Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novie Indriasari
Abstrak :
ABSTRAK
Daerah Aliran DA Ci Salak dan Ci Sahang merupakan wilayah yang secara geologis memiliki potensi tambang pasir yang tersebar di kaki hingga lereng Gunung Tampomas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambangan terhadap penutup lahan dan sumber daya air di DA Ci Salak dan Ci Sahang. Metode overlay dan wawancara dengan metode insidental sampling untuk analisa penutup lahan dan sumber daya air. Hasil penelitian menunjukkan sejak tahun 1988-2016 luas total area yang ditambang sebesar 526,3 Ha dengan arah perkembangan tambang dari barat ke timur. Pertambangan dilakukan pada ketinggian antara 500-1000 mdpl dengan kemiringan lereng 0-8 hingga 25-45 . Area tambang lebih dominan dilakukan pada penutup lahan ladang dan lahan terbuka, jenis tanah regosol, serta jenis batuan lava Qyl dan tuff berbatu apung Qyt . Pengaruh penambangan terhadap kualitas mata air adalah dengan meningkatnya konsentrasi kekeruhan dan phosphat, sedangkan peningkatan konsentrasi TSS dan Fe terjadi di saluran air di sekitar tambang. Penurunan kuantitas akibat penambangan berupa berkurangnya jangkauan air yang mengairi sawah dan ladang serta untuk kebutuhan rumah tangga di 10 sepuluh kampung di sekitar DA Ci Salak dan Ci Sahang dengan radius terdekat terdekat 500m dan radius terjauh 2000m dari mata air.
ABSTRACT
Ci Salak and Ci Sahang watershed are geologically potential areas of sand mining, which spread over the foothill of Mount Tampomas. This study aims to analyze the effect of mining on land cover and water resources in Ci Salak and Ci Sahang watershed. Overlay methods and interviews using incidental sampling methods were used in this study for analysis of land cover and water resources. The results show that since 1988 2016 the total area of mining reached to 526.3 Ha with the direction development of the mining from west to east. Mining is done at an altitude between 500 1000 mdpl with a slope of 0 8 to 25 45 . Mining areas are dominant to change the fields small holder land use and bare soil, regosol soil types and lava Qyl and Pumiceous Tuff Qyt rock types. The effect of mining on the quality of water springs can be seen by the increasing of the turbidity concentration and phosphat, while the increase of TSS and Fe concentration occurs in the water channel around the mining area. The decrease of water quantity due to mining result in the decrease of water coverage which irrigates the paddy fields and small holder, including for the household needs for 10 ten villages around Ci Salak and Ci Sahang watershed, with nearest radius at 500m and the farthest radius at 2000 m from springs
2018
T49543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Mashuda
Abstrak :
Pengaturan kewenangan dan tanggung jawab Pengelolaan Sumber Daya Air oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota didasarkan pada keberadaan wilayah sungai. Di daerah otonom, air juga dapat menimbulkan konflik dalam pemanfaatanya secara bersama antar Kabupaten/Kota. Oleh karena itu penelitian ini mencoba untuk membahas pengaturan sengketa antar kabupaten/kota dalam pengelolaan sumber daya air, dan peran pemerintah dalam penyelesaian sengketa tersebut serta merumuskan model penyelesaian sengketa pengelolaan sumber daya air oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundangundangan. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat preskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan dan konseptual yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa sumber daya air antar kabupaten/kota. Jawaban yang diperoleh dari hasil penelitian, pertama, Pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air oleh pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan. Kedua, Penyelesaian Sengketa yang diatur dalam UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air bisa dilihat dalam Pasal 13 dalam mengatur dan mengelola Sumber Daya Air, Pemerintah Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 yaitu “memfasilitasi penyelesaian sengketa antar kabupaten dan/atau antar kota dalam Pengelolaan Sumber Daya Air”. Ketiga, Pendekatan pengelolaan air kedepan dapat menggunakan pendekatan ekoregion yang bertujuan untuk memperkuat dan memastikan terjadinya koordinasi horisontal antar wilayah administrasi yang saling bergantung (hulu-hilir) dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup yang mengandung persoalan pemanfaatan, pencadangan sumber daya alam maupun permasalahan lingkungan hidup. ......The regulation of authority and responsibility of Water Resource Management by the Central Government, Provincial Government, and Regency/City Government is based on the existence of river areas. In autonomous regions, water can also cause conflict in its use together between regencys/cities. Therefore, this study tried to discuss the regulation of disputes between regencys/cities in the management of water resources, and the role of the government in the resolution of such disputes and formulated a model of dispute resolution of water resource management by the government based on laws and regulations. This study is a prescriptive normative legal study. The approach used is a statutory and conceptual approach related to the resolution of water resource disputes between d regencys/cities. The answers obtained from the results of the study, first, the regulation of authority and responsibility for water resource management by the government, provincial government, and regency/city government is based on the existence of the river area concerned. Second, Dispute Resolution stipulated in Law Number 17 of 2019 on Water Resources can be seen in Article 13 in regulating and managing Water Resources, Provincial Government as referred to in Article 12 which is “facilitating the resolution of disputes between regencys and/or between cities in Water Resource Management”. Third, the future water management approach can use an ecoregion approach that aims to strengthen and ensure horizontal coordination between interdependent administrative areas (upstream-downstream) in the management and protection of the environment that contains problems of utilization, backup of natural resources and environmental problems.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Narulita
Abstrak :
Pulau Bintan adalah Pulau kecil dengan batuan penyusun pulau didominasi oleh granit dan batupasir tufa yang mempunyai daya-simpan dan kelulusan air rendah. Variabilitas curah hujan adalah faktor utama dalam menentukan ketersediaan air di Pulau Bintan. Saat ini aktifitas perekonomian dan tingkat pertumbuhan penduduk tinggi, sehingga kebutuhan air meningkat cepat, yang mengakibatkan terjadi ketidak-seimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Curah hujan musiman di Indonesia terutama disebabkan oleh sistem Angin musim-Asia dan Angin musim-Australia, yang menyebabkan adanya musim kemarau dan musim hujan dengan durasi masing-masing musim 6 bulan dalam siklus satu tahun. Akan tetapi lama musim kemarau dan hujan tidak selalu sama setiap tahun, akibat ENSO dan IOD. Pulau Bintan secara geografis berada di sekitar ekuator, puncak hujan terjadi dua kali dalam setahun, seharusnya air yang tersedia cukup memadai. Faktor yang diduga mempengaruhi berkurangnya ketersediaan air adalah faktor fenomena iklim ENSO dan IOD. Studi ini melakukan analisis spasial dan temporal pengaruh fenomena iklim ENSO dan IOD pada ketersediaan air. Metodologi yang digunakan adalah analisis korelasi, komposit, Standar Precipitation Index serta pendugaan kuantitas sumberdaya air. Menggunakan data satelit CHIRPS skala detil, diharapkan memberikan informasi detil pengaruh fenomena iklim terhadap variabilitas curah hujan. Hasil penelitian menunjukkan fenomena iklim El-Niño dan IOD kuat mempengaruhi variabilitas curah hujan berdasarkan musim, mengakibatkan berkurangnya curah hujan yang mengakibatkan kekeringan meteorologi dan kelangkaan sumberdaya air. Untuk mengurangi dampak bencana akibat fenomena iklim, disarankan untuk menambah tampungan air hujan serta mengendalikan tutupan lahan, mengingat Pulau Bintan sangat sensitif terhadap fenomena iklim. Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi penting dalam penentuan kebijakan pengelolaan sumberdaya air yang terarah dan terukur di Pulau kecil wilayah Ekuator, terutama yang berada di wilayah Belahan Bumi Utara Bagian Barat daya Indonesia. ......Bintan Island is a small island dominated by granite and tuff sandstones which mostly have low water-storage and water-permeability. Rainfall variability is the main factor in water availability determining on Bintan Island. Currently, economic activity and population growth rates are high, so that water demand is increasing rapidly, resulting in an imbalance between water supply and demand. Seasonal rainfall in Indonesia is mainly caused by the Monsoon-Asia and Monsoon-Australia systems, which cause dry and rainy seasons with a duration of 6 months each in oneyear cycle. However, the duration of the dry and rainy seasons is not always the same every year, due to ENSO and IOD. Bintan Island is geographically located around the equator; the peak of the rain occurs twice a year. With this condition, the water availability should be sufficient. The factors that are suspected to influence the reduced water availability are climate factors namely ENSO and IOD. This study has conducted the spatial and temporal analysis of the influence of ENSO and IOD climate phenomena on water resource availability. The methodology used is correlation and composite rainfall analysis, Standard Precipitation Index, and water resources quantity estimation. This study uses CHIRPS satellite data on a detailed scale, which is expected to provide detailed information on climate phenomena' s influence on rainfall variability. The results showed that the El Niño and IOD climatic phenomena affect rainfall variability based on seasons, resulting in the meteorological drought that is resulting in water resource scarcity. To reduce the impact of disasters due to climatic phenomena, it is recommended to add rainwater storage (retarded basin) and land cover controling, considering that Bintan Island is very sensitive to climate phenomena. The results of this study are expected to be used in water resource management policies of the equatorial small island, especially for small islands in the Northern Hemisphere, southwestern part of Indonesia.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bina Rara Putra
Abstrak :
ABSTRAK
Adanya pembangunan yang merupakan sebuah proses guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup, tentu secara tidak langsung akan berdampak terhadap kondisi dari lingkungan dan kekayaan sumberdaya, termasuk sumberdaya air. Satu dari sepuluh rumah tangga mengalami kekurangan persediaan air bersih, khususnya pada musim kemarau. Saat ini, bahkan di provinsi-provinsi yang berkinerja lebih baik Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, sekitar satu dari tiga rumah tangga tidak memiliki akses ke persediaan air bersih. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola keruangan ketersediaan dan kebutuhan sumberdaya air bersih di wilayah penelitian dalam rangka kesiapan memasuki era habitat 3. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan statistik dengan analisis keruangan tiap wilayah Kecamatan. Perhitungan dilakukan untuk mendapatkan hasil ketersediaan dan kebutuhan air. Penggunaan data berkala dimaksudkan untuk mendapatkan model tren untuk prediksi di tahun 2036 yang merupakan era habitat 3. Hasil yang didapatkan menunjukan wilayah Merapi bagian Selatan tidak memiliki kesenjangan, baik kebutuhan maupun ketersediaan air. Ketersediaan air di Kota Yogyakarta dan Kabupaten dapat memenuhi kebutuhan air di setiap Kecamatan hingga tahun 2036. Wilayah kecamatan di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta memiliki tingkat persentase yang tinggi di tahun prediksi, yaitu tahun 2036. Tingkat persentase imbangan air memiliki kecenderungan persentase yang tinggi atau dalam kategori aman. Beberapa kecamatan memiliki persentase di bawah angka 80 tetapi masih di atas 60 dimana masuk dalam kategori rawan. Beberapa kecamatan berada di kategori krisis air atau air yang dimanfaatkan di wilayah tersebut lebih dari 40 dari ketersediaan air yang ada. Menjadikan kecamatan-kecamatan tersebut kurang siap memasuki era habitat 3 karena akan mengalami kesulitan memperoleh air.
ABSTRACT
The existence of facilities and infrastructure development, is a means of process to improve or repair the quality of life, will evidently affect the condition of the environment and wealth of natural resources, including water resources. One in ten households suffer from a shortage of clean water supply, especially during the dry season. Currently, even in better performing provinces e.g. Central Java and Yogyakarta , about one in three households do not have access to clean water supplies. This study aims to analyze the spatial pattern of availability and need of clean water resources in the specified research area in order to analyse its readiness to enter Habitat 3 era. Analysis was done using statistical approach with spatial analysis of each district. Calculation was accomplished to obtain results of water availability and requirement. The use of periodic data is intended to acquire a trend model for predictions of the year 2036 which is intended to be Habitat 3 era. The results obtained showed that the southern part of Merapi has no gaps by both the need or availability of water. The availability of water in the city and district of Yogyakarta meets the needs of water supply for every sub district until 2036. The sub district of Sleman and Yogyakarta have a high percentage rate in the predicted year, 2036. The percentage rate of water balance has a high percentage tendency or is concluded to be in the safe category. Several sub districts have a percentage below 80, although positioned above 60 , this rate falls into the vulnerable category. Some districts are positioned in the water crisis category, in other words, water resources utilized in the region exceeds by 40 of the actual water availability. Making the sub districts less ready to enter Habitat 3 era due to difficulties in obtaining sufficient water resources.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Washington The World Bank 1993,
333.91 Wat
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wiener, Aaron
New York: McGraw-Hill, 1972
333.91 WIE r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kuiper, Edward
London : Butterworth, 1967
333.912 KUI w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ames: Iowa Iowa State University Press , 1961
333.912 ECO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
James, L. Douglas (Leonard Douglas)
New York: McGraw-Hill, 1971
333.91 JAM e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Goodman, Alvin S.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1984
333.911 GOO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>