Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Maria Pele
Abstrak :
ABSTRAK
Adanya Budaya makan sirih di Ngada dapat menjadi salah satu sumber penularan tuberkulosis. Sumber penularan terkait dengan kebiasaan makan sirih secara bersama dalam kelompok yang saling berbagi daun dan tempat penampungan cairan sirih antara orang sehat dan pasien TB. Tahun 2018 kasus TB di Ngada mencapai 176 kasus. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penularan tuberkulosis dalam budaya makan sirih pada pasien TB dengan pendekatan health belief model. Korelasi ini menggunakan cross sectional multivariate dengan teknik sampling consecutive, melibatkan 110 responden, dengan kriteria inklusi: suku Bajawa, TB aktif,dan aktif  makan sirih. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku penularan yang tinggi pada budaya makan sirih (51,8%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penularan TB antara lain riwayat pengobatan (p value=0,028), pengetahuan tentang TB (p value = 0,038), persepsi keseriusan (p value= 0,037); persepsi manfaat (p value= 0,039) dan persepsi hambatan (p value = 0,038). Faktor yang paling dominan adalah pengetahuan (OR 2,365 (CI 95%)1,015-5,510). Dari hasil penelitian diharapkan perawat dapat meningkatkan kompetensi budaya dalam menerapkan asuhan keperawatan peka budaya mencegah perilaku penularan dalam budaya makan sirih.
ABSTRACT
Betel eating culture in Ngada can be a source of tuberculosis transmission. The source of transmission is related to the habit of eating betel together in groups that share leaves and betel liquid reservoirs between healthy people and TB patients. In 2018 TB cases in Ngada reached 176 cases. Aims: The purpose of this study was to identify the factors that influence tuberculosis transmission behavior in the Betel eating culture in TB patients with the health belief model approach. Method: This research method used cross-sectional multivariate with consecutive sampling, involving 110 respondents, selected by consecutive sampling. Result: The results showed that most respondents had high transmission behavior in betel eating culture (51.8%). Factors related to TB transmission behavior include medical history (p-value = 0.028), knowledge about TB (p-value = 0.038), the perception of seriousness (p-value = 0.037); the perception of benefits (p-value = 0.039) and the perception of obstacles (p-value = 0.038). The dominant factor was knowledge (OR 2,365 (95% CI) 1,015-5,510). Conclusion: The research implications are expected that nurses can improve cultural competence in applying culturally sensitive nursing care to prevent transmission in Betel eating culture.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Wahyudini
Abstrak :
ABSTRAK
Tuberkulosis merupakan salah satu tantangan masalah kesehatan dunia dengan perkiraan sepertiga populasi dunia terinfeksi MTB. Anak usia 0-5 tahun dengan kontak TB BTA positif berisiko tinggi untuk terinfeksi TB. Pemeriksaan skrining pada anak dengan risiko terjadinya infeksi TB laten merupakan langkah penting dalam program eliminasi dan kontrol penyakit TB. Ketersediaan tuberkulin yang sangat terbatas memicu pencarian alternatif lain untuk mendiagnosis infeksi TB. Penggunaan IGRA telah direkomendasikan WHO untuk mendiagnosis TB laten, tetapi belum banyak penelitian yang membandingkan ketiga modalitas yang tersedia di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara QFT-Plus, T-SPOT.TB dan uji tuberkulin dalam mendiagnosis infeksi TB laten pada anak usia 0-5 tahun dengan kontak TB BTA positif. Sebanyak 104 anak berusia 1-60 bulan dari 87 kasus index dihubungi untuk melakukan pemeriksaan QFT-Plus, T-SPOT.TB dan uji tuberkulin dengan hasil 51% merupakan infeksi TB laten. Perbandingan antara pemeriksaan QFT-Plus dan T-SPOT.TB menunjukkan kesesuaian baik dengan kappa 0,638. Perbandingan antara uji tuberkulin dengan kedua pemeriksaan QFT-Plus dan T-SPOT.TB menunjukkan kesesuaian cukup dengan hasil uji kappa hampir sama yaitu 0,528 dan 0,527. Berdasarkan hasil di atas, pemeriksaan QFT-Plus, T-SPOT.TB, dan uji tuberkulin mempunyai kesesuaian cukup baik dan dapat dijadikan pertimbangan untuk mendiagnosis infeksi TB laten pada anak 0-5 tahun.
ABSTRACT
Tuberculosis is one of the world's health burden with an estimated one-third of the world's population infected with MTB. Children aged 0-5 years with positive AFB contact has higher risk to get TB infected. Screening tests in children with risk of latent TB infections are an important step to eliminate and control TB disease. Availability of very limited tuberculin skin test triggers another alternative test to diagnose TB infections. WHO has recommended the use of IGRA to diagnose latent TB infection, but lack of research that compares all of three modalities. This study aimed to determine the comparison between QFT-Plus, T-SPOT.TB and tuberculin skin test in diagnosing latent TB infection in children aged 0-5 years with positive AFB contacts. A total of 104 children aged 1-60 months from 87 index cases was contacted to perform QFT-Plus, T-SPOT.TB and tuberculin skin test with 51% diagnosed with latent TB infections. The comparison between QFT-Plus and T-SPOT.TB has kappa 0.638 indicating substantial suitability. The comparison of tuberculin skin test with QFT-Plus and T-SPOT.TB showed moderate suitability with kappa 0.528 and 0.527, respectively. Based on the results, QFT-Plus, TSPOT.TB, and tuberculin skin test have good suitability and can be considerate to diagnose latent TB infections in children less than 5 years old.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliyah Cendanasari
Abstrak :
Tuberkulosis resisten obat merupakan satu dari sepuluh penyakit penyebab kematian. Jakarta Timur merupakan wilayah dengan jumlah penduduk tertinggi di DKI Jakarta dan beban Tuberkulosis resisten obat di Jakarta Timur meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen terpadu dalam meningkatkan kinerja pengendalian tuberkulosis resisten obat di Jakarta Timur. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode Rapid Assessment Procedure (RAP). Hasil penelitian menunjukkan manajemen terpadu dilaksanakan secara simultan dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan monitoring dalam memanfaatkan sumber daya pengendalian TB RO yang terbatas dengan menitik beratkan pada jejaring internal dan eksternal untuk meningkatkan kinerja pengendalian TB RO. Kinerja pengendalian Tuberkulosis resisten obat di Jakarta Timur belum optimal karena tidak semua pasien terkonfirmasi Tuberkulosis resisten obat mengikuti program pengobatan dan angka keberhasilan pengobatan masih rendah. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur perlu meningkatkan program preventif promotif, berinvestasi mengembangkan jenis pelayanan penunjang di RSUD dan mengembangkan sistem survailans Tuberkulosis resisten obat untuk meningkatkan kinerja pengendalian Tuberkulosis resisten obat di Jakarta Timur. ......Drug-resistant tuberculosis is one of ten diseases that cause death. East Jakarta is the region with the highest population in DKI Jakarta and the burden of drug resistant tuberculosis in East Jakarta is increasing every year. This study aims to find out how the implementation of integrated management in improving the performance of drug resistant tuberculosis control in East Jakarta. This type of research is a qualitative study using the Rapid Assessment Procedure (RAP) method. The results showed that integrated management was carried out simultaneously from planning, organizing, leading and monitoring in utilizing limited TB RO control resources by focusing on internal and external networks to improve TB RO control performance. The performance of controlling drug resistant tuberculosis in East Jakarta is not optimal because not all patients confirmed drug resistant tuberculosis is following the treatment program and the success rate of treatment is still low. The East Jakarta Health Office needs to increase promotive preventive programs, invest in developing supporting services in hospitals and develop drug resistant tuberculosis surveillance sistems to improve the performance of drug resistant tuberculosis control in East Jakarta.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Rahmayani
Abstrak :
Tuberkulosis dan HIV merupakan isu kesehatan yang menjadi target tujuan pembangunan berkelanjutan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia untuk dapat diakhiri pada tahun 2030. Kaitan antara TBC dan HIV sangat erat, TBC merupakan penyebab kematian utama pada orang dengan HIV (ODHIV). Indonesia merupakan negara dengan kasus TBC nomor dua terbanyak didunia. Dengan 271 juta penduduk Indonesia diketahui 543.100 orang yang hidup dengan HIV dan diperkirakan 4.700 orang pasien TBC-HIV. Upaya pencegahan sangat diperlukan untuk mencegah risiko penularan tuberkulosis pada ODHIV, dengan pendekatan teori Health Belief Model (HBM) yang mengungkapkan persepsi seorang individu tentang penyakitnya akan mempengaruhi perilaku kesehatannya. Dengan diketahuinya kaitan persepsi ODHIV terhadap perilaku pencegahan tuberkulosis pada ODHIV diharapkan perilaku pencegahan tuberkulosis pada ODHIV dapat ditingkatkan dan berdampak pada penurunan kasus koinfeksi TBC-HIV. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan desain studi kasus. Tujuan penelitian ini untuk menggali lebih dalam tentang persepsi perilaku pencegahan tuberkulosis pada ODHIV menggunakan komponen teori Health Belief Model (HBM). Hasil penelitian adalah perilaku pencegahan yang di lakukan ODHIV dalam pencegahan Tuberkulosis adalah pemeriksaan TBC, meminum Terapi pencegahan Tuberkulosis, memakai masker saat bepergian dan melakukan pola hidup sehat. Perilaku tersebut dipengaruhi persepsi kerentanan, persepsi bahaya/ kesakitan terhadap Tuberkulosis, persepsi manfaat dan hambatan untuk berperilaku tersebut, memiliki keyakinan dapat berperilaku tersebut, dan adanya isyarat untuk melakukannya dari petugas kesehatan, pendamping ODHIV, pasangan, dan teman sebaya. ......Tuberculosis and HIV are health issues that are targeted by sustainable development goals to improve the welfare of the world community to end in 2030. The link between TB and HIV is very close, TB is the main cause of death in people living with HIV (PLWH). Indonesia is a country with the second most TB cases in the world. Of the 271 million population, there are 543,100 people living with HIV and an estimated 4,700 people with TB-HIV. Prevention efforts are urgently needed to prevent the risk of tuberculosis transmission in ODHIV, with the Health Belief Model (HBM) theoretical approach which reveals an individual's perception of his illness will affect his health behavior. By knowing the link between perceptions of ODHIV on tuberculosis prevention behavior in ODHIV, it is hoped that tuberculosis prevention behavior in ODHIV can be increased and have an impact on reducing cases of TB-HIV co-infection. This research is a qualitative using a case study design. The purpose of this study was to dig deeper into the perceptions of tuberculosis prevention behavior in ODHIV using the theory component of the Health Belief Model (HBM). The results of the study are preventive behaviors that are carried out by ODHIV in preventing tuberculosis, namely TB examinations, taking TB prevention therapy, wearing masks when traveling and adopting a healthy lifestyle. This behavior is influenced by perceptions of vulnerability, perceptions of danger/pain against tuberculosis, perceptions of benefits and barriers to this behavior, having beliefs about this behavior, and cues to do so from health workers, ODHIV companions, partners, and peers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Puspitasari
Abstrak :
Secara global, insiden TB dunia pada tahun 2015 sebesar 10,4 juta kasus. Indonesia berada di urutan kedua dari total kasus diseluruh dunia sebesar 10%, setelah India. Prevalensi TB berdasarkan provinsi yang tertinggi adalah Jawa Barat (0,7%). Padatnya tingkat hunian di pesantren dapat menimbulkan kondisi rentan sehingga dianggap memicu banyaknya kasus TB. Pengendalian TB berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya promosi kesehatan dalam penanggulangan TB. Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak pemberdayaan santri kader TB terhadap perilaku pencegahan TB di pondok pesantren Garut Jawa Barat. Metode penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen pada 230 santri sebagai sampel pada masing-masing kelompok intervensi dan kontrol. Pengumpulan data dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pengumpulan data awal, setelah itu dilakukan intervensi berupa pelatihan pada 30 santri yang terpilih sebagai kader TB dengan melakukan penyuluhan dan kunjungan kamar 2 bulan kemudian dilakukan pengumpulan data akhir. Analisis yang digunakan adalah uji wilcoxon, mann-whitney dan uji regresi logistic ganda model faktor resiko. Hasil penelitian membuktikan santri yang mendapat intervensi berpeluang memiliki perilaku pencegahan baik hampir 3 kali (OR=2,90; 95%CI= 1,9-4,4) dibandingkan dengan santri yang tidak mendapatkan intervensi setelah dikontrol jenis kelamin santri. ......Globally, the incidence of tb in 2015 amounted to 10.4 million cases. tb ranks in the 2nd place of the total cases all over Indonesia by 10% after India. The highest prevalence of TB by province is western Java (0.7%,). Tb incidence did not occur only in the general population, but also arise in certain community such as islamic boarding schools. The density of occupancy in Islamic boarding school can cause vulnerable condition causing many cases of tb. Community-based TB control is one of health promotion efforts in TB prevention. This study aims to determine the impact of Empowerment of Tuberculosis (TB) Against Student Cadres Behavior in TB Prevention at Islamic boarding school, Garut, West Java. Quantitative research method with quasi experimental design on 230 students as sample in each intervention and control group. Data collection was done 2 times, that is initial data collection, after that do intervention in the form of training at 30 students selected as TB cadre by doing counseling and visit room 2 month later to do final data collecting. The analysis used was wilcoxon test, mann-whitney and multiple logistic regression test of risk factor model. The result of the research shows that students who have intervention have a good prevention behavior almost 3 times (OR = 2,90; 95% CI = 1,9-4,4) compared with students who do not get intervention after separation of gender.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tonka Wisabayu Kelana
Abstrak :
Latar Belakang: Sejak tahun 1993, WHO menyatakan bahwa TB merupakan kedaruratan global bagi kemanusiaan. Walaupun strategi DOTS telah terbukti sangat efektif untuk pengendalian TB, tetapi beban penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi. Dengan berbagai kemajuan yang dicapai sejak tahun 2003, diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan sekitar 0,5 juta orang meninggal akibat TB diseluruh dunia. Jumlah penderita TB di pabrik sepatu PT X di Balaraja pada Januari 2012 sebanyak 17 orang karyawan yang menderita TB, sedangkan data sampai Juni 2013 didapatkan total jumlah penderita TB di PT X sebanyak 29 orang. Hal ini perlu mendapat perhatian sebab jumlah penderita TB di Indonesia yang mulai menurun, sedangkan di PT X jumlah penderita TB meningkat. Metode: Penelitian ini menggunakan evaluasi program dengan pendekatan sistem. Pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder yang sudah ada diperusahaan yang berada dibagian HR (Human Resource), dan dari klinik perusahaan. Hasil: Didapatkan beberapa prioritas jalan keluar yaitu pengadaan PMO (Pengawas Minum Obat), edukasi, kebijakan manajeman dan kepatuhan dan pengawasan penggunaan APD. Kesimpulan: Program TB di PT X masih kurang, sehingga didapatkan empat prioritas pemecahan masalah agar jumlah penderita TB di PT X tidak meningkat. Prioritas terpenting yaitu adanya Pengawas Minum Obat dan diikuti oleh edukasi untuk pekerja bagian produksi dan diikuti oleh kebijakan manajemen dan kepatuhan dan pengawasan penggunaan APD ......Background: Since 1993, the WHO declared that TB is a global emergency for humanity. Although the DOTS strategy has proven highly effective for the control of TB, but the burden of TB disease in the community is still very high. With the advances achieved since 2003, it is estimated there are approximately 9.5 million new cases of TB, and about 0.5 million people died from TB worldwide. Number of patients with TB in the shoe factory PT X in Balaraja in January 2012 as many as 17 employees who suffer from TB, while the data until June 2013 obtained the total number of TB patients in PT X by 29 people. It is critical because the number of TB patients in Indonesia are starting to decline, whereas in PT X number of people with TB increased. Methods: This study uses a systems approach to program evaluation. Data collected through the existing secondary data that the company is at the HR (Human Resource), and from the company clinic. Results: Got some way out that procurement priorities PMO (Supervisory Drink Drugs), education, policy and compliance management and monitoring of the use Personal Protective equipment Conclusion: TB program in PT X is still lacking, so we get four priorities problem solving that the number of TB patients in PT X is not improved. That is the most important priority Drinking and Drugs Supervisory followed by education for production workers and followed by management and compliance policies and monitoring the use of personal protective equipment.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Rahmayanti
Abstrak :
Pengendalian tuberculosis (TB) telah dilaksanakan di UPT Pemasyarakatan seluruh Indonesia. Lembaga pemasyarakatan Kelas I Cipinang adalah salah satunya, tapi pelaksanaannya masih menemui hambatan seperti overkapasitas, keterbatasan anggaran, serta hambatan dalam hal koordinasi serta kolaborasi antar sektor yang terlibat. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis implementasi kebijakan pengendalian TB di Lapas Kelas I Cipinang serta faktor-faktor yang mempengaruhinya menggunakan teori implementasi kebijakan publik dari Grindle dan Mazmanian dan Sabatier yang akan digabungkan dengan teori whole of government dari Colgan et al. sehingga diketahui ada atau tidaknya kesesuaian antara rancangan dengan implementasi kebijakan. Pendekatan dalam penelitian ini adalah post positivisme dengan teknik pengambilan data melalui wawancara dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan implementasi kebijakan pengendalian TB di Lapas Kelas I Cipinang tidak sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan karena rancangan dari kebijakan ini yaitu meningkatkan kualitas hidup WBP yang diindikasikan dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat TB tidak tercapai. Faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan ini adalah faktor kebijakan dan organisasi dan lingkungan. Oleh karena itu rekomendasi dari penelitian ini adalah pembuatan perjanjian kerjasama antar pihak-pihak yang terlibat dan kesepakatan interoperabilitas sistem informasi. Selain itu perlu ada keterlibatan dari keluarga WBP penderita TB selama proses pengobatan
Tuberculosis control has been implemented in Indonesia’s prisons. Cipinang Prison Class I Jakarta is one of them, but its implementation still encounters obstacles such as overcapacity, budget, also coordination and collaboration between the sectors involved. The purpose of this study is to analyze the implementation of TB control policies in Cipinang Class I Prison and the factors that influence it using public policy implementation theory by Grindle and Mazmanian and Sabatier which will be combined with whole of government theory from Colgan et al. to see wheter there is suitability between the design and implementation of the policy. This study used post positivism method and data were collected by interviews and literature study. The results showed that the implementation of TB control policies in Cipinang Class I Prison was not match with the design of the policy because the design of this policy was not achieved. Factors that influence the implementation of this policy are ability of statute to structure implementation and nonstatutory variables. Therefore it is necessary to make agreement between the parties involved, including an agreement on the interoperability of information system. In the TB treatment process, family involvement is also key factor in the success of treatment
Depok: Fakultas Ilmu Admnistrasi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabar Mula Tua
Abstrak :

Tuberkulosis (TB) menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar di berbagai belahan dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), Indonesia merupakan negara dengan kasus TB terbesar ketiga di dunia dengan jumlah 842.000 kasus. Bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB) memiliki kemampuan unik yang mampu membuatnya dapat bertahan lama di tubuh inangnya, salah satunya dengan menghambat proses apoptosis sel inang. Beberapa tahun terakhir, resistansi terhadap pengobatan TB semakin marak, dengan munculnya multi drug-resistant TB (MDR-TB) dan extensively drug-resistant TB (XDR-TB). Senyawa bahan alam merupakan salah satu kandidat obat yang menjanjikan untuk terapi tuberculosis. Pada penelitian ini, akan dilakukan penapisan virtual dari senyawa-senyawa yang memiliki kemiripan dengan bahan alam (atau disebut natural product-like compounds) yang terdapat pada database Chembridge. Protein QcrB menjadi salah satu target penting untuk dihambat aktivitasnya, karena inhibisi protein QcrB dapat menurunkan jumlah ATP yang mampu diproduksi MTB secara drastis. Kemudian akan dilakukan simulasi penambatan molekul (molecular docking) dengan perangkat lunak MOE (Molecular Operating Environment) 2014.09, untuk mengetahui interaksi antara kandidat ligan dengan protein QcrB. Uji farmakologi telah dilakukan pada kandidat ligan terbaik untuk melihat sifat-sifat farmakokinetik dan farmakodinamik dari ligan-ligan tersebut. Dari hasil simulasi penambatan molekuler dan uji farmakologi, didapatkan 3 ligan terbaik, yaitu ligan A, D, dan E.

 


Tuberculosis (TB) disease remain as a major health problem around the world. According to World Health Organization (WHO), Indonesia become a country with the third biggest TB disease with around 842.000 cases. M.tuberculosis bacteria (MTB) has a unique ability to have a long lifespan on its host, because it can obstruct its host apoptosis ability. In the last few years, an increase of TB disease resistance keeps happening, with the emergence of multi-drug resistant TB (MDR-TB) and extensively-drug resistant TB (XDR-TB). Natural product is a promising drug candidate for tuberculosis therapy. In this research, virtual screening of natural product-like compound will be done, and the compounds are downloaded from Chembridge database. Inhibition of QcrB protein has become an interesting subject, because its inhibition will leads to ATP depletion on oxidative phosphorylation process. Molecular docking simulation had been done through Molecular Operating Environment (MOE) 2014.09 software to study the interaction of the ligand candidate and Mtb QcrB protein. Pharmacological test had been done to all the best ligands, to predict their pharmacokinetics and pharmacodynamics properties. From the result of molecular docking simulation and pharmacological test, three best ligands is obtained, ligand A, ligand D, and ligand E. 

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Paradilla Utami
Abstrak :
Latar belakang: Indonesia merupakan negara dengan beban tuberkulosis tertinggi kedua di dunia setelah India dengan perkiraan morbiditas sebanyak 969.000 dan mortalitas mencapai 144.000 orang pada tahun 2021. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik sosiodemografi, faktor perilaku, dan faktor lingkungan rumah terhadap kejadian tuberkulosis paru pada penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional. Hasil: Variabel yang ditemukan berhubungan dengan kejadian TB paru adalah usia (OR = 2,107, 95% CI = 1,919-2,314), jenis kelamin (OR = 1,469, 95% CI = 1,371-1,575), status kawin (OR = 1,206, 95% CI = 1,117-1,303), tingkat pendidikan (OR = 1,795, 95% CI = 1,655-1,946), riwayat merokok (OR = 1,194, 95% CI = 1,113-1,281), kebiasaan membuka jendela rumah (OR = 1,160, 95% CI = 1,080-1,246), kondisi ventilasi (OR = 1,266, 95% CI = 1,178-1,360), kondisi pencahayaan (OR = 1,330, 95% CI = 1,241-1,426), jumlah anggota rumah tangga (OR = 1,131, 95% CI = 1,044-1,221), dan daerah tempat tinggal (OR = 1,213, 95% CI = 1,130-1,301). Riwayat konsumsi minuman beralkohol ditemukan sebagai faktor protektif. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara karakteristik sosiodemografi, faktor perilaku, dan faktor lingkungan rumah dengan kejadian tuberkulosis paru pada penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia. ......Background: Indonesia is a country with the second highest tuberculosis burden in the world after India with an estimated morbidity of 969,000 and mortality reaching 144,000 people in 2021. Objective: This study aims to determine the relationship between sociodemographic characteristics, behavioral factors, and home environmental factors on incidence pulmonary tuberculosis in population aged ≥15 years in Indonesia. Methods: The method used in this study was cross-sectional. Results: The variables found to be associated with the incidence of pulmonary TB were age (OR = 2.107, 95% CI = 1.919-2.314), gender (OR = 1.469, 95% CI = 1.371-1.575), marital status (OR = 1.206, 95 % CI = 1.117-1.303), education level (OR = 1.795, 95% CI = 1.655-1.946), smoking history (OR = 1.194, 95% CI = 1.113-1.281), habit of opening windows (OR = 1.160, 95 % CI = 1.080-1.246), ventilation conditions (OR = 1.266, 95% CI = 1.178-1.360), lighting conditions (OR = 1.330, 95% CI = 1.241-1.426), number of household members (OR = 1.131, 95 % CI = 1.044-1.221), and area of residence (OR = 1.213, 95% CI = 1.130-1.301). History of alcohol consumption was found to be a protective factor. Conclusion: There is a relationship between sociodemographic characteristics, behavioral factors, and home environment factors with the incidence of pulmonary tuberculosis in people aged ≥15 years in Indonesia.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>