Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ririh Yudhastuti
Abstrak :
Sungai Ciliwung selain berperan dalam urat nadi perdagangan dan pintu pertahanan kota Jakarta. Juga berperan sebagai sumber air minum bagi penduduk yang bertempat tinggal disekitar aliran sungai Ciliwung. Pada saat ini keadaan sungai tersebut cenderung demikian. Dimana penduduk yang berada di kelurahan Manggarai masih mempergunakan air Ciliwung sebagai sumber kehidupan. Selama periode tahun 1983 - 1986 sungai Ciliwung dikatakan tercemar berat akibat buangan limbah domestik, Pabrik dan pencemaran oleh industri kecil sepanjang tepi sungai. Menghadapi masalah tersebut perlu diusahakan suatu teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air menjadi bersih terutama bagi nasyarakat yang tinggal di sekitar sungai. Salah satu alternativ pembersihan yang dapat menghasilkan air bersih (dalam hal mikrobiologi) yaitu penggunaan zeolit. Cara ini bisa dilakukan perorangan ataupun bersama-sama dalam waktu relatif singkat untuk menghasilkan air bersih. Zeolit banyak ditemukan di Negara kita dan harganya tidak jauh berbeda dengan pasir, atau bubuk arang aktif, tetapi mempunyai efektifitas yang lebih tinggi dalam adsorpsi kuman-kuman. Dalam penelitian ini telah dilakukan suatu eksperimen yang menggunakan zeolit alam tanpa diaktifasi tetapi dibuat butiran-butiran agar mudah dimasukkan dalam colum / tabung kaca yang dibawahnya terdapat kran pengatur aliran air, untuk mengetahui dosis dan kecepatan aliran air yang optimum untuk mendapatkan jumlah sisa kuman-kuman dalam sampel air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zeolit sangat baik untuk menurunkan jumlah kuman-kuman dalam air limbah domestik sungai Ciliwung. Pemerian zeolit dipengaruhi oleh dosis dan kecepatan aliran air, Yaitu semakin, tinggi dosis yang diberikan makin sedikit sisa kuman demikian pula semakin lambat kecepatan aliran air semakin sedikit sisa jumlah kuman dalam air. Hal ini dikarenakan adsorpsi zeolit terhadap kuman-kuman dalam air membutuhkan waktu dan kontak lebih lama.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullatief
Abstrak :
Air adalah nomor satu lingkungan. Kualitas air dapat dirubah dengan cara diencerkan atau diolah. pH Air dan tanah dapat diperbaiki dengan proses pencucian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan pH air dan pH tanah karena adanya pengembangan rawa dengan sistem pencucian (leaching). Selain itu Pula hubungannya dengan penempatan penduduk transmigrasi dan lokal yang membuang limbahnya ke dalam saluran-saluran pematusan sehingga perubahan pH air tidak banyak, karena dicemari oleh limbah domestik dari penduduk tersebut. Penelitian ini telah dilaksanakan dari, bulan Juni 1987 sampai bulan Desember 1987. Selanjutnya diteliti juga persepsi masyarakat Karang Agung Hulu terhadap pengaruh perubahan pH air dan pH tanah dalam kaitannya dengan kesuburan dan produktifitas tanaman. Metodologi yang digunakan untuk mengetahui pH air dan pH tanah adalah dengan pengukuran dan analisis laboratorium serta pengambilan sampel dengan Cara stratified random sampling. Daerah penelitian dibagi atas 4 strata yaitu strata I sepanjang saluran primer I, strata II sepanjang saluran primer II, strata III sepanjang saluran primer IV dan strata IV sepanjang saluran primer III dan V. Jumlah titik pengukuran pH air dan tanah adalah 22 titik pada.lokasi.yang dikembangkan dan.sebagai pembanding 17 titik di lokasi yang tidak dikembangkan. Untuk analisa laboratorium diambil masing-masing 5 sampel air dan 5 sampel tanah. Selanjutnya untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pengaruh perubahan pH digunakan pengambilan data dengan kuesioner sebagai instrumen sebanyak 107 responden secara acak (random sampling). Baku mutu air yang digunakan mengacu kepada: 1. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 Sumatera Selatan No: 407/SK/XI/Tahun 1991, 2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 173/Men.Kes/Per/ VIII/'77 Tahun 1977, 3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 01/BIRHUKMAS/11 1975. 4. Baku mutu kesuburan tanah mengacu kepada ketentuan Lembaga Penelitian Tanah Bogor, 1970. Metoda statistik yang dipakai untuk mengetahui pengaruh pengembangan rawa terhadap pH air dan pH tanah digunakan uji T untuk dua kelompok. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perbedaan yang signifikan pada pH air dan tanah antara daerah sebelum dikembangkan dan setelah dikembangkan, yaitu diperoleh T hitung sebesar: 4,3822 untuk pH air, dan 3,3666 untuk pH tanah. 2. Dari perhitungan di atas dapat kita ketahui bahwa pH pada daerah yang telah dikembangkan adalah lebih tinggi dari daerah yang tidak dikembangkan. Sebagai contoh pH air dari 4,1136 berubah menjadi 4,6277. Sedangkan pH tanah dari 3,7000 berubah menjadi 3,888. Dari hasil analisa tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesa satu dan dua adalah terbukti (signifikan). Dengan demikian, maka hipotesa 1 yang mengatakan ada pengaruh pengembangan rawa pasang surut terhadap pH air dan pH tanah di daerah Karang Agung Hulu terbukti. Perhitungan rata-rata (mean) dari 107 kuesioner diperoleh sebesar 26,168 dari skor tertinggi sebesar 60. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa 2, yaitu masyarakat di daerah Karang Agung Hulu belum mengetahui akibat perubahan pH air dan pH tanah terhadap kesuburan tanah dan produktifitas tanaman, juga terbukti.
Water is number one of importance in the Environment. The water quality can change due to dilution or treatment. Soil and water pH can improve by the leaching process. The objectives of this research are as follows: 1. To study the changes of soil and water pH as the result of swamp development through the leaching process and their correlation with the domestic waste from the transmigration and local population. 2. The community perception about the impact of changes of soil and water pH, correlation with the soil fertility and productivity. The study of impact of the swamp development to the environmental quality at Karang Agung Hulu was carried out from June 1987 until December 1987. The project area was divided into four strata. Stratum I, located on the sides of the Primary Canal I. Stratum II, located on the sides of the Primary Canal II. Stratum III, located on the sides of the Primary Canal IV, and Stratum IV on the sides of the Primary Canals III and V. In this study is used the incite measurement and laboratory analysis method of pH. Sampling was carried out by stratified random sampling. Data pH collecting with pH measurement. 22 sample point of soil and water pH were measured at the swamp development area and 17 sample point at the swamp not developed area, as comparison. 5 Soil and water sample are taken for laboratory analysis. Data collected was conducted by way of observation, interview and questionnaires of 107 respondents. The water quality standard used was issued by the: 1. The South Sumatera Governor Decree No:407/SK/XI/1991, 2. Ministry of Health Decree No: 173/Men.Kes/Per/VIII/1977, 3. Ministry of Health Decree No. Ol/BIRHUKMAS/I/1975. 4. The soil fertility standard used was issued by the: Lembaga Penelitian Tanah Bogor. Statistical method used in this research is the T test. The results of the research can be summarized as follows: 1. The significant differences of soil and water pHs between the area before development and after development with T test = 4,3822 for water pH and 3,3666 for Soil pHI; 2. From the above calculations we can know the average pH, that at the developed area is higher than the area that was not developed, namely: water pH = 4,1136 changes to 4,6277 and Soil pH from 3,700 be-came 3,888. From the results of the study we conclude that first and second hypothesis are significant; The mean calculation from the questioner is 26,168 from the highest score is 60. It is mean that the transmigration community didn't know the impact of changes of soil and water pHs to drinking water and soil fertility, so the third hypothesis is also significant.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komalasari
Abstrak :
Peraturan Menkes RI No.416 tahun 1990 dalam standar kualitas Air Minum menyatakan bahwa air minum tidak boleh terdapat bakteri Eschericia coil dalam 100 ml contoh air. Adanya bakteri Coliform merupakan indikasi air tercemar kuman pathogen, sehingga bakteri Coliform merupakan indikator pencemaran air secara mikrobiologis. Bakteri E. coil dapat menyebabkan Gastroenteristis. Salah satu cara mengurangi bakteri bakteri E. coil pada proses pengolahan air adalah dengan proses koagulasi (penggumpalan) yang diikuti proses flokulasi (pembentukan flok) dan sedimentasi (pengendapan flok). Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan koagulan adalah penggunaan koagulan yang tepat untuk tingkat kekeruhan air baku yang sudah ditentukan (dalam hal ini kekeruhan tinggi). Koagulan yang umum digunakan adalah A12(SO4), yang biasa disebut tawas atau alum, karena cukup murah dan mudah didapat dipasaran. Kenyataan menunjukkan tingkat kekeruhan air baku (dalam hal ini sungai Ciliwung) semakin tinggi sehingga diperlukan koagulan altematif yang lebih efektif. Penggunaan koagulan PAC (Poly Aluminum Chlorida) sebagai koagulan alternatif yang lebih efektif untuk air baku kekeruhan tinggi. Metode penelitian ini adalah true eksperimental. Sebagai kelompok eksperimen adalah sampel air baku yang diberi koagulan PAC, sedangkan kelompok pembanding adalah sampel air bake yang diberi koagulan Alum atau Tawas. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium, yaitu melalui analisa jartes untuk menentukan dosis optimum koagulan. Percobaan dilakukan di laboratorium pusat PAM Jaya dengan mengambil sampel air baku kekeruhan tinggi (100 - 500 NTU) dan melakukan lima kali percobaan dengan total sampel 30. Dosis koagulan yang digunakan adalah 20, 25, 30, 35, 40, 45 ppm. Hasil yang diperoleh adalah Reduksi Eschericia coils rata-rata oleh PAC adalah 88.3166 dengan reduksi maksimum 99.97 % dan oleh Alum adalah 73.30 % dengan reduksi maksimum 96.67%. Secara statistik beda reduksi PAC terhadap Alum adalah perbedaan bermakna dengan nilai p < 0,05. Dosis optimum rata-rata PAC adalah 20 ppm dengan rata-rata reduksi 89.01 %. Dosis optimum rata-rata Alum adalah 30 ppm dengan rata-rata reduksi 81.60 %. Melihat kualitas air yang dihasilkan terhadap parameter pH, kekeruhan, dan E. coil lebih baik menggunakan PAC. Nilai rata-rata kualitas air pada pemberian dosis optimum PAC adalah : kekeruhan 7.2 NTU, pH akhir 7.08 dan reduksi E. coil 97.29%. Nilai rata-rata kualitas air pada pemberian dosis optimum Alum adalah : kekeruhan 16.2 NTU, pH 6.8 dan reduksi E. coil 95.06%. Secara ekonomis didapat penghematan yang cukup besar, yaitu dengan pemakaian PAC dapat dihemat biaya Rp 47.740.400/bulan untuk Instalasi I PAM DKI Jaya. Perhitungan ini diambil dari penghematan penggunaan dosis koagulan dan dosis kapur tohor, dimana dengan PAC tidak diperlukan pemakaian kapur tohor untuk menaikkan pH. Dari hasil ini disarankan untuk air baku kekeruhan tinggi PAC dapat dijadikan koagulan pengganti Alum, karena dan segi teknis lebih menguntungkan, yaitu tidak perlu penambahan kapur tohor untuk menetralkan pH dan mengurangi dosis Kaporit pada proses desinfeksi serta waktu digunakan lebih pendek, dari segi biaya lebih hemat, dan dari segi kualitas air yang dihasilkan lebih baik. ......In general, raw water which comes from the river has been contaminated by human or animal feces which are shown by the existing of an organism society called Coli form such as Bacterium cola, Bacillus coil or Escherichia cola which are the ones of microbiologies parameter. The existent of Coli form bacteria is an indicator of pathogenic bacteria, so the Coli form bacteria is an indicator of microbiological water contamination. Ministry of health regulation no.416 1990 for standardization of drinking water states that the drinking water mustn't contain the Escherichia coil bacteria in 100 ml the sample of water. The E. cola bacteria may cause Gastroenteritis. One way of reducing E.coli bacteri in the water treatment is by coagulation process which is followed by flocculation and sedimentation. One factor which determined the success of coagulation is the use of the right coagulant for determined standard turbid raw water (in high turbid level matter). The most commonly used coagulant is the AI2(SO,), called "Tawas" or "Alum", it is quite cheap and can be found easily. The fact shows that the high turbid level of raw water (in Ciliwung river matter) is getting higher, so an alternative of more effective coagulant is needed. Use of the PAC (Poly Aluminum Chloride) coagulant is more effective for high turbid level raw water. Method used in this research is true experimental. The experiment group consists of samples of raw water with the PAC coagulant, compared with samples of raw water with Tawas or Alum coagulant. Research was done in a laboratory scale, through jartest analysis to decide the optimum dose of coagulant. The experiment was done at the PAM Jaya laboratory by taking samples of high turbid of raw water (100-500 NTU) and doing 5 times experiment with total samples of 30. The coagulant doses used of are 20, 25, 30, 35, 40, 45 ppm. Average reduction of E. cola by the PAC is 88.32%, with maximum reduction of 99.97%, and by the Alum is 73.3% with the maximum reduction of 96.67%. Statistically, the reduction difference between PAC and Alum is (15.02 ± 5.33) % with p 0.05 in CI 95% of significant difference. The average optimum dose of PAC is 20 ppm with average reduction of 89 %. The average optimum dose of Alum is 30 ppm with average reduction of 81.6%. If we see the produced water quality the parameters like : pH, turbidity, and E.coli, it would be better for us to use the PAC. The average values of water quality with PAC optimum dose given are: the turbidity is 7.2 NTU, the last pH is 7.08 and the E. coil reduction is 97.29%. Conditions with Alum are: the turbidity is 16.2 NTU, the PH is 6.8 and the E.coli reduction is 95.06%. Economically, by using the PAC we can save costs for about Rp 47.740.0001month. This calculation was done by savings in coagulant dose and in quick-lime dose, which by using the PAC we do not need the quick-lime to increase the pH anymore. Using the results obtained, it's recommended, for the high level turbidity of the raw water, to use the PAC as a substitution of Alum. Technically, it gives more revenues by not using the quick-lime addition to neutralize the pH, reduces the "Kaporit" dose in the disinfection process, and shortens the process time. We can also reduce costs, because it's cheaper, and we can get better water quality than before.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T3944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lendrawati
Abstrak :
ABSTRAK
Flotasi merupakan salah satu proses pemisahan, dan telah banyak diaplikasikan dalam industri logam, non logam dan proses pengolahan maupun pemurnian air. Penelitian mengenai flotasi dan aplikasinya telah banyak dilakukan dalam skala laboratorium untuk selanjutnya dapat dipakai dalam skala industri.

Penelitian ini mencoba memanfaaatkan fiotasi guna menurunkan warna air sungai lahan gambut agar Iayak konsumsi. Logam yang digunakan yaitu Ca dan Mg. Penelitian dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama adalah mengetahui apakah flotasi dapat digunakan untuk menurunkan kadar warna air gambut, dengan menentukan kondisi optimum flotasi larutan kompleks logam-humat yaitu, pH dengan variasi 5, 6, 7, 8, 9 dan konsentrasi surfaktan dengan variasi konsentrasi dodesilamin; 0, 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, dan 80 ppm. Tahap kedua adalah menerapkan flotasi dalam kondisi optimum untuk menurunkan warna air gambut Sungai Dumal, Riau. Sebelum masuk tahap pertama, harus ditentukan dulu berat molekul rata-rata asam humat dan perbandingan stoikiometri logam-humat. Pada fIotsi sampel, dilakukan variasi konsentrasi logam dan variasi berat kapur tohor. Parameter air yang diukur adalah kadar wama, kekeruhan, kadar logam, DHL, pH, bilangan KMn04, dan kesadahan. Parameter tersebut diukur sebelum dan sesudah flotasi.

Berat molekul rata-rata asam humat ditentukan dengan menggunakan viscometer ostwald dan data menunjukkan bahwa asam humat yang dipakai pada penelitian mi memiliki berat moekuI sebesar 109.406 g/mol. Perbandingan stoikiometri Ca: Humat sekitar 55: 1 sedangkan Mg : Humat sekitar 36: 1. Flotasi Ca-Humat dapat berjalan secara optimum pada pH 6 dan [dodesilamin] = 50 ppm dengan penurunan warna ±89% sedangkan untuk flotasi Mg-Humat, pH 7 dan [dodesilamin] = 40 ppm dengan penurunan warna ±92%. Flotasi sampel air gambut Sungai Dumai dengan menambahkan logam sebesar 10 ppm dapat menurunkan kadar warna ±96% (flotasi dalam kondisi optimum Ca-Humat) dan ±81% (flotasi dalam kondisi optimum Mg-Humat). Flotasi dengan menggunakan kapur tohor sebanyak 0,20 g untuk 250 ml sampel, menghasilkan penurunan warna sebesar ±95%.

Selain mempengaruhi kadar warna, flotasi juga mempengaruhi parameter air lainnya yaitu DHL, kekeruhan, kadar logam, kesadahan, dan bilangan KMn04. Diantara parameter tersebut, bilangan KMn04 air hasil flotasi belum memenuhi standar baku mutu air minum.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verrel Alhafizh
Abstrak :
Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan bahan bakar minyak bumi untuk transportasi yang tak diimbangi dengan persediaannya yang semakin menipis, maka diperlukan energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar fosil. Salah satu bahan bakar alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu bioetanol. Etanol hasil fermentasi memiliki kemurnian 5-12 %b/b, dimana rentang konsentrasi ini belum memenuhi fuel grade ethanol dimana kemurnian dari ethanol harus diatas 95 %v/v. Untuk itu, diperlukan proses pemurnian lanjut terhadap etanol. Salah satu proses pemurnian yang ekonomis dan efektif untuk digunakan dalam mengatasi kendala terbentuknya campuran azeotrop antara etanol dan air yaitu proses adsorpsi. Pada penelitian ini, membahas proses pemurnian tahap awal dari campuran etanol-air menggunakan proses adsorpsi kontinyu unggun tetap dengan dua jenis karbon aktif sebagai adsorben. Material adsorben yang diuji dalam penelitian ini yaitu karbon aktif Calgon dan Karbon aktif Haycarb terhadap etanol dengan kemurnian 10%v/v dan 50%v/v. Uji adsorpsi dilakukan dengan kondisi operasi suhu dan tekanan ruangan(20oC dan 1 atm, serta laju alir 10 mL/menit melalui kolom adsorpsi unggun tetap secara kontinyu selama 5 jam hingga adsorben karbon aktif jenuh. Hasil dari penelitian ini berupa kurva breakthrough yang menunjukkan performa adsorpsi yang dilakukan, sehingga didapatkan bahwa karbon aktif Calgon dengan luas permukaan yang lebih tinggi merupakan adsorben yang paling baik digunakan dengan hasil kemurnian etanol yang paling tinggi, yaitu sebesar 59,36%v/v untuk konsentrasi awal etanol 50%v/v dan 27,46%v/v untuk konsentrasi awal etanol 10%v/v.
As the increasing the demand of petroleum for transportation that is not balanced with the diminishing supply of petroleum, alternative energy is needed to replace fossil fuels. One alternative fuel that has a potential to be developed is bioethanol. Concentration result from fermentation has a purity of 5-12 %w/w, where this concentration range is not fulfilled the fuel grade ethanol that has ethanol purity above 95%. Therefore, further purification of ethanol is needed. One of the economically and effective purification process to be used in overcoming the formation of azeotropic mixture in ethanol water is adsorption process. In this study, the process of initialbstages purification of ethanol water mixture using a fixed bed continuous adsorption process with two types of activated carbon as an adsorbent is discussed. The adsorbent materials used in this study were Calgon activated carbon and Haycarb activated carbon toward ethanol with a 50%v/v and 10%v/v purity. This research is carried out under operating conditions of atmospheric temperature and pressure (20oC dan 1 atm), and flow rate of 10 mL/minutes through a fixed-bed continuous adsorption column for 5 hours until the activated carbon adsorbent is saturated. The results of this study are presented in breakthrough curves that shows the adsorption performance. Therefore, it is indicated that Calgon activated carbon which has a higher surface area is the best adsorbent to be used with the highest ethanol purity yield, which is 59,36%v/v for ethanol initial concentration 50%v/v, and 27,46%v/v for ethanol initial concentration 10%v/v.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samantha Juliana
Abstrak :
Desorpsi oksigen menggunakan kontaktor membran serat berongga polivinil klorida dilakukan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan kontaktor membran berdasarkan studi perpindahan massa dan hidrodinamika, serta menganalisis struktur morfologi membran PVC dan kesesuaiannya untuk desorpsi oksigen. Penelitian ini dilakukan dengan mengalirkan air pada selongsong, sedangkan udara vakum dalam serat, dengan memvariasikan laju alir air (1-5,25 liter/menit) dan jumlah serat (50, 60, 70 serat). Berdasarkan studi perpindahan massa diperoleh fluks oksigen sebesar 0,037 – 0,15 g/m2.h, koefisien perpindahan massa sebesar 1,118x10-6 m/s – 4,311x10-6 m/s, dengan korelasi Sh=(0,0015φ2-0,0319φ+0,338)Re(0,0014φ2-0,0499φ+1,086). Parameter performa perpindahan massa, kLa mencapai 0,00124 s-1 (tiga kali lebih besar dari kontaktor konvensional). Berdasarkan studi hidrodinamika, friksi terbesar mencapai 40 kali lebih besar dibandingkan friksi pipa halus, dengan korelasi f=(10,645φ2-216,1φ+1125,9)Re(-0,0086φ2+0,145φ-1,176). Berdasarkan uji FESEM, membran PVC memiliki struktur permukaan selimut yang kompak yang menghasilkan stabilitas mekanik dan ketahanan terhadap fouling yang baik serta memiliki banyak pori yang meminimalkan tahanan perpindahan massa. ......Oxygen desorption with PVC hollow fiber membrane contactor is done in this research. The purpose of this research is to evaluate application of membrane contactor based on mass transfer and hydrodynamic study and to analyze structure of PVC membrane and its compatibility to desorp oxygen. This research applied by flowing water in shell side, while gas in lumen side is vacuumed by varying water flow rate (1-5.25 litre/min) and number of fibers (50, 60, 70 fibers). According to mass transfer study, oxygen flux achieved is 0,037 – 40,15 g/m2.h, mass transfer coefficient achieved is 1,118x10-6 m/s – 4,311x10-6 m/s, with correlation of Sh=(0.0015φ2-0.0319φ+0.338)Re(0.0014φ2-0.0499φ+1.086). Mass transfer performance’s parameter, kLa reaches 0.00124 s-1 (three times higher than conventional contactor). According to hydrodynamic study, the largest friction is 40 times higher than friction in smooth pipe, with correlation of f=(10.645φ2-216.1φ+1125.9)Re(-0.0086φ2+0.145φ-1.176). From FESEM test, PVC membrane has compact structure which leads to better mechanic stability and resistance toward fouling and high-pore structure which decreases mass transfer resistance.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldev Caesar Syafinal
Abstrak :
Air (H2O) memainkan peranan penting di bumi. Air mencakup sekitar 70 persen dari planet ini dan sangat penting bagi semua kehidupan di bumi. Misalnya, makhluk hidup tidak dapat hidup tanpa air dan air juga merupakan sumber daya yang sangat diperlukan bagi perekonomian. Air minum yang aman sangat penting untuk membentuk kehidupan manusia dan lainnya. Namun, karena pencemaran air limbah meningkat dari dunia industri yang berujung memberikan dampak yang serius bagi dunia termasuk lingkungan, sosial dan enterprise. Oksidasi katalitik dari fenol dipelajari dalam penelitian ini. Senyawa fenolik ini sangat umum di industri petrokimia, kimia dan farmasi, yang menghasilkan air limbah yang mengandung organik berbahaya untuk manusia dan lingkungan sebagai beberapa derivatif, bersifat karsinogenik dan tidak dapat didegradasi secara alami. Teknologi yang ada sudah cukup untuk menangani permintaan air limbah tetapi tidak sepenuhnya efisien. Oleh karena itu, tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui metal transisi yang paling cocok dan katalis logam mulia dengan MnO8 sebagai pendukung untuk menurunkan fenol efisien dalam kondisi optimal. MnO8 telah dipilih sebagai dukungan karena memiliki katalis heterogen terbaik karena sifat fisika dan kimia. Selain itu, MnO8 tidak terlalu beracun dan ramah lingkungan dibandingkan logam lainnya seperti Cobalt yang membantu dalam meminimalkan polusi sekunder selama perawatan air saat pencucian terjadi. ......Water (H2O) plays an important role to the Earth’s surface. It covers about 70 percent of the planet. It is vital for all life in Earth. For example, living thing can’t live without water and water is also an indispensable resource for the economy. Safe drinking water is essential to human and other life form. However, due to the risen of industry world, wastewater pollution has given serious impact to the world including environment, social and enterprise. The catalytic oxidation of phenol is studied in this research. Phenolic compound is exceptionally common in the petrochemical, chemical and pharmaceutical industries, which produce wastewater containing large amounts of organics perilous to humans and the environment as some of the derivatives, are carcinogenic and not biodegradable. The existing technology is sufficient to handle the demand of wastewater but it is not fully efficient. Hence, purpose of our research is to find out the most suitable transition and precious metal catalyst with MnO8 support to degrade phenol efficiently in optimum condition. MnO8 support has been chosen as the support because it has excellent heterogeneous catalyst due of its physical and chemical properties. Besides, it is fairly toxic and environmentally friendly than any other metal such as Cobalt which helps in minimizing secondary pollution during water treatment when leaching occurs.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44656
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Verenia Sembiring
Abstrak :
Sebagai perusahaan minyak dan gas bumi, CNOOC SES Ltd. memiliki beberapa wilayah kerja, salah satunya adalah Pulau Pabelokan. Pada pulau tersebut berlangsung aktivitas yang menghasilkan air limbah, yaitu aktivitas di dapur, tempat laundry, kamar mandi, dan toilet. Sebelum dialirkan ke badan air terdekat, air limbah tersebut diolah di sewage treatment plant yang terdiri dari beberapa unit, yaitu ash tank, grease trap, aeration tank, abiotech tank, dan activated carbon tank. Unit abiotech tank merupakan unit pengolahan air limbah secara biologis dengan prinsip attached growth reactor. Keberadaan biofilm pada tangki ini memungkinkan terjadinya kombinasi reaksi nitrifikasi-denitrifikasi yang berdampak pada penurunan konsentrasi amonia. Namun, berdasarkan data harian kualitas air limbah STP Pabelokan, setiap hari terjadi peningkatan konsentrasi amonia sebesar rata-rata 20-30% setelah air limbah melalui proses pengolahan di unit abiotech tank. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kenaikan konsentrasi amonia tersebut dan memberikan solusi pencegahan. Kegiatan operasional pihak pengelola STP Pabelokan yang diduga dapat menjadi faktor penyebab kenaikan konsentrasi amonia adalah penambahan 0,2 kg nutrisi dan 0,5 kg mikroorganisme ke unit aeration tank. Hasil analisis dampak pemberian nutrisi melalui perhitungan stoikiometri dengan reaksi nitrifikasi membuktikan adanya peningkatan konsentrasi amonia dalam air limbah yang diolah sebesar rata-rata 15-19%. Sedangkan penambahan mikroorganisme berdampak pada peningkatan angka kematian mikroorganisme di unit abiotech tank. Mikroorganisme yang mati berdampak pada peningkatan konsentrasi amonia karena mikroorganisme tersebut terhidrolisis menjadi senyawa-senyawa sederhana, salah satunya amonia. Solusi yang dapat diberikan berdasarkan analisis yang telah dilakukan adalah mengalihkan pemberian nutrisi dan mikroorganisme yang pada awalnya melalui unit aeration tank menjadi langsung ke unit abiotech tank.
As an oil and gas company, CNOOC SES Ltd. has some working areas, one of them is Pabelokan Island. Activities that produce wastewater originate from the kitchen, laundry, bathroom, and toilet. Before dumped into the sea, the wastewater is treated at the sewage treatement plant that consists of several units: ash tank, grease trap, aeration tank, abiotech tank, and activated carbon tank. Abiotech tank is a biological wastewater treatment that adopts attached growth reactor principle. The presence of biofilm in the tank allows the combination of nitrification and denitrification which can reduce the ammonia concentration. However, based on the daily report of wastewater quality, it is known that the increase of ammonia concentration consistently occurs after being processed in abiotech tank, with the increase of around 20-30%. The purposes of this study are to determine the factors that cause the increase of ammonia concentration in treated domestic wastewater at STP Pabelokan and to suggest solutions. It is estimated that the causes of the ammonia increase are the addition of 0,2 kg nutrition and 0,5 kg microorganism to aeration tank. The result of adding nutrition to nitrification reaction (done with stoichiometry calculation) gave evidence that by adding nutrition causes an increase in the concentration of ammonia around 15-19%. Whereas the addititon of microorganism increases the dead rate of microorganism in abiotech unit. The dead microorganisms can trigger an increase of ammonia concentration because their body will be hydrolyzed into several compounds, one of them is ammonia. The solution can be given based on those analysis is to shift the distribution of nutrient and microorganism that initially given to aeration tank, directly to abiotech tank.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44018
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariyana Yusrifah
Abstrak :
Air merupakan salah satu kebutuhan utama dalam menunjang kehidupan manusia. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kota Jakarta, maka kebutuhan akan air bersih dan air minum juga terus meningkat. PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) merupakan perusahaan air minum yang bertanggung jawab atas penyediaan air minum di DKI Jakarta bagian barat. Salah satu Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang dimiliki oleh PT.Palyja berada di Cilandak dengan sumber air bakuberasal dari Kali Krukut. Pemanfaatan air sebagai air bersih dan air minum membutuhkan proses pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan dilakukan agar air tersebut dapat memenuhi standar sebagai air bersih maupun air minum. Faktor kualitas air baku sangat menentukan efisiensi pengolahan. Faktor-faktor kualitas air baku dapat meliputi warna, kekeruhan, pH, kandungan logam, kandungan zat-zat kimia, dan lain-lainnya. Untuk melakukan proses pengolahan tersebut dibutuhkan suatu instalasi yang sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang diinginkan.Kali Krukut merupakan kali yang mengandung banyak pencemar, terutama dari limbah rumah tangga. Sehingga dibutuhkan suatu sistem pengolahan dan pendistribusian air yang baik mulai intake hingga air tersebut siap untuk didistribusikan ke masyarakat. Selain itu, sistem dan subsistem dalam instalasi yang akan didesain harus sederhana, efektif, dapat diandalkan, tahan lama dan murah dalam pembiayaan. Diperlukannya evaluasi dan optimalisasi kinerja dari instalasi. Kinerja instalasi pengolahan air diketahui melalui evaluasi dengan meninjau kualitas dan kuantitas air baku yang digunakan, kualitas air produksi yang dihasilkan, dan kapasitas pengolahan instalasi Cilandak. Hasil dari evaluasi instalasi debit eksisting akan dibandingkan dengan kriteria desain yang ada. Faktor-faktor seperti variabilitas dalam kualitas air sumber dan komponen (unit) faktor-faktor tertentu seperti gradien kecepatan dalam koagulasi dan flokulasi, waktu kontak untuk desinfeksi, semua bisa mempengaruhi kualitas air produksi. ......Water is one of the main requirements to support human life. Along with the increasing number of residents in the city of Jakarta, the need for clean water and drinking water are increasing. PT. PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) is a water company responsible for the supply of drinking water in the western part of Jakarta. One of the Water Treatment Plant (IPA), which is owned by PT.Palyja located in Cilandak with raw water source comes from Krukut. Utilization of water as clean water and drinking water requires treatment process first. Processing is done so that the water can meet the standards as clean water and drinking water. Factors determine the quality of the raw water treatment efficiency. Factors raw water quality can include color, turbidity, pH, metal content, the content of chemical substances, and others. To perform the necessary processing of an installation in accordance with the desired quantity and quality. Krukut is the time that contains many pollutants, primarily from household waste. And so we need a system of processing and distributing water good start to water intake is ready to be distributed to the public. In addition, systems and subsystems in the plant will be designed to be simple, effective, reliable, durable and low in financing. The need for the evaluation and optimization of the performance of the installation. Performance water treatment plant known through the evaluation by reviewing the quality and quantity of raw water use, water quality resulting production, and installation of processing capacity Cilandak. Results of the evaluation of debit existing installations sec will be compared with the existing design criteria. Factors such as variability in the quality of water sources and components (units) specific factors such as the velocity gradient in the coagulation and flocculation, the contact time for disinfection, can all affect the water quality of production.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Sari
Abstrak :
Sektor industri merupakan salah satu sektor yang beperan penting dalam penurunan Gas Rumah Kaca (GRK), salah satunya yang sedang berkembang yaitu industri air bersih dan air limbah. Hingga saat ini, sudah banyak perlakuan pemerintah dalam menurunkan emisi di sektor air limbah, namun tidak pada sektor air bersih. Di sisi lain, Indonesia sedang mengejar pembangunan infrastruktur air bersih hingga 60% terlayani oleh PDAM. Sehingga, sektor air bersih menjadi sektor yang harus diperhatikan termasuk dalam GRK yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi emisi CO2 sebagai emisi GRK dari pengolahan air bersih, yaitu Instalasi Pengolahan Air (IPA) Legong dan IPA Citayam yang mewakili Kota Depok, dan melakukan pengembangan skenario guna menurunkan emisi CO2. Estimasi emisi CO<2 menggunakan metode IPCC, model matematika, dan stokiometri. Total emisi CO2 yang dihasilkan dari pengolahan air bersih pada tahun 2018 yaitu 0,458 kg CO2/m3 dengan kapasitas produksi 2.313 m3/jam, dengan sumber emisi terbesar yaitu kegiatan konsumsi listrik untuk operasional IPA, transportasi bahan kimia, konsumsi koagulan, dan yang paling rendah yaitu penggunaan genset. Dari hasil analisis dan pengembangan skenario, direkomendasikan perencanaan reservoir untuk mengurangi operasional pompa intake dan membuat emisi CO2 yang dihasilkan berkurang 1,6%. Rekomendasi lainnya yaitu dengan asumsi pembangkit listrik utama berasal dari tenaga surya, sehingga emisi CO2 yang dihasilkan berkurang 15,3%. Karena itu, pemanfaatan energi alternatif merupakan startegi utama dalam menurunkan emisi CO2 dari pengolahan air bersih. ......The industrial sector is one of the important sectors in reducing GHGs, one of them is the water and wastewater industries. Until now, there has been a lot of government treatment in reducing emissions in the wastewater sector, but not in the clean water sector. On the other hand, Indonesia is pursuing the development of clean water infrastructure, up to 60% is served by PDAM. Thus, the clean water sector becomes a sector that must be considered including the GHG emission. This study aims to estimate CO2 emissions as GHG emissions from water treatment, namely the Legong Water Treatment Plant (WTP) and Citayam WTP which represent Depok City, and develop scenarios to reduce CO2 emissions. CO2 emissions is calculated using the IPCC method, mathematical models, and stochiometry. The total CO2 emissions generated from the treatment of clean water in 2018 were 0.458 kg CO2/ m3< with a production capacity of 2,313 m3/hour, with the largest source of emissions are electricity consumption activities for IPA operations, chemical transportation, coagulant consumption, and the lowest, that is use of generator set. From the results of scenario analysis and development, reservoir planning is recommended to reduce the intake pump operation and make the CO2 emissions produced reduced by 1.6%. Other recommendations are assuming that the main power plant comes from solar power, so the CO2 emissions produced are reduced by 15.3%. Therefore, alternative energy utilization is the main strategy in reducing CO2 emissions from processing clean water.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>