Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggitha Grace Octora
"Air limbah laboratorium mempunyai karakteristik spesifik dan dapat memiliki kandungan bahan berbahaya beracun. Pengelolaannya diperlukan untuk memastikan air buangan tersebut tidak berakhir mencemari lingkungan. Namun, penelitian terkait evaluasi pengelolaan limbah cair laboratorium di Indonesia masih sangat sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem pengelolaan limbah cair laboratorium di lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI). Metode penelitian yang digunakan adalah dengan observasi, wawancara, sampling dan pengujian limbah cair laboratorium. Hasil dari data yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan dibandingkan dengan regulasi standar. Tiga laboratorium yang dijadikan objek studi adalah laboratorium teknologi intensifikasi proses departemen teknik kimia (TIP DTK), laboratorium korosi dan ekstraksi departemen teknik metalurgi dan material (DTMM), dan laboratorium kimia departemen teknik sipil dan lingkungan (DTSL). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kuantitas limbah cair laboratorium di lingkungan FTUI bersifat fluktuatif dan mengalami penurunan ketika kondisi pandemi melanda. Kuantitas rata-rata limbah cair laboratorium adalah 1.403 L/tahun. Rata-rata karakteristik limbah cair laboratorium dengan parameter suhu, pH, BOD, COD, Fe, TSS, TDS, dan total bakteri koliform secara berurutan bernilai 27°C, 1,9, 3.201 mg/L, 4.180 mg/L, 201 mg/L, 257 mg/L, 401 mg/L, dan 0. Dengan urutan parameter yang sama, kualitas limbah cair bekas pencucian alat bernilai 27,1°C, 5,1, 36,8 mg/L, 57 mg/L, 2,3 mg/L, 212 mg/L, 93 mg/L, dan 23 mg/L. Terdapat temuan negatif pada setiap aspek pengelolaan limbah cair di antaranya karakteristik dan label limbah cair yang tidak sesuai dengan standar, tidak adanya pemisahan limbah cair berdasarkan 5 karakteristik limbah, dan masa penyimpanan yang melebihi 1 tahun. Kinerja sistem pengelolaan limbah cair dapat ditingkatkan dengan pengkondisian praktikan dan laboran, pengadaan diskusi dan pelatihan, penambahan jerigen, corong dan alat kebersihan, melakukan segregasi limbah B3, menggalakkan penggunaan APD, serta menyediakan jalur khusus pengumpulan.

Laboratory wastewater has specific characteristics and may contain toxic hazardous materials. Its management is needed to ensure that the wastewater does not end up polluting the environment. However, there are very few studies related to the evaluation of laboratory wastewater management in Indonesia. This study aims to evaluate the laboratory liquid waste management system in the Faculty of Engineering, University of Indonesia (FTUI). The research method used are observation, interviews, sampling and testing of laboratory liquid waste. The results of the data obtained were analyzed using descriptive statistics and compared with standard regulations. The three laboratories used as objects of study are the chemical engineering department's process intensification technology laboratory (TIP DTK), the corrosion and extraction laboratory of the metallurgical and materials engineering department (DTMM), and the chemical laboratory of the civil and environmental engineering department (DTSL). Based on the research that has been carried out, the quantity of laboratory liquid waste in the FTUI environment is fluctuating and decreases when the pandemic conditions hit. The average quantity of laboratory liquid waste is 1,403 L/year. The average characteristics of laboratory wastewater with parameters of temperature, pH, BOD, COD, Fe, TSS, TDS, and total coliform bacteria are respectively 27°C, 1.9, 3,201 mg/L, 4,180 mg/L, 201 mg /L, 257 mg/L, 401 mg/L, and 0. With the same order of parameters, the quality of liquid waste used for washing tools is 27.1°C, 5.1, 36.8 mg/L, 57 mg/L, 2.3 mg/L, 212 mg/L, 93 mg/L, and 23 mg/L. There are negative findings in every aspect of liquid waste management including the characteristics and labels of liquid waste that are not in accordance with standards, the absence of separation of liquid waste based on 5 characteristics of waste, and a storage period that exceeds 1 year. The performance of the wastewater management system can be improved by conditioning practitioners and laboratory assistants, providing discussions and training, adding jerry cans, funnels and cleaning tools, segregating B3 waste, promoting the use of PPE, and providing special collection routes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Jati Windriyo
"Air limbah adalah hambatan lingkungan utama untuk pertumbuhan industri tekstil selain masalah kecil lainnya seperti limbah padat dan pengelolaan limbah sumber daya. Industri tekstil menggunakan banyak jenis pewarna sintetis dan mengeluarkan banyak air limbah yang sangat berwarna karena penyerapan pewarna oleh kain sangat buruk. Air limbah batik yang sangat berwarna ini sangat mempengaruhi fungsi fotosintesis pada tanaman. Ini juga berdampak pada kehidupan akuatik karena penetrasi cahaya yang rendah dan konsumsi oksigen. Ini juga bisa mematikan bagi bentuk kehidupan laut tertentu karena terjadinya komponen logam dan klorin hadir dalam pewarna sintetis. Oleh karena itu, air limbah tekstil ini harus diolah sebelum dibuang. Dalam penelitian ini, pengolahan simultan dari Koagulasi-Flokulasi dan Ozon (O3) dipilih untuk mengolah air limbah tekstil dan ozon diharapkan dapat mengurangi dosis koagulan. Oleh karena itu, penambahan bahan kimia dapat sangat dikurangi dalam proses tersebut. Variasi dalam penelitian ini diperlukan untuk mendapatkan kondisi operasi perawatan yang optimal dan dapat dicapai melalui Jar Test dan reaktor skala lab kami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, HOC mencapai hasil degradasi dan reduksi lumpur yang lebih baik dibandingkan dengan proses pengolahan tunggal, yaitu koagulasi-flokulasi dan ozonasi. Untuk dicatat, efektivitas HOC hanya berhasil dalam dosis rendah dosis koagulan, seperti 100 dan 200 ppm. Di atas angka itu, dosis koagulan tidak memerlukan bantuan ozon, karena pada 300 ppm koagulasi mendominasi proses pengolahan.

Wastewater is a major environmental impediment for the growth of the textile industry besides the other minor issues like solid waste and resource waste management. Batik industry uses many kinds of synthetic dyes and discharge large amounts of highly colored wastewater as the uptake of these dyes by fabrics is very poor. This highly colored textile wastewater severely affects photosynthetic function in plant. It also has an impact on aquatic life due to low light penetration and oxygen consumption. It may also be lethal to certain forms of marine life due to the occurrence of component metals and chlorine present in the synthetic dyes. Therefore, this textile wastewater must be treated before their discharge. In this research, Hybrid Ozonation-Coagulation (HOC) was chosen to treat the textile wastewater and ozone is expected to reduce the dosage of coagulant. Therefore, the addition of chemical can be greatly reduced in the process. Variation in this research is required to obtain the optimum operating condition of treatment and can be achieved through Jar Test and our lab scale reactors. The results showed that, HOC achieved the better results of degradation and sludge reduction comparing to single treatment process, namely coagulation-flocculation and ozonation. To be noted, effectiveness of HOC only works out in the low dosage of coagulant dose, such as 100 and 200 ppm. Above that number, the coagulant dose does not need the help of ozone, due to the fact that at 300 ppm coagulation dominating the treatment process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Mariah Sausan Champai
"Kota Palembang sebagai kota besar di Indonesia tidak luput dari adanya pembangun infrastrukur. Pembangunan ini tentunya perlu adanya perencanaan yang baik dan efesien. Salah satu perencanaan terdekat adalah pembangunan infrastruktur bawah permukaan yaitu instalasi pipa air limbah. Pengelolaan yang tidak baik akan mengakibatkan banyaknya kerusakan dan gangguan lingkungan lain seperti pencemaran, atau yang lebih parahnya adanya kecelakaan ledakan pipa karna penggalian pipa atau kabel yang tidak dirancang dengan benar. Oleh karenanya perlu dilakukan identifikasi/inspeksi zona utilitas bawah permukaan agar tidak terjadi hal tersebut. Target zona utilitas ini berada di jalan Jl.Letkol Iskandar sampai Jl. Kebumen Darat yang terdiri atas 25 lintasan, dimana lintasan ganjil memiliki 13 data yang disusun secara melintang dan lintasan genap memiliki 12 data yang disusun sejajar jalan. Metode Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan metode yang tepat dalam melakukan identifikasi utilitas bawah permukaan seperti pipa, kabel, saluran air atau struktur bawah permukaan. Pengukuran menggunakan alat Cobra Plug-in GPR dengan antenna SUBECHO 150. Pemrosesan data menggunakan software Prism 2.6. Radargram yang telah diolah menghasilkan 12 Blok yang digunakan sebagai acuan pembuatan peta sebaran. Hasil akhir dari penelitian ini adalah peta sebaran zona utilitas dengan skala 1:3000 yang dapat digunakan sebagai rekomendasi posisi dan letak yang tepat untuk instalasi pipa air limbah di Kota Palembang. Zona utilitas tersebut ditandai dengan anomali hiperbola di kedalaman sekitar 0-2.5 m dan rekomendasi yang tepat dalam pemasangan pipa air limbah berdasarkan zona utilitas yang sudah di interpretasi berada di kedalaman 2 m.

Palembang as the largest cities in Indonesia, is inevitable of infrastructure development. This would requires good and efficient planning. One of the more immediate plans is the construction of subsurface infrastructure, i.e. the installation of wastewater pipes. Improper management will result in a lot of damage and other environmental disturbances such as pollution, or worse, pipe explosion accidents due to improperly designed pipe or cable excavation. Therefore, identification/inspection of subsurface utility zones is necessary to prevent this happen. The target of this utility zone is on Jl.Letkol Iskandar to Jl. Kebumen Darat which consists of 25 data, where the odd track has 13 data arranged transversely and the even track has 12 data arranged parallel to the road. The Ground Penetrating Radar (GPR) method is an appropriate method for identifying subsurface utilities such as pipes, cables, waterways or subsurface structures. Measurements using Cobra Plug-in GPR with SUBECHO 150 antenna. Data processing uses Prism 2.6 software. Radargram that has been processed produces 12 blocks which are used as a reference for making distribution maps. The final result of this study is a map of the distribution of utility zones with a scale of 1:3000 which can be used as a recommendation for the right position and location for the installation of wastewater pipes in Palembang. The utility zone is characterized by a hyperbolic anomaly at a depth of about 0-2.5 m and appropriate recommendation for installation of wastewater pipes based on the interpreted utility zone at a depth of 2 m."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library