Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lukmanul Hakim
"Kebutuhan energi umumnya di dunia dan khususnya di Indonesia semakin hari semakin meningkat, sedangkan pemasok utama energi tersebut berasal dari energi fosil. Energi fosil adalah energi yang tidak dapat diperbaharui, sehingga akan mengakibatkan kehabisan dikemudian hari. Untuk itu perlu ada upaya untuk mengatasi masalah tersebut, diantaranya dengan memanfaatkan energi alternatif. Energi alternatif dengan potensi yang sangat besar salah satunya adalah energi angin (dengan potensi sebesar 9 GW). Pemanfaatan energi angin tersebut dengan menggunakan teknologi turbin angin. Untuk di Indonesia, teknologi turbin angin menemui kendala berupa kecepatan angin yang rendah, khususnya di wilayah pemukiman. Solusi masalah tersebut adalah dengan penambahan suatu selubung (shroud) diantara rotor turbin angin. Motede yang dipakai pada penelitian ini adalah berupa numerikal dan ekperimental. Dengan berbagai variasi geometri (dengan dan tanpa penambahan flanged) , selubung disimulasikan sehingga didapat model selubung yang mampu meningkatkan kecepatan tertinggi. Setelah itu, dengan perbandingan bilangan Reynolds dibuat sebuah model uji yang diuji pada sebuah wind tunnel. Hasil dari penelitian ini adalah peningkatan kecepatan pada model selubung flanged lebih besar dibanding tanpa flanged.

The world's demand of energy, especially in the case of Indonesia, is increasing significantly. The high energy usage can create scarcity in the future as most of the energy used is based on non-renewable resources. Therefore it requires solutions to solve this problem; one of it is benefiting the presence of alternative energy. One of the most potential forms of alternative energy is the wind energy (with potential of 9 GW).The wind turbine technology can be used to harvest wind energy. But the wind has low velocity in Indonesia, especially in the suburban areas, and it becomes an obstacle for the wind turbine technology to be applied. The solution is the addition of shroud between the wind turbine rotors. Methods used in this research are numerical and experimental. With two varied models (with and without adding flanged), the shrouds are simulated in order to reach the highest speed. Using the Reynolds number comparison, a test model is constructed and tested to a wind tunnel. The result is the shroud with flanged gives more speed than the non-flanged model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42177
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Janindri Wiranti
"Semakin meningkatnya kebutuhan akan pasokan listrik serta semakin terbatasnya minyak bumi sebagai bahan baku pembangkit listrik menjadi salah satu alasan mengapa Sumber Daya Energi terbarukan (Renewable Energy) perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin. Salah satu Sumber Daya Energi Terbarukan yang dapat dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik adalah Angin. Studi dan Analisis potensi Angin diawali dengan pengumpulan dan pengolahan data kecepatan angin yang berasal dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sehingga didapatkan Nilai Statistik Potensi Angin. Analisis lebih lanjut dilakukan untuk menentukan Turbin Angin yang digunakan berdasarkan nilai Capacity Factor (CF). Parameter yang mempengaruhi nilai Capacity Factor antara lain power yang dihasilkan turbin sesuai spesifikasi turbin selama satu tahun serta power yang dihasilkan oleh kecepatan angin pada ketinggian turbin tertentu. Dari Analisis yang dilakukan pada Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang dengan kecepatan angin rata-rata tahun 2011 sebesar 3.3 m/s pada ketinggian 33 meter maka Turbin yang tepat untuk digunakan di lokasi tersebut adalah turbin 2g dan 3f dengan kapasitas masing-masing 600kW dan 750 kW.

Increasing demand for electricity and limited supply of petroleum as a raw material power are some reasons why the renewable energy resources is very advantageous. One of which can be used as power plant is wind (power). The study and analysis of wind potential begins with collection and processing of wind speed data derived from the Meteorology, Climatology, and Geophysics Agencies (BMKG), thus obtained wind potential statistic value. Further analysis was done to determine the wind turbines used on capacity factor (CF) value basis. Parameters that affect the capacity factor value are the energy resulted by turbines suitable to its specification within a year and produced by the wind speed at certain height of turbine. The analysis has been carried out at Depati Amir Airport, Pinang Kuala, in 2011. With an average wind speed by 3.3 m/s at a height of 33 meters, the appropriate turbines to be used in the location are 2g and 3f turbines, each with a capacity of 600 kW and 750 kW."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Adi Yuniarto Atmanugraha
"Emisi karbon telah menjadi isu global yang menjadi perhatian salah satunya dari segi penyediaan energi listrik. Pemanfaatan energi yang sebelumnya berasal dari bahan bakar fosil kini perlahan bergeser menjadi pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Dengan ketersediaan lahan dan potensi energi anginnya, wilayah Sulawesi Selatan memiliki potensi dalam pembangunan pembangkit listrik berbasis energi angin. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui potensi pembangunan turbin angin yang yang dikaji melalui potensi luas area dari wilayah yang dipilih, potensi pembangkitan energi berdasarkan tipe turbin, potensi pembangkitan energi berdasarkan pemanfaatan lahan, dan kelayakan secara ekonomi. Tiga jenis turbin yang digunakan dalam penelitian ini adalah turbin Eno Energy Eno-126 3.5, Enercon E-141 EP4, dan Envision EN-182-5.0. Berdasarkan penelitian ini, potensi pembangunan turbin angin yang layak secara ekonomi pada lahan seluas 2.581,28 Hektar yang berlokasi di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, adalah pembangunan turbin Envision EN-182-5.0 dengan kapasitas total 125 MW. Pembangunan tersebut mencangkup pembangunan 25 turbin angin dengan total biaya pembangunan sebesar 3,9 Triliun Rupiah. Turbin-turbin ini mampu membangkitkan energi listrik pada setahun pertama sebesar total 299,54 GWh dengan nilai Capacity Utilization Factor keseluruhan pada 27,36%. Secara keekonomian, pembangunan turbin ini memiliki nilai Levelized Cost of Electricity sebesar 1.164 IDR/kWh.

Carbon emissions have become a global issue, particularly in providing electricity. The utilization of energy, which previously based on fossil fuels, is gradually shifting towards renewable energy sources. With available land and it’s wind energy potential, the South Sulawesi region has the potential for developing wind energy-based power plants. This research aims to determine the potential for the development of wind turbines, assessed through the potency of available area on the selected region, energy generation potential based on turbine types, energy generation potential based on land utilization, and economic feasibility. Three turbine types used in this study are the Eno Energy Eno-126 3.5, Enercon E-141 EP4, and Envision EN-182-5.0 turbines. Based on this research, the economically viable potential for wind turbine development on a 2,581.28 Ha land located in Jeneponto Regency, South Sulawesi Province, is the construction of Envision EN-182-5.0 turbines with a total capacity of 125 MW. The development includes the construction of 25 wind turbines with a total construction cost of 3.9 trillion Indonesian Rupiah. These turbines can generate electrical energy for the first year totaling 299.54 GWh with an overall Capacity Utilization Factor of 27.36%. Economically, the construction of these turbines has a Levelized Cost of Electricity at 1,164 IDR/kWh."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdur Rouf
"Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV) merupakan jenis turbin angin yang dengan kecepatan angin rendah dapat menghasilkan listrik dan cukup mudah diterapkan pada beban kelistrikan yang terisolasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan desain sistem TASV dan sistem pasokan listrik yang paling optimal baik secara teknis maupun ekonomis untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T). Dengan pendekatan statistik Ordinary Kriging, nilai kecepatan rara-rata tahunan di Raja Ampat diestimasikan berdasarkan data historis kecepatan angin yang berasal dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika 2019 (BMKG) dan data National Oceanic and Atmospheric Administration 2019 (NOAA) sehingga distribusi kecepatan angin dapat diproyeksikan dengan menggunakan pendekatan distribusi Weibull dan Rayleigh. Parameter yang divariasikan meliputi spesifikasi turbin, kapasitas daya dan kecepatan angin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain TASV yang optimal untuk diimplementasikan di Raja Ampat adalah turbin 10 kW tipe darrieus dengan blade lurus, cut-in speed 1.5 m/s, kecepatan rated 9 m/s dan faktor kapasitas 20.9%. Untuk kebutuhan energi listrik rata-rata 1,074/pelanggan/tahun, Produksi Energi Tahunan sebesar 18,337 kWh/unit/turbin, 1-unit TASV dapat mensuplai energi listrik kepada 12 pelanggan atau 1-unit turbin dalam radius 1 km2 dengan kepadatan penduduk rata-rata 48 Jiwa/km2. Untuk memasok jumlah permintaan di Raja Ampat sebesar 459,797 kWh ditahun 2021, dibutuhkan sebanyak 25-unit TASV dengan LCOE 20.2 Sen USD / kWh / unit atau lebih rendah dari Biaya Produksi yang Diatur (21.34 sen USD / kWh). Hasil ini menunjukkan TASV merupakan alternatif yang tepat secara teknis dan ekonomis untuk beban kelistrikan di negara-negara kepulauan dengan banyak daerah terisolasi seperti Indonesia.

Vertical Axis Wind Turbine (VAWT) can generate electricity just by low wind speed and simply able to apply for isolated demands. This study aims to obtain the most optimal VAWT system design and power supply system both techno-economic to meet the demands in disadvantaged, frontier and outermost (3T) areas. By Ordinary Kriging method, the annual average velocity in Raja Ampat was estimated based on historical wind speed data from the 2019 Meteorology, Climatology and Geophysics Agency (BMKG) and the 2019 National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) so that the wind speed distribution can be projected using the Weibull and Rayleigh distribution. The varied parameters include turbine specifications, power capacity and wind speed. The results showed that the optimal VAWT design was the 10 kW straight blade Darrieus turbine, with a cut-in speed of 1.5 m/s, an rated speed of 9 m/s and a capacity factor of 20.9%. For demands an average of 1,074/customer/year, Annual Energy Production of 18,337 kWh turbine unit, then 1 unit can supply the demand for 12 customers or 1 units within a radius of 1 km2, with an average population density of 48 people/ km2. To supply the total demand in Raja Ampat of 459,797 kWh in 2021, 25-unit VAWT with a LCOE of 20.2 Cents USD/kWh or lower than the Regulated Production Cost (21.34 cents USD / kWh) were required. These results suggest that VAWT is a techno-economic viable alternative for electricity demand in archipelagic countries with many isolated areas such as Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzat Qolbi Hendrinov
"Desain geometri bilah memainkan peran krusial dalam menentukan efisiensi konversi energi turbin angin skala mikro, khususnya pada kecepatan angin rendah. Studi ini menyelidiki performa aerodinamis bilah taperless dengan dua konfigurasi sudut: twist linearisasi dan tanpa twist, pada tiga jenis airfoil (NACA 0012, NACA 4412, dan NACA 4415). Metodologi yang digunakan melibatkan simulasi numerik menggunakan pendekatan Blade Element Momentum (BEM) dan Computational Fluid Dynamics (CFD). Hasil menunjukkan bahwa konfigurasi tanpa twist mampu melampaui kinerja twist linearisasi, dengan peningkatan efisiensi hingga 20,89% berdasarkan BEM dan 5,09% berdasarkan CFD. Airfoil NACA 4412 dengan sudut tetap 7° menghasilkan koefisien daya (Cp) maksimum sebesar 0,529 (BEM) dan 0,495 (CFD), menjadikannya konfigurasi paling optimal di antara seluruh skenario yang diuji. Sementara itu, twist linearisasi terbaik dicapai pada 85% span bilah, dengan Cp maksimum sebesar 0,502 (BEM) dan 0,471 (CFD). Performa optimal airfoil juga menunjukkan bahwa sudut tanpa twist yang efektif bervariasi tergantung karakteristik geometrik masing-masing airfoil. Hasil ini merekomendasikan pendekatan desain bilah tanpa twist sebagai solusi aerodinamis dan manufaktural yang efisien untuk sistem pembangkit listrik tenaga angin skala mikro di wilayah berkecepatan angin rendah.

The aerodynamic blade geometry critically influences energy conversion efficiency in micro-scale wind turbines, especially under low wind speed conditions. This study evaluates the aerodynamic performance of taperless blades configured with linear twist and fixed-angle (no twist) designs across three airfoil types: NACA 0012, NACA 4412, and NACA 4415. Numerical analysis was conducted using the Blade Element Momentum (BEM) method and Computational Fluid Dynamics (CFD). Results demonstrate that the no-twist configuration consistently outperforms the linear twist, with up to 20.89% improvement in BEM and 5.09% in CFD simulations. The NACA 4412 airfoil with a fixed 7° angle achieved the highest power coefficient (Cp), reaching 0.529 (BEM) and 0.495 (CFD), making it the most efficient among all tested scenarios. In comparison, the optimal linear twist configuration at 85% blade span yielded a Cp of 0.502 (BEM) and 0.471 (CFD). The optimal fixed angle varied across airfoil types, depending on camber characteristics, indicating that higher camber airfoils require greater angles of attack for maximum lift. These findings support the implementation of fixed-angle taperless blades as a practical and efficient design strategy for micro wind turbines operating in low wind regions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina
"ABSTRAK
Torsi cogging adalah torsi yang ada pada setiap generator magnet permanen, muncul karena adanya interaksi antara slot pada stator dengan medan elektromagnetik yang dihasilkan oleh magnet permanen pada rotor. Torsi ini menghambat kerja generator untuk menghasilkan daya listrik Penelitian ini memfokuskan pada reduksi torsi cogging pada generator magnet permanen dengan metode anti notch. Akibat adanya anti notch, maka dilakukan penurunan model matematik dari kerapatan fluks magnetik normal Bn = Bar dan kerapatan fluks magnetik tangensial Bt = Ba? . Persamaan torsi cogging yang baru berdasarkan perbedaan radius tepi dalam stator pada posisi-posisi tertentu. Validasi persamaan matematik melalui perhitungan dengan MATLAB dan FEMM. Metode anti notch efektif untuk menurunkan torsi cogging namun perubahan energi yang berhubungan dengan efisiensi tidak banyak berubah. Dengan penambahan anti notch maka nilai Bt turun sehingga torsi cogging minimal. Hasil torsi cogging yang didapatkan antara keduanya tidak persis sama nilainya, namun pola dan kecenderungannya sama, yaitu cenderung mendekati nol dan lebih stabil dibandingkan dengan model referensi. Persentase reduksi torsi cogging untuk model sederhana anti notch adalah 92,9 dan 97,03 . Eksentrisitas rotor yang diijinkan antara 0,5 sampai 1 derajat. Torsi cogging minimal akan memperhalus jalannya rotor, sehingga pada kecepatan angin rendah, rotor akan berputar untuk menghasilkan daya listrik

ABSTRACT
Cogging torque is the remaining torque of any permanent magnet generator, arising from the interaction between the stator slot and the electromagnetic field brought about by the permanent magnet on the rotor. This torque discourages the performance of the generator to generate electrical power. This research concentrates on reducing cogging torque on the permanent magnet generator by anti notch method. As a following of the anti notch, the mathematical model is derived from normal magnetic flux density Bn Bar and tangential magnetic flux density Bt Ba . The new cogging torque equation is based on the diversity in the edge radius in the stator at particular positions. Validate mathematical equations through computations with MATLAB and FEMM. An adequate anti notch method for reducing cogging torque but energy related changes in efficiency has not varied considerably. With the extension of anti notch thus the value of Bt down so that the minimum cogging torque. The result of the cogging torque achieved between the two is not precisely the same value, but the pattern and trend are the same, which tends to be near zero and further steady than the reference model. The percentage of cogging torque reduction for simple anti notch models is 92.9 and 97.03 . The permissible rotor permeability is between 0.5 to 1 degree. Minimum cogging torque will lighten the rotor course, so at moderate wind speeds, the rotor will rotate to generate electrical power."
2018
D2399
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Gayatri Dharmaraditya
"Seiring dengan pengalihan penggunaan minyak bumi sebagai sumber energi listrik, energi terbarukan menjadi sumber energi menjanjikan salah satunya adalah pembangkit listrik tenaga angin. Namun tenaga angin memiliki kekurang dikarenakan sumber angin yang berubah ubah membuat sistem tidak linear. Permanent Magnet Synchronous Generator digunakan sebagai generator dikarenakan sangat cocok untuk turbin angin kecil sedangkan untuk konversi sinyal AC ke DC kali ini menggunakan rangkaian rectifier aktif dengan menggunakan metode kendali yang dikenal dengan voltage oriented control. Untuk membuat daya yang didapatkan dapat maksimal, turbin angin menggunakan MPPT maximum power point tracking untuk mencari tegangan referensi DC maksimum sehingga dapat berada pada daya maksimal. Hasil simulasi membuktikan bahwa menggunakan recitfier aktif dengan pengendali beroritentasi tegangan dapat dilakukan.

Due to the change of using crude oil as an energy source, renewable energi became a future souce energy for example wind energy. However, wind energy has a drawback because the source is change easily making a system non linear. Permanent Magnet Synchronous Generator is used to be a generator because it it iss suitable for small wind turbine. Meanwhile, for AC to DC signal conversion, this reseach using active rectifier circuit with a control metode called voltage oriented control For generate the maximum power, wind turbine use MPPT maximum power point tracking for searching the optimum of voltage reference thus the power can be steady in maximum value. The result of this simulation is wind turbine using active rectifier and use voltage oriented control can be implemented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zidane Ramadhan Zulkifli
"Energi listrik merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan modern, namun sebagian besar masih dipenuhi oleh pembangkit berbahan bakar fosil yang berdampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu solusi berkelanjutan adalah energi angin, yang memiliki potensi besar untuk diterapkan di daerah dengan kecepatan angin tinggi. Penelitian ini menganalisis potensi energi listrik di kawasan Gunung Merbabu, khususnya di Desa Pogalan, menggunakan pemodelan dan simulasi turbin angin. Analisis dilakukan dengan data kecepatan angin dari NASA POWER Data Access Viewer pada ketinggian 10 meter (2018–2022). Model turbin angin yang digunakan adalah The Sky Dancer-500, dengan simulasi menggunakan MATLAB Simulink. Hasil menunjukkan rata-rata daya listrik per hari berkisar antara 344.88 Watt hingga 470.46 Watt menggunakan satu turbin angin. Perhitungan manual dengan Excel menghasilkan daya lebih tinggi dibandingkan simulasi MATLAB, dengan rata-rata efisiensi model sebesar 8779%. Perbedaan ini disebabkan simulasi menggunakan algoritma aerodinamika yang lebih kompleks dan mempertimbangkan parameter yang lebih luas. Temuan ini mengindikasikan bahwa kawasan Gunung Merbabu memiliki potensi untuk implementasi turbin angin skala kecil, khususnya untuk kebutuhan listrik rumah tangga.

Electric energy is a fundamental necessity in modern life; however, most of it is still generated from fossil fuel-based power plants, which negatively impact the environment. One of the common sustainable solutions is wind energy, which has significant potential for implementation in areas with high wind speeds. This study analyzes the potential of wind energy in the Gunung Merbabu area, particularly in Desa Pogalan, using wind turbine modeling and simulation. The analysis utilized wind speed data from the NASA POWER Data Access Viewer at a 10-meter height (2018–2022). The wind turbine model used was The Sky Dancer-500, with simulations conducted using MATLAB Simulink. Results showed that the average daily electrical power generated ranged from 344.88 Watts to 470.46 Watts using a single wind turbine. Manual calculations in Excel produced higher power output compared to MATLAB simulations, with the model's average efficiency being 87.79%. The differences are attributed to the simulation's use of more complex aerodynamic algorithms and broader parameter considerations. These findings indicate that the Gunung Merbabu area has promising potential for small-scale wind turbine implementation, particularly for household electricity needs."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Gasch, editor
"Wind power plants teaches the physical foundations of usage of wind power. It includes the areas like construction of wind power plants, design, development of production series, control, and discusses the dynamic forces acting on the systems as well as the power conversion and its connection to the distribution system."
Berlin: Springer, 2012
e20418151
eBooks  Universitas Indonesia Library