Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Josef Prasetjo
Depok: Universitas Indonesia, 1990
S2298
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Rocky Ramly Andarjuangsyah
Abstrak :
ABSTRAK
Kebiasaan merokok dimulai pada umur belasan (Baum dkk, 1985; Sarafino, 1990; Kaplan dkk, 1993). Menurut perkiraan WHO sepertiga perokok di dunia adalah remaja dan 800 juta diantaranya berada di negara berkembang (Kompas, 19 juni 1998). Seffrin (dalam Sweeting, 1990) mengatakan bahwa masalah pendidikan kesehatan dewasa ini yang paling berkaitan dengan nilai adalah masalah merokok.

Havighurst (dalam Rice, 1990) mengatakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memperoleh kumpulan nilai dan suatu sistem etika sebagai pedoman dan pandangan hidup dalam tindakan- tindakannya. Dalam hubungannya dengan konsep nilai, banyak ahli (psikolog, sosiolog, antropolog) yang berpendapat bahwa nilai mempunyai arti yang sangat penting dibandingkan dengan konsep- konsep yang lain. Para ahli itu memandang nilai sebagai kriteria yang digunakan manusia untuk menyeleksi dan membenarkan tindakan. Selain itu untuk mengevaluasi orang (termasuk self) dan kejadian-kejadian (Rokeach; Williams; Kluckhon, dalam Schwartz, 1992). Oleh karena itu penelitian mengenai nilai ini menjadi sangat penting untuk mengetahui nilai yang berperan dalam tingkahlaku seseorang untuk merokok atau tidak merokok.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan nilai antara remaja perokok dan bukan perokok. Teori nilai yang digunakan adalah teori nilai Schwartz. Schwartz mempostulasikan nilai ke dalam struktur nilai yang sirkular. Struktur nilai ini terbentuk dari 56 nilai tunggal. Ke-56 nilai tunggal itu terbagi dalam sepuluh tipe nilai., yaitu power, achievement, hedonism, stimulation, universalism, benevolence, tradition, conformity dan security. Struktur terbagi lagi dalam dua dimensi yang saling berlawanan, yaitu pertama dimensi Oppenness to Change berlawanan dengan dimensi Conservative dan kedua dimensi Self-Transendence berlawanan dengan dimensi Self-Enhancement.

Subyek penelitian adalah remaja berusia 15-18 tahun dan tinggal di Jakarta. Jumlah responden sebanyak 96 orang, subyek pria 55 orang sedangkan subyek wanita 41 orang. Bardasarkan aktivitas merokok dan tidak merokok, jumlah pria perokok sebanyak 33 orang sedangkan wanita perokok sebanyak 21 orang. Jumlah pria bukan perokok sebanyak 22 orang dan wanita bukan perokok sebanyak 20 orang. Secara keseluruhan jumlah perokok adalah 54 orang dan bukan perokok sebanyak 42 orang. Data diperoleh dengan membagikan kuesioner secara insidental lalu diolah dengan mengunakan t-test untuk melihat perbedaan dua kelompok.

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan remaja perokok dan bukan perokok terdapat pada tipe nilai hedonism. Remaja perokok lebih mementingkan tipe nilai itu dibandingkan remaja bukan perokok.

Dalam diskusi, hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori nilai Schwartz, dan penelitian tentang remaja serta teori merokok yang dikaitkan dengan nilai.

Saran yang dapat diajukan untuk penelitian berikutnya adalah selain menggunakan kuesioner gunakan juga wawancara untuk memperkaya hasil, memperbanyak sampel, mengkaitkan nilai dengan variabel lainnya, seperti konsep diri, sikap. Selain itu perlu diteliti nilai tunggal mana yang menjadi bagian tipe nilai tertentu yang khas Indonesia.
1999
S2555
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hart, Samuel L.
New York: Philosophical Library, 1949
170 HAR t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Atty Kurniawati
Abstrak :

ABSTRAK
Mahasiswa merupakan sumber daya yang potensial untuk menunjang keberhasilan pembangunan nasional, sehingga dengan mengetahui sistem nilai mereka saat ini dapat Iebih dikembangkan nilai-nilai positif yang sudah dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai sistem nilai pada mahasiswa Universitas Indonesia (UI), yang berupa hirarki dari nilai-nilai yang dianut serta tujuan akhir yang dianggap penting oleh mahasiswa UI. Selain itu karena latar belakang pendidikan yang mengarah kepada profesi dapat mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, maka dalam penelitian ini juga dilihat hirarki dari nilai dan tujuan akhir mahasiswa yang berasal dari fakultas fakultas ilmu eksakta dan fakultas-fakultas ilmu sosial.

Pada penelitian ini, digunakan kuesioner yang mengukur hirarki dari nilai-nilai dan tujuan akhir mahasiswa. Subyek penelitian merupakan mahasiswa UI dari 12 fakultas dan berasal dari angkatan 1990-1996. Prosedur sampling yang dipergunakan adalah nonprobability sampling. sementara teknik pengambilan sampelnya adalah incidental sampling. Metode pengolahan data yang dipakai adalah koefisien konkordansi dari Kendall (II)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai yang dianut oleh mahasiswa UI adalah nilai kebahagiaan, moral, sosial, keadilan, ilmiah, kemandirian, dan manfaat. Sedangkan tujuan akhir yang dianggap penting adalah ketakwaan, kematangan moral, keberhasilan pendidikan, keberhasilan karir, kebahagiaan, pengetahuan dan wawasan yang luas, kepekaan sosial, menemukan pasangan hidup, perluasan pergaulan, serta penerapan ilmu. Selain itu, mahasiswa yang berasal dari fakultas ilmu sosial menempatkan nilai moral lebih penting daripada nilai sosial, sedangkan mahasiswa yang berasal dari fakultas ilmu eksakta mencapaikan nilai sosial lebih tinggi daripada nilai moral. Untuk tujuan akhir, selain ketakwaan yang sama-sama meletakkannya untuk peringkat pertama, kedua kelompok terlihat berbeda dalam hirarki tujuan akhir Iainnya.

Tujuan akhir yang khas pada mahasiswa UI adalah penerapan ilmu dan ketakwaan. Sistem nilai dari kelompok yang berbeda dalam suatu lingkungan akademis yang sama dapat berbeda. Pada penelitian ini perbedaan tersebut tampak pada kelompok subyek laki-Iaki dan perempuan, kelompok subyek dengan agama yang berbeda, kelompok subyek dengan suku bangsa yang berbeda, serta kelompok subyek dengan pekerjaan orangtua yang berbeda. Dalam penelitian mengenai sistem nilai mahasiswa selanjutnya, hendaknya jumlah sampel penelitian Iebih besar dan proporsional pembagiannya, disamping perlu diperhatikan instrumen penelitian yang menggali lebih mendalam mengenai nilai dan tujuan akhir dari subyek penelitian. Hal lain yang disarankan adalah mempertahankan nilai positif yang telah dimiliki mahasiswa UI, serta mengembangkan nilai estetika, politik, kepemimpinan, dan kreativitas pada mahasiswa UI. Sistem pembelajaran di UI yang ada saat ini juga perlu ditinjau kembali, sehubungan dengan rendahnya nilai ilmiah dan penerapan ilmu pada mahasiswa UI.
1998
S2681
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Sumarwanto
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai upaya membangun budaya organisasi pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Pembentukan nilai-nilai budaya organisasi pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian masih dalam proses tumbuh kembang. Sebagai suatu organisasi publik yang memiliki anggota dengan latar belakang budaya organisasi yang heterogen, maka untuk kepentingan integritas organisasi, perlu memiliki nilai-nilai budaya organisasi. Permasalahan dalam penelitian ini, yaitu Bagaimana kondisi nilai-nilai budaya organisasi di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berdasarkan model 7S McKinsey? Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan nilai-nilai yang sedang tumbuh dan berkembang secara alamiah yang menjadi unsur penting budaya organisasi pada saat ini (Existing of Share Values); memberi pilihan terhadap nilai-nilai yang akan ditumbuhkembangkan sebagai identitas budaya organisasi (Optional of Shared Values); bahan masukan bagi pimpinan dalam mencapai sasaran reformasi birokrasi yang mendorong perubahan pola pikir (mind set) dan budaya kerja (culture set) untuk meningkatkan kapasitas dan kinerja organisasi; dan bahan masukan bagi dunia akademisi sebagai pelengkap referensi penelitian dalam membangun budaya organisasi (organizational culture). Lokus objek penelitian yang dipilih adalah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer berupa pengamatan langsung, peneliti berperan juga sebagai bagian dari objek yang diteliti dan Focus Group Disscusion (FGD); dan data sekunder berupa artikel, jurnal, karya hasil penelitian di bidang budaya organisasi yang relevan, kutipan-kutipan pembicaraan informal, dokumen terkait persiapan reformasi birokrasi, data Sumber Daya Manusia. Teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung pada objek dan FGD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam upaya membangun budaya organisasi pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dapat dikembangkan melalui kerangka teori 7-S McKinsey Framework. Tujuh variable dalam teori tersebut, yaitu strategi (strategy), struktur (structure), sistem (system), nilai-nilai bersama (share values), keterampilan (skill), gaya manajemen kepemimpinan (style), dan sumber daya manusia (staff) merupakan suatu kesatuan kerangka pikir yang saling terkait dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Pengembangan nilai-nilai budaya organisasi dapat dilakukan dengan perubahan yang terencana, dimulai dari pucuk pimpinan tertinggi sampai pada keterlibatan seluruh anggota organisasi. ......This thesis discuss an efforts to build organizational culture at the Coordinating Ministry for Economic Affairs . Establishment of organizational cultural values on the Coordinating Ministry for Economic Affairs is still in the process of growth and development. As a public organization, that has members with heterogeneous culture backgrounds. For the integrity of the organization, it needs cultural values of the organization. Problems in this study: 1. How does the condition of organization cultural values in the Coordinating Ministry for Economic Affairs under the terms of the 7S McKinsey framework model? 2. How to develop the values to build an organizational culture based on the 7S McKinsey framework? The purpose of this study is to describe the values that were growing and developing naturally becoming an important element of organizational culture at this point (existing of share values); gives options to values that will be developed as the cultural identity of the organization (shared values) ; input for leadership in achieving the target of bureaucratic reforms that encourage changes in thinking (mind set) and work culture (culture sets) to increase the capacity and performance of the organization, and an input for academic as a complement to research references in building an organizational culture. Locus of the research object is the Coordinating Ministry for Economic Affairs, with used qualitative research methods. Data source are primary in the form of direct observation, researchers also play a role as part of the item being researched and Focus Group Disscusion (FGD); and secondary data such as articles, journals, research work in relevant areas of organizational culture, speech excerpts informally, document preparation related to bureaucratic reform, the human resources data. Collecting data by direct observation on the object and the FGD. The results of this study show that in an effort to build an organizational culture at the Coordinating Ministry for Economic Affairs can be developed through a theoretical of 7-S McKinsey Framework. Seven variables in the theory, are strategy, structure, system, shared values, skills, style (management style of leadership) and staff (human resources). There are unitary frame of mind interrelated and mutually affect one another. Development of organizational cultural values can be done with the changes planned, starting from the top manager that effect all of organization members.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T28091
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nezza Nehemiah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai kemampuan resiliensi dan nilai motivasional, serta berbagai faktor yang mendukung resiliensi penyintas peristiwa di Halmahera, bagian dari konflik di Maluku Utara yang tinggal di Bitung. Resiliensi dapat dipahami sebagai kualitas personal yang memungkinkan seseorang untuk melampaui kondisi sulit yang dihadapi dapat dipahami sebagai resiliensi (Connor & Davidson, 2003). Nilai dijelaskan sebagai konsep atau kepercayaan yang terkait dengan keinginan atau tingkah laku pada situasi spesifik yang mengarahkan pemilihan atau evaluasi dari tingkah laku dan kejadian dalam derajat kepentingan yang berbeda (Schwartz, 1992) yang terdiri dari 10 tipe nilai motivasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method yang melibatkan 58 partisipan yang mengisi kuesioner Connor Davidson Resilience Scale-10 dan Portrait Values Qouestionaire. Penelitian juga melibatkan 12 partisipan focus group discussion yang membahas tentang pengalaman, hal-hal pendukung dan nilai yang terkait dengan resiliensi. Hasil temuan menunjukkan bahwa perempuan memiliki kemampuan resiliensi yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Temuan lain menunjukkan perbedaan usia dan jenis kelamin turut menentukan prioritas nilai yang dianut partisipan. Berbagai faktor seperti perhatian keluarga, dukungan sosial, dan keterlibatan dalam aktivitas agama ditemukan mendukung proses adaptasi dan upaya untuk bangkit. Temuan dalam penelitian ini penting untuk dibahas dan dapat digunakan untuk merancang program intervensi untuk membantu pihak lain yang mungkin mengalami pengalaman serupa. ...... This study aims to provide a better picture about human resilience and motivational values, as well as the other various factors that support resilience in Halmahera incident (connected to Maluku conflict) survivors, who live in Bitung. Resilience refers to personal qualities that enable one to thrive in the face of adversity (Connor & Davidson, 2003). Values are concepts or beliefs that pertain to desirable end states or behaviors which transcend specific situations and guide selection or evaluation of behavior and events that are ordered by relative importance (Schwartz, 1992). Using a mixed method approach, this study is involving 58 participants using Connor Davidson Resilience Scale-10 and Portrait Values Questionaire. In addition to that, 12 participants took part in the focus group discussion that discussed their experiences, protective factors, and values that help them to become resilience. Results show that women have a higher resilience than men. Other findings shows age and gender differences also determine the priority of participant's values. Various factors such as family care, social support, and religious beliefs are found to support the adaptation and bounce back process. This study has an important implication to provide a broader picture of resilience and group values that can be used to develop an intervention program to help others who may have similar experiences.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>