Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syahrurrachman
"Proses perbandingan antara sistem chiller absorpsi nap efek tunggal pembakaran tak langsung dengan chiller sentrifugalgal satu tingkat berpendingin air bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangaxmya masing-masing, baik itu dari faktor teknologi, faktor kinerja sistem, faktor ekonomi, serta faktor lainnya baik itu dari segi kehandalan, kenyamanan, dan operasionalnya.
Data-data yang dibutuhkan diambil dari studi kasus instalasi tata udara pada sebuah pusat perheianjaan yang menggunakan chiller absorpsi uap sebagai Air HancL'ing Tbzit (AI-IU)-nya. Analisa ini dilakukan dengan mclakukan perhitungan-perhitungan termodinamika untuk mengukur Iaju aliran massa fluida kerja dan laju perpindahan energi kalor di dalam sistem unmk mengukur koefisien prestasi sistem secara keseluruhan. Perhilungan ulang dengan tahap yang sama dilakukan untuk menganalisa sistem chiller sentrifugal dengan rnengideaiisasikan beberapa data yang diperoleh dari spesiiikasi pada chiller absorpsi uap.
Dari pengolahan data tersebut diperoleh hasil bahwa pada kondisi beban reiiigrasi operasional rata-rata yang sama laju perpindahan kalor yang terjadi di evaporator dan kondensor chillcr sentrifiigai lebih efekiif dan koeisien prestasi sistem yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan chiller absorpsi nap, namun dengan selisih perbedaan yang tidak terlalu mencolok. Kemudian perhitungan dilanjutkan untuk membandingkan biaya konsumsi energi dan biaya oparasional tahunan kedua sistem. Untuk chiller absorpsi dilakukan perhitungan terhadap biaya konsumsi energi listrilc, biaya konsumsi bahan bakar, dan biaya pemakaian air. Sedangkan untuk chiller sentrifugal dilakukan perhitungan terhadap biaya konsumsi energi iistrik, biaya pemakaian air, dan biaya perawatan sistem pelumasan. Hasil yang diperoleh adalah chiiler absorpsi uap memerlukan biaya pemakaian air yang lebih tinggi daripada chiller sentriiiigal, sedangkan chiiler sentrifirgal memerlukan biaya konsumsi energi listrik yang lebih tinggi daripada chiller absorpsi uap. Secara keseluruhan jika ditotal dengan biaya-biaya Iainnya, biaya operasional tahunan chiller absorpsi nap jauh Iebih murah jika dibandingkan dengan biaya operasional chiller sentrifugal.

The comparison process between indirect-fired single effect steam operated abso;pticn chiller with water-cooled single stage cenrifugal Chiller is to know the surplus and the laclc of each systems, either rain technologicalbv, perforvnance capability, economically. and some other factors such as reliability, connortability, and operationalhi.
The required datas taken from a case study of shopping center air conditioner installation using absorption chillerfor its Air Handling (bait MHKD. The anabisis conducted by theimoaynamic calculations to measure the massjlow of work fluid and the heat transfer in the .system in order to jind the value of .gistein Coefficient of Performance (COP). Re-calculating process with the some steps fo analyze centryitgal chiller .9/stem conahtcted by idealize some datas from absorption chiller specification.
The analysis results are, in the same average operational cooling load the heat transfer in the evaporator and condenser of the centrifugal chiller are more ejective and higher system COP, when compared with absorption chiller, however with small differences. Then the calculations continued to compare the cost of energy consumption and annualbw operational both systems. For absorption chiller conducted by calculating the cost of electricity consumption, water usage, and_)9tel consumption, and for centrifugal chiller by calculating the cost of electricity consumption, water usage and lubrication system maintenance. The results are, absorption chiller needs water usage higher than centrifugal chiller, and ceutrintgai chiller needs electricity consumption higher than absorption chiller. Generally, the total annualbt operational cost of absorption chiller is lower than centriyitgal chiiler.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitinjak, Ricardo M.T.
"Studi degradasi fotokatalitik paraquat diklorida menggunakan fotokatalis magnetik Fe3O4/TiO2 dan Fe3O4/SiO2/TiO2 menjadi perhatian dalam masalah pencemaran lingkungan, misalnya kontaminasi air tanah oleh herbisida. Herbisida jenis paraquat ini sangat berbahaya dalam lingkungan khususnya daerah perkebunan kelapa sawit dimana senyawa ini dapat mencemari air tanah. Fototakalis magnetik Fe3O4/TiO2 dan Fe3O4/SiO2/TiO2 dipreparasi dengan menggunakan metode heteroaglomerasi. Komposit Fe3O4/TiO2 dipreparasi dengan rasio berat 1:1 dan Fe3O4/SiO2/TiO2 dengan rasio berat 2:1:3. Keunggulan dari komposit Fe3O4/TiO2 dan Fe3O4/SiO2/TiO2 yaitu memiliki sifat fotoaktif yang cukup baik dan mudah untuk dipisahkan dari air yang diolah. Karakterisasi komposit dilakukan dengan instrumentasi SEM-EDX, FT-IR, UV-VIS DRS, danVSM. Pengujian fotokatalis magnetik Fe3O4/TiO2 dan Fe3O4/SiO2/TiO2 untuk degradasi senyawa paraquat diklorida telah berhasil dilakukan. Hasil uji degradasi paraquat diklorida menggunakan komposit Fe3O4/TiO2 dan Fe3O4/SiO2/TiO2 pada reaktor batch dengan dosis katalis 1 g/L menghasilkan penurunan paraquat diklorida masing-masing sebesar 41% dan 85% dalam rentang waktu sampai 240 menit pada kondisi pH=6. Sedangkan pada reaktor alir kecil dengan dosis katalis 1 g/L dan masing-masing memiliki %degradasi sebesar 32% dan 71% dan pada reaktor alir besar dengan dosis 0,2 g/L masing-masing sebesar 7% dan 14% dalam retang waktu sampai 6 jam. Studi kinetika dari proses degradasi paraquat diklorida (sistem heterogen) mengikuti orde-satu pseudo, nilai konstanta kecepatan yang dihasilkan pada proses degradasi paraquat diklorida menggunakan komposit Fe3O4/TiO2 dan Fe3O4/SiO2/TiO2 adalah sebesar 0,153 Jam-1 dan 0,54 Jam-1 dengan waktu paruh yang paling cepat masing-masing sebesar 4,53 jam dan 1,286 jam. Sedangkan menggunakan reaktor alir kecil memiliki nilai konstanta kecepatan masing-masing komposit adalah 0,057 Jam-1 dan 0,207 Jam-1 dengan waktu paruh masing-masing 12,16 jam dan 3,348 jam dan untuk reaktor alir besar nilai konstanta kecepatan masing-masing komposit adalah 0,007 Jam-1 dan 0,0132 Jam-1 dengan waktu paruh masing-masing 99,021 jam dan 52,51 jam.

Study on the degradation of paraquat dichloride by using photocatalytic magnetic Fe3O4/TiO2 and Fe3O4/SiO2/TiO2 attracted attention in environmental pollution problems, including on the contamination of ground water by herbicide. Paraquat, one type of herbicide, which is being used in the palm oil plantation area may lead to a ground water contamination. Photocatalytic magnetic Fe3O4/TiO2 and Fe3O4/SiO2/TiO2 were prepared by using the heteroaglomeration method. Whre, the Fe3O4/TiO2 composite were prepared by the mass ratio of 1:1 and Fe3O4/SiO2/TiO2 with mass ratio of 2:1:3. Advantages of the composite Fe3O4/TiO2 and Fe3O4/SiO2/TiO2 are having the nature of quite good fotoactive and easy to recollect from the treated water, due to its magnetic properties. Composite characterizations were conducted by SEM-EDX, FT-IR, UV-VIS DRS, and VSM. Photocatalytic activity examination of the magnetic photocatalytic Fe3O4/TiO2 and Fe3O4/SiO2/TiO2, were carried out toward water containing paraquat dichloride. The results of the degradation experiments by using Fe3O4/TiO2 and Fe3O4/SiO2/TiO2 in the batch reactor with 1 g/L of catalyst dose, for the 240 minutes, at pH=6, showed that of paraquat dichloride can be eliminated as much as 41% and 85% , respectiveley. While in the small flow reactor with a dose of 1g/L catalyst paraquat can be eliminated as much as 32% and 71% respectively. While for the big flow reactor with a dose of 0,2 g/L paraquat dichloride can be eliminated only 7% and 14%, respectivelye. Kinetic study of the (heterogeneous) batch process indicated the pseudo-1st-order, with the apparent rate constant of the degradation of paraquat dichloride using composite Fe3O4/TiO2 and Fe3O4/SiO2/TiO2 were 0,153 h-1 and 0,54 h-1 and fastest half-life 4,53 h and 1,286 h, respectivelye. While when using a small flow reactor the value of the apparent rate constant of each composite was 0,057 h-1 and 0,207 h-1 with a half-life of each 12,16 h and 51,286 h respectivelye. For the big flow reactor the value of the apparent rate constant of each composite was 0,007 h-1 and 00132 h-1 with a half-life of each 99,021h and 52,51h respectivelye.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Pradipta Luthani
"Pada era informasi ini, komputer yang lebih baik dirancang untuk mengimbangi perkembangan teknologi. Seiring dengan komputer yang lebih baik dirancang, Central Processing Unit (CPU) dengan kekuatan lebih baik juga dibutuhkan. CPU mengeluarkan panas sesuai dengan kekuatan komputasinya, yang membutuhkan solusi pendingin yang lebih baik agar CPU berjalan pada suhu yang aman. Selain itu, trend pendingin berbasis air sebagai metode baru untuk mendingin CPU dikenalkan yang mempunyai kapabilitas yang lebih baik dibanding pendingin berbasis angin.
Penelitian ini juga memfokuskan kepada perkembangan pendingin berbasis air dengan cara menambahkan heat pipe. Penelitian ini menyelidiki pendingin berbasis air yang ditambahkan dengan heat pipe dalam hal thermal disipasinya. Kombinasi dari Pendingin berbasis air dan heat pipe menghasilkan hasil yang terburuk dibandingkan dengan pendingin komersil yang sudah dijual dipasaran. Kombinasi dengan heat pipe yang lebih pendek membuahkan hasil yang lebih baik, akan tetapi performanya yang dihasilkan tidak sebagus dengan pendingin komersil, baik yang berbasis angin dan air.

On this era of information, a better computer is built to cope with the rising of development of technology. As better computer is built, higher power of central processing unit is required. While better Central Processing Unit (CPU) produces higher heat, a better cooling solution is developed to cope with the higher generation of heat to keep components operates on the permissible temperature. The trend of liquid cooling as a new method is introduced for better cooling capability compared to air cooling counterpart. Furthermore, Personal Computer with liquid cooling has a tendency to produce less noise than personal computer with air cooling counterpart.
This study focuses on the development of addition of heat pipes with heat spreader on both ends to the liquid cooling unit which is a room for future development to the liquid cooling unit as a whole. This study compares the performance of liquid cooling with the addition unit in terms of thermal dissipation to the liquid cooling without one. The combination of water-cooling and long heat pipe is proven to be worst compared to the existing commercial cooling design, the combination of water-cooling and shorter heat pipe is proven to be second worst in terms of performance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library