Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Setiawan
"Keberhasilan pengobatan Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) di DKI Jakarta masih sebesar 58% dari target 80%, beberapa faktor risiko sering dihubungkan dengan tingkat keberhasilan pengobatan. Penetitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan dan riwayat pengobatan terhadap keberhasilan pengobatan TBC RO dengan paduan jangka pendek 9-11 bulan. Metode penelitian yang dilakukan adalah kohort retrospektif untuk membandingkan kelompok terpapar dan tidak terpapar (rasio risiko/RR) terhadap tiingkat keberhasilan pengobatan. Sebanyak 364 pasien dengan keberhasilan pengobatan 62,36%, 59,07% patuh pengobatan dan 51,65% ada riwayat pengobatan. Kepatuhan pengobatan memiliki RR 9,14 (95%CI: 5,50-15,20,  p=<0,001) sedangkan riwayat pengobatan memiliki RR 1,06 (95%CI: 0,9-1,24, p=0,48) terhadap keberhasilan pengobatan. Analisis stratifikasi dan multivariat model kausal dengan metode backward menghasilkan umur, jenis kelamin, status bekerja, status gizi, dan koinfeksi HIV tidak terbukti sebagai variabel perancu maupun interaksi. Diperlukan penambahan jumlah sampel untuk bisa menunjukkan hubungan variabel kovariat dengan lebih jelas. Kepatuhan pengobatan menjadi salah satu kunci dalam peningkatan keberhasilan pengobatan TBC RO di DKI Jakarta.

The success rate of drug-resistant tuberculosis (DR-TB) treatment in DKI Jakarta is currently 58% of the 80% target, and various risk factors are often associated with treatment outcomes. The aim of this study was to determine the relationship between adherence and treatment history to the success of treatment of DR-TB with a short-term regimen of 9-11 months. The research method used was a retrospective cohort to compare exposed and unexposed groups (risk ratio/RR) on treatment success rate. A total of 364 patients with 62.36% treatment success, 59.07% were treatment adherent and 51.65% had a history of treatment. Treatment adherence had an RR of 9.14 (95%CI: 5.50-15.20, p=<0.001) while treatment history had an RR of 1.06 (95%CI: 0.9-1.24, p=0.48) on treatment success. Stratification and multivariate analysis of causal models using the backward method resulted in age, gender, working status, nutritional status, and HIV co-infection not being proven as confounding or interaction variables. An increase in sample size is needed to show the relationship between covariates more clearly. Treatment adherence is one of the keys to improving the success of DR-TB treatment in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antia
"Penyakit kronis semakin meningkat menyebabkan angka kematian dan kecacatan cukup tinggi. Pasien dengan penyakit kronis mempunyai angka rawat inap berulang dan menyebabkan peningkatan anggaran pelayanan kesehatan. Berulangnya perawatan menunjukan kepuasan, efikasi diri, dan kepatuhan masih menjadi hambatan. Penggunaan aplikasi Telenursing peka budaya menjadi alternatif peningkatan kepuasan, efikasi diri, kepatuhan pasien pada proses keperawatan berkelanjutan. Tujuan penelitian menghasilkan model Telenursing peka budaya untuk intervensi keperawatan berkelanjutan peka budaya dan mengevaluasi pengaruhnya terhadap kepuasan, efikasi diri, kepatuhan pada pasien penyakit kronis. Penelitian ini menggunakan desain research and development melalui tiga tahapan. Penelitian tahap pertama melibatkan 23 pasien, 9 keluarga, dan 14 tokoh adat. Tahap kedua menghasilkan Model Telenursing peka budaya dengan aplikasi interaktif. Tahap ketiga melibatkan 100 pasien sebagai responden. Hasil penelitian teridentifikasi empat tema menjadikan dasar pengembangan model, terciptanya model intervensi keperawatan berbasis aplikasi bernama SUSTER KITA dengan aplikasi interaktif smartphone saat dievaluasi terbukti berpengaruh terhadap kepuasan, efikasi diri, dan kepatuhan. Model Telenursing peka budaya untuk intervensi keperawatan berkelanjutan menggunakan aplikasi SUSTER KITA efektif terhadap kepuasan, efikasi diri, dan kepatuhan. Model Telenursing peka budaya untuk intervensi keperawatan berkelanjutan dapat diadopsi untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

Chronic diseases are increasing, causing a high mortality and disability rate. Patients with chronic diseases have a recurrent number of hospitalizations which leads to an increase in health care budgets. Repeated treatments show that satisfaction, self-efficacy, and adherence are still obstacles. An alternative to using culture-based Telenursing applications is an alternative to increasing satisfaction, self-efficacy, and patient adherence in the continuous nursing process. The study aimed to generate a culture-based Telenursing model for culture-based continuous nursing interventions and evaluate its effect on satisfaction, self-efficacy, and adherence in chronic patients. This research uses a research and development design through three stages. The first research phase involved 23 patients, 9 families, and 14 traditional leaders. The second stage produces a culture-based Telenursing Model with interactive applications. The third stage involves 100 patients as respondents. The results of the study identified four themes that made the basis for model development, the creation of an application-based nursing intervention model called SUSTER KITA with a smartphone interactive application when evaluated proved to affect satisfaction, self-efficacy, and adherence. A culture-based Telenursing model for continuous nursing interventions using the Suster Kita application is effective in improving satisfaction, self-efficacy, and adherence. Culture-based Telenursing models for ongoing nursing interventions can be adopted to improve the quality of nursing care."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library