Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfini Iasya Putri
"Tesis ini merupakan laporan penelitian berupa penilaian kualitas terjemahan kata, frasa, atau kalimat bermuatan budaya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan model komparatif yang berorientasi pada produk. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan tingkat kualitas terjemahan teks label yang terdapat di salah satu museum dan pengaruh teknik penerjemahan yang digunakan pada tingkat kualitas terjemahan secara holistik, yaitu pada tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya. Sumber data penelitian ini adalah teks label Museum Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan yang termasuk kategori artefak nonreligi dan terjemahannya dalam bahasa Inggris. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua macam data: data pertama adalah satuan lingual berupa kata, frasa, ataupun kalimat yang mengandungi unsur budaya pada teks label dwibahasa Indonesia dan Inggris di Museum Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, sedangkan data kedua berupa hasil penilaian kualitas terjemahan data pertama yang dilakukan oleh penilai dengan cara mengisi lembar penilaian. Data pertama dikumpulkan dengan teknik cuplikan dan data kedua dengan lembar penilaian kualitas terjemahan. Jumlah data yang dikumpulkan adalah 51 data. Selanjutnya, data pertama itu dibandingkan dengan terjemahannya dalam teks sasaran untuk mendapatkan teknik penerjemahan yang diterapkan. Teknik penerjemahan yang diacu oleh penelitian ini adalah yang dikembangkan dari pendapat beberapa ahli seperti Newmark (1984), Baker (2011), Molina dan Albir (2002), dan Hoed (2006). Dari sembilan belas teknik penerjemahan yang dirangkum oleh peneliti, hanya sembilan teknik yang diterapkan dalan terjemahan teks label museum, yaitu teknik peminjaman, peminjaman yang dilengkapi artefak, transposisi, transposisi yang dilengkapi artefak, peminjaman dan transposisi yang dilengkapi artefak, generalisasi, generalisasi yang dilengkapi artefak, generalisasi disertai deskripsi, dan reduksi. Selanjutnya, tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan dari terjemahan teks label itu dinilai oleh bantuan tiga orang mahasiswa pascasarjana dan satu orang penutur jati bahasa Inggris yang juga merupakan dosen di Program Studi Linguistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Penilaian dilakukan dengan menggunakan rubrik yang didesain oleh Nababan (2002). Analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis komparatif (William & Chesterman, 2002) terhadap teks sumber dan teks sasaran. Temuan menunjukkan bahwa kualitas terjemahan teks label museum ini cenderung dinilai tinggi pada aspek keakuratannya saja, sedangkan kedua aspek lainnya rendah, yaitu kurang dari 50%. Teknik penerjemahan yang diterapkan menjadi salah satu faktor penentu kualitas terjemahan teks label museum. Teknik peminjaman dominan dipilih karena sesuai dengan tujuan penerjemahan teks label museum, yaitu memperkenalkan budaya BSu.

Cultural words translation quality assessment will be discussed in this thesis. This is a product-oriented comparative model with the qualitative approach. The aims of the study are to assess the quality of label texts in a museum and describe the effects of techniques on the quality. In this study, the quality is evaluated by using holistic assessment which includes the accuracy, acceptability, and readabilty of the cultural words translation. The data source of this study is non-religious artifact category in label texts of Lambung Mangkurat Museum, Banjarbaru, South Kalimantan and its English translation. The data of this study are lingual units, such as words, phrases, and sentences containing cultural elements in label texts of Lambung Mangkurat Museum, Banjarbaru, South Kalimantan, are in both English and Indonesian. The data of this study also include the results of translation quality assessment of the cultural words which have been assessed by raters. The main data are collected by using the sampling technique and the secondary data are the assessment sheets. There are 51 data in this study. Afterwards, those data are compared with their translations in the target text in order to find the translation techniques. The translation techniques used in this study are adapted from some experts, such as Newmark (1984), Baker (2011), Molina and Albir (2002), and Hoed (2006). Out of nineteen techniques, there are only ten techniques used in the translation of museum label texts; borrowing, borrowing with artifacts, transposition, transposition with artifacts, triplets, generalisation, generalisation with with artifacts, generalisation with description, omission, and naturalisation. The accuracy, acceptability, and readability of the translation assessed by three evaluators who are postgraduate students of the Linguistics Department, the Faculty of Humanity, Universitas Indonesia and one native speaker who is a lecturer at the same university. The assessment uses the assessment model designed by Nababan (2002). The data are analysed by using comparative analysis model (William & Chesterman, 2002). The finding shows that the translation of label texts tends to be assessed as high quality, above all is the accuracy while the others are less than 50%. The translation technique is one of the factors determining the quality of museum label text translation because it is related to the translation aims of text label: introducing Banjarese culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Atmadinata
"Komik Tintin merupakan salah satu komik asal Belgia yang paling terkenal di seluruh dunia. Hergé pertama kali menerbitkan serial komik ini pada tahun 1930 dengan versi hitam-putih yang mengangkat cerita petualangan Tintin sebagai karakter utama yang berprofesi sebagai wartawan untuk harian Le Petit Vingtième dalam edisi Tintin au pays des Soviets. Mengingat bahwa pada tiap edisinya Hergé mengangkat cerita dengan latar yang berbeda-beda dari berbagai belahan dunia, tentu terdapat unsur-unsur budaya spesifik yang turut disinggung dalam komik. Di Indonesia sendiri terdapat dua penerbit yang menerjemahkan serial komik ini yaitu Indira dan Gramedia. Penelitian ini membahas perbandingan kualitas terjemahan Komik Tintin edisi Tintin au pays des Soviets dari kedua penerbit menggunakan metode kualitatif dengan fokus istilah budaya. Dalam menentukan batasan istilah budaya pada penelitian ini, digunakan teori dari Newmark (1988) mengenai kategorisasi istilah-istilah budaya yang biasa ditemukan dalam penerjemahan. Klasifikasi strategi penerjemahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang dikemukakan oleh Mona Baker (1992). Berdasarkan klasifikasi itu, ditemukan bahwa Indira memiliki kesulitan dalam menerjemahkan istilah-istilah budaya ketika dibandingkan dengan Gramedia. Lebih lanjut, dengan parameter kualitas terjemahan Nababan, Nuraeni & Sumardiono (2012) ditemukan bahwa hasil terjemahan dari Indira lebih alamiah dan lebih mudah dipahami oleh pembaca dibandingkan dengan hasil terjemahan Gramedia yang meskipun akurat, namun pesan yang ingin disampaikan kurang alamiah dan lebih sulit untuk dipahami oleh pembaca. Secara umum dapat dikatakan bahwa Indira memiliki hasil terjemahan dengan kualitas yang lebih unggul.

The Tintin comics are among the most famous Belgian comics in the world. Hergé first published this comic series in 1930 in a black-and-white version featuring the adventures of Tintin as the main character who works as a journalist for the daily Le Petit Vingtième in the Tintin au pays des Soviets edition. Bearing in mind that in each edition Hergé presents stories with different backgrounds from various parts of the world, naturally there are specific cultural elements that are also mentioned in the comics. In Indonesia, there are two publishing houses that have translated this comic series, namely Indira and Gramedia. This study discusses the comparison of the translation quality of the Tintin au pays des Soviets edition of the Tintin comic from the two publishers using a qualitative method with a focus on cultural terms. The theory from Newmark (1988) regarding the categorization of cultural terms commonly found in translation is applied in determining the boundaries of cultural terms in this study. The classification of the translation strategy used in this study is the classification proposed by Mona Baker (1992). The findings show that based on the classification, Indira had difficulties in translating cultural terms compared to Gramedia. Furthermore, based on the translation quality parameters of Nababan, Nuraeni & Sumardiono (2012), the findings show that Indira's translation is more natural and easier for readers to understand than Gramedia's translation, which although accurate, the message to be conveyed seems less natural and more difficult for readers to comprehend. In general, it can be said that Indira has a superior quality translation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Drugan, Joanna
London: Bloomsbury, 2013
418.020 23 DRU q
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library