Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Made Yudhi Setiani
Abstrak :
Penulis tertarik untuk meneliti perilaku tidak memilih pada pemilu presiden tahap pertama karena pemilu presiden baru pertama kali diselenggarakan di Indonesia, sehingga diasumsikan masyarakat masih antusias untuk memilih calon pemimpin mereka. Namun pada kenyataannya ada sebagian masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan dalam tesis ini adalah mengapa sebagian masyarakat Jakarta tidak menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum tahap pertama, dan apa faktor-faktor yang menjadi penyebab mereka tidak memilih. Beberapa teori yang digunakan dalam tesis ini adalah Teori Partisipasi Politik dari Samuel Huntinton dan Joan M. Nelson, Teori Negara Birokratis Otoritarian clan Guillermo O'Donnel dan Korporatisme Negara dari Phillipe Schmitter dan Richard Gunter, serta Teori Perilaku Tidak Mernilih dari beberapa sarj ana seperti: Campbell dkk, Shaffer, Abramson dan Aldrich; Milrath dan Gael; Downs, Davis, Hinich dan Ordeshook. Penelitian ini memakai metode penelitian kualitatif, dengan tehnik analisa deskriptif analitis. Sistem penarikan sampel yang digunakan adalah nonprobabilrta dengan sistem snowball, untuk informan dan masyarakat umum, serta sistem purposive, untuk informan dan tokoh opinion leader. Tokoh-tokoh tersebut adalah Arbi Sanit dari UT, Ikrar Nusa Bhakti dari LIPI, Anies Baswedan dari LSI, Erianto dari LSI, Mohamad Qodari dari LSI, dan Fadjroel Rahman dari PEDOMAN. Hasil temuan yang didapat dalam penelitian ini adalah alasan masyarakat Jakarta yang berhasil diwawancarai, tidak menggunakan hak pilihnya, karena tidak menyukai semua calon presiden dan wakil presiden yang bertarung; kekecewaan terhadap sistem politik dan sistem pemilu, sikap apatis, dan alasan teknis administratif. Teori Perilaku Tidak Memilih dari sisi psikologis dan rasional berimplikasi positif, terhadap alasan-alasan yang diberikan oleh pemilih yang tidak memberikan suaranya di Jakarta. Sedangkan Teori Perilaku Tidak Memilih dari sisi demografis kehilangan relevansinya ketika menjelaskan alasan perilaku tidak memilih di Jakarta. Hal ini karena pemilih di Jakarta yang berhasil diwawancarai, yang tidak menggunakan hak pilihnya, sebagian besar berasal dari pendidikan tinggi.
The reason why author interested to non-voting behavior in the first round of presidential election is because it was conducted for the first time in Indonesia. The assumption was, people would eager in electing their leader. But in the reality, a part of the voters did not use their voting rights. Based on the above condition, the question to be answered in this thesis was why part of the voters did not used their voting rights in the first round of presidential general election, and what factors caused this attitude. Several theories used in the thesis were: Political Participation Theory by Samuel Huntington and Joan M. Nelson; Authoritarian Bureaucratic Theory by Guillermo O'Donnell, State Corporation Theory by Phillipe Schmitter, and Richard Gunter; and also Non-Voting Behavior Theory, by several scholars, such as Campbell et all, Shaffer, Abramson and Aldrich, Milrath and Goel, Downs, Davis, Hinich, and Ordeshook. The research applied qualitative method, using descriptive analytical technique. The sampling method used was the non-probability snowball system, for general population, and the purposive system for leader opinion figures. The figures were Arbi Saait from IJT, Ikrar Nusa Bhakti from LIPI, Anies Baswedan, Erianto, and Mohamad Qodari from LSI, and Fadjroel Rahman from PEDOMAN. The research findings were: several reasons why part of the people in Jakarta did not use their voting rights. Among the reason were: they did not like all of the presidents and vice presidents candidates, disappointed in political and general election systems, apathy and technical administrative reasons. Non-voting behavior in term of psychology and rational choice had positive implication to the non-voting behavior, while by demography point of view was not relevant to explain it, because most of the informant were belong to high educated people.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21462
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nony Natadia Ernel
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang rendahnya angka partisipasi masyarakat Kota Batam pada Pemilihan Gubernur Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015. Semula tindakan Golput merupakan respon terhadap dominasi kekuasaan pemerintah Orde Baru, kemudian setelah masa reformasi melalui Undang Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Bab VIII pasal 56 ayat 1 yang diundangkan sejak tanggal 15 Oktober tahun 2004 maka telah ditetapkan bahwa pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota harus dipilih secara langsung yang semestinya memberi dampak kebebasan bagi masyarakat untuk memilih secara terbuka siapa yang akan memimpin hingga ditingkat daerah. Fenomena yang terjadi di Pilkada Gubernur Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015 lalu hanya diisi oleh dua pasang kandidat petahana (incumbent) yang menjabat sebagai gubernur dan wakil gubernur pada periode sebelumnya namun ternyata meski kedua kandidat merupakan aktor politik lama justru menurunkan semangat partisipasi masyarakat untuk memberikan suara. Oleh sebab itu melalui pendekatan faktor psikologis dan faktor pendekatan pilihan rasional dengan memasukkan tiga dimensi utama yaitu orientasi isu, orientasi kandidat, dan media informasi yang melibatkan sebanyak 400 responden. Penelitian ini menemukan rendahnya kehadiran pemilih di Kota Batam disebabkan dari faktor isu yang merupakan turunan dari faktor psikologis dan diikuti dengan rendahnya minat pemilih terhadap kandidat yang tersedia. Secara implikasi teoritis, penelitian ini pula menyumbangkan temuan bahwa ketika pemilih tidak memiliki pengetahuan terhadap isu yang akan diselesaikan, ini yang pula memberikan kontribusi kepada semakin menurunnya rasa simpati masyarakat terhadap pelaksanaan Pilkada.
The purpose of this study is to examine the factors behind the large number of absentees among voters in regional elections (Pilkada) in Kepulauan Riau Province, Indonesia. Since 2005, people have their right to vote for their own local leader that was previously selected by the parliament to become a candidate. However, this democratic reform was not accompanied by voters enthusiasm to cast their vote. In 2015, the Election Education Network for the People found that there were still more than 50% voters who did not use their rights to elect their governor candidate in Batam. Lower voter turnout was affected by Golput (Golongan Putih) or non-voting which was driven by various reasons, but the most popular causes were protests against misconducts in the implementation of elections, lost of expectation to and trust in candidates, and lost of trust in the political system. For this paper, we conducted a quantitative survey to 400 respondents of those who did not cast their vote during the gubernatorial election of Kepulauan Riau Province in 2015. This paper examines non-voting behavior using psychological and rational choice approaches, particularly on three main variables that may have provided the motive behind the non-voting behavior of the eligible voters, i.e. candidate orientation, issue orientation, and media orientation. It argues that despite the fact that the voters know the two candidates running for governor office as both were incumbents (governor and vice-governor were both run for the governor office), the voters chose to not to cast their votes for several reasons; i.e. the lack of accessible information about the vision of the candidates, and the lack of clarity of programs offered by the candidates.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reinaldy Ariesto Nugroho
Abstrak :
Skripsi ini membahas perilaku memilih dari kelompok istri militer dengan mengambil contoh anggota Persit KCK PD Jaya Cabang Rindam Jaya dalam Pemilukada DKI Jakarta 2012. Skripsi ini meggunakan metode kuantitatif dengan instrumen kuisioner yang disebarkan kepada responden terpilih. Data yang didapatkan dari penelitian ini akan diuji statistik dengan menggunakan metode One Sample t Test dan Khi Kuadrat. Skripsi ini berasumsi bahwa perilaku memilih istri militer dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor sosiologis dan faktor pilihan rasional, kedua faktor tersebut diturunkan kembali kedalam beberapa indikator seperti suami, keluarga, teman dekat, orientasi kandidat, orientasi isu dan lain-lain. Temuan penelitian yang diperoleh adalah anggota Persit KCK PD Jaya Cabang Rindam Jaya bisa digolongkan sebagai pemilih rasional karena dalam uji statistik, faktor pilihan rasional menjadi faktor yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku memilih anggota Persit KCK PD Jaya Cabang Rindam Jaya., sedangkan faktor sosiologis tidak berpengaruh signifikan dalam uji statistik. Salah satu penyebab pilihan rasional bisa lebih berkembang karena pengaruh Persit KCK yang berkurang sejak reformasi 1998. ......This research is explaining voting behaviour of military’s wife and take member of Persit KCK PD Jaya Cabang Rindam Jaya as example. This research is using quantitative methods with quisioner as an instruments, which it will be spread to the choosen samples. The data will be analyze by statistical examination such one sample t test and chi square. The assumption of this research is that the member of Persit KCK PD Jaya Cabang Rindam Jaya was affected by two factors, sosiological factor and rational choice factor while they decided to choose the candidate . This research found that member of Persit KCK PD Jaya Cabang Rindam Jaya could be stratified as rational voters because from statistical examination, the rational choice factor became the most significant factors to the voting behaviour of member of Persit KCK PD Jaya Cabang Rindam Jaya, while the sosiological factors were less significant for the sample from statistical examination. One of the reason why rational choice more significant than sosiological factors is that influences of Persit KCK is decrased since Indonesia’s Reformation at 1998.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jantrio Putra A.K.
Abstrak :
Perkembangan teknologi informasi mendorong perkembangan aplikasi berbasis internet. Pada sistem electronic voting yang menggunakan sistem otentifikasi yang terdapat pada ASP.NET akan memberikan keamanan dari sisi hak akses yang dimiliki pengguna. Dengan mengimplementasikan algoritma rijndael pada sistem otentifikasi akan memberikan sisi aman dari inputan data yang diharapkan dalam pengambilan suara pada sistem electronic voting. Penggunaan hash algoritma SHA 512 yang dapat mengeksekusi enkripsi dan dekripsi data dapat dimanfaatkan karena tidak memakan waktu yang terlalu lama yaitu 5,35 ms untuk enkripsi dan 1,868 ms untuk dekripsi serta memiliki keunggulan diantara hash algoritma yang lain yang digunakan dalam skripsi ini. ...... The development of information technology encourages the development of internet based application. In electronic voting system that used ASP.NET as the authentication system, the user will have more freedom to access the data. Implementation of the rijndael algorithm in authentication system will give more protection in data input when the vote is held on the electronic voting system.Has algorithm SHA 512, which can done some encryption and decryption, will be used because it don't take much time with 5,35 ms for encryption and 1,868 ms for decryption and have an excess in comparassion with other hash algorithm that will be used in this undergraduate thesis.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulwelly M
Abstrak :
Penyelenggaraan pemilu dengan metode konvensional memiliki banyak kelemahan, data terakhir memperlihatkan banyak terjadi kasus pelanggaran pemilu baik administrasi, pidana maupun etik. Banyaknya pelanggaran tersebut menjadikan masyarakat mulai kurang percaya akan hasil pemilu. Sehingga belakangan ini wacana e-voting dalam pemilu terus mengemuka untuk mencegah terjadinya kecurangan dan untuk memperbaiki kualitas pemilu. Beberapa regulasi juga sudah mendukung dilaksanakannya e-voting pada pemilu di Indonesia. Akan tetapi pelaksanaan e-voting tidak semudah yang dibayangkan, beberapa negara maju meninggalkan e-voting dan kembali ke sistem pemilu konvensional disebabkan oleh berbagai faktor terutama masalah keamanan informasi. KPU sebagai penyelenggara pemilu di Indonesia sampai saat ini masih belum mengeluarkan aturan tentang e-voting. KPU berpendapat e-voting perlu persiapan yang matang dari berbagai aspek seperti waktu, biaya, hukum, infrastruktur, keamanan, geografis dan lain-lain. Jika tidak dipersiapkan dengan baik akan memunculkan berbagai masalah seperti di negara lain dan mengurangi kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu sangat diperlukan suatu pengukuran terhadap risiko keamanan informasi yang ada dalam penerapan teknologi e-voting. Pengukuran risiko keamanan informasi evoting berguna untuk mengetahui profil risiko, analisis terhadap risiko dan juga melakukan respon terhadap risiko, sehingga dampak-dampak yang kemungkinan muncul dari risiko tersebut dapat diketahui lebih awal dan dikelola dengan baik. Dengan adanya studi manajemen risiko yang komprehensif diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat pada e-voting. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rencana manajemen risiko keamanan informasi teknologi e-voting dengan menggunakan kerangka kerja ISO 27005 dengan empat tahapan utama yaitu penetapan konteks, penilaian risiko, penanganan risiko dan penerimaan risiko. Pada tahap penilaian, proses evaluasi risiko menggunakan NIST SP 800-30 dan untuk merancang kontrol dalam upaya mengurangi risiko, peneliti mengacu pada ISO 27002. Hasil yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah perencanaan manajemen risiko yang berupa dokumen penanganan risiko, rekomendasi kontrol untuk mengurangi risiko dan penerimaan risiko yang berisi keputusan penanganan risiko serta penanggung jawab penanganan risiko. .......The elections with conventional methods has many weaknesses, the latest data shows that there are many cases of electoral violations both administrative, criminal and ethical. The large number of violations made the community began to lack confidence in the election results. So lately the discourse of e-voting in elections continues to emerge to prevent fraud and to improve the quality of elections. Some regulations also support the implementation of e-voting in elections in Indonesia. However, the implementation of e-voting is not easy, some developed countries leave evoting and return to conventional electoral systems caused by various factors, especially information security issues. KPU as the election organizer in Indonesia until now still has not issued a regulation regarding e-voting. KPU believes that e-voting needs careful preparation from various aspects such as time, cost, law, infrastructure, security, geography and others. If it is not well prepared, there will be a variety of problems such as in other countries and reduce the confidence of the community. Therefore a measurement of information security risks is needed in the application of evoting technology. Measuring the security risks of e-voting information is useful for knowing risk profiles, risk analysis and also responding to risks, so that the impacts that might arise from these risks can be identified earlier and managed properly. With the existence of a comprehensive risk management study, it is expected to increase public confidence in e-voting. This study aims to develop a risk management plan for information security for e-voting technology using the ISO 27005 framework with four main stages, namely context setting, risk assessment, risk management and risk acceptance. At the assessment stage, the risk evaluation process uses NIST SP 800-30 and to design controls in an effort to reduce risk, researchers refer to ISO 27002. The results to be obtained from this study are risk management planning in the form of risk handling documents, control recommendations to reduce the risk and acceptance of risks that contain risk management decisions and those responsible for handling risks.
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Univeristas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Athalla Hartiana Putri Hardian
Abstrak :
Ajang pencarian bakat di televisi melibatkan para peserta yang bersaing mendapatkan hadiah berdasarkan keahlian atau bakat unik masing-masing. Para juri menilai pertunjukkan para kontestan, dan banyak pula acara yang mengandalkan suara penonton atau pemirsa untuk menentukan peserta yang akan lolos atau tersisih. Penelitian ini bertujuan melihat peran dari kemampuan bernyanyi dan penampilan peserta dalam kecenderungan penonton  untuk memberikan suaranya (voting) pada kontes The Voice. Responden (n = 90, 63 perempuan; 26 laki-laki; 1 non-biner) direkrut menggunakan metode convenience sampling dan diminta untuk mengisi kuesioner anonim seputar kemampuan bernyanyi kontestan dan penampilan mereka. Diperkirakan bahwa penonton akan lebih cenderung memilih kontestan yang berpenampilan unik dan memiliki kemampuan bernyanyi yang luar biasa, dengan efek kemampuan bernyanyi yang lebih menonjol pada peserta dengan penampilan yang unik. Analisis statistik menggunakan ANOVA dan perbandingan Post-hoc menemukan pengaruh penampilan fisik kontestan dan kemampuan bernyanyi pada perilaku memilih. Kontestan dengan kemampuan bernyanyi yang luar biasa lebih banyak menerima voting, yang menunjukkan bahwa semakin besar kemampuan atau bakat seorang penampil, terlepas dari penampilan fisik mereka, semakin besar pula pengaruhnya terhadap audiens mereka. ......Talent-based television programmes involve contestants competing for rewards based on their unique skills or talents. Judges evaluate contestants' performances, and many programs also rely on audience or viewers to determine which participants advance or are eliminated. This study is aimed at investigating the role of  singing ability and physical appearance of contestants audience's voting behaviour in The Voice. Respondents (n = 90, 63 females; 26 males; 1 non-binary) were recruited via convenience sampling and asked to complete an anonymous questionnaire regarding contestants’ singing ability and their appearance. It was predicted individuals are more likely to vote for contestants with quirky appearances and outstanding singing ability, with the effect of singing ability being more pronounced in those with quirky appearances. Statistical analyses using ANOVA and Post-hoc comparisons found a significant effect of contestant physical appearance and singing ability on voting behavior. The result partially supported the hypothesis listed. Contestants with outstanding singing ability were more likely to receive votes, suggesting that the greater a performer's ability or talent, regardless of their physical appearance, the greater their influence over their audience.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Both theoretical and empirical aspects of single- and multi-winner voting procedures are presented in this collection of papers. Starting from a discussion of the underlying principles of democratic representation, the volume includes a description of a great variety of voting procedures. It lists and illustrates their susceptibility to the main voting paradoxes, assesses (under various models of voters' preferences) the probability of paradoxical outcomes, and discusses the relevance of the theoretical results to the choice of voting system.;
Berlin: [Springer, Springer], 2012
e20396682
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Christina S. Handayani
Abstrak :
Tesis ini mengetengahkan masalah jender secara lintas budaya berkenaan dengau isu kepemimpinan. Ada kecenderungan perbedaan jender disebarkan dan diindoktrinasilmn untuk kepentingan politik., sehingga muncul kebijakan-kebijakan politis yang bias dan menguntungkan salah satu kategori jender tertenlu, yang biasanya dianggap lebih menguntuugkan laki-laki (Okin, 1994; Jane, l995). Masalah jender tidak akan dapat dipahami secara sederhaua hanya dengan membedakan kategori seks yaitu pria alan wanita (Mosse, 1981). Dalam setiap masyarakat yang diteliti, terdapat perbedaan yang dilakukan oleh pria dan wanita dalam komunitasnya yang menentukan perbedaan status maupun kekuasaan mereka di dalam masyarakatnya. Budaya Batak dan Jawa menarik untuk dikaji mengingat persamaan dan perbedaan kedua budaya ini dalam menempatkan pria dan wanita. Secara psikologis pembagian kekuasaan dalam interaksi sosial antar jenis kelamin tidak hanya tergantung pada keruampuan ataupun pengetahuan yang dimiliki pria atau wanita. tetapi juga tergantung pada serangkaian keyakinan mengenai ciri sifat pria dan wanita yang merupakan geueralisasi yang dibuat tentang pria dan wanita, yang dikenal dengan stereotip jender. Perbedaan keyakinan tentang kualitas psikologis pria dan wanita melahirkan sikap dan dan praktik disluiminalif yang menyiraikan hubungan bersifat politis antara pria dan wanita. Sementara diskrlminasi marupakan indikasi adanya prasangka yang akan menentukau kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanlta, atau pria/wanita sama saja. Landasan teoritis yang digunakan adalahplarmed behavior theory dad Ajzen (1975) karena teori ini dapat menjawab tujuan utama penelitian ini, yaitu menguji apakah ada pengaruh jenis kelamin, atereotip jender dan prasangka secara simultan terhadap kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja? Di samping itu dikaji pula beberapa pertanyaan barikut ini: (1) Apaka ada pengaruh suku bangsa dan jenis kelamin yang signifikan terhadap stereotip jender?; (2) Apakah ada pengaruh auku bangsa dan jenis kelamin yang signifikan terhadap prasangka?; (3) Apakah ada hubungan antara suku bangsa dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita aama saia?; (4) Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja? Subyek penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama kuliah, berasal dari suku bangsa Batak atau Jawa, pria atau wanita dan terlibat dalam organiaaai, serta saat ini tinggal di Jakarta. Subyek terdiri dari 32 subyek wanita Batak, 32 subyek pria Batak; dan 32 subyek wanita Jawa, 32 subyek pria Jawa Instrumen pengumpulan data terdiri dari 2 (dua) akala pengukuran yaitu skala stereotip jender dan skala sikap prasangka, serta 1 (satu) angket kacenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja. Untuk meuguji hipoteais penelitian ini digunakan metnde analisis diskriminaai yang pada hakekatnya mengkaji pengaruh variabel-variabel dalam pelbagai populasi atau sampel, tarutama jika variabel tarikanya barupa variabel nominal atau data kategori. Analisis diskrirninasi ini dilakukan untuk manjawab permasalahan utama penelitian Di samping itu digunakan pula metode multivariat untuk menguji signifikansi pengaruh variabel data kalzegori terhadap variabel tergantung data kuantitatif terutama menjawab pertanyaan pertama dan kedua; serta metode chi- square untuk menguji ada tidaknya hubungan antara dua variabel yang keduanya berdifat nominal yaitu menjawab pertanyaan ketiga dan keempat. Dari hasil studi disimpulkan bahwa: (1) Secara umum gambaran pria dan wanila menurut responden: Batak dan Jawa aama, yaitu pria dinilai lebih maskulin dan wanita dinilai lebih feminin; (2) Ada pengamh suku bangsa dan jenis kelamin yang signinikan terhadap stereotip jender. Responden Batak menilai tingkat maskulinitas wanita lebih tinggi dibandingkan penilaian responden Jawa. Kelompok pria menilai tingkat maskulinitas wanita lebih tinggi dibandingkan penilaian kelompok wanita sendiri; (3) Tidak ada pengaruh bangsa yang signifikan terhadap prasangka, tetapi ada pengaruh jenis kelamin yang signiiikan terhadap prasangka. Kelornpok pria lebih berprasangka terhadap wanita sebagai pemimpin, sebaliknya kelornpok wanita lebih berprasangka terharlap pria. sebagai pemimpin; (4) Ada hubungan antara suku bangsa dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria., wanita, atau pria/wanita sama aaja Kecenderungan responden Barak lebih banyak memilih pria/wanita.; sedangkan responden Jawa memiliki dua kecenderungan yang sama kuainya yaitu memilih pria atau memilih pria/wanita; (5) Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau priafwanita sama saia; (6) Berdasarkan analisis diskriminasi ada dua (2) variabel yang berpengaruh terhadap kecenderungan nlerrlilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, aiau pria/wanita sama saja yaitu variabel prasangka terhadap wanita sebagai pemimpin dan variabel femininitas pria. Keterbatasan dan kelemahan penelitian ini antara lain; (1) Belum mencakup semua. variabel yang rnuugkin mempengaruhi kecendarungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saia sebagaif sebuah intensi tingkah laku, seperti norma subyektif dan kontrol perilaku; (2) Metode analisis datanya baru terbatas mendiskriminasilczm kelompok subyek berdasarkan variabel- variabel yang dilihat sehiugga tidak dapat melihat model konseptual yang paling tepat dapat menggambarkan dinamika hubungan antara keyakinan, sikap, intensi tingkah laku dan tingkah laku yang nampak; (3) Penelitian ini tidak dilakukan di daerah asal atau budaya asal, meksipun sudah disiasati dengan meneliti daerah yang tidak memiliki dominan culture seperli Jakarta. Dari hasil studi ini disarankan; (1) Dalam meneutukan seorang pemimpin dalam sebuah Organisasi faktor-faktor psikologis seperti stereotip jender lerutama dimensi femininitas pria dan prasangka terhadap wanita hendaknya perlu diperhatikan, karena faktor-faktor ini menentukan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita., atau pria/wanita sama Baia; (2) Untuk mengurangi kesenjangan antara pria dan wanita sebagai pemimpin rnaka proporsi kategori wakil yang memilih harus seimbang misalnya kategori pria dan wanita, atau antar suku bangsa dan sebagainya; (3) Dalam proses sosialisasi terutama dalam kurikulum pendidikan formal hendaknya dimasukkan kesetaraan jender; (4) Penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan melibatkan berbagai suku bangsa mengingat bangsaiui adalah bangsa yang multietnik dan multikultural; (5) Penelitian selanjutnya perlu pula dilakukan untuk menentukan ciri sifat pemimpin yang dapat mewakili stereotip yang diharapkan bagi semua suku bangsa di Indonesia Berdasarkan keterbatasan dan kelemahan penelitian ini disaranka.n: (1) Perlu diteliti kedua. determinan yang lain seperti norma subyektif dan kontrol perilaku; (2) Perlu digunakan metode analisis LISREL untuk melihat model konseptual yang paling tepat menggarnbarkan dinamika hubungan antara keyakinan, sikap, intensi tingkah laku dan tingkah laku yang nampak, dalam konteks kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin (pria, wanita, priafwanita); (3) Perlu dilakukan penelitian di daerah asal, misalnya budaya Batak di Medan, budaya Jawa di Jogya dan Solo.
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Antara Syukri
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai Pemilihan umum menggunakan suatu metode baru yaitu dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan media computer layar sentuh yaitu electronic voting. Di beberapa Negara metode ini sudah diterapkan dan berhasil. Dengan metode ini pemilih tidak perlu lagi mencoblos ataupun mencontreng tapi cukup menyentuh dengan jari pilihan mereka. Di Indonesia Teknologi ini sedang dipersiapkan oleh BPPT dan kemungkinan akan digunakan untuk Pemilu tahun 2014. Sebelum proyek e-voting itu selesai dengan sempurna, terlebih dahulu sudah dipersiapkan electronic KTP (e-ktp) oleh kemendagri. KTP elektronik adalah langkah awal untuk pemilihan dengan sistem e-voting . Pada saat tesis ini disusun direncanakan akan mulai diterapkan pada agustus 2011 di 197 kabupaten kota dan pada tahun 2012 di 300 kabupaten kota. E-KTP ini memuat data pribadi dan memiliki satu nomor identitas tunggal (Nomor Induk Kependudukan/NIK) yang berlaku seumur hidup sejak kelahiran. Diharapkan agar ada regulasi yang jelas disamping Putusan MK 147/PUU-VII/2009 mengenai pemilu dengan e-voting tersebut agar pemilu (pilkades, pilkada, pemilu eksekutif dan l egislatif) bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan konsep luber dan jurdil. Tesis ini menggunakan penelitian kualitatif dengan studi literatur/penelusuran literatur dari buku, studi dokumen dan artikel yang dikutip dari berbagai macam sumber dan melakukan penelitian langsung untuk mendapatkan informasi ke Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Kementerian dalam Negeri Direktorat Jenderal Administrasi dan catatan sipil di Jakarta. ......This thesis discusses the general election using a new method that is utilizing technological sophistication with a touch screen computer media is electronic voting. In some countries this method has been applied and managed. With this method no longer need the voters to vote or tick but quite touched with the fingers of their choice. In Indonesia The technology is being prepared by The agency for the assessment and application of technology (BPPT) and will likely be used for election in 2014. Before the e-voting project is finished to perfection, first prepared electronic ID card (ektp) by kemendagri. Electronic ID card is the first step for the selection of the e-voting systems. At the time of this thesis is planned to be developed was implemented in August 2011 in 197 districts and cities in 2012 in 300 districts of the city. E-ID card contains personal data and have a single identity number (Identification Number of Population / NIK) is valid for life since birth. It is expected that there are clear regulations in addition to the Constitutional Court verdict on the election 147/PUU-VII/2009 with e-voting is that elections (Pilkades, elections, executive and legislative elections) can run properly and in accordance with the concept of direct, general, free, confidential, honest, fair and square. This thesis uses qualitative research to the study of literature / literature search of books, studies and articles that cited documents from various sources and do research directly to get information to the Agency for the Assessment and Application of Technology (BPPT) and the Ministry of Home Affairs Directorate General of Administration and civil records in Jakarta.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
T28859
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kadek Dwita Apriani
Abstrak :
Tesis ini dilatarbelakangi oleh keterpilihan seorang perempuan sebagai bupati untuk pertama kalinya di provinsi Bali yang dikenal memiliki budaya patriarki kuat. Selain itu terdapat kesenjangan antara penelitian sebelumnya dengan hasil akhir dari pemilukada Tabanan 2010, dimana kandidat yang di dalam survei prapemilukada memiliki elektabilitas tertinggi karena dinilai sebagai figur pemimpin yang baik oleh masyarakat, pada hasil akhir pemilukada Tabanan berhasil dikalahkan oleh kandidat perempuan yang pada saat survei hanya memiliki elektabilitas sebesar 5,7 persen, namun diusung oleh partai yang berbasis di daerah itu. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban bagaimana pengaruh faktor partai politik dan faktor kandidat terhadap perilaku memilih dalam pemilukada Tabanan, 2010. Sebagai pijakan teoritis, penelitian ini menggunakan teori perilaku memilih khususnya pendekatan psikologis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian bertipe eksplanatif dengan sumber data primer dan skunder. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 400 responden, sehingga tingkat kepercayaannya 95% dan margin of errornya 5%. Temuan di lapangan memperlihatkan bahwa dalam pemilukada Tabanan 2010, faktor identifikasi partai politik terutama identifikasi pemilih dengan PDIP berpengaruh terhadap perilaku memilih masyarakat di daerah itu. Di lain sisi, faktor figur cukup berpengaruh namun bukan faktor utama yang mempengaruhi perilaku memilih masyarakat Tabanan dalam pemilukada 2010. Implikasi teoritis menunjukkan bahwa pendekatan psikologis dalam teori perilaku memilih dapat diaplikasikan dalam kasus pemilukada Tabanan 2010. Tesis ini juga membantah tesis Yudistira Adnyana yang menemukan bahwa faktor kandidat atau figur merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku memilih di Bali dan faktor partai politik sangat lemah. ......The thesis is directed by the election of a woman as a head of district in Bali for the first time,which has been regarded as a Province in a strong patriarchy culture. Beside that,there is a huge diference between the results of the former research with the result of this Tabanan local election,where the candidate that is proven as the one with the highest electability,for it's good leadership in the society, was being defeated by the women candidate that only scored 5.7% electability on the survey,that was also done to answer how the political party and candidate factors affect the result of Tabanan local election. As the theoritical basis, this research uses voting behavior theory, especialy the phsycological approach. The method that is being used in this research is the quantitative method. It's an explanatory research with a primary and secondary data usage. The sample used in this research is 400 respondents,hence it's confident interval is 95% and 5% margin of eror. Data found in the field showed that in Tabanan local election 2010,the factor of political party identification among the society-especially the one with PDIPaffects the voting behavior. Meanwhile,the factor of figure personal attribute affects but not as the main factors in the voting behavior of Tabanan local election. The theoritical implication shows that the phsycological approach in voting behavior may be applied in Tabanan Regent General Election in 2010. This thesis also denied the Yudistira Adnyana's thesis. He found that the candidate factors or figure factors are the main factors determining/affecting the voting behavior in Bali,and so the political factor contributes in a small amount.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T29602
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>