Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Donna Mesina R.P.
Abstrak :
Resistensi terhadap obat anti tuberkulosis merupakan masalah yang memperberat suksesnya program penanggulangan dan pemberantasan tuberkulosis. Diperkirakan 90% isolat yang resisten terhadap rifampisin juga resisten terhadap isoniazid (INH). Sekitar 60-90% isolat yang resisten INH mengalami mutasi pada gen katG dan 60-94% mengalami mutasi pada kodon 315. Seining dengan perkembangan teknik molekuler, hibridisasi dot blot dengan menggunakan pelacak oligonukleotida dapat digunakan untuk mendeteksi adanya mutasi pada gent. Penelitian lid bertujuan untuk mendeteksi mutasi gen resisten INH pada Mycobacterium tuberculosis dan mengembangkan teknik hibridisasi dot blot untuk deteksi resisten obat anti tuberkulosis (OAT). Isolasi DNA dengan teknik pemanasan telah dilakukan pada 52 isolat Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap 1NH dan pada 52 spesimen sputum dengan teknik metode Boom. DNA kemudian diamplifikasi dengan PCR menggunakan primer El dan E2 untuk memastikan isolat adalah Mycobacterium tuberculosis. Pada DNA isolat yang terbukti sebagai Mycobacterium tuberculosis dengan teknik PCR dilakukan amplifikasi menggunakan primer RTB59 dan RTB36, untuk kemudian dilanjutkan dengan hibridisasi dot blot menggunakan pelacak katG315 mu dan katG3I5 wt, untuk mengetahui adanya mutasi pada gen katG kodon 315 sebagai tanda terjadinya resistensi terhadap TNH. Setelah itu produk PCR dielektroforesis untuk mengetahui kebenaran basil amplifikasi. Pada penelitian ini identifikasi DNA spesimen Mycobacterium tuberculosis menggunakan primer El dan E2 berhasil diamplifikasi sebanyak 98% (51 dari 52 isolat) dan pada spesimen sputum berhasil diidentifikasi sebanyak 96% (50 dari 52 isolat). Deteksi mutasi gen katG pada posisi S315T yang menggunakan pelacak katG315 mu dengan teknik hibridisasi dot blot tidak dapat diinterpretasikan hasilnya. Hal ini terjadi diduga kurang tepatnya waktu dan temperatur selama proses prehibridisasi sampai hibridisasi. Kondisi ini terbukti pada saat hibridisasi menggunakan pelacak katG315 wt. Pada hibridisasi menggunakan pelacak wild tipe, temperatur yang digunakan untuk prehibridisasi sesuai dengan Tm temperatur malting oligonuklitida pelacak dan dilakukan selama overnight, sehingga immobilisasi DNA terfiksasi dengan baik ke membran nitroselulosa dan sisa nukleotida yang tidak spesifik hilang dengan pencucian. Deteksi mutasi gen katG pada posisi S315T yang menggunakan pelacak katG 315 wt dengan teknik hibridisasi memberikan hasil 85,42% ( 41 dari 48 isolat) hasilnya positif artinya isolat tersebut tidak mengalami mutasi pada posisi kodon 315 sedangkan 14.58% (7 dari 48 isolat ) memberi hasil negatif, maknanya adalah diduga terjadi mutasi pada posisi kodon lain. Deteksi mutasi gen katG dengan teknik hibridisasi dot blot sangat tepat dikembangkan sebagai uji screening di daerah yang prevalensi infeksi tuberkulosis dan resistensi INH atau obat anti tuberkulosis lainnya cukup tinggi, karena teknik ini hemat biaya, cepat, sederhana dan akurat.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T 17681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feriadi Suwarna
Abstrak :
Latar Belakang: Masalah diagnostik efusi pleura tuberkulosis (EPTB) merupakan hal yang menjadi dilema di Indonesia. Pewarnaan rutin sering hasilnya negatif. Kultur M. tuberculosis (MTB) mempunyai kendala waktu, PCR masih dirasa mahal. Kadar Adenosine Deaminase (ADA) pada cairan pleura di berbagai studi di luar negeri menunjukkan tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Uji diagnostik ADA di Indonesia belum pemah diteliti. Tujuan. Mengetahui karaktreristik cairan pleura pada EPTB dan mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas ADA. Metodologi. Uji diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan EPTB yang datang dan dirawat di RSCM, untuk dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, foto torah analisa cairan pleura, pemeriksaan kimia dash, sitologi, kultur MTB, PCR TB, ADA dan respons terhadap OAT. Dilakukan pengolahan data dan dimasukkan ke tabel frekuensi dan tabel silang. Hasil. Selama periode April - September 2005 terkumpul 30 pasien namun dua orang dikeluarkan karena dari sitologinya didapati keganasan dan 4 pasien gagal punksi. Dua puluh empat pasien dengan klinis EP TB yang terdiri dari 12 laki-laki (50%) dan 12 perempuan (50%). Kelompok usia terbanyak < 25 tahun (10 prang, 41,6%). Kultur kuman MTB positif (5 orang, 20,83%), pewarnaan kuraan semua negatif (24 orang, 100%), PCR TB positif (16 orang, 66,6%), ADA positif (16 orang, 66,6%), sensitivitas ADA 75%, spesifisitas ADA 50%, nilai prediksi positif 75%, nilai prediksi negatif 50%, rasio kemungkinan positif 1,5, rasio kemungkinan negatif 0,5. Kesimpulan. Seluruh sampel cairan pleura didominasi limfosit. Diagnosis EPTB dengan menggunakan ADA, didapat sensitivitasnya auk-up tinggi namun spesitisitasnya kurang tinggi.
Backgrounds: Diagnostic problems of Tuberculous Pleural Effusions (TPE) is dilemmatic in Indonesia. Routine smears are almost always negative. M. tuberculosis (MTB) culture has a time problem and PCR TB is very expensive. Study in other countries about ADA levels on pleural effusions had excellent sensitivity and specificity for TPE. The ADA diagnostic test is less expensive and has never been studied before in Indonesia. Objectives. To study TPE characteristics and ADA's sensitivity and specificity for TPE. Methods. Diagnostic test was conducted to TPE clinically patients who were outpatients or inpatients in Cipto Mangunkusumo Hospital_ The patients were interviewed, physically examined, thorax x-ray, blood serum, cytology, MTB culture, PCR TB, ADA levels and response to anti tuberculosis medicine. Data were processed and make available on frequency table and cross table. Results. From April - September 2005, 30 patients were enrolled in this study but two were excluded because they had malignancy and four because of failure on aspiration procedure. 24 TPE patients were available for in depth study. There were 12 males (50%) and 12 females (50%). Majority of the patients were from < 25 years old group (10 subjects, 41.6%). Culture MTB positive (5 subjects, 20.83%), stain totally negative (24 subjects, 100%), PCR TB positive (16 subjects, 66.6%), ADA positive (16 subjects, 66.6%), ADA sensitivity 75%, ADA specificity 50%, positive predictive value 75%, negative predictive value 50%, likelihood ratio positive 1.5, likelihood ratio negative 0.5. Conclusions. All of pleural effusions sample are predominant lymphocytes. To diagnose TPE, ADA has good enough sensitivity but less specificity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21344
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tokyo: SEAMIC, 1988
614.42 SOU t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library