Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahma Listyandini
Abstrak :
ABSTRAK
Akhir-akhir ini, berbagai studi berfokus pada indeks antropometri untuk obesitas seperti lingkar pinggang (LP), rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul (RLPP), dan rasio lingkar pinggang-tinggi badan (LP-TB) sebagai faktor prediksi sindrom metabolik. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi cut-off points dengan sensitivitas dan spesifistas optimal dari indeks antropometri untuk obesitas dalam mendefinisikan sindrom metabolik menurut kriteria NCEP-ATP III pada pegawai di area Tanjung Priok di Jakarta. Desain penelitian adalah cross sectional. Analisis data menggunakan kurva Receiver Operating Characteristic (ROC) untuk mengindentifikasi cut-off points optimal dari LP, RLPP, dan LP-TB dalam memprediksi sindrom metabolik. Total sampel diperoleh sebanyak 256 responden (174 pria dan 82 wanita) berusia 20- 58 tahun, yang bekerja di instansi pemerintah di area pelabuhan Tanjung Priok. Berdasarkan area under curve (AUC), didapatkan indeks antropomteri dengan angka terbesar hingga terkcecil secara berurutan yaitu LP-TB, LP, dan RLPP. Didapati cutoff point LP ≥88 cm pada pria dan ≥85 cm pada wanita. Cut-off points RLPP pada pria ≥0,9 dengan sensitifitas 63% dan spesifisitas 60%, sedangkan RLPP pada wanita ≥0,83 dengan sensitifitas 73% dan spesifitas 62%. Didapatkan LP-TB dengan cut-off points 0,5, dengan sensitivitas 66% (pria) dan 67% (wanita) serta spesifisitas 65% (pria) dan 62% (wanita). Sebagai faktor prediksi sindrom metabolik, indeks antropometri dapat dipilih dengan pertimbangan kemudahan pengukuran. LP dinilai lebih mudah dipraktikkan karena pengukuran tidak berbentuk rasio dan hanya melibatkan satu pengukuran antropometri saja, sehingga bias pengukuran dapat diminimalisir. Dibutuhkan studi longitudinal untuk memperkuat hasil penelitian ini.
ABSTRACT
Recently, many studies have focused on anthropometric indices for abdominal obesity as waist circumference (WC), waist to hip ratio (WHR), and waist to height ratio (WHtR) to define metabolic syndrome (MetS). This study aimed to compare WC, WHR, and WHtR and define an optimal cut-off values, which is most closely predictive of the components of the NCEP-ATP III MetS definition among employees in Port of Tanjung Priok, Jakarta. This study was cross-sectional study. Receiver Operating Characteristic (ROC) analysis was used to examine discrimination and find optimal cut-off values of WC, WHR, and WHtR to predict components of MetS. It included 256 subjects (174 men and 82 women) aged 20-58 years, who worked in Port of Tanjung Priok. According to area under curve, we found WHtR with the highest score, followed by WC, and followed by WHR with the lowest score. WC cutoff points were ≥88 cm in men dan ≥85 cm in women. WHR cut-off points were ≥0,9 in men (sensitivity 63%; specificity 60%), ≥0,83 in women (sensitivity 73%; specificity 62%). WHtR cut-off points was 0,5, in men and women (sensitivity 66% and specificity 65% in men; sensitivity 67% and specificity 62% in women). Anthropometric indices for metabolic syndrome prediction could be determined by considering measurement complexity. WC was considered as an easy measurement because it`s not in ratio and involved one measurement. Bias of measurement could be minimized. Longitudinal studies is needed to evaluate the consistency of the findings.
2016
T47064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadine Gracia Duindrahajeng
Abstrak :
Latar Belakang: Prevalensi obesitas sentral di Indonesia sedang meningkat dan populasi yang cukup terpengaruh oleh ini adalah wanita umur reproduktif, terutama pada masa beranak karena banyaknya paparan faktor risiko. Salah satu faktor risiko yang dapat dieksplor lebih jauh adalah kualitas diet, dimana teori menunjukkan bahwa nilai buruk pada indeks kualitas diet menjadi prediktif terhadap status gizi yang buruk, salah satunya ukuran lingkar perut. Studi ini memiliki tujuan untuk menganalisis hubungan antara kualitas diet dan lingkar perut pada wanita 6-bulan postpartum. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitikal numerik dengan bentuk potongan melintang menggunakan data sekunder dari projek besar ‘BRAVE’ oleh Grand Challenges Canada di Human Nutrition Research Center (HNRC) IMERI yang diambil dari wanita 6-bulan postpartum. Wanita pada studi diambil dari beberapa daerah di Jakarta dalam rentang umur 20-40 tahun, lalu dilakukan randomisasi untuk mengambil 130 data demi analisis study. Nilai kualitas diet diukur dengan Alternate Healthy Eating Index for Pregnancy (AHEI-P) dan lingkar perut diukur oleh tim riset dari BRAVE menggunakan pemeriksaan fisik langsung pada subjek. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa rerata nilai AHEI-P subjek adalah 39.42± 8.12 , dengan 77.7% termasuk dalam kategori buruk dan 22.3% termasuk dalam kategori butuh peningkatan. Prevalensi obesitas sentral di populasi adalah 76.9%. Tidak ada hubungan ditemukan antara nilai AHEI-P dan lingkar perut. Melalui multiple linear regression, ditermukan bahwa 1-unit peningkatan AHEI-P score meningkatkan lingkar perut 0.055 cm (p = 0.50, Adjusted β = 0.055, 95% CI = -0.11 - 0.22) namun asosiasi tidak dapat ditegakkan antara AHEI-P dan lingkar perut meskipun sudah disesuaikan dengan perancu. Kesimpulan: Studi menunjukkan kualitas diet pada populasi subjek termasuk buruk dan prevalensi obesitas sentral termasuk tinggi, dengan tidak ditemukan adanya hubungan antara nilai AHEI-P yang mengukur kualitas diet dengan lingkar perut, bahkan setelah disesuaikan dengan perancu. Studi lebih lanjut dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah subjek untuk melakukan konfirmasi pada penemuan. ......Background: The prevalence of central obesity in Indonesia has been increasing, with the majority affecting women of reproductive age, especially during childbearing ages due to the many risk factors they are exposed to. One risk factor that has not been extensively analyzed is diet quality in postpartum women and its association with nutritional status such as waist circumference. This study aims to find the association between diet quality and waist circumference in 6-month postpartum women. Methods: This research is cross-sectional design study using secondary data from the end line measurement from the ‘BRAVE’ study from Grand Challenges Canada of the Human Nutrition Research Center (HNRC) IMERI on 6-month postpartum women. The women are recruited from xx areas in Jakarta within the age range of 20-40 years old. Randomly selected 130 women’s WC and diet data were analyzed in the study. The diet quality score is measured by the Alternate Healthy Eating Index for Pregnancy (AHEI-P) and WC are measured by primary BRAVE researchers through home visits physical examination. The association were analyzed by a numerical correlation analysis. Results: This study found that the subjects has a mean AHEI-P score of 39.42± 8.12, with 77.7% considered in the poor category and 22.3% in the needing improvement (22.3%) category. Prevalence of central obesity in the population is 76.9%. Between AHEI-P score and waist circumference measurement, no association can be concluded between the two. Through multiple linear regression with the adjusted model, 1 (one) unit increase of AHEI-P score, the WC measurement would increase by 0.055 cm (p = 0.50, Adjusted β = 0.055, 95% CI = -0.11 - 0.22), but no association could be established between the two even after adjustments with the confounders. Conclusion: The study shows that the diet quality is poor and prevalence of central obesity is high in the study population, with no association found between AHEI-P score and waist circumference measurements even after adjustment with significant confounding. However, further study with bigger sample sizes is needed to confirm the finding.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Triatmanto
Abstrak :
Obesitas merupakan pandemi yang prevalensinya semakin meningkat termasuk di Indonesia, yang komplikasinya dapat diccegah dengan penatalaksanaan dini. Obesitas sentral ditemukan pada penelitian sebelumnya dengan nilai luas penampang VAT ≥ 100 cm2. Saat ini di Indonesia belum ada yang meneliti mengenai luas penampang lemak viseral pada populasi perempuan usia 18-50 tahun untuk mengetahui komposisi lemak tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara parameter antropometri dengan luas penampang lemak viseral (VAT) pada perempuan berusia 18-50 tahun. Dilakukan  studi cross sectional pada subjek yang CT-scan regio abdomen di departemen radiologi RSCM dan kemudian dilakukan pengukuran parameter antropometri yang mencakup lingkar pinggang (WC), rasio lingkar pinggang-tinggi badan (WtHR), dan indeks massa tubuh (IMT). Analisis korelasi, analisis bivariat dan multivariat dilakukan pada paremeter antropometri tersebut untuk mendapatkan formula yang dapat memprediksi komposisi lemak viseral tubuh. Ditemukan 51,9% subjek memiliki status gizi overweight dan obesitas, dan ditemukan 28,8% subjek memiliki luas penampang VAT ≥ 100 cm2. WC, WtHR, dan IMT memiliki korelasi positif kuat terhadap nilai luas penampang VAT dengan nilai p <0,0001 dan nilai R masing-masing 0,770, 0,770, dan 0,797. Ditemukan titik potong untuk nilai luas penampang VAT = 100cm2 untuk WC=83,1 cm (sensitivitas,spesifisitas: 93,3%,83,3%), WtHR= 0,5376 (86,7%, 81,1%), dan IMT = 24,1203 (86,7, 81,1%). Sebagai simpulan, terdapat korelasi positif kuat antara WC, WtHR, dan IMT terhadap luas penampang VAT. Ditemukan titik potong untuk nilai VAT = 100cm2 untuk masing-masing parameter antropometri yang dapat memprediksi terjadinya obesitas sentral. ......Obesity has become pandemic and it’s prevalence has been increasing each years, including in Indonesia, and the complication can be prevented with early intervention. Central obesity has been measured based on previous studies with VAT surface area ≥ 100 cm2. At the moment in Indonesia there are no studies regarding VAT surface area in 18-50 years old women. This study aims to identify the correlation of antropometric profile to Visceral Adipose Tissue surface area in 18-50 years old women. A cross-sectional study was conducted on subjects who had a CT scan of the abdominal region at the RSCM radiology department and then anthropometric parameters were measured including waist circumference (WC), waist circumference-height ratio (WtHR), and body mass index (BMI). Correlation analysis, bivariate and multivariate analysis were carried out on these anthropometric parameters to obtain a formula that can predict the body's visceral fat composition. It was found that 51.9% of subjects had overweight and obesity nutritional status, and it was found that 28.8% of subjects had a VAT cross-sectional area ≥ 100 cm2. WC, WtHR, and IMT have a strong positive correlation with the VAT cross-sectional area value with a p value <0.0001 and an R value of 0.770, 0.770, and 0.797, respectively. The cut point was found for the cross-sectional area value VAT = 100cm2 for WC = 83.1 cm (sensitivity, specificity: 93.3%, 83.3%), WtHR = 0.5376 (86.7%, 81.1%), and BMI = 24.1203 (86.7, 81.1%). In conclusion, there is a strong positive correlation between WC, WtHR, and BMI on VAT cross-sectional area. A cut point was found for the VAT value = 100cm2 for each anthropometric parameter which can predict the occurrence of central obesity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tsaniya Meidini Tahsya Hermawan
Abstrak :
Latar Belakang Sindrom Polikistik Ovarium (SAPK) adalah salah satu penyakit metabolic-endokrin yang paling sering ditemui pada Wanita dalam usia reproduktif. Sindrom Polikistik Ovarium merupakan kondisi yang banyak dikaitkan dengan obesitas dan meningkatnya jaringan adiposa, yang bisa diukur dengan lingkar pinggang dan tingkat lemak viseral. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk menganalisis korelasi dari obesitas dengan jaringan lemak viseral pada pasien sindrom polikistik ovarium dan kontrol pada klinik Yasmin, RSCM Kencana Metode Penelitian ini merupakan studi retrospektif analitik yang menggunakan metode cross-sectional dengan menggunakan data yang diperoleh dari rekam medis di Klinik Yasmin, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kencana. Variabel independent merupakan index massa tubuh, sedangkan variable dependen adalah lingkar pinggang dan tingkat lemak viseral pada pasien SOPK dan kontrol. Hasil Penelitian ini menemukan perbedaan yang signifikan pada Lingkar pinggang (LP) dan Tingkat lemak viseral antar parameter IMT yang berbeda. Ketika membandingkan SOPK dan kelompok tidak SOPK pada kelompok yang disesuaikan dengan IMT, hanya kelompok obesitas yang memiliki perbedaan signifikan pada LP dan tingkat lemak viseral. Selain itu, ditemukan adanya korelasi yang signifikan antara indeks massa tubuh dan lingkar pinggang (p<0,000), serta lemak viseral (p<0,000) pada pasien PCOS. Hasilnya memiliki nilai Korelasi Pearson masing-masing sebesar 0,892 dan 0,871 yang berarti variabel lainnya akan semakin tinggi seiring dengan meningkatnya salah satu variabel. Kesimpulan Hasil dari penelitian ini menemukan adanya korelasi signifikan positif antara jaringan lemak viseral dan IMT pada pasien SOPK. ......Introduction Polycystic ovary syndrome (PCOS) is one of the most common metabolic-endocrine disease that can be found in women in reproductive age. Polycystic ovary syndrome is a condition that is closely correlated to obesity and increase of adipose tissue, which can be measured by waist circumference and visceral fat level. Thus, this study aims to analyse the correlation of obesity with waist circumference and visceral fat in polycystic ovary syndrome and control patients. . Method This research is a retrospective analytical study that uses cross-sectional method and utilize medical records from patients in Klinik Yasmin, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kencana. The independent variable is the body mass index, meanwhile the dependent variable is the waist circumference and visceral fat level. Results This research has found a significant difference in WC and VF among different BMI parameters. When comparing PCOS and the control group in their BMI-matched group, only the Obese group had a significant difference in WC and VF. Additionally, it is found that there is a significant correlation between body mass index and waist circumference (p<.000), as well as visceral fat (p<.000) in PCOS patients. The result has Pearson Correlation values of 0.892 and 0.871, respectively, which means the other will be higher as one variable increases. . Conclusion This research has found that there is a significant positive correlation between visceral adipose tissue and body mass index in PCOS patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Oky Nur Setyani
Abstrak :
Latar Belakang: Pengukuran Indeks Massa Tubuh tunggal tidak cukup menilai atau mengelola risiko kardiometabolik yang terkait peningkatan adipositas pada dewasa. Lingkar Perut direkomendasikan untuk secara rutin dinilai dalam praktik klinis sehari-hari namun angkanya bervariasi antar ras dan etnis. Tujuan : Penelitian ini bermaksud menentukan nilai titik potong optimal untuk prediksi kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2) dan penyakit kardiovaskular pada populasi di Indonesia. Metode : Kami menganalisis data sekunder dari studi Kohort Penyakit Tidak Menular Bogor di tahun 2011-2018, terdiri dari 2077 orang dewasa berusia 25-65 tahun. Nilai titik potong baru yang diusulkan untuk Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar Perut (LP) dihitung menggunakan analisis kurva ROC dan Youden indeks. Hasil : Insidensi Kejadian Diabetes Mellitus dan penyakit Kardiovaskular pada follow up subjek di tahun keenam sejak baseline, didapatkan yaitu sebanyak 13,7% dan 8,9%. Nilai titik potong IMT untuk kejadian diabetes melitus tipe 2 atau penyakit kardiovaskular ialah 23 kg/m2 dengan sensitivitas 72,2 % dan spesifisitas 41,8 %. Nilai titik potong lingkar perut (LP) untuk laki-laki 79 cm dengan sensitivitas 60,9% dan spesivisitas 66,4% sedangkan untuk perempuan ialah 77 cm dengan sensitivitas 74,3% dan spesivisitas 40,5%. Kesimpulan : Nilai titik potong yang baru diusulkan yaitu untuk IMT ialah 23 kg/m2 dan LP 79 cm untuk Laki-Laki dan 77 cm untuk perempuan dapat digunakan untuk penyaring risiko DMT2 dan penyakit Kardiovaskular pada penduduk Indonesia. ......A single Body Mass Index (BMI) measurement does not adequately assess or manage the cardiometabolic risk in adults. Waist circumference (WC) is recommended to be routinely assessed in daily clinical practice but might be differ based on different race or ethnicity. This study aims to determine the optimal cut-off point for predicting the incidence of Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) and cardiovascular disease in Indonesia. We analyzed secondary data from the Bogor Non-Communicable Disease Cohort study in 2011-2018, consisting of 2077 adults aged 25-65 years. The new proposed cut-off values for BMI and WC were calculated using ROC curve analysis. The incidence of T2DM and CV events in the sixth year followup, was found to be 13.7% and 8.9%, respectively. The cut-off point for BMI for the incidence of T2DM or CV disease was 23 kg/m2 (Sn 72.2% and Sp 41.8%). The cut-off point of WC for men is 79 cm (Sn 60.9% and Sp 66.4%), while for women is 77 cm (Sn 74.3% and a Sp 40.5%). As conclusions The newly proposed cut-off value for BMI is 23 kg/m2 and WC 79 cm for men and 77 cm for women can be used to screen for the risk of T2DM and CV disease in Indonesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library