecenderungan media cetak tersebut untuk menempatkan perempuan melalui tata letak berita maupun pemilihan perempuan sebagai narasumber berita, serta isu-isu apa saja tentang perempuan yang berkembang selama beriangsungnya kampanye. Permasalahan dibatasi pada berita langsung tentang peristiwa kampanye Pemilu Legislatif yang diadakan selama 22 hari, yaitu mulai dari tanggal 11 Maret 2004 sampai dengan tanggal 1 April 2004. Selain itu, berita yang diambil juga hanyalah berita yang memuat perempuan sebagai titik utama pemberitaan atau sebagai narasumber dalam menyikapi suatu peristiwa tertentu selama kampanye berlangsung. Teknik analisis isi diambil dengan pertimbangan bahwa yang menjadi obyek penelitian adalah isi pesan yang disampaikan oieh media komunikasi. Media yang diteliti adalah Suara Pembaharuan, Republika dan Kompas, dengan mempertimbangkan visi dan misi organisasi yang berbeda, sehingga corak dan orientasi pemberitaan pun dianggap berbeda secara signifikan. Data dikumpulkan melalui kliping berita dan wawancara dengan redaksi media, sedangkan untuk data sekunder berupa transkrip wawancara dari beberapa penelitian serupa terdahulu, dan studi pustaka. Analisis dilakukan secara multi-level dan multi-stage dalam tiga tataran atau aras, yaitu tekstual, wacana dan sosiokultural. Untuk analisis teks, data tekstual didapat dengan memperbandingkan sejumlah karakteristik produk berita, seperti sebaran, jenis berita, panjang kolom, jenis kelamin narasumber, status narasumber dan posisi narasumber perempuan dalam berita, serta kualitas berita, dengan indikator faktualitas serta imparsialitas. Sedangkan analisis wacana dilakukan terhadap sejumlah data sekunder tentang kebijakan redaksional media yang bersangkutan, hubungan pemilik dan pengelola media serta pasar pembaca. Untuk praktek sosiokultural, analisis terutama difokuskan pada bagaimana perempuan dalam dunia domestik dan dunia publik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan kurang mendapat akses ke dunia publik, karena representasi perempuan di media lebih kecil, hampir setengahnya, daripada representasi laki-laki yang dijadikan sebagai narasumber oleh media cetak nasional. Dilihat dari komposisi perbandingan status perempuan dan laki-laki yang menjadi narasumber, masih ada kecenderungan media untuk belum memberikan akses yang sama dan berimbang bagi semua profesi yang ada, khususnya perempuan, untuk menjadi narasumber utama. Perempuan masih lebih banyak diletakkan sebagai sumber pengamatan saja. Walaupun sebagian besar berita sudah obyektif, tetapi ternyata isu perempuan belum menjadi isu penting bagi media massa. Walaupun isu keterwakilan 30 % perempuan dalam lembaga legislatif telah menjadi sebuah peraturan hukum, ternyata isu itu hanya muncul dua kali dalam keseluruhan berita Kampanye Pemilu 2004. Isu-isu tentang perempuan lainnya yang juga dimuat hanya sebatas segelintir isu saja. Dukungan terhadap peran dan akses perempuan yang lebih luas ke dunia politik, atau dunia publik, ternyata sangat kecil. Terbukti hanya sedikit sekali berita yang mengindikasikan dukungan terhadap gerakan wanita. Dari praktek wacana pun ternyata masih banyak kata-kata yang digunakan oleh media cetak justru menghubungkan perempuan dengan dunia domestik, dengan suami atau keluarga besarnya. Perempuan di dunia publik belum dihargai sebagai dirinya sendiri, tetapi selalu dikaitkan dengan nama besar pihak domestik. Hasil penelitian memberikan implikasi perlunya upaya lebih keras bagi, baik dari kaum perempuan maupun kaum laki-laki yang mendukung gerakan pemberdayaan perempuan untuk memberikan ruang publik yang lebih luas bagi perempuan. Bagi kaum perempuan, kesempatan yang ada untuk masuk ke dunia publik sebaiknya digunakan dengan baik. Bagi kalangan media massa sendiri, walaupun sudah seringkali dibicarakan, tetapi ternyata masih kurang akses yang disediakan oleh media massa bagi kaum perempuan. Karena itu diperlukan pemahaman dan pengamatan akan perspektif gender yang lebih mendalam di kalangan redaksi media massa. Dari hasil penelitian ini direkomendasikan untuk melakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam tentang manajemen redaksional di berbagai surat kabar lainnya serta penelitian lanjutan tentang manajemen media. Selain itu, diperlukan langkah aksi yang lebih konkrit untuk menekan pihak media massa agar membuka ruangnya lebih luas lagi bagi kepentingan suara kaum perempuan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murni Murama
Abstrak :
Studi ini memfokuskan diri pada majalah khusus pria. Masa kebebasan Pers saat ini, menimbulkan eforia bagi media. Kebebasan tersebut membuat kemunculan beraneka ragam media massa seperti tabloid, surat kabar, sampai majalah-majalah lokal dan majalah yang berwaralaba dari luar negeri. Keterbukaan dan kebebasan Pers tersebut menghadirkan media dengan segmen tertentu, seperti majalah ME (Male Emporium) yang terbit pada Februari 2001 dan ditujukan khusus untuk laki-laki dewasa yang sudah mapan usia 25 - 35 tahun. Dengan pemaparan isi yang dipenuhi artikel dan foto-foto tentang perempuan. Dengan penampilan dan gaya busana-busana yang seksi. Sepertinya hal tersebut menjadi cara yang paling sering dipakai oleh kaum kapitalis untuk mendorong konsumen agar membeli produknya. Demikianlah yang diasumsikan pada majalah Male Emporium ini. Majalah ME merupakan majalah khusus laki-laki yang memfokuskan diri pada hal-hal yang berhubungan dengan laki-laki seperti otomotif, karier, hiburan, kesehatan, dan lain-lain. Penulisan artikelnya ringan dan mudah dimengerti tapi padat berisi, seperti yang menjadi slogannya : "bacaan pria berisi". Penelitian ini ingin menjawab beberapa pertanyaan, yaitu: pertama, bagaimana konsep mejalah ME terhadap tubuh perempuan? Dan kedua, ideologi seperti apa yang dimiliki oleh majalah ME? Penemuan mengenai konsep dan kandungan nilai-nilai ideologi yang menyertainya dilakukan dengan analisis wacana fairclough, sedangkan analisis teks dengan menggunakan analisis framing yang dikemukan oleh Pan dan Konsicki. Paradigma penelitian yang adalah paradigma kritis yang bersifat kualitatif dengan metode analisisnya critical discourse analysis yang melakukan text analysisi dan multilevel analysis secara intertekstual. Adapun analythical framewarknya mengaacu pada Norman fairclough yang terbagi atas 3 dimensi yaitu analisa text, analisa discourse practice, dan analisa Sociocultural. Penelitian dilakukan terhadap 12 majalah ME yang terbit dari Januari sampai Desember 2004 dengan pengambilan sampel secara random. Pertimbangan karena pada itu sedang hangatnya eforia kebebasan pers yang dinikmati oleh media pada saat itu, dan adanya edisi khusus dalam rangka menyambut 3 tahun berdiri majalah tersebut. KesimpuIan yang dapat dilihat dari penelitian ini adalah bahwa majalah ME adalah majalah yang cenderung menjadi agen kapitalis yang menjadikan tubuh perempuan sebagai komoditi kepada para konsumennya, yang dalam hal ini adalah kaum laki-laki. Representasi tubuh perempuan dalam majalah Male Emporium, menguatkan stereotif bahwa perempuan adalah kelompok yang tersubordinasikan, terpinggirkan di dalam kehidupan masyarakat yang cenderung patriarkis. Di sini dibutuhkan sikap bijak dan kritis dari masyarakat, pemerintah dan para pekerja media utnuk tidak terjebak pada kebutuhan yang diciptakan oleh kaum kapitalis dan lebih bersikap seimbang dalam pemberitaan tentang perempuan.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22053
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luluk Irene Suparlan
Abstrak :
Poligami adalah isu yang sangat menarik bagi sebagian kalangan yang memiliki perhatian terhadap masalah-masalah sosial - termasuk masalah perempuan dan keluarga. Isu poligami selalu muncul dan menghilang dengan diiringi perdebatn yang seolah tidak ada habisnya. Faktor agama, sosial, budaya dan juga gender selalu menjadi Iandasan dari berbagai pendapat yang bersikap pro maupun kontra terhadap aktivitas poligami tersebut. Perdebatan masalah poligami dari sisi agama akan menimbulkan beberapa pendapat yang dapat saling bertentangan satu sama Iain. Perdebatan itu menyangkut masalah hukum-hukum Islam. Selanjutnya pembicaraan poiigami melebar ke masalah hak-hak perempuan dan kesetaraan gender dan bermunculan pendapat para pakar masalah-masalah perempuan dan poligami di media massa.

Perempuan menjadi fokus utama dari aklivitas poligami itu sendiri. Mengapa seorang perempuan bersedia dipoligami ? Benarkah semua perempuan menolak aktivitas poligami '? Benarkah perempuan merasa diperlakukan tidak adil bila tenjadi aktivitas poligami ? Dan benarkah perempuan menyetujui aktivitas poligami karena adanya ketergantungan secara ekonomi ??

Majalah-majalah wanita sebagai medium yang menyampaikan informasi kepada pembaca perempuan menampilkan peristiwa dan kajian seputar isu poligami ini dari berbagi sisi. Ada beberapa fenomena yang menarik untuk dikaji. Dua fenomena menarik itu adalah adanya perbedaan cara majalah wanita mengemas isu poligami dalam artikel-artikelnya dan juga adanya perbedaan sikap dan cara pandang para pengelola media terhadap isu poligami itu sendiri. Ada majalah wanita yang secara jelas menentukan sikap menentang aktivitas poligami dan ada majalah wanita yang memilih tidak mengambil sikap apapun.

Dari mengkaji beberapa fenomena tersebut penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji cara majalah wanita mengemas isu poligami dalam artikel-artikelnya dan mengkaji alasan pemilihan frame tertentu dalam menyampaikan isu poligami. Selain itu penelitian juga bertujuan untuk mengkaji kontribusi faktor ideologi dalam pemilihan sikap majalah wanita menanggapi isu-isu poligami yang sensitif bagi perempuan.

Majalah wanita yang dipilih dalam penelitian ini adalah majalah Femina dan majalah Ummi. Pemilihan ini didasari oleh perbedaan ciri dan sifat dari kedua majalah wanita tersebut sehingga dimungkinkan akan diperolch hasil yang lidak sama secara mutlak dalam memandang isu poligami.

Penclitian dilakukan pada tingkatan tekstual dengan analisis framing dan pada tingkatan intertekstual dengan wawancara mendalam serta penelusuran terhadap sejarah kedua majalah wanita tersebut. Analisis framing dilakukan terhadap artikel-artikel yang dianggap bisa menunjukkan sikap pengelola media terhadap isu poligami yang menjadi perdebatan. Wawancara mendalam dilakukan terhadap pihak pengelola media yang berbicara mewakili majalah wanila tersebut untuk mengetahui sikap dan nilai-nilai yang dipegang oleh pengelola media terhadap isu poligami.

Dari penelilian tersebut diambil kesimpulan bahwa majalah wanita memiliki frame yang tidak selalu sama dalam mengemas isu poligami. Poligami sebagai masalah yang menyangkut nasib perempuan yang terlibat didalamnya dilanggapi secara berbeda oleh majalah wanita yang berbeda. Walaupun didasari maksud yang sama untuk memberdayakan dan membela kaum perempuan ternyata majalah wanita menggunakan frame yang berbeda dalam membahas isu poligami dalam setiap artikelnya. Majalah Femina secara tegas menggunakan frame yang menolak poligami. Sedangkan majalah Ummi bisa dikatakan bersikap pro terhadap poligami . Anggapan ini didasarkan pada sikap majalah Ummi yang tidak menolak perkawinan poligami walaupun tidak ada pernyataan yang mendukung perkawinan poligami.

Faktor ideologi tampak memegang peranan penting dalam penentuan frame majalah wanita saal mengemas isu poligami karena ideologi merupakan faktor utama yang mendasari jalan pikiran para pengelola media ketika menentukan ke arah mana majalah wanita tersebut akan dibawa. Bagaimana ideologi yang mereka pegang memandang kaum perempuan ternyata memberi pengaruh besar pada bagaimana majalah wanila tersebut akan membawa pembaca perempuannya kepada suatu arah dan titik tertentu. Majalah Femina yang memegang ideologi cenderung ke arah liberal dalam arti menuntut suatu kesetaraan antara laki-laki dan perempuan secara tegas menolak poligami karena kecenderungannya yang menimbulkan ketidakadilan bagi perempuan. Sedangkan majalah Ummi yang memegang ideologi Islam tidak mau mengambil sikap yang tegas menolak poligami karena memahami poligami sebagai satu perkawinan yang dibolehkan dalam Islam tetapi juga tidak mau mendukung karena memahami realita yang muncul berkaitan ketidakadilan bagi perempuan.

Dari sikap kedua majalah tersebut terhadap poligami dapat dilihat bahwa sikap kedua majalah ini dalam menentang satu ideologi yang tidak pro kepada perempuan ternyata juga berbeda.Walaupun kedua majalah sama-sama menganggap apa yang mereka lakukan adalah bentuk dari satu pembelaan terhadap perempuan tetapi apa yang ditampilkan ternyata mempunyai sudut pandang berbeda. Sesuai ideologi yang dipegang, majalah Femina melihat pembelaan terhadap perempuan dilakukan untuk mencapai keadilan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan majalah Ummi melihat pembelaan perempuan dilakukan tetap dalam koridor nilai-nilai Islam yang dipegang.

Melihat perkembangan yang demikian perlu kiranya satu pembicaraan dan dialog yang panjang antara perempuan dalam hal ini untuk menyepakati satu nilai-nilai yang sama mengenai bentuk pemberdayaan perempuan yang sesuai untuk perempuan di Indonesia. Bagaimanapun nilai-nilai ?timur? dan nilai-nilai agama tidak bisa diabaikan sama sekali. Begitu juga fakta dan realita di masyarakat juga tidak bisa diabaikan. Karena pada saat sudut pandang yang berbeda justru akan membingungkan perempuan yang membutuhkan pandangan yang obyektif dan jernih dari semua pihak agar perempuan bisa benar-benar berdaya dalam memilih yang terbaik bagi dirinya.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Byerly, Carolyn M.
Abstrak :
Women and Media is a thoughtful cross–cultural examination of the ways in which women have worked inside and outside mainstream media organizations since the 1970s. Rooted in a series of interviews with women media workers and activists collected specifically for this book, the text provides an original insight into women’s experiences. Explains the ways that women have organized their internal and external campaigns to improve media content (or working conditions) for women, and established womenowned media to gain a public voice. Identifies key issues and developments in feminist media critiques and interventions over the last 30 years, as these relate to production, representation and consumption.
Oxford: Blackwell, 2008
e20395202
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGraw-Hill, 1991
305.4 MED i (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Proyek Studi Gender dan Pembangunan, FISIP-UI, 1992
305.4 SEM m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Teresia Miranti Kesumastuti
Abstrak :
Konstruksi perempuan yang muncul dalam iklan, layar kaca, film maupun media lain menunjukkan salah satu karakter yang dimiliki oleh perempuan yang ideal adalah paras cantik atau menarik. Hal yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana dengan konstruksi sosial kecantikan perempuan yang bekerja di industri media (di belakang layar), apakah sama? Penelitian ini menggunakan teori Konstruksi Sosial dari Berger dan Luckmann. Dalam penelitian ini paradigma yang digunakan adalah konstruktivisme dan menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan pekerja perempuan khususnya mereka yang bekerja di belakang layar. Hasil penelitian menunjukkan Proses konstruksi sosial pada kecantikan perempuan yang bekerja di insitusi media terjadi melalui momen eksternalisasi, yaitu adanya anggapan bahwa bekerja di institusi media walaupun di belakang layar harus tetap memperhatikan penampilan wajah dan tubuh, lalu ada momen objektivasi yang terbagi dua yaitu karyawan perempuan merasa memang diperlukan untuk tampil menarik kapanpun itu dan sebaliknya merasa apabila tampilan menarik hanya diperlukan jika ada acara besar saja. Terakhir ada momen internalisasi yaitu proses sosialisasi melalui keluarga teman dan lingkunan sekitar yang terjadi pada setiap individu lalu kemudian hadir di momen eksternalisasi kembali. ......The construction of women who appear in advertisements, television screens, films and other media shows that one of the characters possessed by the ideal woman is a beautiful or attractive face. The question is, what about the social construction of women's beauty working in the media industry (behind the scenes), is it the same? This study uses Social Construction theory from Berger and Luckmann. In this study the paradigm used is constructivism and using qualitative methods. Data collection was carried out by in-depth interviews with women workers, especially those who worked behind the scenes. The results showed that the social construction process on the beauty of women who work in media institutions occurs through moments of externalization, namely the assumption that working in a media institution even though behind the scenes must still pay attention to the appearance of the face and body, then there is a moment of objectivation divided into two, namely female employees feel it is necessary to look good whenever it is and vice versa feel that if an attractive appearance is only needed if there is a big event. Finally there is the moment of internalization, the process of socialization through family friends and the surrounding environment that occurs in each individual and then present at the moment of externalization again.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andrine Prima Afneta
Abstrak :
Tesis ini membahas kebertubuhan perempuan dalam wacana erotika serta pornografi pada tayangan televisi Mata Lelaki dan Sexophone. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan paradigma kritis. Melalui analisis framing Gamson dan Modigliani, hasil penelitian menunjukan bahwa kebertubuhan perempuan dalam tayangan televisi dianggap sebagai instrumen dalam mengakumulasi modal. Kemampuan media untuk menampilkan sosok perempuan sebagai objek, menyebabkan eksploitasi fisik perempuan sebagai daya tarik tayangan. Kemenarikan fisik perempuan serta penggunaan wacana tubuh mereka dimanfaatkan oleh tayangan Mata Lelaki dan Sexophone untuk membawa imajinasi khalayak ke tema yang menjadi segmentasi program. Objektifikasi perempuan selalu disajikan dalam rancangan program, menjadi salah satu manifestasi eksploitasi perempuan. Perempuan diidentifikasi hanya sebatas kemenarikan fisik dan keterampilan yang lemah. Dari sini, perempuan di representasikan hanya untuk mendapatkan keuntungan yang besar dan cepat melalui kekuatan rating. ...... The focus of this study is women’s body and their embodiment in erotica and pornography discourse on Mata Lelaki and Sexophone program. This is qualitative research and using critical paradigm. Through Gamson and Modigliani's framing, the result shows that woman body and their embodiment in the television becomes instrument to accumulate the capital. The ability of the media to show women as an objects, led to the exploitation of women's physical attractiveness impressions. Physical attractiveness and bodies discourse of women exploited by Mata Lelaki and Sexophone to bring audiences imagination to the theme of the program segmentation. Objectification are always presented in the program design, become one of woman exploitation manifestation. Woman described in the physical beauty and weak ability. Woman is represented by television program to get large advantage rapidly through the power of rating.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sulistyowati
Abstrak :
Advertisement is one of the many facets of culture but has a deep influence to us. The influence is not only in the sociopsychology area but underneath it lies a set of ideology. To reveal this set of ideology will be the task of this thesis. Using the theory of Simone de Beauvoir, _the self_ and the other concept, this thesis will show how the ideology of patriarchy embedded in the body of advertisement.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S14583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>