Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Adiyanti
Abstrak :
Kecenderungan iklim di daerah perkotaan yang sering diperbincangkan akhir-akhir ini adalah fenomena kelebihan panas yang tidak merata atau disebut Kutub Panas Kota(Urban Heat Island). Telah banyak dikaji berbagai aspek dalam Kutub Panas Kota di berbagai negara, namun hasil penelitian di kota tropik masih jarang ditemukan. Pengaruh langsung dari peningkatan suhu udara terhadap kehidupan manusia adalah terganggunya mekanisme pengeluaran panas tubuh. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya Kutub Panas Kota adalah sifat fisik permukaan kota dan aktivitas di dalamnya. Terkonsentrasinya penduduk di kota merupakan salah satu faktor pemicu terbentuknya Kutub Panas Kota. Faktor lainnya, pertama, absorpsi sinar matahari di perkotaan lebih besar daripada di pedesaan. Kedua, evapotranspirasi di perkotaan lebih kecil daripada di pedesaan. Ketiga, kurangnya variasi pergerakan angin dekat permukaan tanah di perkotaan. Keempat, panas buatan dan pencemaran di perkotaan menambah besarnya panas yang dikandungnya. Kota Jakarta, hingga saat ini, masih mempunyai daya tarik bagi masyarakat Indonesia untuk berusaha dan bermukim di Jakarta. Akibatnya, pertumbuhan penduduk Jakarta masih melaju dengan pusat. Daya tarik tersebut adalah fasilitas dan kegiatan ekonomi yang terus berkembang di Jakarta. Konsekuensi yang timbul adalah intensitas penggunaan lahan kota yang tinggi, sehingga mengurangi jatah Ruang Terbuka Hijau (RTH). Sementara itu pembangunan kota Jakarta saat ini belum merata sehingga permukaannya sangat heterogen. Dengan tujuan memberikan gambaran mengenai Kutub Panas Kota di Jakarta, pengaruh pusat kegiatan ekonomi dan fasilitasnya serta pengaruh pola penggunaan tanah terhadap suhu udara mikro, maka penelitian dasar ini dilaksanakan. Gambaran tersebut diperoleh dari profil suhu udara mikro di 46 plot sampel. Selain memberikan manfaat akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kondisi kritis dan faktor strategis yang harus ditangani untuk mengeiiminasi degradasi iklim mikro di Jakarta. Penelitian menekankan suhu udara setinggi spa yang oleh para ahli iklim tersebut disebut Urban Canopy Layer. Penelitian ini sangat terbatas, baik dalam lingkup ruang maupun waktu. Jangka waktu penelitian terpaksa singkat, karena datangnya musim hujan yang terlalu dini. Penelitian ini bersifat deskriptif-eksploratif dan menggunakan rancangan non eksperimental-deskriptif dengan studi Time series di lapangan. Time series berjumlah 9 periode, masing-masing berinterval 2 jam dimulai dari periode T (pukul 13.00-15.00) hingga periode IX (pukul 05.00-07.00). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah suhu udara, kelembaban udara, arah angin dan keadaan cuaca, sedangkan variabel bebasnya adalah pola penggunaan tanah (lokasi pengukuran) dan waktu (periode pengukuran) Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Profil suhu udara di Jakarta menunjukkan nilai suhu udara yang tertinggi di daerah Pusat Kegiatan Ekonomi (PKE)(Central Business District) pada periode pukul 13.00-15.00 (Hipotesis 1 terbukti). 2. Profil suhu udara di Jakarta pads periode pukul 13.00-15.00 menunjukkan adanya pengaruh jenis penggunaan tanah, vegetasi dan kerapatan bangunan terhadap suhu udara (Hipotesis 2 terbukti). 3. Selisih suhu udara maksimum-minimum harian di daerah permukaan alamiah lebih rendah daripada di permukaan yang diperkeras (Hipotesis 3 terbukti). 4. 5elisih suhu udara maksimum-minimum di Jakarta tidak meningkat secara progresif dani arah pantai (Utara) ke pedalaman (Pusat) (Hipotesis 4 tidak terbukti). 5. Isoterm di wilayah kota yang tidak terbangun secara merata seperti Jakarta, membentuk kutub-kutub panas kota (lebih dari satu kutub. Selain hasil pengujian hipotesis tersebut, dari penelitian ini diperoleh hasil lain: 1. Suhu udara maksimum di 46 lokasi pengukuran tidak selalu terjadi pada periods pengukuran I (pukul 13.00-15.00). 2. Elemen topografi dan aktivitas kota yang mempengaruhi terbentuknya Kutub Panas Kota adalah: a. Pengaruh sifat fisik materi permukaan kota terhadap proses pertukaran panas. b. Pengaruh konsentrasi pencemar di udara terhadap proses pertukaran panas. c. Pengaruh sedikitnya proses evaporasi dan evapotranspirasi terhadap mekanisme pengurangan panas. d. Produksi panas oleh aktivitas manusia di dalam kota. 3. Bentuk dan intensitas Kutub Panas Kota di Jakarta bervariasi menurut periods pengukuran (waktu) dan lokasi pengukuran (ruang). 4. Waktu yang baik untuk mengamati Kutub Panas Kota di Jakarta, menurut hasil penelitian ini adalah pukul 23.00-01.00. Dengan demikian, waktu yang direkomendasikan oleh Sani {1987) dan Kingham (1969) yaitu pukul 22.00-23.00 (dalam Sani 1987: 258), tidak sepenuhnya diterima oleh kota Jakarta. Hipotesis 4 tidak terbukti, dapat disebabkan oleh hal-hal yang tidak terliput dalam penelitian. Atau dapat pula karena perbedaan iklim mikro yang disebabkan oleh faktor lain. Waktu penelitian yang dilaksanakan pada musim peralihan (musim panas-musim hujan) dan lama penelitian satu minggu dapat pula menjadi penyebab. Untuk memastikan apakah hipotesis ditolak atau tidak, perlu pengkajian lebih lanjut, untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan keputusan jenis alfa.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Buditama
Abstrak :
Pembangunan kota dapat menyebabkan pemanasan suhu kota, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan termal, bahkan berpotensi terjadinya Urban Heat Island (UHI). Masalah dalam penelitian ini diawali dari sudah banyaknya metode pengukuran tingkat kenyamanan termal dan UHI sebelumnya, namun belum cukup berpengaruh terhadap perencanaan tata ruang. Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan model kenyamanan termal yang mengelaborasikan metode pengukuran kenyamanan termal eksisting dengan konsep UHI. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan dan metode kuantitatif. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Tangerang Selatan dengan periode waktu pengamatan selama 2004-2020. Hasil penelitian atau model ini menunjukkan Kota Tangerang Selatan tahun 2004-2020 terindikasi kenyamanan termal yang rendah mencakup 62% luas kota, walaupun masih ditemukan kenyamanan sangat tinggi mencakup 15% luas kota. Kesimpulan penelitian ini bahwa kenyamanan termal berbasis UHI merupakan model yang merepresentasikan sensasi panas atau dingin yang dirasakan manusia terhadap suhu lingkungannya dengan mempertimbangkan kondisi fisik (suhu permukaan daratan), persepsi, dan kondisi perkotaan (lahan terbangun dan vegetasi) dalam rentang waktu tertentu. ......Urban development can cause city temperature increase, so it causing thermal discomfort, and even has the potential to occur Urban Heat Island (UHI). Problem begins with much research has been done on methods for measuring thermal comfort and UHI intensity, but they have not had much effect on spatial planning. Objective of this study is to produce a thermal comfort model that elaborates existing thermal comfort measurement methods with the UHI concept. Methods of the study is using quantitative approach and method. The research location was conducted in Tangerang Selatan City with an observation period of 2004-2020. Results of this model show that the Tangerang Selatan City in 2004-2020 has indications of low thermal comfort covering 62% of the city area, although very high comfort is still found covering 15% of the city area. Conclusion of this study that UHI-based thermal comfort is a model that represents the sensation of hot or cold that humans feel about their environmental temperature by considering physical conditions (land surface temperature), perception, and urban conditions (built-up land and vegetation) within a certain time span.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agita Devi Prastiwi
Abstrak :
Pertumbuhan Jakarta meluas secara spasial membentuk wilayah Jabodetabek. Seiring dengan pertumbuhan kota, ruang hijau digantikan dengan gedung dan jalan menghasilkan fenomena Urban Heat Island. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi spasial UHI, pola hubungan antara LST, NDVI dan NDBI serta memodelkan prediksi UHI dengan metode Long Short Term Memory (LSTM). LSTM adalah variasi RNN yang memiliki prinsip kerja dengan menyimpan informasi terhadap pola-pola data. Hasilnya distribusi spasial UHI arahnya cenderung kearah timur dan selatan Jakarta. Karakteristik wilayah terdampak fenomena UHI berada pada daerah pusat industri, pengembangan pemukiman, perekonomian, transportasi, pelayanan, serta perdagangan. Profil LST bervariasi berdasarkan jarak dan ketinggian elevasi. Fenomena UHI mampu menghangatkan suatu wilayah sebesar 10C dibandingkan suhu normalnya. Pola spasial UHI berpola random akibat mengikuti pola jaringan jalan yang menyebar secara tidak teratur. Hasil pembangunan model sistem prediksi UHI bulan Januari tahun 2021 – Oktober tahun 2022 didapatkan nilai indeks positive 4,3 – 7,1 ini menunjukan suhu di wilayah Jakarta lebih panas dibandingkan Bogor. Pada uji nilai akurasi didapatkan RMSE sebesar 1,65 dan MAE sebesar 2,73 ......akarta’s growth expanded spatially to the Jabodetabek area. As cities grow, green spaces replaced with buildings and roads, resulting in a temperature difference phenomenon known as Urban Heat Island. This study aims to analyze the occurrence of UHI, synthesize the relationship between LST, NDVI, and NDBI, and model temperature prediction using Long Short-Term Memory (LSTM) method. LSTM is a variation of RNN which has a working principle by storing information and data patterns. The result is that the spatial distribution of UHI tends to be towards east and south Jakarta. The characteristics of the area affected by UHI are areas that centers of industry, settlements, economy, transportation, services, and trade. The LST profile varies with distance and elevation. UHI phenomenon can warm an area by 1°C compared to the average temperature. The spatial pattern of UHI is random as a result of following a road network pattern that spreads irregularly. The results of the development of the UHI prediction system model for January 2021 - October 2022 obtained a positive index value of 4.30C – 7.10C, this shows that temperature in Jakarta always hotter than temperature in Bogor. Accuracy value test, RMSE was 1.65, and the MAE was 2.73.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anom Cahyo Galih Pranoto
Abstrak :
Urban Heat Island adalah suatu fenomena dimana suhu permukaan kota yang padat bangunan lebih tinggi daripada suhu di sekitarnya baik di desa maupun pinggir kota. Kecamatan Pinang merupakan Kecamatan di Kota Tangerang yang pembangunannya mengalami perubahan secara dinamis. Perubahan kerapatan vegetasi, kerapatan bangunan serta tutupan lahan yang cepat mempengaruhi suhu permukaan darat di Kecamatan Pinang. Metode yang digunakan yaitu pengolahan dari citra Landsat 7 ETM+ dan Landsat 8 OLI untuk mendapatkan nilai Kerapatan Vegetasi (NDVI), Kerapatan Bangunan (NDBI) dan Land Surface Temperature (LST). Hasil penelitian menunjukan bahwa Kecamatan Pinang telah mengalami perluasan wilayah yang terdampak Urban Heat Island yang menjalar di bagian selatan Kecamatan Pinang. Hasil ini didukung oleh uji statistik yang menunjukan semakin tinggi kerapatan bangunan, semakin tinggi pula suhu permukaan daratnya serta semakin tinggi kerapatan vegetasi, maka semakin rendah suhu permukaan daratnya. ......Urban Heat Island is a phenomenom in which the surface temperature of the crowded city buildings higher than the surrounding temperature both in villages and sub urban. Pinang Sub-District is a Sub-District at Tangerang City who had growth dynamic development. Transformation of vegetation density, density of the roof of the buildings and land cover can affect the land surface temperature at Pinang Sub-District. The research method is using by processing satellite imagery from Landsat 7 ETM+ and Landsat 8 OLI to get vegetation density (NDVI), density of the roof of the building (NDBI) and land surface temperature (LST). The results showed that the Pinang Sub-District have expanded the area affected by the spread of Urban Heat Island in the southern part of the Pinang Sub-District. This result also tested in statistically. Therefore, when land surface temperature rise, the building density are descend. Beside when land surface temperature descend, the vegetation density are rise up.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haura Zahro
Abstrak :
Kota Yogyakarta sebagai pusat pariwisata dan pendidikan di DIY mengalami perubahan lahan seiring dengan perkembangan kota. Terbatasnya lahan Kota Yogyakarta membuat pertumbuhan lahan terbangun berekspansi ke Kabupaten Sleman dan Bantul sehingga terbentuk Kawasan Perkotaan Yogyakarta KPY. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suhu permukaan daratan, hubungannya dengan kehijauan vegetasi dan fenomena UHI pada KPY tahun 2015-2017. Suhu permukaan daratan diperoleh dari pengolahan citra Landsat 8 OLI/TIRS dengan metode mono-window dan validasi dengan pengukuran suhu udara langsung, kehijauan vegetasi dengan algoritma NDVI dan UHI yaitu suhu permukaan daratan diatas 30°C. Hasilnya menunjukkan suhu permukaam daratan pusat kota mempunyai rata-rata 32,37°C dan semakin jauh dari pusat kota suhu turun hingga 0,93°C setiap kilometernya. Suhu permukaan daratan tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2015 yang merupakan puncak El Nino 2015. Suhu permukaan daratan berkorelasi kuat dengan kehijauan vegetasi dengan koefisien korelasi hingga -0.709 yaitu semakin tinggi kehijauan vegetasi maka suhu permukaan semakin rendah. Fenomena UHI tahun 2015-2017 terjadi setiap bulannya pada KPY dengan variasi UHI maksimum 11,85°C dan minimum 4,01°C dan suhu fenomena UHI tertinggi pada bulan Oktober 2015 yaitu 41,85 C. Kesimpulan dari penelitian adalah terdapat variasi UHI di KPY setiap bulan pada tahun 2015-2017 dengan suhu tertinggi dan area terluas pada bulan Oktober 2015. ......Yogyakarta City as a center of tourism and education in DIY experienced significant land use changes along with the demand for the built up area. However, the limited land of Yogyakarta City made the growth of built up area extend to Sleman and Bantul Regency that formed Yogyakarta Urban Area YUA . This study aims to determine the pattern of surface temperature, its relationship with vegetation greenness and the occurrence of UHI phenomenon in YUA in 2015 2017. Surface temperature obtained from Landsat 8 OLI TIRS image processing using mono window method and validation with air temperature measurement, vegetation greenness with NDVI algorithm and UHI with surface temperature above 30°C. The results show that the mean surface temperature at the city center reaches up to 32,37°C and the farther from the city center the surface temperature drops to 0,93°C per kilometer. The highest surface temperature occurs in October 2015 which is the peak of El Nino 2015. Surface temperature has a strong correlation with vegetation greenness with correlation coefficient up to 0.709 means the higher the vegetation greenness, the lower surface temperature. UHI phenomenon occurs every month at YUA with a maximum, and a minimum value of UHI variation is 11,85°C, and 4,01°C and the highest UHI temperature reach up to 41,85°C in Oktober 2015. In conclusion, UHI phenomenon occurs every month in 2015 with the highest temperature and most extensive area in October 2015.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliza
Abstrak :
Kabupaten Majalengka dinilai oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu prioritas pembangunan infra struktur untuk menopang percepatan pembangunan seperti Bandara Internasional Jawa Barat, Kertajati Aero City, permukiman, rumah sakit, pusat perbelanjaan, bussines center, resort, sarana hiburan. Alih fungsi lahan dari tutupan vegetasi menjadi lahan terbangun akan memengaruhi suhu permukaan daratan yang memicu adanya fenomena urban heat island. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis distribusi spasial dan temporal urban heat island serta asosiasi tutupan lahan, kerapatan bangunan, dan kehijauan vegetasi terhadap suhu permukaan daratan di Kabupaten Majalengka tahun 2013, 2016 dan 2019. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa tutupan lahan, kehijauan vegetasi, kerapatan bangunan, dan suhu permukaan daratan yang didapatkan dari hasil pengolahan Citra Landsat 8 Tahun 2013, 2016, dan 2019 yang divalidasi dengan data survei lapang pada 98 titik yang dipilih dengan metode randomsampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai suhu permukaan daratan Kabupaten Majalengka berada antara 15,26 derajat celsius hingga 39,99 derajat celcius. Fenomena urban heat island mendominasi bagian tengah hingga utara Kabupaten Majalengka dengan tutupan lahan berupa lahan terbangun, kehijauan rendah, dan kerapatan bangunan tinggi. Bagian selatan suhu permukaan daratan semakin rendah dengan tutupan lahan vegetasi, kehijauan vegetasi tinggi, dan kerapatan bangunan rendah. Suhu permukaan daratan rendah berasosiasi dengan kehijauan vegetasi tinggi dan kerapatan bangunan rendah sedangkan suhu permukaan tinggi berasosiasi dengan tutupan lahan terbangun dengan kerapatan bangunan tinggi. ......The Majalengka Regency considering by The Government of West Java Province is one of the priorities of infrastructure development to sustain the accelerate of development such as West Java International Airport, Kertajati Aero City, settlements, hospitals, shopping centres, business centres, resorts, entertainment facilities. The conversion function of agricultural land into non-agricultural or industrial will affect land surface temperature, which triggers the urban heat island phenomenon. The purpose of this study was to analyze the spatial and temporal distribution of urban heat island and the effect of land cover, building density, and vegetation greennesson land surface temperatures in Majalengka in 2013, 2016 and 2019. Variables used in this study were land cover, vegetation greenness, building density, and land surface temperature obtained from the processing of Landsat Image 8 of 2013, 2016, and 2019 are validating survey at 98 points selected by random sampling method. The results showed that the land surface temperature values of Majalengka areas were between 15.26°C to 39.99°C. The phenomenon of urban heat island dominates the north to the Majalengka Regency. The Areas with low land surface temperatures found in areas with land cover in the form of built land, low greenness, and high building density. The southern of Majalengka Regency of the land surface temperature is getting lower with vegetation land cover, high vegetation greenness, and low building density. Low land surface temperature is associated with high vegetation greenness and low building density while the highest surface temperature associated with build up area with high building density.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pahlevi Muhammad Thoriq
Abstrak :
Kota Cilegon merupakan salah satu kota yang memiliki aset vital nasional karena terdapat Kawasan Industri Krakatau, PLTU Suralaya, Pelabuhan Merak, permukiman padat penduduk, serta salah satu pusat ekonomi terbesar di Provinsi Banten. Perubahan tutupan lahan dari tutupan vegetasi menjadi lahan terbangun akan, sedikit banyak, memengaruhi suhu permukaan daratan serta memicu adanya fenomena urban heat island. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan dan menganalisis distribusi spasial dan temporal serta pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap fenomena urban heat island di Kota Cilegon pada Tahun 2016, 2019, dan 2022. Variabel yang digunakan pada penelitian ini berupa tutupan lahan, kehijauan vegetasi, kerapatan bangunan, dan suhu permukaan daratan yang didapatkan dari hasil pengolahan citra Landsat 8 Tahun 2016, 2019, dan 2022 yang divalidasi dengan data survei lapang pada 40 titik yang dipilih dengan metode purposive random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai suhu permukaan daratan Kota Cilegon berada di antara 8,81 °C hingga 35.26 °C. Fenomena urban heat island mendominasi tengah dari timur hingga barat yang merupakan wilayah padat permukiman dan merata di wilayah pesisir barat kota dari utara hingga selatan yang merupakan kawasan industri besar kimia, batu bara, dan pelabuhan. Tutupan lahan yang mendominasi di kawasan terjadinya fenomena urban heat island merupakan lahan terbangun dan lahan terbuka yang dahulu adalah kawasan bertutup lahan vegetasi. Di Kota Cilegon, kenaikan suhu permukaan daratan berasosiasi dengan wilayah tutupan lahan terbuka dan terbangun serta kerapatan bangunan tinggi dan suhu permukaan rendah tidak selalu dipengaruhi oleh kawasan dengan tutupan vegetasi tinggi. ......The city of Cilegon is one of the cities that has vital national assets because there is the Krakatau Industrial Area, the Suralaya PLTU, Merak Harbor, densely populated settlements, and one of the largest economic centers in Banten Province. Changes in land cover from vegetation cover to built-up land will, more or less, affect land surface temperatures and trigger the urban heat island phenomenon. The purpose of this study was to map and analyze the spatial and temporal distribution and the effect of land cover changes on the urban heat island phenomenon in Cilegon City in 2016, 2019 and 2022. The variables used in this study were land cover, green vegetation, building density, and land surface temperature obtained from the results of Landsat 8 image processing for 2016, 2019, and 2022 which were validated with field survey data at 40 points selected by the purposive random sampling method. The results of this study indicate that the land surface temperature of Cilegon City is between 8.81 °C to 35.26 °C. The urban heat island phenomenon dominates the center from east to west which is a densely populated area and is evenly distributed in the western coastal area of ??the city from north to south which is a large chemical, coal and port industrial area. Land cover that dominates in the area where the urban heat island phenomenon occurs is built-up land and open land that used to be areas covered with vegetation land. In Cilegon City, land surface temperature increases are associated with open and built-up land cover areas and high building density and low surface temperatures are not always affected by areas with high vegetation cover.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retsa Anugrah Menteng
Abstrak :
Urban heat island merupakan masalah umum perkotaan disaat isu pemanasan global semakin sering terdengar. Urban heat island mengakibatkan penggunaan energi di perkotaan semakin meningkat akibat temperatur permukaan yang meningkat. Green roof mempunyai keunggulan sebagai atap bangunan perkotaan. Selain dapat menggantikan posisi lahan hijau, green roof dapat menekan penggunaan energi berlebihan akibat penggunaan pendingin ruangan. Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan iklim tropis dan kelembaban tinggi, menggunakan variasi 7 jenis green roof. Kemampuan terbaik green roof dalam menurunkan termperatur permukaan dasar sebesar 13°C dan penurunan temperatur terendah sebesar 9,4°C dibandingkan dengan tanpa menggunakan green roof. ......Urban heat island is a common problem urban areas while global warming issue are increasingly being heard. Urban heat island is resulting a massive energy using due to increased surface temperatures. Green roof has many advantages as an urban building roof. In addition to replace the green area, green roof could reduce energy use due to excessive use of air conditioning. This research was conducted in Indonesia with a tropical cilmate and high humidity, using a variation of 7 types of green roof. Green roof could reduce the heat gain by 13°C for the maximum and 9,4°C for the minimum than without using the green roof.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43068
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widyawati
Abstrak :
Aspek-aspek klimatologis di daerah perkotaan cenderung memiliki pola yang berbeda dengan pola yang terjadi bukan di daerah perkotaan. Aspek klimatologis yang terutama banyak dibicarakan adalah suhu. Di daerah perkotaan, ada kecenderungan kelebihan panas yang tidak merata dan disebut sebagai Kutub Panas Kota (Urban Heat Island). Penelitian tentang kutub panas kota telah dilakukan oleh banyak ahli di negara-negara sub-tropis. Namun belum banyak penelitian sejenis yang dilakukan di negara tropis. Karena itu penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan kajian tentang kutub panas yang terjadi di kota Surabaya pada akhir tahun 1996. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan yang sederhana tentang pengaruh penggunaan tanah mikro terhadap fluktuasi suhu harian dan kutub panas kota. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Puncak suhu di Surabaya umumnya terjadi antara pukul 10.00-12.00; 2. Perbedaan suhu maksimum dan minimum yang besar terjadi pada daerah dengan tutupan pepohonan yang jarang atau bahkan tidak ada. Jenis tutupan lahan permukaan tanah, yakni tutupan lahan kedap air dan rerumputan, tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap fluktuasi suhu harian; 3. Kutub panas kota terjadi pada daerah dengan kerapatan bangunan yang tinggi dan tidak memiliki banyak pohon; Badan air menunjukkan kemampuannya dalam meredam panas. Pada lokasi pengamatan yang berada di sekitar badan air, fluktuasi suhu harian tidak tajam.
Urban area has different climatological aspects pattern than in rural area. Climatologial aspect which were mostly discussed is temperature. In urban area, some places tend to be over heat and produce urban heat island. Most urban heat island studies take place in sub-tropical region. It is very difficult to find temprature studies in the tropical region. This study analysing urban heat island in Surabaya at the end of 1996. With this study, we have data of urban temperature and the influence of land use to the temperature. The conclusion of the study are as follows: 1. Most area has its maximum temperatur at 10.00-12.00 P.M.; 2. The largest different between the maximum and the minimum temperature were at locations with minimum trees. The land coverage, grass or pavement area, does not give important influence to the temperature fluctuation; 3. Urban heat island tend to occur in areas with dense high rise building, and less or without trees. Water bodies give big influence to stabilizing the temperature. Locations which are close to water bodies, are more stabilize than locations which are far from it.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Yunita
Abstrak :
Suhu permukaan di DKI Jakarta yang terus meningkat mengakibatkan terjadinya fenomena Urban Heat Island (UHI). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena UHI secara spasial di DKI Jakarta berdasarkan morfologi perkotaan yang direpresentasikan oleh Zona Iklim Lokal. Klasifikasi Zona Iklim Lokal dilakukan dengan membagi daerah penelitian ke dalam 17 kelas yang terdiri atas 10 kelas bangunan dan 7 kelas tutupan lahan. Setiap kelas memiliki karakteristik fisik berbeda yang merepresentasikan kondisi iklim mikro perkotaan. Karakteristik lahan tersebut diukur berdasarkan suhu permukaan tanah. Fenomena UHI kemudian ditentukan berdasarkan nilai indeks variasi suhu permukaan tanah (UTFVI) dan dianalisis berdasarkan tipe zona iklim lokal di wilayah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi DKI Jakarta didominasi oleh area pemukiman penduduk dengan bangunan rendah (LCZ3 dan LCZ6). Zona iklim lokal yang berkontribusi terhadap fenomena UHI di DKI Jakarta adalah LCZ3 dan LCZ7 dengan suhu permukaan tanah rata-rata mencapai 33,1oC dan 32,9oC. Pola spasial UHI menunjukkan bahwa pusat UHI berada di wilayah Jakarta Timur. Luasan fenomena UHI semakin meningkat tiap tahunnya, dengan intensitas UHI tertinggi selama periode tahun 2018-2020 adalah 6,8oC. ......The rising surface temperature in Special Capital Region of Jakarta (DKI Jakarta) has resulted in the Urban Heat Island (UHI) phenomena. This study aims to identify UHI in DKI Jakarta based on urban morphology represented by the Local Climate Zones. Classification of Local Climate Zones is done by dividing research areas into 17 classes consisted of 10 building types and 7 land cover types. Each class has different physical characteristics that represent urban microclimate conditions, these characteristics are measured based on soil surface temperature. UHI phenomena are determined based on Urban Thermal Field Variance Index (UTFVI) value and being analyzed according to the local climate zones. The results showed that the morphology of DKI Jakarta is dominated by residential areas with low buildings (LCZ3 and LCZ6). The local climate zones that contribute to the UHI phenomena in DKI Jakarta are LCZ3 and LCZ7 with average ground surface temperatures reaching 33.1oC and 32.9oC. The spatial pattern of UHI shows that East Jakarta is the center of UHI area in DKI Jakarta. UHI area tends to increase each year with the highest UHI intensity occured during the period 2018-2020 was 6.8 oC.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>