Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jeremy Andreas Hasoloan Oscar Putra
"Latar Belakang: Demam tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dengan gejala berupa demam, lemas, batuk ringan, sembelit, ketidaknyamanan perut, sakit kepala, dan muntah.Kasus demam tifoid di Kota Jakarta Timur menjadi yang tertinggi dari 6 kabupaten/kota yang berada di Provinsi DKI.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor lingkungan (jamban sehat), faktor invidu (usia), faktor iklim (curah hujan), dan faktor kependudukan (kepadatan penduduk) dengan proporsi kasus demam tifoid di Kota Jakarta Timur pada tahun 2020-2023.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan uji korelasi.
Hasil: Proporsi demam tifoid di Kota Jakarta Timur memmpunyai persebaran yang fluktuatif dengan penurunan pada tahun 2021 dan peningkatan pada tahun 2023. Proporsi demam tifoid pada kota Jakarta Timur memiliki nilai total sebesar 2,34 % dan lebih tinggi proporsi demam tifoid di DKI Jakarta sebesar 0,2 % dengan proporsi tertinggi terdapat pada Kecamatan Pasar Rebo sebesar 0.17 %, dan proporsi demam tifoid terendah terdapat pada Kecamatan Jatinegara dan Cakung sebesar 0,02 %. Pada penelitian ini, faktor resiko yang berkaitan dengan kejadian demam tifoid meliputi variabel usia (p = 0.000) dan curah hujan (p = 0.003).
Kesimpulan: Proporsi demam tifoid di Kota Jakarta Timur Tahun 2020-2023 mencapai 2,34 % dan lebih tinggi dari proporsi demam tifoid di DKI Jakarta. Faktor resiko demam tifoid yang terjadi di Kota Jakarta Timur,
Saran: Pemerintah dan masyarakat dapat berkolaborasi untuk meningkatkan higiene dan sanitasi makanan di perumahan dan lingkungan sekolah

Background: Typhoid fever is a disease caused by the bacterium Salmonella typhi, with symptoms including fever, weakness, mild cough, constipation, abdominal discomfort, headache, and vomiting. The incidence of typhoid fever in East Jakarta is the highest among the six districts/cities in the DKI Jakarta Province. Objective: This study aims to analyze the relationship between environmental factors (sanitary latrines), individual factors (age), climate factors (rainfall), and demographic factors (population density) with the proportion of typhoid fever cases in East Jakarta from 2020 to 2023.
Methods: This study uses an ecological study with correlation tests.
Results: The proportion of typhoid fever in East Jakarta City has shown a fluctuating distribution, with a decrease in 2021 and an increase in 2023. The proportion of typhoid fever in East Jakarta City is 2.34%, which is higher than the proportion in DKI Jakarta at 0.2%. The highest proportion of typhoid fever is in the Pasar Rebo District at 0.17%, while the lowest proportions are in the Jatinegara and Cakung Districts at 0.02%. In this study, risk factors related to typhoid fever incidence include age (p = 0.000) and rainfall (p = 0.003).
Conclusion: The proportion of typhoid fever in East Jakarta City from 2020 to 2023 reached 2.34%, which is higher than the proportion of typhoid fever in DKI Jakarta. The risk factors for typhoid fever in East Jakarta City include rainfall and age.
Recommendations: The government and the community can collaborate to improve food hygiene and sanitation in residential and school areas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahdi Dewin Marzaini
"Salmonella typhi merupakan etiologi dari demam tifoid dan Shigella flexneri merupakan etiologi dari shigellosis. Kedua bakteri ini menginfeksi manusia melalui jalur fekal-oral dan menginvasi sistem gastrointestinal. Penyebab tersering dari terjadinya infeksi ini adalah konsumsi makanan yang tidak higienis. Infeksi bakteri ini umumnya terjadi di negara berkembang. Bakteri ini sudah mengalami peningkatan resistensi antibiotik, karena itu penemuan antibiotik baru sangat diperlukan. Salah satu substansi yang berpotensi sebagai antibiotik baru adalah senyawa X. Dalam penelitian ini, senyawa X diujikan kepada kedua bakteri tersebut dengan menggunakan metode disk diffusion testing. Bakteri dibagi menjadi 9 kelompok sesuai dengan jenis intervensinya, yaitu akuades, alkohol 98% sebagai kontrol, dan 7 jenis senyawa X berkonsentrasi 2 - 128 mg/l. Masing-masing kelompok berjumlah 3 sampel.
Hasil penelitian berupa diameter hambatan pertumbuhan bakteri tersebut. Uji Post-Hoc pada Salmonella typhi menunjukkan bahwa senyawa X mampu menghambat pertumbuhan (p = 0,000 - 0,002) namun tidak terdapat perbedaan antara intervensi senyawa X dengan berbagai konsentrasinya (p = 0,191 - 0,982). Uji Kruskal-Wallis pada Shigella flexneri antara seluruh jenis intervensi menunjukkan bahwa senyawa X tidak mampu menghambat pertumbuhan dan tidak terdapat perbedaan antara intervensi senyawa X yang berlainan konsentrasi (p = 0,185).

Salmonella typhi and Shigella flexneri are the etiology of typhoid fever and shigellosis respectively. Both infect humans via the fecal-oral route, invade the gastrointestinal system, and are common in developing countries. Antibiotic resistance of these bacteria has been increased. One substance that is potential as a new antibiotic is substance X. In this study, substance X is tested on both bacteria using the disk diffusion testing. Bacteria are divided into 9 groups according to the type of intervention, namely distilled water, 98% alcohol as a control, and 7 types substance X (2-128 mg/l). Each group consists of 3 samples.
The results are the diameters of bacterial growth inhibition. Post-Hoc test on Salmonella typhi shows that substance X is able to inhibit growth (p = 0.000 to 0.002) but there were no differences between the interventions of substance X with various concentrations (p = 0.191 to 0.982). Kruskal-Wallis test in Shigella flexneri between all types of interventions shows that substance X is not able to inhibit the growth and there are no differences between the intervention of substance X with various concentrations (p = 0.185).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Budi Prastiani
"Anak usia sekolah sebagai salah satu populasi berisiko untuk mengalami demam tifoid. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan demam tifoid adalah dengan deteksi dan pencegahan demam tifoid secara dini di keluarga. Penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Program Lingkungan dan Anak Sehat sebagai bentuk intervensi keperawatan komunitas efektif dilaksanakan dalam pencegahan demam tifoid pada anak usia sekolah dengan penguatan kelompok pendukung PROLAS.
Hasil intervensi menunjukkan peningkatan pengetahuan Ibu anak usai sekolah sebesar 68.72% ketrampilan 42.33%, dan sikap 64.55%. Sementara peningkatan pengetahuan kader 10.9%, sikap 11.64% dan ketrampilan 27.62%. Program Lingkungan dan Anak Sehat sebagai salah satu program pencegahan demam tifoid pada anak usia sekolah harus dilaksanakan secara kontinyu serta dilakukan pembinaan secara terus menerus dari pihak Dinas Kesehatan dan Puskesmas.

School-aged children as a population at risk for typhoid fever. One effort to overcome the problem of typhoid fever is the detection and prevention of typhoid fever early in the family. Final Scientific writing aims to know the extent of Healthy Environment and Children program as a form of community nursing intervention implemented was effective in the prevention of typhoid fever in children of school aged by strengthening support group PROLAS.
The results showed an increase in the knowledge of the intervention on school aged children mother of 68.72%, theskillsof 42.33%, and the attitudes of 64.55%. While the cadre’s knowledge increased by 10.9%, attitudes and skills by 11.64% and 27.62%. Healthy Environment and Kids program as one of typhoid fever prevention programs in school-aged children should be carried out continuously and should be monitored by the Health Department and Community Health Center.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Hartati Moehario
"ABSTRAK
Salmonella typhi (S typhi) adalah kuman penyebab demam tifoid. Penyakit ini sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan global, termasuk Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand. Angka kesakitan pertahun mencapai 157/100.000 populasi pada daerah semi rural dan 810/100.000 populasi di daerah urban di Indonesia, dan dilaporkan adanya kecenderungan untuk meningkat setiap tahun.
Dari studi epidemiologi molekuler ditemukan divesitas genetik yang bermakna diantara strain-strain S. typhi. Strain S. typhi yang menyebabkan demam tifoid di Indonesia diduga memiliki keunikan dibandingkan dengan strain-strain yang ditemukan di negara-negara Asia Tenggara Hal ini dihubungkan dengan manifestasi klinis demam tifoid di Indonesia yang pada umumnya lebih berat, seperti antara lain terjadinya komplikasi hepatitis tifoid, pankreatitis tifoid, dan gangguan neuropsikiatrik. Penelitian ini adalah studi awal epiderniologi molekuler menggunakan Pulsed-Field Gel Electrophoresis (PFGE) atau elektroforesis medan listrik berpulsasi, suatu metode typing yang mempunyai kemampuan diskriminasi yang tinggi, untuk melihat diversitas genetik isolat lokal S. typhi dan menilai spesifisitas tipe PFGE tertentu isolat S. typhi dengan gejala klinik demam tifoid yang ditimbulkannya.
Penelitian ini dimulai dengan melakukan persiapan bahan-bahan yang diperlukan, baik pemesanan, pembuatan regensia dan koleksi isolat S. typhi beserta data klinis pasien. Optimasi teknik isolasi DNA genom, digesti menggunakan ensim restriksi dan teknik elektroforasis medan listrik berpulsasi.
Pada saat ini telah diperoleh hasil PFGE dari 25 isolat S. typhi yang di digesti dengan ensim restriksi XbaI. Hasil analisis menggunakan NTSYS-pc versi 1.80 menunjukan hubungan kekerabatan diantara 25 isolat S. typhi yang relatif tinggi, namun demikian, tampaknya tidak ditemukan korelasi antara tipe PFGE tertentu isolat S. typhi dengan manifestasi klinik pasien, dalam hal ini perubahan biokimiawi fungsi hati. Penelitian ini masih berjalan, digesti DNA genom S. typhi dengan ensim restriksi kedua yaitu AvrII sedang dalam proses pelaksanaan. Diharapkan hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk konfirmasi hasil analisis saat ini. "
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarso Brotosoetarno
"ABSTRAK
Demam tifoid dan paratifoid adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh kuman golongan Salmonella. Penyakit ini disebut pula demam enterik, tifus, dan paratifus abdomen. Paratifoid biasanya lebih ringan perjalanannya dan menunjukkan gambaran klinis yang sama seperti tifoid atau menyebabkan enteritis akut. Kedua jenis penyakit ini merupakan masalah kesehatan yang penting, terutama di negara-negara yang sedang berkembang baik ditinjau dart segi epidemiologi, segi diagnosis laboratoriumnya serta kelengkapan dart laboratorium kliniknya. Hal ini berhubungan erat pula dengan keadaan sanitasi dan kebiasaan higiene yang kurang memuaskan.
Diagnosis demam tifoid ditegakkan atas dasar klinis dan ditopang oleh diagnosis laboratorium. Pemeriksaan jumlah leukosit pada penderita demam tifoid kurang dapat menyokong diagnosis kliniknya. Walaupun menurut literatur pada demam tifoid terdapat leukopenia dan limfositosis relatif, tetapi kenyataannya leukopenia tidak sering dijumpai. Pada sebagian besar kasus demam tifoid, jumlah leukosit pada darah tepi masih dalam batas-batas normal, malahan kadang-kadang terdapat leukositosis walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit kurang dapat menyokong diagnosis klinis demam tifoid.
Sejak ditemukannya uji serologi Widal lebih kurang 80 tahun yang lalu, uji ini mempunyai nilai diagnostik yang tinggi dan masih luas dipergunakan di negara-negara yang sedang berkembang. Uji serologi ini didasarkan atas pemeriksaan adanya antibody dalam serum penderita akibat infeksi oleh kuman Salmonella. Tetapi akhir-akhir ini kegunaan uji serologi Widal masih banyak diperdebatkan oleh para ahli. Hal ini disebabkan adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji Widal, antara lain : keadaan gizi penderita, nengobatan dengan antibiotika, pernah mendapat vaksinasi Typhus Paratyphus A-Paratyphus B ( TAB ) atau infeksi sebelumnya, saat pengambilan darah, dan sebagainya.
Dalam upaya untuk meningkatken perawatan penderita tersangka demam tifoid diperlukan suatu hasil pemeriksaan laboratorium sedini mungkin, untuk menyokong penegakkan diagno sis klinisnya. Adapun jenis pemeriksaan laboratorium yang dapat lebih menyokong diagnosis klinis demam tifoid adalah menemukan kuman Salmonella dengan cara mengisolasikannya dari darah, urin, tinja atau cairan badan lainnya. Frekuensi dapat ditemukannya kuman dari darah, urin, tinja ataupun cairan badan lainnya berhubungan dengan patogenesis penyakit. Pada permulaan penyakit lebih mudah ditemukan kuman dalam darah, baru pada stadium selanjutnya dalam tinja, kemudian dalam urin?
"
1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lili Musnelina
"Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan menggunakan disain deskriptif mengenai alternatif pengobatan demam tifoid pada 182 pasien anak di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta. Kloramfenikol masih merupakan terapi pilihan terhadap Salmolella typhi. Hasil lain menunjukkan bahwa seftriakson merupakan salah satu antibiotika alternatif yang menjanjikan bagi pengobatan demam tifoid anak.

The Pattern of the Use of Antibiotics in the Treatment of Children with Typhoid Fever in Fatmawati Hospital Jakarta, 2001-2002. This study was a retrospective study using a descriptive design on the treatment of typhoid fever involving 182 children at Fatmawati Hospital Jakarta. Chloramphenicol was still the drug of choice againts Salmolella typhi. It was also shown that ceftriaxone was an alternative drug used rather frequently for typhoid fever in children."
Institut Sains dan Teknologi Nasional; Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia ; Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ; Rumah Sakit Fatmawati Jakarta, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Chairani Riza
"Demam tifoid saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan secara global dan penyebab utama angka kesakitan terutama pada negara berkembang bahkan sampai menimbulkan kematian terutama di negara-negara asia selatan, asia tengah dan asia tenggara. Demam tifoid merupakan penyakit yang selalu berada di tiga besar diagnosa rawat inap Rumah Sakit Puri Cinere dari tahun 2016 hingga 2018. Proses pelayanan kesehatan yang baik dan terorganisir akan meningkatkan hasil keluaran yang baik pada pasien demam tifoid. Clinical pathway atau alur klinis adalah sebuah konsep dimana merangkum setiap langkah-langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan jangka waktu tertentu selama pasien berada di rumah sakit, dimana dengan diterapkan clinical pathway bisa mengurangi variasi-variasi yang bisa terjadi dalam pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. clinical pathway di Rumah Sakit Puri Cinere dapat digunakan sebagai alat kendali mutu dan kendali biaya agar pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien bisa tercapai. Oleh karena hal tersebut, Rumah Sakit Puri Cinere harus benar-benar menyusun, mengembangkan, menerapkan dan mengevaluasi clinical pathway secara sistematis dan berkesinambungan. Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan program Microsoft Excel serta pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam. Penerapan clinical pathway demam tifoid di Rumah Sakit Puri Cinere dapat dilihat dari faktor input (ketenagaan, dana, kebijakan rumah sakit, ketersediaan obat dan alat kesehatan serta sarana prasarana). Proses penyusunan hingga tahap penerapan dan faktor output berupa kesesuaian pelayanan kesehatan dengan clinical pathway demam tifoid (lama hari rawat, visite, pemeriksaan penunjang, penggunaan obat dan alat kesehatan serta tindakan keperawatan). Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor input sumber daya manusia menjadi salah satu faktor penghambat penerapan clinical pathway demam tifoid sehingga penerapannya kurang berjalan baik, sedangkan dari sisi proses langkah penyusunan clinical pathway tidak dijalankan dengan benar sehingga menjadi awal hambatan pada proses penerapan selanjutnya, dan dari faktor output masih belum ada kesesuaian pelayanan dengan clinical pathway demam tifoid seperti penggunaan obat dan pemeriksaan penunjang.

Typhoid fever is currently one of the global health problems and the main cause of morbidity, especially in developing countries and even cause death, especially in the countries of South Asia, Central Asia and Southeast Asia. Typhoid fever is a disease that is always in the top three inpatient diagnoses at Puri Cinere Hospital from 2016 to 2018. A good and organized health service process will improve good outcomes in typhoid fever patients. Clinical pathway or clinical flow is a standardized concept of integrated service planning which summarizes each of the steps given to patients based on medical service standards and evidence-based nursing care with measurable results and a certain period of time during the patient's stay in the hospital, where with applied clinical pathway can reduce variations that can occur in health services provided to patients. clinical pathway at Puri Cinere Hospital can be used as a means of quality control and cost control so that effective and efficient health services can be achieved. Because of this, Puri Cinere Hospital must really develop, implement and evaluate clinical pathways systematically and continuously. This research is a case study conducted with a quantitative approach using the Microsoft Excel program and a qualitative approach with in-depth interviews. The application of typhoid fever clinical pathway in Puri Cinere Hospital can be seen from the input factors (personnel, funding, hospital policy, availability of drugs and medical devices and infrastructure). The process of preparation to the stage of application and output factors in the form of compatibility of health services with clinical pathway of typhoid fever (length of stay, visit, supporting examination, use of drugs and medical devices and nursing actions). The results showed that human resource input factors become one of the factors inhibiting the application of typhoid fever clinical pathway so that the application is not going well, while in terms of the process of preparing clinical pathway is not carried out properly so that it becomes the beginning of obstacles in the subsequent implementation process, and from the output factor there is still no conformity of service with clinical pathway of typhoid fever such as drug use and supporting examination."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktania Sandra Puspita
"Demam tifoid adalah penyakit infeksi umum akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit yang tersebar hampir di seluruh dunia ini merupakan penyakit tropik sistemik, bersifat endemis dan masih merupakan problem kesehatan masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Uji Widal merupakan salah satu uji serologis yang sampai saat ini masih digunakan secara luas, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Uji serologi Widal memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah serta sering memberikan hasil positif palsu maupun negatif palsu. Oleh karena itu dilakukan deteksi molekuler real time PCR terhadap gen penyandi secretion system ATPase type III ssaN Salmonella enterica subsp.enterica dari spesimen darah pasien demam tifoid.
Uji spesifisitas teknik real time PCR didapatkan bahwa primer dan probe yang digunakan tidak bereaksi silang terhadap mikroorganisme lain yang diuji pada penelitian ini. Pada uji sensitivitas teknik didapatkan kemampuan deteksi minimal adalah 10 cfu/ml pada spesimen darah. Pada penerapan uji terhadap spesimen darah, didapatkan real time PCR dapat mendeteksi 19 38 sampel positif Salmonella enterica subsp.enterica dari 50 spesimen darah pasien yang diduga terinfeksi demam tifoid. Sebelas sampel dengan serologi Widal negatif memberikan hasil positif pada real time PCR. Dengan demikian, uji real time PCR terhadap target gen ssaN yang digunakan dalam penelitian ini dapat meningkatkan tingkat pengujian positif sebesar 22 dibandingkan uji Widal.

Typhoid fever is an acute infectious disease caused by Salmonella typhi. Diseases spread almost all over the world is a tropical disease systemic, endemic and remains a public health problem in the world, especially in developing countries, including Indonesia. In areas where typhoid fever occur, the clinical diagnosis of typhoid fever is inadequate, because the symptoms are not specific and overlapping with other febrile illnesses. Diagnosis of typhoid fever is often enforced only based on clinical symptoms and serological tests alone. Widal test is a serological test which is still widely used, particularly in developing countries, including Indonesia. Widal serological test has a very low sensitivity and specificity and often give false positives or false negatives result. Therefore, were performed detection of gene encoding secretion system ATPase type III ssaN in Salmonella enterica subsp.enterica from blood specimen of typhoid fever patients.
Specificity test of real time PCR technique showed that the primers and probes used are not cross react against other microorganisms tested in this study. On the sensitivity test techniques obtained minimal detection is at least 10 cfu ml of blood specimen. On the application of test in blood clinical specimens, real time PCR could detect 19 38 Salmonella enterica subsp.enterica positive samples of 50 blood specimen from suspected typhoid fever patients. Eleven samples with negative Widal serology gives positive results in real time PCR. Thus, real time PCR test with the ssaN gene target used in this study could increase rate of positive testing about 22 compared with Widal test.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadianti
"ABSTRAK
Latar Belakang. Prevalensi demam tifoid hingga saat ini diperkirakan lebih tinggi pada pasien yang menderita demam akut dibandingkan pada demam yang disebabkan oleh infeksi lainnya terutama didaerah endemis. Berbagai pemeriksaan penunjang diagnostik demam tifoid pada pasien demam akut selama ini masih banyak kendala. Keberadaan sistem skor diagnostik demam tifoid pada pasien demam akut diperlukan untuk membantu penegakan diagnosis pasti pasien yang memerlukan pemeriksaan kultur kuman sebagai baku emas diagnostik atau uji PCR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi dan determinan dari sistem skor diagnostik demam tifoid pada pasien demam akut. Metode. Penelitian ini merupakan studi disain potong lintang yang dilakukan di bagian rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan, RSU Hermina Ciputat dan RSPI Pondok Indah dalam kurun waktu Oktober 2015 sampai Februari 2017. Subjek menjalani anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan baku emas diagnostik. Data penyerta yang dikumpulkan adalah jenis kelamin, usia, pola demam sore hari ge; 38,3oC, gangguan saluran cerna, typhoid tongue, bradikardi relatif, leukopenia, trombositopenia, aneosinofilia, kenaikan kadar ALT, kenaikan kadar qCRP dan uji widal positif. Analisis data dilakukan dengan program SPSS statistics 17.0 untuk analisis univariat, bivariat dan multivariat dan Receiving Characteristics Operator ROC dan SPSS Statistics 20.0 untuk analisis bootstrapping pada Kalibrasi Hosmer-Lameshow Hasil. Sebanyak 200 sampel dianalisis untuk mendapatkan proporsi dan determinan demam tifoid. Sebanyak 32 sampel 16 terdiagnosis demam tifoid dan 84 sebagai demam nontifoid. Determinan demam tifoid pada pasien demam akut adalah gangguan saluran cerna dengan OR sebesar 20,172 95 Interval Kepercayaan/IK1,980-205,52 p = 0,011 , bradikardi relatif dengan OR sebesar 15,406 95 IK 1,261-188,23 p= 0,032, trombositopenia dengan OR sebesar 6,979 95 IK 1,846-26,392, p=0,004 , kenaikan kadar ALT dengan OR sebesar 4, 177 95 IK 1,335-13,069, p= 0,014 , kenaikan kadar qCRP dengan OR sebesar 12, 753 95 IK 2,950-55,132, p= 0,001 dan uji Widal positif dengan OR sebesar 3,493 95 IK 0,857-14,242 p= 0,081 , sedangkan nilai Cut off point adalah total skor ge; 5, dengan AUC 93,2 95 IK 89,3 -97,1 . Kualitas kalibrasi sistim skor didapatkan nilai 0,987 baik dan diskriminasi adalah 94,6 sangat kuat Simpulan. Proporsi demam tifoid pada pasien demam akut adalah 16 . Yang menjadi determinan diagnosis dan komponen sistem skor demam tifoid pada pasien demam akut adalah gangguan saluran cerna, bradikardi relatif, trombositopenia, kenaikan kadar ALT, kenaikan kadar qCRP dan uji widal positif.

ABSTRACT
Background. Prevalence of typhoid fever was greater in acute fever compared to the others etyologic especially in endemic area. There was many problem in diagnostic tools to confirm the diagnosis of typhoid fever in acute febrile patients. This diagnostic score system was needed in patients with acute fever to helping confirmation of definite diagnostic patients who need culture test as standart diagnostic or PCR test. Aim of this study was to identify the proportion and determinants of typhoid fever scoring system diagnostic in acute febrile patients. Methods. A cross sectional study was conducted in inpatient South Tangerang general hospital, Hermina Ciputat general hospital and Pondok Indah general hospital from October 2015 February 2017. All subjects underwent interview, physical examination, laboratory testing and blood culture as gold standart and PCR test. The collected data were gender, age, pattern of fever in the afternoon with ge 3,38oC, gastrointestinal disordes, typhoid tongue, relative bradicardia, leucopenia, trombositopenia, aneosinofilia, elevated level of ALT, elevated level of qCRP and positif widal test. Analysis was done by using SPSS statistics 17.0 univariate, bivariate dan multivariate and Receiving Operator Characteristics ROC and SPSS Statistics 20.0 for bootstrapping analysis in Hosmer Lameshow Calibration Results. 200 subjects met the inclution criteria, 32 subjects 16 were diagnosed as having typhoid fever and 168 84 as nontyphoid fever, Determinants for typhoid fever in acute febrile patients were gastrointestinal disorders with OR 20,172 95 convident interval CI 1,980 205,52 p 0,011 , relative bradicardia with OR 15,406 95 CI 1,261 188,23 p 0,032 , trombositopenia with OR 6,979 95 CI 1,846 26,392, p 0,004 , elevated level of ALT with OR 4, 177 95 CI 1,335 13,069, p 0,014 , elevated level of qCRP with OR 12, 753 95 CI 2,950 55,132, p 0,001 and positif widal test with OR 3,493 95 CI 0,85714,242 p 0,081 ,the Cut off point of total score was ge 5 with AUC 93,2 95 IK 89,3 97,1 . The calibration quality of this scoring system value was 0,987 good and the discriminant value was 94,6 very strong Conclusion. The proportion of typhoid fever in acute febrile patients was 16 . Determinants and components of scoring system of typhoid fever in acute febrile patients were consist of gastrointestinal disorders, relative bradicardia, trombositopenia, elevated level of ALT, elevated level of qCRP and positif widal test."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3   >>