Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kartika Pratiwi
Abstrak :
Salah satu dampak adanya perubahan iklim adalah penurunan kualitas habitat alami flora dan fauna yang terdapat di Indonesia sehingga memberikan risiko hilangnya sebagian besar biodevirsitas yang ada. Dengan keanekaragaman hayati yang tinggi dan sebagai habitat alami beberapa spesies endemik, Pulau Obi tidak dapat terlepas dari ancaman dampak perubahan iklim. Selain itu, adanya konsesi wilayah tambang dengan luas 38.911,51 ha dapat berdampak secara langsung terhadap potensi habitat satwa endemik yang ada. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemodelan potensi habitat satwa endemik Pulau Obi dan mengetahui ancaman akibat perubahan iklim serta adanya konsesi wilayah tambang agar dapat dilakukan upaya preventif untuk menghindari punahnya satwa endemik yang ada. Species Distribution Models (SDM) memainkan peran penting dalam mengukur hubungan antara spesies dengan habitat dan memprediksi distribusi spesies dalam kajian terkait ekologi, konservasi, dan pengelolaan lingkungan. Di antara model distribusi tersebut, MaxEnt digunakan secara luas karena kinerja prediktifnya yang sangat baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola distribusi spesies endemik pada kondisi iklim saat ini, mensintesa model dampak perubahan iklim terhadap distribusi potensi habitat spesies endemik dan menganalisis dampak secara langsung dan tidak langsung adanya konsesi wilayah pertambangan terhadap distribusi potensi habitat spesies endemik di Pulau Obi. Hasilnya Dengan memodelkan potensi habitat spesies endemik di Pulau Obi menggunakan metode Maximum Entropy pada kondisi iklim saat ini, diperoleh model potensi habitat untuk 3 spesies dari total 6 spesies. 3 spesies yang tidak dapat dibuat model potensi habitatnya dikarenakan keterbatasan data titik occurrence dimana hanya terdapat satu titik occurrence. Spesies yang dapat dimodelkan potensi habitatnya adalah Eulipoa wallacei, Ptilinopus granulifrons dan Scolopax rochussenii, ketiganya merupakan burung endemik Pulau Obi. Model potensi habitat Eulipoa wallacei dengan AUC= 0,837 memiliki potensi habitat sangat sesuai dengan luas 480,39 km2 atau 19,52%. Model potensi habitat Ptilinopus granulifrons dengan AUC= 0,955 memiliki potensi habitat sangat sesuai dengan luas 66,02 km2 atau 2,68%. Model potensi habitat Scolopax rochussenii dengan AUC= 0,954 memiliki potensi habitat sangat sesuai dengan luas 61,68 km2 atau 2,51%. Adanya perubahan iklim tahun 2041-2060 dengan 4 skenario iklim yang berbeda memberikan dampak pada model potensi habitat spesies endemik Pulau Obi. Pada masing-masing spesies yang dimodelkan dengan 4 skenario iklim tahun 2041-2060, terjadi penurunan luas potensi habitat yang sesuai maupun peningkatan luas potensi habitat yang tidak sesuai. Wilayah Izin Usaha Pertambangan di Pulau Obi yang telah diterbitkan hingga Maret 2022 berjumlah 19 lokasi dengan total luas 373.14 km2 akan memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap potensi habitat spesies endemik di Pulau Obi. Rata-rata berdasarkan 4 skenario perubahan iklim yang ada 36,78 km2 dari 196,76 km2 potensi habitat yang sangat sesuai untuk Eulipoa wallacei akan terdampak secara langsung dengan adanya area-area pertambangan tersebut. Selain itu, 14,17 km2 dari 66,67 km2 potensi habitat yang sangat sesuai untuk Ptilinopus granulifrons dan 13.05 km2 dari 66.67 km2 potensi habitat yang sangat sesuai untuk Scolopax rochussenii. ......One of the impacts of climate change is the degradation quality of natural habitats of flora and fauna in Indonesia, risking the loss of most of the existing biodiversity. With high biodiversity and as a natural habitat for several endemic species, Obi Island cannot be avoided from the threat of climate change impacts. Besides that, the existence of a mining concession with an area of ​​38,911.51 ha can have a direct impact on the potential habitat of endemic animals. Therefore, it is necessary to model the habitat potential of Obi Island endemic animals and to know the threats due to climate change and the existence of mining concessions so that preventive efforts can be made to avoid the extinction of endemic animals. Species Distribution Models (SDM) play an important role in measuring the relationship between species, habitats and predicting species distribution. Among the distribution models, MaxEnt is widely used because of its excellent predictive performance. The purpose of this study is to analyze the distribution pattern of endemic species under current climatic conditions, synthesize models of the impact of climate change on the potential distribution of endemic species habitats and analyze the direct and indirect impacts of mining concessions on the distribution of potential habitats of endemic species on Obi Island. By modeling the habitat potential of endemic species on Obi Island using the Maximum Entropy method in the current climatic conditions, a model of habitat potential was obtained for 3 species out of a total of 6 species. 3 species whose habitat potential cannot be modeled due to limited data on occurrence points where there is only one point of occurrence. Species that can be modeled for potential habitats are Eulipoa wallacei, Ptilinopus granulifrons and Scolopax rochussenii, all three are endemic birds of Obi Island. The habitat potential model of Eulipoa wallacei with AUC = 0.837 has a very suitable habitat potential with an area of ​​480.39 km2 or 19.52%. The habitat potential model of Ptilinopus granulifrons with AUC = 0.955 has a very suitable habitat potential with an area of ​​66.02 km2 or 2.68%. The habitat potential model of Scolopax rochussenii with AUC = 0.954 has a very suitable habitat potential with an area of ​​61.68 km2 or 2.51%. The existence of climate change in 2041-2060 with 4 different climate scenarios has an impact on the potential habitat model for Obi Island endemic species. In each species modeled with 4 climate scenarios in 2041-2060, there is a decrease in the area of ​​potential suitable habitat and an increase in the area of ​​potential habitat that is not suitable. Mining Business Permit Areas on Obi Island that have been issued until March 2022 total 19 locations with a total area of ​​373.14 km2 which will have a direct or indirect impact on the habitat potential of endemic species on Obi Island. On average, based on the 4 climate change scenarios, 36.78 km2 of 196.76 km2 of potential habitat that is very suitable for Eulipoa wallacei will be directly affected by the presence of these mining areas. In addition, 14.17 km2 of 66.67 km2 of potential habitat that is very suitable for Ptilinopus granulifrons and 13.05 km2 of 66.67 km2 of potential habitat that is very suitable for Scolopax rochussenii
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fida Afdhalia
Abstrak :
Padi merupakan sumber makanan terpenting di Indonesia. Jumlah konsumsi beras nasional mengalami pertumbuhan dengan rata-rata 6,29% per tahun (2011-2015). Perkiraan dalam produksi beras relatif tidak dapat diandalkan karena waktu tanam yang tidak merata di beberapa daerah dan metode konvensional diterapkan untuk memperkirakan produksi beras. Penelitian bertujuan untuk menganalisis karakteristik fase tumbuh dan varietas tanaman padi serta membangun model untuk memperkirakan fase pertumbuhan tanaman padi berdasarkan indeks vegetasi. Platform penginderaan jauh melalui udara, khususnya Unmanned Aerial Vehicle (UAV) digunakan untuk memetakan lahan sawah di Kabupaten Bekasi. Beberapa indeks vegetasi yang berasal dari band RGB (red, green, blue), yaitu Normalized Green Red Difference Index (NGRDI), Excess Green Vegetation Index (ExG), dan Visible Atmospherically Resistant Index (VARI) digunakan dalam penelitian. Model regresi digunakan untuk mendapatkan model paling optimal dalam memperkirakan fase pertumbuhan tanaman padi. Hasil penelitian menunjukan karakteristik fase pertumbuhan tanaman padi memiliki pola nilai yang meningkat dari fase vegetatif menuju fase reproduktif dan nilai menurun ketika fase pematangan; varietas padi memiliki karakteristik yang paling bervariasi melalui analisis NGRDI terutama pada varietas IR 42; dan ExG merupakan indeks paling optimal dalam pemodelan fase tumbuh padi (R2 = 0,837). ...... Paddy is the most important food sources in Indonesia. The amount of national rice consumption increased 6.29% per year (2011-2015). Estimates in rice production are relatively unreliable because of inappropriate planting times in several areas and conventional method applied to estimate the rice production. The study aims to analyze the growth phase characteristics and varieties of rice plant and develop a model to estimate the growth phase of rice plant based on the vegetation indices. An airborne remote sensing platform, specifically the Unmanned Aerial Vehicle (UAV) is used to map the rice field in Bekasi Regency. Several vegetation indices derived from RGB (red, green, blue) bands, namely Normalized Green Red Difference Index (NGRDI), Excess Green Vegetation Index (ExG), and Visible Atmospherically Resistant Index (VARI) used in the study. Regression model is used to obtain the most optimal model for estimating the growth phase of rice plant. The results showed the characteristics of the rice growth phase had a pattern of values which increased from the vegetative phase to the reproductive phase and the value decreased when the maturation phase; rice varieties have the most varied characteristics through NGRDI analysis especially on IR 42 varieties; and ExG is the most optimal indices in modeling the growth phase of rice (R2 = 0.837).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kayla Puteri Naura
Abstrak :
Partikel PM2.5 dianggap sebagai salah satu polutan paling berbahaya sebab polutan ini dapat memicu berbagai permasalahan kesehatan, mulai dari peradangan saluran pernapasan hingga kematian dini. PM2.5 dihasilkan dari proses pembakaran pada kendaraan bermotor, pembangkit listrik tenaga batubara, hingga terbentuk di udara melalui reaksi kimia. Di Jakarta Selatan, sebagian besar polutan PM2.5 dihasilkan dari sektor transportasi akibat tingginya volume kendaraan yang bervariasi secara temporal. Disamping itu, vegetasi dianggap mampu mengurangi konsentrasi PM2.5 melalui penyebaran dan pengendapan partikelnya di daun. Dampak mengkhawatirkan dari PM2.5 menyebabkan pemantauan nilai PM2.5 di udara menjadi penting. Beberapa metode pemantauan yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan inventarisasi sumber pencemar dan sensor pemantau. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pola spasiotemporal nilai PM2.5 sektor transportasi di Jakara Selatan, dan kaitannya dengan kerapatan vegetasi. Metode yang digunakan untuk memetakan nilai PM2.5 adalah interpolasi kriging. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi kerapatan vegetasi menyebabkan nilai PM2.5 inventarisasi semakin rendah, sedangkan pengukuran PM2.5 sensor cenderung tidak mengikuti pola kerapatan vegetasi tertentu. PM2.5 inventarisasi juga menunjukkan nilai yang lebih tinggi pada hari kerja dibandingkan hari libur, sementara pengukuran PM2.5 sensor justru memberikan hasil yang berlawanan akibat pengaruh faktor meteorologis. ......PM2.5 particles are considered one of the most dangerous pollutants because they can trigger various health problems, ranging from inflammation of the respiratory tract to premature death. PM2.5 is produced from the combustion process in motorized vehicles, coal-fired power plants, and is formed by chemical reactions in the air. In South Jakarta, most PM2.5 pollutants are generated from the transportation sector due to the high volume of vehicles which varies temporally. Besides that, vegetation is considered capable of reducing PM2.5 concentrations through the dispersion and deposition of its particles on the leaves. The worrying impact of PM2.5 makes PM2.5 monitoring important. Several monitoring methods that can be done are by using pollutant sources inventory and monitoring sensors. Therefore, this study was conducted to analyze the spatiotemporal patterns of the transportation sector’s PM2.5 values in South Jakarta, and their relation to vegetation density. The method used in this research is kriging interpolation. The results show that the higher the vegetation density, the lower the inventory PM2.5 value, while the PM2.5 sensor measurements tend not to follow a particular pattern of vegetation density. Inventory PM2.5 also shows higher values on weekdays compared to weekends, while PM2.5 sensor measurements give opposite results due to meteorological factors’ influence. 

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asma Zuhro
Abstrak :
Kabupaten Indramayu merupakan salah satu sentra padi Jawa Barat dengan 56 % wilayahnya berupa sawah. Namun beberapa tahun terakhir produktivitas padi berkurang karena terjadinya bencana kekeringan akibat musim kemarau panjang. Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu mencatat bahwa pada tahun 2012, 2015 dan 2018 lahan sawah mengalami gagal panen yang disebabkan kekeringan sangat berat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persebaran wilayah kekeringan pertanian lahan sawah tahun 2012, 2015 dan 2018 serta hubungannya dengan curah hujan, kemiringan lereng dan ketinggian di Kabupaten Indramayu. Indeks kekeringan VHI Vegetation Health Index digunakan untuk mengetahui persebaran wilayah kekeringan lahan pertanian. VHI merupakan kombinasi indeks VCI Vegetation Condition Index dan TCI Temperature Condition Index yang diperoleh dari pengolahan data NDVI Normalized Difference Vegetation Index dan LST Land Surface Temperature Citra Landsat 7 dan 8. Hasil pengolahan indeks VHI menunjukkan persebaran wilayah yang tidak mengalami kekeringan hingga kekeringan sangat berat pada wilayah pesisir pantai Kabupaten Indramayu. Sedangkan kategori tingkat kekeringan ringan berada pada wilayah barat bagian utara dan tengah Kabupaten Indramayu. Berdasarkan hasil uji statistik, terdapat hubungan yang signifikan antara curah hujan dengan kekeringan pada tahun pengamatan 2012, 2015 dan 2018. Sedangkan ketinggian dan lereng tidak ada hubungan signifikan dengan kekeringan. ......Indramayu Regency is one of the rice centers in West Java with 56 % of its area is rice fields. But in recent years rice productivity has been reduced due to drought that occurred in Indramayu Regency that caused by a shift of the beginning season and a long dry season. The Indramayu District Agriculture Office noted that in 2012, 2015 and 2018 paddy fields experienced crop failures due to very heavy drought. The purpose of this study was to determine the distribution of 2012, 2015 and 2018 wetland agricultural drought areas and their relationship with rainfall in Indramayu Regency. The VHI drought index Vegetation Health Index is used to determine the pattern of distribution of the drought area of agricultural land. VHI is a combination of VCI Vegetation Condition Index and TCI Temperature Condition Index derived from NDVI data processing Normalized Difference Vegetation Index, LST Land Surface Temperature of Landsat 7 and 8 images. The processing results of the VHI index show the distribution of drought levels no drought to extreme drought, where in 2012, 2015 and 2018 the distribution of drought in agricultural land has the same pattern, which is dominated by the coastal areas of Indramayu Regency due to the influence of less rainfall. While the level of mild drought is in the western and center regions of Indramayu Regency. Based on the results of statistical tests, there is a significant relationship between rainfall and drought in 2012, 2015 and 2018. Whereas altitude and slope dont have relationship with drought.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamara Puspadianti
Abstrak :
ABSTRAK
Penghitungan estimasi potensi cadangan karbon pada vegetasi tegakan pancang telah dilakukan pada tahun 2017 di tiga zona Hutan Kota Universitas Indonesia UI, zona Wallace Timur, zona Wallace Barat, dan zona Vegetasi Alami. Penelitian bertujuan untuk mengestimasi jumlah cadangan karbon terkini pada tahun 2017 yang terkandung pada tegakan pancang di Hutan Kota UI dan mengestimasi jenis tumbuhan pada tegakan pancang yang memiliki potensi cadangan karbon tertinggi di Hutan Kota UI. Penelitian dilakukan dengan metode non-destructive sampling menggunakan persamaan alometrik, yaitu berdasarkan pengukuran diameter at breast height DBH pada tegakan pancang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan plot berukuran 5 m x 5 m sebanyak 75 plot yang tersebar di tiga zona penelitian dengan masing-masing sejumlah 25 plot. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa potensi cadangan karbon pada tegakan pancang di Hutan Kota UI sebesar 23,02 ton/ha. Potensi cadangan karbon pada tegakan pancang yang tertinggi berada pada Zona Vegetasi Alami sebesar 8,67 ton/ha. Potensi cadangan karbon pada tegakan pancang di zona Wallace Timur sebesar 8,05 ton/ha dan zona Wallace Barat sebesar 6,30 ton/ha. Jenis tumbuhan dengan rata-rata nilai cadangan karbon tertinggi, yaitu Merbau Intsia bijuga sebesar 0,296 ton/ha.
ABSTRACT
Estimation of carbon stocks at stake stands vegetation has been conducted in 2017 in three Universitas Indonesia UI Urban Forest zones, East Wallace zone, West Wallace zone, and Natural Vegetation zone. The study aims to estimate the current amount of carbon reserves in 2017 contained in stake stands vegetation in UI Urban Forest and estimate plant species on stake stands that have the highest carbon stock potential in UI Urban Forest. The study was conducted by non destructive methods using allometric equations based on calculating stake stands diameter at breast height. The study used plot sized 5 m x 5 m as much as 75 and spread over the three zones, each zones have 25 plot. The results shows that the potential of carbon stocks in UI Urban Forest is 23.02 ton ha. Zones with the highest potential for above ground carbon stocks at stake stands is in the Natural Vegetation zone with a carbon stocks of 8,67 ton ha. The potential for above ground carbon stocks at stake stands in East Wallace zone is 8,02 ton ha and Western Wallace zone is 6,30 ton ha. The species with the highest average carbon stock potential, namely Merbau Intsia bijuga of 0,296 ton ha.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library