Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
Givoni, Baruch
New York: John Wiley & Sons, 1998
720.47 GIV c
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Anggita Maharani
"Fenomena urbanisasi akan meningkatkan pertambahan jumlah populasi penduduk. Populasi penduduk yang bertambah akan menyebabkan perubahan tutupan lahan pada lahan kosong dan vegetasi yang berubah menjadi lahan terbangun serta meningkatnya aktivitas manusia yang menghasilkan emisi antropogenik. Perubahan tersebut menjadi faktor meningkatnya suhu di perkotaan. Dampak Suhu perkotaan berlebih dapat mengancam kesehatan manusia dan lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan menganalisis distribusi spasial urban heat hazard (UHH) di Kota Bekasi menggunakan data citra Landsat 8 OLI/TIRS, pengukuran suhu udara lapang, dan citra Google Earth Pro. Pengolahan dan analisis menggunakan ArcGIS Pro, uji regresi linear sederhana dan uji Chi-square pada SPSS. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 3 klasifikasi UHH di Kota Bekasi yaitu rendah, sedang dan tinggi. Kota Bekasi didominasi UHH tinggi sebesar 13,947,69 Ha dengan rentang suhu 38 - 46°C yang berada pada zona iklim lokal tipe bangunan compact, industri dan sebagian kecil zona alami yaitu LCZ E. Pola UHH terbentuk secara berkelompok dengan intensitas yang meningkat ke arah utara mengikuti arah perkembangan Kota Bekasi. Keberadaan vegetasi berperan penting mengurangi bahaya panas perkotaan karena vegetasi mampu menyerap panas dan meningkatkan kelembapan udara melalui proses evapotranspirasi. Sebaliknya, wilayah dengan tingkat aktivitas manusia yang tinggi dan kepadatan penduduk yang besar cenderung memperbesar efek UHH.
Urbanization leads to an increase in population, which subsequently causes changes in land cover, particularly the conversion of open spaces and vegetated areas into built-up land, along with intensified human activities that generate anthropogenic emissions. These changes contribute to rising urban temperatures. Excessive urban heat can pose serious risks to human health and the environment. This study aims to map and analyze the spatial distribution of urban heat hazard (UHH) in Bekasi City using Landsat 8 OLI/TIRS imagery, field air temperature measurements, and Google Earth Pro imagery. Data processing and analysis were conducted using ArcGIS Pro, along with simple linear regression and Chi-square tests in SPSS. The results indicate that UHH in Bekasi City can be classified into three categories: low, medium, and high. The city is predominantly characterized by high UHH, covering an area of 13,947.69 hectares, with temperatures ranging from 38°C to 46°C. These areas are mostly located in compact building zones, industrial areas, and partially in natural zones such as LCZ E. The UHH pattern appears clustered, with increasing intensity toward the northern part of the city, reflecting the direction of urban development. Vegetation plays a crucial role in mitigating urban heat hazard by absorbing heat and enhancing air humidity through evapotranspiration. In contrast, areas with high human activity and population density tend to exacerbate UHH effects."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Vinka Rachma Syalsabila Pusparini
"Pertumbuhan jumlah penduduk mendorong peningkatan kebutuhan lahan, yang menyebabkan perubahan tutupan lahan dari area terbuka atau vegetasi menjadi kawasan terbangun dengan permukaan kedap air, seperti aspal, beton, dan semen. Perubahan ini berkontribusi terhadap peningkatan suhu perkotaan, yang dapat menurunkan kualitas lingkungan, meningkatkan konsumsi energi, serta membahayakan kesehatan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan menganalisis distribusi spasial urban heat island (UHI) di Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan menggunakan data citra Landsat 8 OLI/TIRS, pengukuran suhu udara, dan citra Google Earth Pro. Analisis dilakukan dengan metode overlay menggunakan ArcGIS Pro serta uji regresi linear sederhana dan uji Chi-square pada SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 4.564,16 Ha wilayah mengalami efek UHI dengan suhu di atas 42,12°C, yang umumnya berada pada zona iklim lokal tipe bangunan dan sebagian kecil pada zona tutupan lahan (LCZ E). Pola UHI terbentuk secara berkelompok, dengan intensitas yang meningkat ke arah utara seiring pesatnya perkembangan kota dan dominasi zona bangunan. Keberadaan vegetasi dapat menurunkan potensi UHI, sedangkan tingginya aktivitas dan kepadatan manusia cenderung meningkatkan efeknya.
Population growth drives an increasing demand for land, leading to land cover changes from open areas or vegetation to built-up areas with impervious surfaces such as asphalt, concrete, and cement. These changes contribute to rising urban temperatures, which can degrade environmental quality, increase energy consumption, and pose health risks. This study aims to map and analyze the spatial distribution of the urban heat island (UHI) effect in South Jakarta Administrative City using Landsat 8 OLI/TIRS imagery, air temperature measurements, and Google Earth Pro imagery. The analysis was conducted using overlay methods in ArcGIS Pro, along with simple linear regression and Chi-square tests in SPSS. The results indicate that approximately 4,564.16 hectares of the study area experience the UHI effect, with temperatures exceeding 42.12°C, primarily in local climate zones (LCZ) dominated by built-up areas and, to a lesser extent, in land cover zones (LCZ E). The UHI pattern is clustered, with increasing intensity toward the north, where urban development is more rapid and built-up zones are more dominant. Vegetation presence helps reduce UHI potential, whereas higher human activity and density tend to amplify its effects."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sham, Sani
Kuala Lumpur: Universiti Kebangsaan Malaya, 1980
551.69 SHA c
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Safira Paramastri Sarifah Al Khudri
"Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, merupakan wilayah yang padat penduduk sehingga hal ini menuntut adanya pembangunan tempat tinggal. Hal ini yang mengakibatkan adanya perubahan tutupan lahan yang terjadi setiap tahun. Perkembangan kota yang diiringi dengan meningkatnya lahan terbangun berpotensi meningkatkan suhu udara di sekitar lingkungan. Di samping itu, adanya hutan kota, turut membantu menurunkan degradasi lingkungan perkotaan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perubahan LST dan NDVI akibat perubahan tutupan lahan dan mengetahui tingkat kenyamanan termal menggunakan pengukuran Thermal Humidity Index (THI). Penelitian ini dilaksanakan dalam 4 tahap, yaitu tahap pertama pra pengolahan citra dengan melakukan proses koreksi atmosferik dan cropping. Tahap kedua yaitu perhitungan algoritma LST, NDVI, maximum likelihood, kenyamanan termal, dan interpretasi citra digital. Tahap ketiga yaitu analisis peta LST, NDVI, tutupan lahan, dan pengukuran nilai THI. Hasil penelitian menunjukkan banyaknya perubahan luas tutupan dalam kurun waktu 10 tahun akibat perkembangan perkotaan, seperti berubahnya tutupan lahan vegetasi dan lahan terbuka menjadi permukiman. Berkurangnya lahan bervegetasi mempengaruhi turunnya indeks kerapatan vegetasi. Sementara itu, perubahan suhu permukaan daratan terjadi secara fluktuatif pada bulan kering dan bulan basah tahun 2013 dan 2023. Umumnya, LST yang tinggi terjadi di area permukiman dan lahan terbuka diakibatkan oleh tidak adanya atau kurangnya objek penghalang sinar matahari. Tipe tutupan lahan vegetasi (mangrove), badan air, dan vegetasi (non-mangrove) kurang lebih memiliki pengaruh yang berbeda terhadap perubahan suhu permukaan daratan. Adapun perhitungan statistik antara NDVI dan LST menunjukkan hubungan yang berkorelasi negatif tapi rendah. Selain itu, hasil pengukuran nilai THI terhadap data iklim mikro menunjukkan bahwa kenyamanan termal di wilayah penelitian termasuk didominasi kategori cukup nyaman.
Penjaringan District, North Jakarta, is a densely populated area that requires residential development. This results in changes in land cover that occur every year. City development, which begins with increasing built-up land, has the potential to increase the air temperature in the surrounding environment. On the other hand, the existence of urban forests also helps reduce urban environmental degradation. The aim of this research is to analyze changes in LST and NDVI due to changes in land cover and determine the level of thermal comfort using the Thermal Humidity Index (THI) measurement. This research was carried out in 4 stages, namely the first stage of image pre-processing by carrying out atmospheric correction and cropping processes. The second stage is the calculation of the LST algorithm, NDVI, maximum likelihood, thermal comfort, and digital image interpretation. The third stage is analysis of LST, NDVI, land cover maps and measuring THI values. The results of the research show that there have been many changes around cover over a period of 10 years due to urban development, such as changes in vegetation land cover and open land into organizations. The reduction in vegetated land affects the decline in the vegetation density index. Meanwhile, changes in land surface temperature fluctuate in the dry and wet months of 2013 and 2023. Generally, high LST occurs in organizational areas and open land due to the absence or reduction of objects blocking sunlight. Vegetation land cover types (mangroves), water bodies, and vegetation (non-mangroves) have different influence on changes in land surface temperature. Statistical calculations between NDVI and LST show a negative but low deteriorating relationship. In addition, the results of measuring THI values on microclimate data show that thermal comfort in the research area is dominated by the quite comfortable category."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Wong, Nyuk Hien
London: Taylor and Francis, 2009
697.909 1 WON t
Buku Teks Universitas Indonesia Library