Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Naskah berisi teks cerita Jaka Tarub, berawal dari pertemuan Jaka Tarub dengan Dewi Nawangwulan sampai menikah. Pada bagian akhir berisi cerita tentang Wali Sanga (Sunan Kalijaga). Pada h.181 terdapat keterangan bahwa naskah berasal dari R. Gandasutarya, Suryasaputran. Naskah dibeli oleh Pigeaud pada tanggal 26 November 1938 dengan harga 0,75 gulden. Berikut ini adalah daftar pupuhnya: (1) sinom; (2) kinanthi; (3) mijil; (4) dhandhanggula; (5) asmarandana; (6) kinanthi; (7) pangkur; (8) asmarandana; (9) dhandhanggula; (10) pucung; (11) dhandhanggula; (12) asmarandana; (13) pangkur; (14) dhandhanggula; (15) sinom; (16) asmarandana.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.51-NR 349
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah ini terdiri dari 2 pupuh yang terputus karena naskah rusak pata. Asal koleksi milik R. Tanojo. Daftar pupuh sebagai berikut: 1. Dhandhanggula; 2. Pangkur.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.8-KT 36
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Stm. Atmasoemarta
Abstrak :
Buku ini berisi pelajaran mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan tembang dan titiraras, antara lain: swara wilahan gangsa, pelajaran mengenai raras pelog pathet 6, dan sebagainya.
Surakarta: Boekhandel Stm, 1937
BKL.1071-SS 34
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah berisi kisah Ismail putra Raja Abdul Jalal di Balsorah Arab. Ismail pergi mengembara ke berbagai tempat untuk mencari ilmu. Dalam perjalanannya itu Ismail menikah dengan putri-putri cantik. Kisah berakhir dengan sampainya Ismail di negeri Bagdad. 1) sinom; 2) dhandanggula; 3) gambuh; 4) asmaradana; 5) pangkur; 6) mijil; 7) kinanthi; 8) maskumambang; 9) pucung; 10) mijil; 11) pangkur; 12) sinom; 13) dhandanggula; 14) asmaradana; 15) durma; 16) maskumambang; 17) mijil; 18) sinom; 19) dhandanggula; 20) asmaradana; 21) duduk; 22) sinom; 23) asmaradana; 24) kinanthi; 25) pangkur; 26) sinom; 27) durma; 28) pangkur; 29) dhandanggula; 30) sinom; 31) asmaradana; 32) mijil; 33) sinom; 34) dhandanggula; 35) asmaradana; 36) sinom; 37) kinanthi; 38) duduk; 39) mijil; 40) pangkur; 41) dhandanggula; 42) sinom; 43) mijil; 44) asmaradana; 45) pucung; 46) pangkur; 47) sinom; 48) mijil; 49) sinom; 50) pangkur; 51) dhandanggula; 52) asmaradana; 53) sinom; 54) dhandanggula. Naskah ini tidak memuat keterangan apapun tentang angka tahun maupun nama pengarang/penyalin. Namun berdasarkan kertas yang digunakan untuk menyalin naskah, penyunting menduga naskah disalin pada awal abad 20. Pada h.i terdapat keterangan nama R.M. Atmasutirta, Surakarta, Januari 1935. Nama tersebut diduga sebagai pemilik naskah ini sebelum menjadi koleksi Pigeaud. Mandrasastra telah membuat ringkasan naskah ini pada bulan Mei 1936. Ringkasan sebanyak 11 halaman tersebut dimikrofilm bersama naskah ini.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.23-NR 280
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah ini berisi teks Serat Jaka Ma'il (atau Jaka Ismangil), tersusun dalam 35 pupuh tembang macapat. Menurut kolofon, naskah disalin oleh R.M. Puspasudirja, sedangkan pemiliknya adalah Mas Behi Mangunseduta. Tempat penyalinan tidak disebutkan. Informasi mengenai pengarang teks tidak ada. Teksnya menceritakan tentang Jim Sakar yang dihukum oleh Nabi Sulaiman dimasukkan ke dalam cupu timah lalu dibuang ke laut. Anak-anaknya, Sakarjan dan Sakarji, ingin menolong namun tidak dapat, mereka kembali ke rumah. Setibanya di rumah mereka bertengkar memperebutkan warisan orangtuanya. Adalah seorang penjala ikan bernama Satruna yang mendapat cupu timah. Setelah dibuka keluarlah jim Sakar. Jim Sakar berniat membunuh penjala ikan namun dengan tipu muslihat jim dapat dimasukkan kembali ke dalam cupu lalu dibuang ke laut. Ma'il, anak penjala ikan Satruna, semenjak kematian orangtuanya segera pergi mengembara berguru pada Kyai Dul Basir di bukit Wora-Wari. Oleh gurunya Jaka Ma'il akan dijodohkan dengan putrinya Sawiyah, namun murid-murid Kyai Dul Basir, Kasan Umar dan Dul Jalil, berniat menipu Jaka Ma'il agar Sawiyah tidak tertarik pada Jaka Ma'il. Mereka menggunakan gendam. Walaupun telah menikah Sawiyah tidak tertarik pada Jaka Ma'il. Jaka Ma'il pamitan pada mertuanya untuk pergi. Di tengah hutan ia bermimpi bertemu ayahnya yang memerintahkan untuk pergi ke Timur. Jaka Ma'il bertemu dengan Ki Luka lalu diajarkan tentang hubungan suami istri. Ki Luka ingin menjodohkan anaknya Rara Sri Wulan dengan Jaka Ma'il. Setelah pernikahan Sri Wulan masih berhubungan dengan Gendruwo sehingga Jaka Ma'il menjadi kecewa. Paginya Jaka Ma'il pamitan pergi. Di tengah hutan Jaka Ma'il mendengar pertengkaran Jim Sakarjan dan Sakarji perihal warisan, oleh Jaka Ma'il persoalan itu dapat diselesaikannya. Jaka Ma'il mendapat bagian pedang Sabab Malang, yang sangat sakti. Dengan pedang itu Jaka Ma'il terbang mengembara. Di suatu hutan Jaka Ma'il menolong orang yang melahirkan, anaknya segera diambil dan diberi nama Maknawiyah. Setelah besar Maknawiyah diambil istri oleh Jaka Ma'il. Seorang putra Raja Rum, Sayid Abas, terpisah dari rekan-rekannya yang pergi berburu di hutan. Sayid Abas tiba di rumah Jaka Ma'il. Iatertarik dengan Maknawiyah, lalu mereka berhubungan badan. Jaka Ma'il yang tiba dari udara tidak menemukan Sayid Abas, namun ia curiga karena ada terompah yang tertinggal. Maknawiyah ditanya tentang siapa yang datang, tidak memberi tahu. Sayid Abas mencoba merayu Maknawiyah agar Jaka Ma'il mau menyerahkan pedangnya, namun Jaka ma'il selalu menolak. Jaka Ma'il telah menemukan persembunyian Sayid Abas, malah ia senang karena Sayid Abas sangat tampan. Jaka Ma'il kembali mengembara dan diam di pohon besar. Sayid Abdurrahman mencuri putri Syam bernama Dewi Mayang Mekar. Dalam perjalanan ia istirahat dan tidur di bawah pohon tempat Jaka Ma'il tinggal. Ketika Sayid Abdurrahman tertidur, Mayang Mekar mengeluarkan kekasihnya yang disembunyikan yaitu Sayid Umar Saharsan, mereka berkasih-kasihan berdua. Sayid Abdurrahman yang terbangun segera mencari Mayang Mekar. Mayang Mekar cepat-cepat menyembunyikan kekasihnya. Sayid Abdurrahman melanjutkan perjalanan, tetapi Jaka Ma'il memanggil dan mempersilakan agar mampir ke rumahnya. Maknawiyah diperintahkan menyediakan makanan untuk 6 orang, lalu Jaka Ma'il mulai membuka semua rahasia dari para wanita itu. Kekasih Maknawiyah Sayid Abas dikeluarkan dari tempat persembunyiannya demikian juga dengan kekasih Mayang Mekar, Umar Saharsan. Setelah memberi nasehat Jaka Ma'il pergi dengan Abdurrahman mengembara ke negara Kayu Areng. Negara Kayu Areng tak memiliki raja, sehingga ada sayembara siapa yang didatangi oleh gajah putih kendaraan raja terdahulu, maka ia akan menjadi raja. Gajah mendatangi Ma'il dan Ma'il menjadi raja di negara Kayu Areng dengan gelar Prabu Jaka Ma'il, sedangkan Abdurrahman diangkat sebagai patih. 1) asmaradana; 2) sinom; 3) megatruh; 4) dhandanggula; 5) pangkur; 6) gambuh; 7) durma; 8) pucung; 9) sinom; 10) mijil; 11) maskumambang; 12) kinanthi; 13) dhandanggula; 14) blabak; 15) dhandanggula; 16) sinom; 17) dhandanggula; 18) wirangrong; 19) dhandanggula; 20) asmaradana; 21) mijl; 22) sinom; 23) megatruh; 24) gambuh; 25) dhandanggula; 26) mijil; 27) kinanthi; 28) sinom; 29) pucung; 30) blabak; 31) wirangrong; 32) girisa; 33) dhandanggula; 34) swadana; 35) basonta.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.25-NR 286
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah ini berisi teks Serat Jaka Rasul (atau Suluk Jaka Rasul), menceritakan tentang seorang anak bernama Jaka rasul putra Ki Iman Mulkiyah dari desa Karang Tengah. Jaka Rasul memiliki sifat buruk yaitu suka menganggu orang dalam perjalanan. Pada suatu saat ada seseorang bernama Ki Sasmita yang sedang melakukan perjalanan, ia dihadang oleh Jaka Rasul namun Ki Sasmita berhasil menyadarkan Jaka Rasul. Selanjutnya Jaka Rasul beristrikan Endang Sara putri Ki Mutakalimun dari desa Ardi Cendana. Cerita ini banyak berisi ajaran-ajaran filosofis tentang makna kehiudpan. 1) dhandanggula; 2) asmaradana; 3) maskumambang; 4) sinom; 5) mijil; 6) kinanthi; 7) megatruh; 8) girisa; 9) dhandanggula; 10) asmaradana; 11) pucung; 12) gambuh; 13) asmaradana; 14) megatruh; 15) asmaradana; 16) durma; 17) pangkur; 18) blabak; 19) sinom; 20) mijil; 21) dhandanggula; 22) wirangrong; 23) kinanthi; 24) jurudemung; 25) asmaradana; 26) dhandanggula; 27) sinom; 28) asmaradana; 29) maskumambang; 30) mijil; 31) gambuh; 32) pucung; 33) asmaradana; 34) mijil. Dalam teks ini tak ditemukan keterangan tentang penulisan teks. Tentang penyalinannya, terdapat sebuah sandiasma pada h.1, menyebutkan nama Raden Sastrapuspita, Gedhongen. Terdapat pula suatu cap berikut tanda tangan dari pemilik (?) naskah, ialah R.M.H. Suryaningrat, Bupati Keraton. Penyunting menduga bahwa naskah disalin di Yogyakarta sekitar akhir abad 19. Bandingkan deskripsi naskah MSB/P.174, 174a, dan 175 dalam Behrend 1990: 526-527 untuk dua naskah lagi berisi judul yang sama.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.37-CT 19
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah ini berisi catatan tentang teks Jaka Singkarah yang termuat dalam naskah KBG 111. Catatan meliputi cuplikan awal dan akhir teks, daftar pupuh (sebanyak 8 pupuh), catatan umum, serta ringkasan alur cerita pupuh per pupuh yang dibuat oleh R.Ng.Poerbatjaraka (atau stafnya) di Batavia. Naskah diterima oleh Pigeaud pada bulan Desember 1931. Daftar pupuh, sebagaimana tercatat pada naskah ketikan ini, sebagai berikut: 1) asmaradana; 2) maskumambang; 3) kinanthi; 4) dhandanggula; 5) pangkur; 6) mijil; 7) asmaradana.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.39-L 6.13
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah dluwang ini dibeli oleh Pigeaud pada bulan Nopember 1935 dari Cirebon. Berisi saduran ceritera Betal Jemur, disusun dalam tembang macapat sebanyak 18 pupuh. Melihat beberapa nama tokoh lain yang terdapat dalam teks, terutama dari pupuh-pupuh terakhir, teks ini berkesan masih berhubungan dengan siklus ceritera Menak. Bandingkan Poerbatjaraka 1940: 75-76, tentang naskah Lontar Engelenberg no. 42 (lontar 82 E 42) di Perpustakaan Nasional RI, yang juga bertokohkan Betal Jemur ini. Teks ini diringkas oleh Mandrasastra pada bulan April 1936. Berikut adalah ringkasan alur ceritera tersebut. Tambi Jumiril mendapatkan wangsit, kemudian naik haji ke Mekah; ke pulau Kadam menghadap seorang pendeta bernama Kanjumukin, ia mohon penjelasan mengenai mimpi pada waktu naik kapal. Menerangkan leluhur pembesar Arab bernama Abdullah Manap, kemudian Abdullah Manap menurunkan dhampit: (1) bongkok dan berperilaku jelek bernama Umiyar mengadakan Abujahal; (2) mengelik (meliuk ke belakang) bernama Ibnu Asim. Ibnu Asim menurunkan seorang putri bernama Simah Miya dan dua orang putra bernama Ibasib dan Abdul Mutalib; Abdul Mutalib ini menggantikan menjadi pemimpin di Mekah bergelar Adipati. Tambi Jumiril kawin dengan Simah Miya. Setelah itu menceritakan Mayadin; yang menjadi raja Prabu Kobat Syah turun-tumurun sampai Prabu Rurustam. Patih Mayadin bernama Bakti Jamal. Sang Patih bersedih karena melihat kitab Kadam Makna memberikan penjelasan, bahwa matinya Bakti Jamal kurang 40 hari kemudian memberi petunjuk supaya Bakti Jamal melaksanakan 'ngluwat' (kluwat=liang kubur). Menjelang hari ke-40 patih Iklas-Ajir menengok Ki Bakti Jamal kemudian mengajak menghibur diri, pada akhirnya Bakti Jamal dibunuh Ki Patih yang ingin memiliki harta karun yang pada waktu itu ditemukan oleh Bakti Jamal. Ki Patih membuat rumah dan taman di tempat harta karun tersebut ditemukan. Selanjutnya menghias taman dan bangunan. Patih Iklas Ajir menemui Nyai Bakti Jamal memberikan uang dan bercinta supaya sewaktu-waktu nantinya melahirkan seorang putra diberi nama Betal Jemur karena menurut pesan Bakti Jamal. Betal Jemur kemudian lahir, setelah umur 7 tahun disekolahkan (pesantren) kepada Pendeta Lukman Hakim hingga mengerti tentang Kadam Makna. Betal Jemur menebak kambing yang dibunuh oleh tukang kebon Patih Aklas Ajir, menyebabkan sedih ki Patih, pada akhirnya tumbuh kekhawatiran dan berkata kepada 'tukang tuwek' supaya membunuh Betal Jemur. Betal Jemur disertai oleh 'juru tuwek' akan dibunuh di tempat yang sepi, namun kemudian juru tuwek itu membunuh kambing, hatinya diberikan kepada sang Patih dikatakan sebagai hati Betal Jemur. Sang Raja bermimpi, akan tetapi lupa kemudian memerintahkan Ki Patih supaya mencari orang yang dapat membuka mimpinya. Ki Patih setelah dibohongi oleh tukang tuwek masalah Betal Jemur masih hidup, sang Patih kemudian memberikan klenik kepada Betal Jemur namun Betal Jemur tabah. Patih Iklas Ajir menghadap sang raja melepaskan keluhan Betal Jemur. Betal Jemur dipanggil sang raja, melaporkan hal yang terjadi, kemudian ki Patih dibunuh raja. Betal Jemur diwisuda sebagai patih. Betal Jemur menebak isi mimpi raja yaitu seorang abdi ngabei menganggu isteri selir. Betal Jemur menebak putra raja yang sedang lahir dan diberi nama Nursewan (R. Yayi). Betal Jemur menebak anaknya peninggalan Alkas Ajir yang baru saja lahir dan diberi nama Bastak, di kemudian hari menjadi patih menggantikan Nursewan. Betal Jemur berangkat ke tanah Ajam, diutus membunuh para jejaka dan menyobek perut perempuan karena menurut ramalan Betal Jemur hal ini akan membuka rahasia R. Yayi Nursewan. Adipati Abdul Mutalib memusyawarahkan mimpi kepada para nujum. Isteri Adipati Abdul Mutalib bernama Dewi Kalimah mengandung 3 bulan bermimpi ditemui Nabi hingga 'berganti' 4 kali. Betal Jemur sampai di Mekah disanjung dan dihormat oleh Abdul Mutalib. Prabu Meyadin, Sri Kobatsah meninggal diganti oleh putranya, Sri Yayi Nursewan, dan patihnya Ki Bestak. Raja Nursewan mengutus seseorang untuk memberi tahu kepada Betal Jemur. Isteri Abdul Mutalib melahirkan seorang putra diberi nama Ambyah oleh Betal Jemur. Amir Hamzah lahir bersamaan dengan anak Jumiril, Patih Ki Adipati. Betal Jemur pulang ke Medayin dijunjung oleh Sang Raja. Patih Bestak bertindak jahat. Cerita dihentikan kemudian disambung dengan cerita Amir Ambyah berumur 10 tahun. Menceritakan perjalanan dan sejarah Amir Ambyah dengan Umarmaya pada setiap hari selalu ugal-ugalan. Tidak terdapat keterangan tentang penulisan/penyalinan teks pada naskah ini. Adapun tentang penyalinan naskah, gaya tulisan, tata halaman serta jenis kertas yang dipergunakan menunjukkan usia naskah yang cukup tua (awal abad 19?); ciri-ciri tulisan mirip dengan gaya tulisan pasisir barat, sekitar wilayah Cirebon.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.65-NR 278
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Tedjohadisumarto
Abstrak :
Buku Mbombong Manah jilid V ini berisi lagu-lagu (sekar gendhing) khususnya berisi gerongan. Lagu-lagu tersebut ditujukan untuk para pembaca yang hendak belajar “nyekar” (seni suara) bukan belajar “gendhing”.
Jakarta: Djambatan, 1958
BKL.1130-SS 38
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Tedjohadisumarto
Abstrak :
Buku ini berisi lagu-lagu yang digolongkan sebagai “sekar ageng”. Lagu-lagu tersebut ditujukan bagi murid-murid kelas V dan VI sekolah rakyat (SD). Disajikan mulai dari lagu yang pendek (lampah alit) hingga yang lebih panjang (lampah ageng).
Jakarta: Djambatan, 1958
BKL.1129-SS 37
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>