Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pipi Pujiani
Abstrak :
Keberadaan air bersih yang semakin menurun dari segi jumlahnya di berbagai wilyah menyebabkan terbukanya kemungkinan untuk pemakaian sumber air alternatif selain sumber air baku yang selama ini dipakai. Sumber alternatif tersebut adalah air limbah domestik yang dihasilkan oleh setiap rumah tangga dan air hujan. Potensi hujan yang cukup besar di wilayah Bogor memberikan peluang untuk pemakaian air hujan tersebut sebagai salah satu alternatif sumber air baku air bersih. Jumlah air limbah yang dihasilkan dari rumah tangga yang berasal dari kegiatan pencucian, MCK dan kegiatan lainnya menghasilkan 70% air limbah dari konsumsi air bersih di setiap rumah tangga. Pengelolaan air limbah dan air hujan merupakan suatu bentuk kepedulian terhadap pengelolaan sumber daya air, yang pada pelaksanaannya dibutuhkan suatu bentuk instalasi yang murah dari segi investasi, oprasional serta pemeliharaanya. Instalasi Air Limbah Domestik Ekologis adalah salah satu alternatif pengolahan air limbah dengan memanfaatkan sistem ekologis di alam untuk mengolah air limbah menjadi air yang dapat dimanfaatkan kembali. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui apakah PAL ekologis mampu mengolah campuran antara air hujan dan air limbah dengan baik, (2) Mengetahui apakah PAL Ekologis mampu menurunkan retribusi air limbah, (3) Mengetahui apakah air baku hasil pengolahan PAL Ekologis dapat diterima oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kekurangan air. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: (1) PAL ekologis mampu mengolah campuran antara air hujan dan air limbah dengan baik, (2) PAL Ekologis mampu menurunkan retribusi air limbah, (3) Air baku hasil pengolahan PAL Ekologis dapat diterima oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kekurangan air. Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Bogor yaitu di Perumahan Bumi Indraprasta Bogor. Penelitian terdiri dari tiga objek penelitian yaitu: (1) Pembuatan instalasi pengolahan limbah ekologis dan melakukan pengolahan, (2) melakukan kajian biaya retribusi, (3) Menyebarkan kuesioner kepada masyarakat untuk mengetahui penerimaan masyarakat terhadap penggunaan kembali air limbah dan air hujan terolah. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk sistem pengolahan pada instalasi pengolahan air limbah ekologis variabelnya adalah paramater kualitas air yaitu: (a)Total COD, (b) BOD5 (tidak dilakukan analisis BOD pada influen gabungan air limbah dan air hujan dan influen campuran), (c)TSS, (d)Amonia, (e) Nitrat (khusus untuk data air limbah awal, dan tidak dilakukan pengambilan data Nitrat pada unit pengolahan, (f) Total Phosporus, (g)Total Coliform (hanya dilakukan pada kualitas awal air limbah dan kualitas awal air hujan). (2) Untuk aktifitas penyebaran kuesioner variabel-variabelnya adalah (a) Sikap masyarakat, (b) Ketentuan / regulasi serta informasi yang diterima oleh masyarakat, (c) Pengetahuan serta situasi dan kondisi yang tepat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: Unit PAL ekologis hanya mampu menurunkan kadar pencemar 10%-51% dan kualitas air limbah yang terolah sedangkan pada air limbah campuran dengan air hujan mampu menurunkan kadar pencemar antara 20% - 80%. Jadi PAL ekologis dapat menghasilkan air olahan yang sesuai dengan kualitas air untuk irigasi dan penyiraman. Biaya pengolahan unit PAL ekologis ternyata dapat menurunkan biaya operasional dibandingkan dengan biaya pengolahan air limbah secara konvensional. Air olahan hasil PAL Ekologis belum dapat diterima oleh masyarakat untuk memenuhi kekurangan air bersih. Berdasarkan temuan di atas maka diperlukan suatu penelitian lanjutan mengenai PAL ekologis sehingga air olahan yang dihasilkan oleh PAL ekologis sesuai dengan standar kinerja yang diharapkan. Kekurangan air bersih pada musim-musim tertentu pada wilayah studi tidak perlu memanfaatkan air olahan PAL ekologis. Kekurangan air bersih tersebut dapat diperoleh dari air hujan yang ditampung dalam setiap rumah, sedangkan air olahan PAL ekologis dapat dimanfaatlan untuk keperluan lain misalkan penyiraman taman kota dan penyiraman tanaman di setiap rumah tangga. Air hujan dapat dialirkan ke sumur resapan untuk memelihara kapasitas air tanah. Kekurangan air juga diatasi dengan memanfaatkan air tanah yang tersedia. Jika nantinya PAL ekologis tersebut diimplementasikan maka pihak pengelola PAL ekologis dapat melakukan studi kelayakan pemanfaatan air olahan PAL ekologis sebagai air untuk penyiraman taman kota maupun penyiraman tanaman di rumah-rumah yang memerlukan. Apabila ingin mensosialisasikan penggunaan air limbah terolah maka masyarakat dan pemerintah daerah harus diberikan bukti nyata bahwa air yang terolah tersebut tidak berbahaya.
The Prospect of Ecological Domestic Wastewater Treatment (A Case Study: Of Water Resources Management Alternative in the Residential Settlement Bumi Indraprasta, Bogor)The fresh water quantity is decreasing on almost area, this leads to the possibility of the use of others alternative water resources. Alternative Water that can be used as raw water is domestic wastewater and rainwater. A big potential Rainwater quantity in Bogor area can give an opportunity for using the rainwater as fresh water. Domestic wastewater quantity can also be used as raw water for becoming treated water. Domestic wastewater and rainwater management is one of the water resource concerns. The implementation its self needs a low cost investment, maintenance and operational. Ecological Domestic wastewater treatment is one of the alternatives for domestic wastewater treatment. This treatment uses the ecological nature ecological system for treating water, and so thus the treated water can be reused. Purposes of this research are: (1) To find out that the Ecological domestic wastewater can treat the mix between rain water and domestic wastewater, (2) To find out that the Ecological domestic wastewater can reduce the wastewater retribution cost, (3) to find out that the treated water can be accepted by community to fulfill fresh water consumption. Hypothesis on this research are: (1) Ecological domestic wastewater can treat water mix between rainwater and wastewater, (2) Ecological domestic wastewater system can reduce the retribution cost, (3) Treated water from ecological wastewater can be accepted by the community. This research was implemented at Perumahan Bumi Indraprasta Bogor. There were three activities as follow: (1) Making a small scale ecological domestic wastewater and implement the treatment plant, (2) Making the cost analysis of Ecological domestic wastewater, (3) Distribute the questioner to local community for finding out the acceptance of reuse of wastewater and rainwater. Variables that measured in this research were: (1), the variables for Ecological domestic wastewater are: (a) Total COD, (b) BOD5 (applicable only for domestic wastewater), (c)TSS, (d)Ammonia, (e) Nitrate (applicable only for preliminary data), (f) Total Phosphorus, (g)Total Coliform (applicable only for preliminary data). (2) The variables for questioner are (a) Community attitude, (b) the acceptance of the regulation / requirements. The result of the experiment was: Ecological domestic wastewater can only reduce pollutants in between 10-51% of BOD and 11-45% of COD. The pollutants on the mix between waste water and rain water can be reduced in 20-80%. This kind of water can be used as irrigation water. The treatment cost for ecological PAL can be lower than conventional waste water treatment cost. All respondent gave the statement that they did not accept the treated water because of health guarantee of using reuse water. Based on the above result, it still needs an effort for managing the domestic wastewater and rainwater so that the water resource can be used as raw water for fresh water. Choosing of the right technology that has a low cost of investment and operational is needed for anticipating the domestic wastewater pollution on the waterways/river. The use of treated rainwater and reuse of wastewater needs to be encouraged. Community should be informed about the wastewater management and it?s used. The promotion of rainwater and of domestic wastewater reuse needs to be disseminated. Government should give their support for implementing the wastewater and rainwater reuse.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T 11371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Jamadin F.
Abstrak :
Daerah Kelurahan Antapani Kidul Cicadas sebagaimana daerah lainnya di Bandung, sudah lama dilanda persoalan kekurangan air bersih. Hal ini terlihat dengan semakin tidak teraturnya debit (diskontinuitas distribusi) air pipa dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan diadakannya sistim gilir di beberapa perumahan penduduk serta telah terjadinya penurunan permukaan air tanah, bahkan kekeringan air melanda penduduk di beberapa tempat. Konsekuensi dari kekurang mampuan pihak PDAM kota Bandung memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk Antapani Kidul, sumber air tanah menjadi alternatif utama. Namun, kemudian timbul persoalan lain dimana akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan dan berjalan terus, mengakibatkan turunnya permukaan air tanah.

Turunnya permukaan air tanah tersebut merupakan salah satu indikator telah terjadinya gangguan keseimbangan hidrologis di daerah Antapani, dan kawasan Bandung secara makro. Apabila tidak ada upaya pencegahan, dimasa mendatang dikhawatirkan daerah Antapani menjadi daerah defisit air tanah. Oleh karena itu perlu adanya upaya yang bertujuan melindungi sumber daya air tanah dari pencemaran serta eksploitasi yang berlebihan yaitu upaya konservasi air tanah. Upaya konservasi selain melalui pendekatan teknologi, juga melalui pendekatan ekonomi lingkungan yaitu melalui penerapan mekanisme pasar.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui persepsi masyarakat Antapani Kidul terhadap nilai guna air tanah (2) Mengetahui seberapa kuat pengaruh antara tingkat pendapatan, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan kualitas air tanah terhadap kesediaan masyarakat membayar (willingness to pay, wtp) biaya pemakaian air tanah (3) Mengetahui sejauh mana nilai willingness to pay, wtp dapat menggambarkan tingkat kelangkaan air tanah di komplek perumahan Antapani Kidul?

Hipotesis yang diajukan dalam studi kajian/penelitian ini adalah: Terdapat pengaruh yang kuat antara independent variable tingkat pendapatan, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan kualitas air terhadap dependent variable yaitu kesediaan/kesanggupan masyarakat membayar (willingness to pay) biaya pemakaian air tanah
Penelitian diadakan di komplek perumahan Antapani Kidul dengan populasi rumah tangga pelanggan air PDAM Kota Bandung yang mendapatkan pelayanan secara tidak kontinu. Titik sampel terpilih yaitu RW 14, RW 15 dan RW 05 Kelurahan Antapani Kidul Kecamatan Cicadas Bandung, selanjutnya masing-masing disebut lokasi I, II dan III. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2002 sampai dengan Pebruari 2003. Penelitian bersifat survai dimana pengambilan data primer dilakukan melalui teknik wawancara yang ditunjang dengan pengumpulan data sekunder. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode statistik dan metode valuasi kontingensi (Contingent Valuation Method).

Berdasarkan hasil analisis data survai dapat disimpulkan bahwa: (1) Persepsi masyarakat perumahan Antapani Kidul Cicadas Bandung terhadap nilai guna sumber daya air tanah, secara umum menyatakan sangat penting dan keberadaannya sangat diperlukan. Hal tersebut terbukti dan tingginya tingkat permintaan air tanah oleh responden sebagai alternatif utama guna pemenuhan kebutuhan air bersih. Walaupun dari segi kualitas mutunya rendah dan kuantitas debit semakin berkurang, akan tetapi 100% populasi target di lokasi kajian masih memanfaatkan air tanah. Dari jumlah 150 responden, rata-rata masih memiliki media sumber air tanah, seperti: sumur gali 4,66%, pompa listrik biasa 52%, pompa tangan 2,67%, jet pump 40,67%. Total rata-rata pemakaian Ub air tanah dan pola penggunaan (D1-D6) pada masing-masing lokasi berbeda sesuai tingkat bebutuhan dan kemampuan ekonomi responden.

Pengguna terbanyak adalah responden di lokasi III dengan total penggunaan Ub sebanyak 951 m3/bulan. Sementara total rata-rata penggunaan air PAM (Ua) hanya 380 m3/bulan. Jumlah ini menggambarkan sekitar 71% pemenuhan air bersih di lokasi III adalah dengan air tanah. Di lokasi II total Ub adalah 773 m3/bulan dan Ua 817 m3/bulan .

Selanjutnya lokasi I total Ub adalah 649 m3/bulan dan Us 9I7m3/bulan. Artinya untuk masing-masing lokasi II dan I sekitar 49% dan 41%, kebutuhan air bersih dipenuhi dari pemanfaatan air tanah Ub. Persepsi dari 150 responden terhadap kualitas air tanah yaitu 95.7% menyatakan tidak layak komsumsi, terutama bila digunakan sebagai bahan baku air minum/memasak. Pendapat terhadap parameter fisik air, sebanyak 88.9% menyatakan airnya berwarna kekuning-kuningan. Sebanyak 65.3% menyatakan berbau dan 76.7% menyatakan air tanahnya berasa serta 100% menyatakan timbul kerak/endapan bila dibiarkan dalam wadah. (2) Terdapat hubungan dan pengaruh yang positip serta kuat antara variabel bebas tingkat pendapatan (I), pendidikan (E), jumlah anggota rumah tangga (C), kualitas air tanah (Qb) dengan tingkat kesediaan membayar (willingness to pay, Wff'b) oleh masyarakat, apabila ada upaya perbaikan kualitas maupun kuantitas air tanah yang mereka pergunakan. Berdasarkan hasil uji regresi multivarian terhadap variabel air tanah, didapat nilai koefisien determinasi (R2 adjusted) semuanya diatas 0.50 (50%) yaitu masing-masing 0.591 (lokasi 1), 0.536 (lokasi II) dan 0.695 (lokasi III). Artinya bahwa nilai WTPb responden dipengaruhi oleh variabel bebas. Sementara hasil uji F dengan selang keyakinan 95%, menunjukkan bahwa semuanya nilai Fhi yang didapat lebih besar dari FiRb
Uji tersebut membuktikan model regresi peningkatan debit air PAM maupun model regresi pemasangan sistem meteran pada air tanah, dapat dipakai mengestimasi nilai WTPnya. (3) Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai WTPa rata-rata peningkatan debit air PAM di lokasi I sebesar Rp. 2322/m3, lokasi II Rp. 2202/m3 dan lokasi III Rp. 1500/m3. Sementara WTPb rata-rata dengan sistem meteran di lokasi I sebesar Rp. 945/m3, lokasi II Rp. 921/m3 dan lokasi III Rp. 762/m3. Untuk total keseluruhan 150 responden, didapat nilai WTPA rata-rata peningkatan debit air PAM sebesar Rp. 1999/m3 untuk peningkatan debit air PAM dan WTPb air tanah dengan sistem meteran sebesar Rp. 876/m3. Dari nilai tersebut ternyata WTPa peningkatan debit air PAM lebih tinggi dari harga air rata-rata yang ditetapkan oleh PDAM Kota Bandung untuk rumah tangga, yaitu Rp. 1800/m3. Sementara kecilnya nilai WTPb air tanah dengan sistem meteran kemungkinan disebabkan oleh kualitasnya yang kurang baik dan responden masih harus menanggung biaya produksi, yaitu listrik dan peralatan pompanya berikut teknisinya. Sebenarnya bila biaya produksi ini dijumlahkan dengan WTPnya, nilai air tanah ini tentu akan lebih tinggi lagi. Namun hal terpenting yang perlu dikemukakan dari hasil penelitian ini, yaitu adanya keinginan responden membayar retribusi air tanah (water pricing) yang dipergunakan. Hal tersebut menunjukkan adanya tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat di komplek perumahan Antapani Kidul dalam upaya penghematan cadangan air tanah. Sementara terdapatnya sejumlah variabel yang mempengaruhi besar kecilnya nilai WTP membuktikan bahwa saat ini air tanah merupakan public good, yang pemanfaatannya perlu dikenakan retribusi untuk upaya recharge air tanah tersebut. Hal ini pun menunjukkan sifat kelangkaannya. Model persamaan matematika WTP ini dapat digunakan hanya di kompleks perumahan Antapani Kidul, atau tempat lain yang berkarakteristik sosial ekonomi kurang lebih sama.

Daftar Pustaka : 74 (1977-2002)
Kelurahan Antapani Kidul Cicadas, like other domains in Bandung, has been heretofore subject to the inadequate clean water. It proves from discontinuity of tube-water distribution from the Local Water Company ("PDAM" Waterworks) and rotation system applied in several public housings and regressive plain-water surface and even water insufficiency that inflict local inhabitants. It is a consequence of incapability of Bandung's Local Waterworks to meet water demand of Antapani Kidul dwellers that the plain water resources becomes the main alternative.

However, then another problem emerges where excessive and sustainable plain water exploitation leads to the regressive plain-water surface. The latter problem forms an indicator of hydrological imbalance at Antapani in particular, and Bandung district in general. Where a preventive measure does not exist, Antapani is likely to be an area of plain water deficit. It needs, therefore, a measure to protect plain-water resources against pollution and excessive exploitation; plain-water conservation. The conservation is not only by technological approach but also environmental approach, that is, application of market mechanisms.

This research aims at (1) identifying Antapani Kidul inhabitants' perception of plain water efficiency; (2) recognizing effects of household income, educational levels, number of household members and quality of plain water on the public willingness to pay plain water bill (1vtp); (3) revealing the extent of which values of the willingness to pay, wtp. to describe plain water insufficiency the housing complex of Antapani Kidul?

Hypothesis put forward in this study is there is a strong correlation between independent variable, that is, income. educational level, number of household members and quality of water with dependent variable, viz.. willingness to pay the plain water bill.

The research is carried out at the housing complex of Antapani Kidul with households that continually subscribe to Bandung PDAM Waterworks. The selected sampling points include RW, RW 15 and RW 05 Neighbourhoods of the Kelurahan Antapani Kidul Kecamatan Cicadas Bandung and are further referred to as Location I, 11 and III, respectively. This research was conducted from March 2002 to February 2003. It serves a survey where primary data is collected by interview and supported with secondary data. The research method applied is survey method. Data of research results are analyzed by means of statistical method and Contingent Valuation Method.

According to the survey data analysis, one comes to the following conclusions that (1) the Antapani Kidul inhabitants' perception of plain water efficiency generally indicates that they find it significant and necessary. This proves from respondents' higher demand for plain water as the main alternative to meet the clean water requirements. Although it has lower quality and shorter debit quantity, 100% target population of the survey locations still use the plain water.

The 150 respondents have their own plain water sources on the average such as 4.66% well, 52% power pump, manual 2.67% pump, 40.67% jet pump. Total average of plain water use, (Ub) and modes of use (D1-D6) of each location differs on requirements and economic situation of the respondents. The most users are respondents of Location III with the use Ub totals 951 m3 / month whereas total average of PDAM water use (Ua) contributes only to 380 m'/month. These figures show that approximately 71% clean-water at Location III is supplied with the plain water.

At location II, total Ub is 773 m3/month and U;, 817m'/month. Further Location I has Ub of 649 m'/month and Ua 917m3/month. It means that Locations II and I have their clean water requirements, 49% and 41% respectively, supplied by plain-water exploitation Ub. The 150 respondents' perceptions of the quality of plain water include 95.7% suggest that is not worth to consume especially when used as standard water for drinking/cooking purposes. Regarding water physical parameter, 88.9% respondents inform that that the water is yellowish in colour, 65.3% say it odorous and 76.7% feel it tasteful and 100% find it causes crust/deposit when it is left in a container (2) There is a strong, positive correlation between independent variable of income (I), Educational level (E), number of household members (C), quality of plain water (Qb) with the public willingness to pay, WTPb, to the extent that the quality of water they use is increased.. According to the multivariant regression test of the plain water variable, there exists a Re adjusted coefficient value of which all are over 0.50%, that is, Location I (0.591), Location II (0.536) and Location III (0.965) respectively. It describes that WTPb value of the respondents is affected by independent variable while F-,e51 with 95% reliability indicates that all F-,CSI values are greater than F-iablc (2.077) and that hypothesis (HO) is disproved , viz., independent variable contributes positively to the WTP value determination. The test proves that regression model of the increase in PDAM water debit or regression model of the water meter installation in the plain water is applicable to estimate its WTP value. (3) The estimation derives WTP;t value of the average increase in ADAM water debit at Location I is Rp 2,322/m3', Location II Rp 2,202/m3 and Location III Rp 1,500/m3. Whereas average WTPb with meter system at Location I is Rp 945/m3, Location II Rp 921/m3 and Location III Rp762/m3. For the total 150 respondents, one draws the average WTP, value of the increase in PDAM's debit water is Rp 1,999/m3 for the increase in the PDAM's water debit and WTPb of plain water with meter system is Rp 876/m3. The value indicates that the WTPa of the increase in the PDAM water debit is higher than the average water price as determined by the Bandung Waterworks ("PDAM Kota Bandung) for households, that is, Rp 1800/m3. Meanwhile the least WTPb value of plain-water with meter system likely emerges from its poor quality, on the one hand, and respondents bearing the cost of production, that is, power, pump and their technicians, on the other hand. Furthermore, the important point to present from the research results is the willingness of respondents to pay plain-water retribution (water pricing). Such a case shows public awareness and participation of the Antapani Kidul Housing Complex in the conservation of plain-water reserve. Besides, the existing variable affecting more or less WTP value proves that the plain water now has become an economic commodity subject to the market mechanism. This WTP mathematical equation model can only apply to the Antapani Kidul housing complex or other locations of the similar social and economic features.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Paranna
Abstrak :
Salah satu sasaran pembangunan adalah tersedianya air bersih yang memenuhi syarat kesehatan maupun dari segi kuantitas dan kualitasnya memadai serta terjangkau harganya oleh masyarakat dari segala lapisan. Air bersih yang memenuhi syarat kesehatan adalah air bersih yang memenuhi syarat-syarat kesehatan baik secara kuantitas maupun kualitas sesuai dengan persyaratan kesehatan yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SKIVU/2002, tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, sehingga air yang dikonsumsi oleh masyarakat terasa aman dan sehat. Untuk Kotamadya Jakarta Timur, ternyata tertinggi di DKI Jakarta dalam hal ketergantungan sumber air dari air sumur untuk 32.130 rumah tangga dan terbesar untuk jarak antar septic tank pada jarak kurang dari 6 M sebesar 149.226 rumah tangga. Peningkatan pengambilan air tanah oleh penduduk di sekitarnya tidak diiringi dengan menjaga kualitas air tanah yang dikonsumsi, sehingga akhirnya berakibat kepada penduduk itu sendiri. Laju pembangunan yang terus meningkat di semua sektor serta pertambahan penduduk maka berakibat akan meningkatkan kebutuhan air bersih, sehingga pengambilan air tanah di wilayah DKI Jakarta akan selalu meningkat, melalui pemompaan air tanah yang melebihi kapasitasnya.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11888
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivira Yuana
Abstrak :
Air bersih sebagai salah satu kebutuhan utama rumah tangga harus memiliki mutu yang memenuhi syarat kesehatan. Salah satu cara untuk menjaga mutu produksi adalah dengan menggunakan pengendalian otomatis berbasis PLC. Data dari PLC selanjutnya diakuisisi oleh PC untuk diolah menjadi animasi untuk merepresentasikan plant sebenarnya. Setelah mempelajari proses plant, dilakukan interkoneksi perangkat keras di mana semua sensor dihubungkan dengan modul input PLC dan semua aktuator dihubungkan dengan modul output PLC. Kemudian, PLC diprogram untuk melakukan otomasi proses dengan menggunakan bahasa Relay Ladder Logic (RLL). Program komunikasi antara PLC-PC dapat berjalan dengan memberikan harga parameter 9600 untuk baudrate, 8 untuk databits, dan 1 detik untuk start/stop bit. Hasil verifikasi dan validasi menunjukkan bahwa program otomasi dapat mengendalikan plant. Waktu scan PLC adalah sekitar 39 milidetik, dan keterlambatan komunikasi PLC-PC sekitar 1 detik.
Clean water is one of the most important household requirement which must satisfy a healthy standard Thus, in order to maintain a good quality of clean water, PLC is used to control its process automatically. After being automated, PLC Input/Output are then acquisited by PC. Here, the data came from PLC is animated so that it could represent the actual plant. After surveying the plant, the first thing to do is interconnecting all sensors to the PLC input module and all actuators to the PLC output module. The next step is programming the PLC with Relay Ladder Logic language. The communication between PLC and PC happened at 9600 bps of baudrate, 8 of databits and 1 s of start/stop bits. Verification and validation during 3-day-test running proved that the PLC automation program could control the process as well as the plant operator (manual control). The program performance indicated that PLC scantime is about 39 ms and the delay caused by the communication between PLC and PC is about 1 s.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Santoso
Abstrak :
Minyak dan gas bumi hingga kini adalah tulang punggung bagi pembangunan di Indonesia yaitu sebagai sumber devisa penting bagi Negara dan mendukung anggaran pembangunan. Di samping itu minyak dan gas bumi sumber energi utama untuk kegiatan industri, transportasi, dan rumah tangga. Minyak dan gas diperoleh dari serangkaian kegiatan seperti eksplorasi, produksi, pengolahan, pendistribusian, dan pengangkutan. Kegiatan di industri minyak dan gas tidak luput dari masalah pencemaran lingkungan dan beberapa masalah sosial. Perusahaan minyak dan gas bumi memiliki potensi sebagai sumber dampak pencemaran Lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari setiap kegiatannya. Limbah cair, padat, dan gas yang dihasilkan dari kegiatan produksi utama dan penunjangnya adalah bahan pencemar yang dapat menimbulkan dampak negatif pada Lingkungan. Salah satu bentuk zat pencemar terbesar dalam industri minyak dan gas adalah air terproduksi. Air terproduksi adalah air tanah sebagai produk sampingan dalam proses produksi minyak mentah. Air terproduksi keluar bersama minyak yang diambil menuju permukaan dengan membawa berbagai senyawa yang berbahaya, sehingga sebelum dibuang atau dimanfaatkan harus terlebih dahulu diolah dan disesuaikan dengan standar baku mutu yang ada. Tujuan Penelitian adalah: 1. Mengkaji perubahan kondisi air terproduksi sebelum dan sesudah penerapan sistem zero discharge sebagai salah satu pengelolaan limbah berdasarkan tujuh parameter (COD, minyak dan lemak, sulfida H2S, ammonia, (NH3), fenol, temperatur dan pH). 2. Mengkaji pengaruh sistem zero discharge pada kualitas air permukaan yaitu badan air yang ada di sekitar areal produksi. 3. Merumuskan kemungkinan pemanfaatan air terproduksi baik untuk kegiatan di PT. CPI maupun untuk pemanfaatan lainnya. Adapun metodologi penelitian yang digunakan adaiah metoda survei dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Setelah tahun 1997 PT. Caltex menggunakan sistem zero discharge yaitu suatu konsepsi sistem pengelolaan limbah air terproduksi. Dalam penelitian ini dan kaitannya dengan sistem zero discharge akan dipantau tujuh parameter yaitu kebutuhan oksigen kimiawi (COD), kandungan minyak dan lemak, sulfida (H2S), ammonia (NH3). fenol, temperatur dan pH. Pemantauan dilakukan di lima lokasi yaitu di stasiun pengumpul GS-1, GS-2, dan GS-3 serta di dam pengontrol polusi GS-1 dan GS-2 di sungai Ukai, serta dam pengontrol polusi GS-3 di Sungai Tapih. Hasil pemantauan di GS-1, GS-2 dan GS-3 dari tahun 1992-2002 menunjukkan penurunan cukup tajam kadar tujuh parameter menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 42/MenLH/1O/199 sehingga nilainya jauh di bawah nilai baku mutu. Hasil pemantauan di dam pengontrol GS-1, GS-2 dan GS-3 juga menunjukkan penurunan yang sama, walau pada parameter minyak nilainya masih jauh di atas nilai baku mutu. Dalam melakukan studi untuk memanfaatkan limbah air terproduksi sehingga layak digunakan sebagai air minum dan irigasi pertanian. Namun karena nilai baku mutu air minum belum terpenuhi, masih perlu waktu untuk mewujudkan hal Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan hal--hal sebagai berikut: 1. Kualitas air terproduksi Gathering Station 1, 2 dan 3 untuk Minas OU PT. Caltex Pacific Indonesia setelah diterapkan sistem zero discharge tahun 1998 lebih baik dari pada sebelum diterapkan sistem zero discharge untuk ketujuh parameter. 2. a. Kualitas Sungai Ukai sebelum pelaksanaan Zero Discharge dipengaruhi oleh 3 parameter yaitu parameter NH3, Fend dan temperatur. Sedangkan sesudah pelaksanaan Zero Discharge dipengaruhi oleh COD, kandungan minyak dan NH3. b. Kualitas Sungai Tapih sebelum pelaksanaan Zero Discharge dipengaruhi oleh parameter temperatur sedangkan sesudah zero discharge dipengaruhi oleh parameter kandungan minyak. 3. Pengelolaan khusus dari air terproduksi dapat dimanfaatkan sebagai altematif pemanfaatan air terproduksi dari banyak kepentingan atau stakeholder di sekitar PT CPI untuk meningkatkan persediaan air, kebersihan lingkungan, kesehatan lingkungan dan memberikan nilai ekonomi terhadap air buangan. Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disarankan hai-hal sebagai berikut: 1. Mewujudkan sistem zero discharge semaksimal mungkin, sebaiknya pada situasi tak terdugapun sistem zero discharge dapat dipertahankan. 2. Menutup Waste Pit dan menggantinya dengan tangki untuk menampung sedikit buangan dari tangki pengolahan yang masih dialirkan ke Waste Pit. 3. Jika terjadi upset condition maka kegiatan pada Stasiun Pengumpul 1, 2 dan 3 dapat dilakukan secara manual. 4. Memanfaatkan air terproduksi sebagai air bersih seperti untuk pertanian, untuk penyiram jalan dan lain-lain tetapi tidak sebagai bahan baku air minum karena perlu penelitian iebih lanjut yang memberikan penjelasan ilmiah tentang layak atau tidaknya air terproduksi sebagai bahan baku air minum. Daftar Pustaka: 45 (1971-2002)
Zero Discharge Strategy on Water Body Quality (A Case Study in Minas PT. Caltex Pacific Indonesia)Oil and gas industry now is still an important devisa source to the country as a budget for development. In addition to that, oil and gas is also important as main source of energy for industry, transportation and the houses. Oil and gas could be produced starting from exploration, production, refinery, distribution and transportation. The activity has also unexpected result such as environmental pollution and social problem. Oil and gas industry has direct and indirect impact to the environment. Liquid, solid and gas wastes which are resulted from the main and supporting activities are pollutants that may create negative impact. One of the big pollution components in oil and gas industry is produced water. Produced water is groundwater as by product in crude oil production process. Produced water and oil come up to the surface and bring a lot of kind dangerous compound. Before being disposed and utilized, the produced water must be treated to meet with the GOI standard. The objectives of research are as follows: 1. To assess produced water condition before and after zero discharge as waste management based on 7 parameters (COD, oil and greese, sulfide, ammonia, phenol, temperature and pH). 2. To assess the effect of zero discharge system to surface water quality especially water body surrounding of Minas production area. 3. To formulate the possibility of produced water optimization both for CPI activity and others. Research methodology is survey method with qualitative and quantitative approaches. Since 1998, PT. Caltex Pacific Indonesia has been implementing zero discharge system as a strategy concept to process the produced water. This study will cover zero discharge system where 7 parameters are monitored: chemical oxygen demand (COD), oil content, sulfide (H2S), ammonia (NH3), phenol, temperature and pH. Monitoring to the seven parameters has been done in five locations, at gathering station GS 1, GS 2, and GS 3 and at Pollution Control Dam GS 1 and GS 2 at Ukai's River and Pollution Control Dam GS 3 at Tapih's river. The monitoring result in GS1, GS2, and GS3 from 1992 - 2002 revealed a significant decrease of the 7 parameters pursuant to KepMenLH/42/1996 so they are below the acceptable standard. The significant decrease also for Pollution Control Dam GS1, GS2 and GS3 between 1992 - 1998 even though for the oil and grease, the level is still exceeding the GOI standard. To utilize produced water in accordance as a drinking water and for land irrigation, the water quality wasn't in compliance yet with GGI standard. The significant effort is still in progress to accomplish it. Refer to the subject discussed above, we can conclude the followings: 1. Quality of produced water at Gathering Station 1, 11 and of III for Minas OU of PT. Caltex Pacific Indonesia have achieved under standard quality of liquid waste of gas and oil exploration pursuant to Kep-421Menlh/10/1996. Before applying zero discharge system, seven parameters are below standard quality and after applying zero system in 1998, the seven measured parameters are lower than before discharge zero system was implemented 2. a.Before zero discharge, quality of Ukai river was effected by 3 parameters of produced water from GS 1, 2 namely NH3, Phenol and temperature. Meanwhile after zero discharge, it was effected by COD, oil content and NH3. b.Before zero discharge, quality of Tapih's river was only effected by temperature parameter of produced water from GS 3. Meanwhile after zero discharge, it was effected by oif content. 3. Special management of produced water can be an alternative of produced water optimization for many importances of stakeholder around PT CPI to improve of water supply, to promote environmental sanitation, to increase of environmental health and to give added value of produced water Refer to the subject discussed above, we suggest the followings: 1. Realizing maximum of zero discharge system even though in the upset Condition, zero discharge system can be implemented. 2. Closing waste pit and changing it with tank to accommodate a few discharge from processing tank which is still flowed into waste pit 3. If upset condition happened so the activity at Gathering Station 1, 2 and 3 can be done manually. 4. Utilizing produced water as clean water like for agriculture, street watering and others but do not be used for drinking water source because it needs furthermore research which give scientific explanation about competent or not, the produced water as drinking water sources. Literature: 45 (1971-2002).
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13572
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edward
Abstrak :
Perairan Teluk Ambon terletak di Pulau Ambon pada posisi 128°OO'00"BT--128°14'25"BT dan 03°37'55"LS-03°37'45' LS, terdiri atas dua bagian yaitu Teluk Ambon Bagian Dalam (TAD) dan Teluk Ambon Bagian Luar (TAL), keduanya dipisahkan oleh suatu celah yang sempit dan dangkal. Teluk Ambon Bagian Dalam relatif sempit, dangkal dan banyak dipengaruhi oleh aliran-aliran sungai. Teluk Ambon Bagian Luar lebih luas, dalam dan berhubungan langsung dengan Laut Banda. Luas kedua Teluk ini sekitar 143,5 km2 dan panjangnya sekitar 30 km. Ekosistem yang ada di kedua Teluk ini adalah ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun, rumput laut dan sebagainya. Kondisi seperti di atas membuat perairan Teluk Ambon ini relatif subur dan kaya dengan keanekaragaman flora dan fauna. Keadaan ini telah menimbulkan berbagai masalah, khususnya mengenai pencemaran laut. Berbagai tanggapan bermunculan di media masa mengenai kualitas perairan Teluk Ambon. Hal ini disebabkan karena semakin berkurang dan rusaknya beberapa potensi sumberdaya yang ada, seperti berkurangnya populasi ikan umpan, rusaknya terumbu karang, hutan mangrove dan sebagainya. Untuk mengetahui dan mengevaluasi kondisi perairan Teluk Ambon, pada bulan Mei dan Juli 1995, telah dilakukan pemantauan pada kualitas perairan ini, yang meliputi beberapa parameter fisika (suhu, kecerahan dan zat padat tersuspensi), dan kimia (oksigen terlarut, salinitas, fosfat, nitrat dan pH). Tujuan penelitian ini adalah untuk memantau kualitas perairan Teluk Ambon, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasilnya diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah untuk penyusunan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi berbagai kepentingan dan analisis mengenai dampak lingkungan. Untuk melihat kecenderungan perubahan kualitas perairan, posisi stasiun pemantauan ditetapkan secara purposive random sampling dengan mengacu kepada posisi stasiun pemantauan yang telah dilakukan sejak tahun 1973. Contoh air laut diambil dengan menggunakan tabung Nansen pada lapisan permukaan. Suhu, kecerahan, salinitas, zat padat tersuspensi, dan pH berturut-turut ditentukan dengan termometer balik terlindung (protected reversing thermometer), piringan Secchi (Secchi disk), salinometer Beckman RS-7, timbangan analitik Sartorius secara gravimetri, dan Horiba Water Checker U-8. tat hara fosfat dan nitrat ditentukan secara kolorimetri menurut cara yang ditetapkan oleh Strickland dan Parsons (1958) dengan menggunakan spektronik-21 Shimadzu, sedang oksigen terlarut ditentukan dengan metode Winkler secara titrasi. Untuk melihat perbedaan masing-masing parameter antar bulan pemantauan (Mai dan Juli), digunakan statistik uji t (pair observation) (Subiyakto, 1994), sedang untuk melihat perbedaan antar stasiun dan tahun pemantauan digunakan rancangan acak kelompok (Steel and Torrie, 1980). Hipotesis dari penelitian ini adalah 1) Waktu (bulan dan tahun) dan posisi stasiun berpengaruh pada kualitas perairan Teluk Ambon (suhu, kecerahan, zat padat tersuspensi, salinitas, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, dan pH), 2) Kualitas perairan Teluk Ambon (suhu, kecerahan, zat padat tersuspensi, salinitas, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, dan pH) masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Baku Mutu Air Laut (KLH, 1988) untuk berbagai peruntukkan. Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa 1) Waktu (bulan dan tahun) berpengaruh pada kualitas perairan Teluk Ambon (suhu, kecerahan dan zat padat tersuspensi, salinitas, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, dan pH), sedang stasiun hanya berpengaruh pada suhu, salinitas dan nitrat (Aei), suhu, salinitas dan fosfat (Juli)(P < 5%), 2) Kualitas perairan Teluk Ambon (suhu, kecerahan, zat padat tersuspensi, salinitas, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, dan pH) masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Baku Mutu Air Laut (KLH, 1988) untuk berbagai peruntukkan, kecuali kecerahan untuk pariwisata dan rekreasi. Jika perairan ini hendak digunakan sebagai lokasi budidaya perikanan, disamping parameter-parameter di atas, perlu dilakukan pemantauan yang mendalam dan terpadu pada parameter-parameter fisika dan kimia yang lain yang pada penelitian belum diamati. Selain itu faktor musim juga perlu dipertimbangkan. Daftar Kepustakaan: 86 (1961-1995)
The Waters Quality of Ambon BayAmbon Bay waters is located in Ambon Island between 126°O0'00"E-128°14'25"E and 03°37'55"S-03°37'45"S. It consists of two bays namely the Inner and Outer Ambon Bay. These bays are separated by a narrow and shallow sill. The Inner Ambon Bay is rather narrow, shallow, semi-enclosed, and affected by the ,river flows. On the other hand the Outer Say is wide, deep and connected to Banda Sea directly. The area of this bay is about 143,5 km2, and length about 30 km. The ecosystems found in this water are mangrove, coral reefs, sea grass and seaweed. The condition such above makes the water fertile and rich, especially with floral and faunal biodiversity. In line with the increase of development activities in Ambon City, various types of waste also produced. This situation had caused much problem, such as marine pollution. This case is reflected by the reaction of the mass media on the quality of Ambon Bay waters. This is also due to the decline and damages of the marine resources, such as life bait fish, coral reefs, mangrove and so on. To know and evaluate the condition of Ambon Bay waters, a study was carried out in May and July 1995 in this waters to monitor the physical and chemical parameters such as temperature, transparency, total suspended solid, salinity, dissolved oxygen, phosphate, nitrate, and pH of the sea water. The purpose of this research is to know the waters quality of Ambon Bay according to physical, chemical and biology parameters and other factors which influence. The results is expected to give the information to the government in environmental management of Ambon Bay and environment impact analysis. Surface Sea water samples for physical and chemical parameters analysis were taken by using Nansen Tube. Temperature, transparency, total suspended solid, salinity, pH determined by using protected reversing thermometer, Secehi disk, Sartorius analytical balance, salinometer Beckman-RS7, and Horiba Water Checker U-8 respectively. Nutrient (phosphate and nitrate) determined by calorimetric and measured their concentration with spectronic-21 Shimadsu, while dissolved oxygen determined by Winkler method with titration. Monitoring station position stated based on monitoring stations position which had done since 1973 by purposive random sampling. The hypothesis of this research are 1) Time (month and year) and station position have influence on the quality of Ambon Bay waters (temperature, transparency, total suspended solid, salinity, dissolved oxygen, phosphate, nitrate and pH), 2) The quality of Ambon Bay waters (temperature, transparency, total suspended solid, salinity, dissolved oxygen, phosphate, nitrate, and pH) still fulfill the criterion of Baku Hutu Air Laut for all purposes. To know the difference among monitored months, statistical approach is used namely t test (pair observation) (Subiyakto, 1994), while among monitored station and years by using randomized block design (Steel and Torrie, 1980). The results showed that 1) Time (month and year) have influence on the quality of Ambon Bay waters (temperature, transparency, total suspended solid, salinity, dissolved oxygen, phosphate, nitrate, and pH), while station position have influence on temperature, salinity, and nitrate (May), temperature, salinity, and phosphate (July) (P < 5%), 2) The quality of Ambon Bay waters (temperature, transfaran oxygen, phosphate, nitrate, and pH) still fulfill the criterion of Baku Mutu Air Laut (KLH, 1988) for all purposes, exception transparency for tourism and recreation. If this water will be used for mariculture purposes, the other physical, chemical and biological parameters need to be observed. Beside that the moonson factors is also need to be consider. Number of reference : 86 (1961-1995)
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T1694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Pramudyo
Abstrak :
Ketersediaan sumber-sumber air yang ada sekarang ini makin terbatas. Laporan JWRMS menyatakan bahwa kebutuhan air yang ada untuk air baku air minum, industri dan irigasi lebih besar dari ketersediaan pada sumber-sumber air yang ada. Dalam mengatasi kekurangan air baku untuk air minum, usaha pemanfaatan kembali air yang telah digunakan untuk pertanian merupakan salah satu alternatif, namun kualitas air pertanian tersebut harus sesuai dengan kriteria peruntukan air sebagai air baku air minum dalam PP 82/2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental, dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan pertanian terhadap unsur-unsur yang ada pada air yang telah digunakan untuk pertanian. Penelitian dilakukan pada daerah Irigasi Jatiluhur Btb 5 Tarum Barat, dari tanggal 2 November 2002 sampai dengan 16 Januari 2003. Pengambilan sampel dilakukan pada masa pengolahan tanah sebanyak dua kali, untuk masa tanam sebanyak 1 kali, masa tunas selama sebanyak dua kali, masa tunas II sebanyak dua kali dan masa tunas III sebanyak dua kali. Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa pemberian pupuk akan berpengaruh pada unsur Nitrat (NO3-N) dan Nitrit (N02 N), dikarenakan terlepasnya NH4 (amoniak) dari penguraian pupuk urea. Peningkatan konsentrasi Nitrat terlihat dalam kegiatan pemberian pupuk, pada lokasi 1 dan 2 dalam masa pengolahan lahan pertanian, besarnya konsentrasi nitrat pada lokasi 1 meningkat dari 0,295 mg/I menjadi 0,63 mg/l. sedangkan untuk lokasi 2 dari 0,28 mg/l menjadi 0,702 mg/l. Konsentrasi Besi (Fe), Mangan (Mn), Sulfat (S04-2), residu terlarut mempunyai kecenderungan meningkat dalam tahapan kegiatan pengolahan lahan, penanaman dan pada saat pemberian air dikurangi, dimana Besi (Fe) dari 0,46 mg/l meningkat menjadi 0,74 mg/l, Mangan (Mn) 0,17 mg/l menjadi 1,2 mg/l, sulfat (SO4 2) 19mg/l menjadi 26 mg/l sedangkan residu terlarut 30 mg/l menjadi 98 mg/l, sedangkan unsur Nitrit (NO2-N) meningkat hanya pada saat pemberian air dikurangi dari 0,002 mg/l menjadi 0,031 mg/l. Meningkatnya unsur Nitrat (NO3-N), Besi (Fe), Mangan (Mn), Sulfat (SO4-2) dan Residu terlarut pada saat pemberian pupuk dan pengolahan lahan mempengaruhi peningkatan besaran pH dari 6,4 menjadi 7,2 pada lokasi 1 dan 6,5 menjadi 9,1 pada lokasi 2. Dari data yang ada dengan menggunakan uji beda (t test) didapat bahwa unsur yang mempengaruhi kualitas air buangan dalam kegiatan pertanian seperti unsur Nitrat (N03-N), Nitrit (NO2-N), Besi (Fe), Mangan (Mn), Sulfat (SO4 2) dan Residu terlarut, masih berada dibawah ambang batas kriteria peruntukan air sebagai air baku air minum menurut PP 82/200l Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14763
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Singgih Hartanto
Abstrak :
ABSTRAK
Masalah yang sering terjadi pada budidaya udang windu adalah terbentuknya senyawa toksik bagi udang seperti amonia dan nitrit yang dapat menurunkan kualitas lingkungan perairan. Penurunan kualitas lingkungan, selain berdampak langsung terhadap kehidupan udang, ternyata mempunyai korelasi yang kuat dengan tumbuhnya bakteri patogen yang pada akhirnya akan menurunkan produksi udang.

Penelitian ini mencoba mengatasi masalah amonia dan nitrit melalui proses nitrifikasi dengan penambahan bakteri hasil isolasi dari lumpur tambak udang pada kondisi pH 7,5 - 8,2 dan konsentrasi oksigen terlarut 6 mg/L.

Berdasarkan percobaan, bakteri pengurai dapat diisolasi dengan menggunakan media aklimatisasi kelompok nitrosomonas dan nitrobacter. Hasil identifikasi juga menunjukkan karakteristik dari kelompok bakteri tersebut dan dapat tumbuh dengan baik pada kondisi pH 7,5 - 8,5 dan konsentrasi oksigen terlarut 6 - 7 mg/L. Hasil pengamatan selama 2 bulan berturut-turut menggambarkan bahwa laju nitrifikasi yang lebih cepat terjadi dengan adanya bakteri yag lebih banyak dibadinngkan dengan yang lebih sedikit (tanpa penambahan bakteri).

dari hasil penelitian ini, kolom dengan penambahan bakteri yang lebih intensif ternyata dapat mengendalikan akumulasi senyawa toksik (amonia dan nitrit) sehingga berada pada batas yang disyaratkan untuk budidaya udang.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Henyda
Abstrak :
ABSTRAK
Karakteristik debit sangat penting dalam pengelolaan manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS). Karakteristik debit adalah ciri atau sifat debit aliran sungai (Q). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh Karakteristik debit terhadap penggunaan tanah dan pola curah hujan secara spasial terhadap pola aliran atau debit. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda survey dan analisa kuantitatif. Berdasarkan perhitungan Karakteristik debit aliran (Q) Daerah Aliran Ci Meta pada tahun 1991 ? 2006. Parameter debit rata-rata (MQ), debit tertinggi (MHQ), debit terendah (MNQ), dan koefisien runoff mengalami penurunan setelah 1998, sedangkan Qmin/Qmax mengalami kenaikan setelah 1998. Pengaruh penggunaan tanah digambarkan pada kejadian tahun 1994 dan 2002, dimana pada tahun 1994 koefisien runoff berada diatas nilai ratarata. Sedangkan pada tahun 2002 koefisien runoff berada di bawah nilai debit rata-rata dan mengalami penurunan Variabel curah hujan hulu dan curah hujan tengah berkorelasi dengan variable volume debit (Qvol) dan variabel debit maksimum (Qmax).
2007
T39430
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waryati
Abstrak :
ABSTRAK
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling penting bagi semua kehidupan di Bumi. Dalam fasilitas industri, air digunakan dalam berbagai kegiatan. Total dikenal sebagai Total E & P Indonesie (TEPI) adalah perusahaan yang beroperasi di Indonesia di sektor energi dan manufaktur kimia, terutama pada industri minyak dan gas. Makalah ini akan mengevaluasi kinerja instalasi pengolahaan air terhadap kualitas air yang dihasilkan dan akan dibandingkan dengan peraturan air minum di Indonesia (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 736/Menkes/Per/VI/2010 tentang persyaratan kualitas air minum). TEPI memiliki enam Water Treatment Plant (WTP) untuk mendukung air bersih untuk ladang minyak dan gas, kantor, dan perumahan bagi karyawan dan ada WTP Gunung Karang, PWT Sepinggan, PWT Handil 2 Base, DWT Senipah, PWT Handil CPA (Central processing area), dan PWT CPU (Central Processing Unit). Dari pengamatan di lapangan, pemeliharaan periodik, hasil dari parameter analisis dipelajari (kekeruhan, pH, TDS, Fe, temperatur, residu klorin, bakteri umum, bakteri coliform dan bakteri E.coli) dan wawancara dengan operator dari PWT, bahwa ada tiga PWT dalam kondisi baik (WTP Gunung Karang, PWT Sepinggan dan WTP CPU), satu PWT dalam kondisi baik dengan catatan (DWT Senipah) dan dua PWT berada dalam kondisi buruk (WTP CPA dan WTP Handil 2 Base).
ABSTRACT
Water is one of the most vital natural resources for all life on Earth. In industrial facilities, water is used in a wide range of activities. Total as known as Total E&P Indonesié (TEPI) is company which operating in Indonesia in energy sector and chemical manufacturing, especially on oil and gas industry. This paper will evaluate the performance of the WTP to the water quality produced and will be compared with the regulation of drinking water in Indonesia (regulation of Health Ministers of the Republic Indonesia number 736/Menkes/Per/VI/2010 about drinking water quality requirements). TEPI have six Water Treatment Plant (WTP) for supporting clean water for the oil and gas field, office and housing for the employee. There are WTP Gunung Karang, PWT Sepinggan, PWT Handil 2 Base, DWT Senipah, PWT Handil CPA (Central processing Area), and PWT CPU (Central Processing Unit). From observation in the field, the periodic maintenance, the results of analysis parameters studied (turbidity, pH, TDS, Fe, temperature, residual chlorine, general bacteria, bacteria coliform and bacteria E.coli) and interviews with operator from PWT, there are three PWT that in a good condition (WTP Gunung Karang, PWT Sepinggan and WTP CPU), one PWT in a good condition with a note (DWT Senipah) and two PWT are in a bad condition (WTP CPA and WTP Handil 2 Base).
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T33166
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>