Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Wayan Badrika
Abstrak :
Penelitian ini menemukan bahwa kegiatan pariwisata di Pura Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kederi, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali telah menimbulkan respons dari warga masyarakat atau krama desa adat Beraban dalam aspek kehidupan ekonomi, sosial dan budayanya. Keindahan Pura Tanah Lot dan alam sekitar lingkungannya dijadikan produk wisata oleh warga masyarakat desa Beraban untuk memperoleh penghasilan tambahan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (kuren). Hasil penelitian ini sekaligus mengungkapkan suatu pola perubahan kebudayaan melalui akulturasi. Prilaku orientasi pasar dari warga masyarakat desa Beraban pada bidang jasa kepariwisataan di obyek wisata Pura Tanah Lot menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan inipun dipengaruhi oleh semakin bertambahnya kunjungan para wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara ke Pura Tanah Lot. Pendapatan yang diperoleh oleh warga masyarakat desa Beraban diutamakan untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonominya. Sedang pendapatan yang diperoleh oleh Pesa Adat Beraban sebagai pengelola obyek wisata melalui pemasukan dana dari kunjungan para wisatawan diutamakan untuk pelaksanaan upacara ritual atau piodalan di Pura Tanah Lot dan pura-pura lainnya yang ada di desa Beraban. Juga, pendapatan itu dapat digunakan untuk pembangunan Pura Tanah Lot maupun pura-pura yang ada di desa Beraban. Hal ini dapat mengurangi pemungutan iuran-iuran untuk kepentingan upacara ritual maupun pembangunan pura atau kebutuhan desa.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T1173
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wospakrik, Martina
Abstrak :
Pembangunan sektor pariwisata dihadapkan pada situasi yang cukup dilematis. Disatu sisi pembangunan sektor ini telah menjadi suatu keharusan karena merupakan sektor yang cukup unggul dalam menghasilkan devisa negara dan mendistribusikan pendapatan kepada masyarakat. Akan tetapi di sisi lain sektor pariwisata dikhawatirkan akan membawa dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat Irian Jaya pada umumnya dan masyarakat Manokwari pada khususnya. Konsekuensi pengembangan pariwisata di Kabupaten Manokwari adalah kesiapan pemerintah dan lapisan masyarakat untuk dapat mempersiapkan mental, perilaku dan masyarakat sadar wisata sedini mungkin agar dalam menghadapi datangnya wisatawan mancanegara masyarakat siap menerima segala kemungkinan yang terjadi dengan baik dan selektif. Pariwisata sebagai salah satu sektor yang mendatangkan penghasilan, maka perlu suatu penanganan yang sungguh-sungguh yaitu mempersiapkan sarana dan prasarana yang memadai. Pengembangan pariwisata menaruh perhatian besar terhadap beberapa obyek wisata yang potensial antara lain Pulau Mansinam dan Pasir Putih serta potensi-potensi yang lain yang dianggap memiliki daya tarik untuk dikembangkan sehingga dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat sebagai pengganti sektor pendapatan lain yang telah dilakukan selama ini.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Walam Anggawijaya
Abstrak :
ABSTRAK Pariwisata merupakan sarana dalam peningkatan pendapatan daerah dan andalan Indonesia dalam perolehan devisa. Indonesia secara geologi merupakan daerah yang sangat dinamik banyak memunculkan bentuk bentang alam ( landfornr ) menarik yang dapat merupakan asset dalam pengembangan kepariwisataan. Dalam penelitian ini dikaji hubungan antara faktor-faktor fisik alami dengan perkembangan kepariwisataan pantai di Gunung Selok, Jawa Tengah serta Pangandaran dan Cipatujah, Jawa Barat. Diadakan penilaian peranan komponen-komponen fisik bentang alam yakni kepentingan dan kemampuannya, yang disebut nilai kapabilitas dalam membentuk keindahan.alam pantai. Daerah wisata Gunung Selok, Pangandaran dan Cipatujah berlokasi di daerah pantai yang menghadap Samudra Hindia. Perkembangan kepariwisataan di ketiga daerah tersebut, dilihat dari jumlah pengunjung dari tahun-ketahun meningkat. Peningkatan ini disebabkan semakin besar minat masyarakat mencari hiburan melakukan rekreasi ke daerah-daerah tersebut untuk menikmati daya tarik alami berupa keindahan alam yang masih terawat. Laju perkembangan kepariwisataan di ketiga daerah tidak sama disebabkan faktor pendukung daya tarik alami berbeda satu sama lain. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor-faktor fisik yakni kondisi geologi dan geomorfologi yang memegang peranan penting dalam membentuk bentang atau tatanan alam di permukaan bumi. Bentang alam yang terdiri dari komponen-komponen sebagai produk proses geologi dan geomorfologi, dapat memberikan bentuk yang unik indah sehingga merupakan potensi maupun kendala dalam perkembangan kepariwisataan, bukan saja terhadap keunikan dan keindahan alam tetapi juga terhadap penyediaan lahan alami bagi perkembangan flora dan fauna maupun sarana binaan seperti hotel dan fasilitas air bersih. Dalam penelitian terungkap bahwa daerah wisata Pangandaran lebih meningkat perkembangan kepariwisataannya dibandingkan dengan daerah wisata gunung Selok dan Cipatujah, karena didukung oleh kemampuan atau kapabilitas komponenkomponennya yang lebih besar daripada komponen-komponen bentang alam yang ada di gunung Selok dan Cipatujah. Perkembangan kepariwisataan di gunung Selok dan Cipatujah tidak begitu berbeda karena kapabilitas masing-masing komponennya dalam mendukung keunikan dan keindahan hampir sama. Proses Geologi dan Geomorfologi yang perlu diwaspadai dan diantisipasi selain erosi dan pengendapan di pantai adalah tsunami yang bila terjadi mungkin akan dapat merusak fasilitas (sarana dan prasarana) yang telah dibangun dan selanjutnya menurunkan citra kepariwisataan di daerah tersebut. Daftar Kepustakaan : 28 ( 1953-1995 )
ABSTRACT Relationship between Gemorphological Aspects and Coastal Tourism (A Case Study at Gunung Selok, Central Java and Pangandaran and Cipatujah, West Java)Tourism is an important mean for raising domestic income as well as devisa for Indonesia. Geologically, Indonesia is a very active or dynamic area from which unsual morphology or landforms were created. The fascinating landforms are potential asset for developing tourism. The intention of this research is to study the relationship between finical factors i.e. the components of the landform and the development of coastal tourism at Gunung Selok area, Central Java and Pangandaran and Cipatujah area, West Java. Evaluation were undertaken concerning the importancy and capability of the components in contributing the beauty of the coastals landform. The natural beauty is a main attractive factor by which tourists will come. The tourism areas of Gunung Selok, Pangandaran and Cipatujah are located at the coast of Indian Ocean, The development of tourism at the area, in the view of the number of tourist visiting the areas, is increasing because of the greater demand of people to get fresh and beautifull natural environment. The different rate of tourism development at the three tourist areas are mainly caused by the difference in their physical i.e. geological and geomorphlogical conditions in the form of natural landform (landscape). Both geological and geomorphological conditions play an important role in creating and enchanting unsual and beautiful landscape; on the contrary, in the other situation, the geological and geomorphological processes act as a detrimental factor for environmental condition. This research dicovers that the greater rate of tourists visiting Pangandaran area compared with Gunung Selok and Cipatujah areas are due to the greater support of capabilities of the components of landscape at Pangandaran compared with those two other areas. Deteriorating natural processes which have to be noticed and anticipated in respect to tourism development in the three areas are current coastal erotion and sedimentation which are steadly happening at the three areas. Furthermore, effort must be undertaken for anticipating the tsunamic catastrophy since the areas especially Pangandaran are very vulnerable. Total of references : 28 (1953-1995)
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyo Suprijadi
Abstrak :
ABSTRAK Danau Toba adalah salah satu objek pariwisata yang sangat potensial bagi pemasukan devisa negara. Melalui serangkaian program peningkatan eksploitasi dan pengembangan sektor industri jasa pariwisata di kawasan ini, dicanangkan tidak kurang data. 500.000 wisatawan pertahun diharapkan datang ke Danau Toba pada Repelita VI. Dengan demikian diharapkan juga dapat mendorong ke arah pengembangan jasa-jasa di sektor lain, balk sebagai pendukung peningkatan program kepariwisataan tersebut ataupun sebagai produk-produk ikutan lainnya. Usaha-usaha gencar yang telah dilakukan Pemda Sumatera Utara pada akhirnya menghasilkan pengembangan fisik kawasan dari segi akomodasi, yang untuk selanjutnya disusul pula oleh pengembangan kegiatan lain-lainnya untuk memperluas pangsa pasar yang mampu membangkitkan demand di samping atraksi objek-objek pariwisata alamiah yang dimiliki Danau Toba yang memang sangat unik. Sayang sekali dalam perjalanannya, pengembangan kawasan ini tidak atau kurang diikuti kebijaksanaan penataan wilayah yang baik, sehingga pada akhirnya menghasilkan akumulasi pertumbuhan yang sangat terpusat dan bertumpuk-tumpuk di sepanjang tepian danau yang membenikan dampak negatif terhadap fisik lingkungan danau serta pada keasrian pemandangan yang ada. Seperti dimaklumi, di samping faktor atraktif dari suatu objek daerah tujuan wisata, ada faktor esensial lainnya yang perlu diperhatikan, yaitu masalah pengolahan sistem lingkungan khususnya masalah sanitasi lingkungan di kawasan tersebut.. Kelengahan perhatian pada masalah ini pada akhirnya melahirkan juga faktor penghambat wisatawan berkunjung, di samping faktor kerusakan alam lingkungan sebagai akibat bahan-bahan buangan cair dan padat yang berasal dari aktivitas domestik, restoran, hotel, pasar, bengkel dan sebagainya. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melakukan introduksi langkah-langkah penanggulangan secara komprihensif sesuai dengan kondisi yang ada saat ini di Danau Toba sehingga dapat menjaga kawasan ini agar tetap asri dan tetap potensial bagi pemasukan devisa negara. Secara khusus penelitian ini adalah untuk memperoleh data-data tentang kualitas air Danau Toba dan melihat bagaimana kecenderungan deviasi yang terjadi pada kondisi fisik badan air Danau Toba dengan membandingkannya pada nilai-nilai baku yang ada saat ini. Hasil yang diperoleh menunjukkan kualitas air Danau Toba ditinjau.dari segi fisis sudah menunjukkan adanya pencemaran yang cukup besar dengan diperolehnya kandungan minyak dan lemak berkisar antara 7.535 mg l. Hal ini akan memberikan gangguan bagi pemanfaatan air Danau Toba bagi rekreasi air disamping penurunan nilai estetika dari badan air. Secara biologis air Danau Toba juga sudah menunjukkan adanya pencemaran dengan terukurnya kehadiran bakteri patogen sebagai faecal coliforni dan total coliform masing-masing sudah melebihi 1000 mpn 100 ml dan 20000 mpn 100 ml. Hasil pengukuran secara kimiawi secara umum menunjukkan kondisi air Danau Toba masih dibawah ambang batas yang diijinkan. Hasil penelitian juga mendapati bahwa pengelolaan lingkungan kawasan pariwisata Danau Toba masih bersifat sektoral. Untuk itu perlu dibentuk suatu badan pengelola kawasan Danau Toba dimana badan pengelola tersebut bertindak sebagai institusi koordinator pengelola seluruh lingkungan kawasan Danau Toba, yang akan mempunyai ruang lingkup internal, yaitu yang berhubungan dengan unit pelaksana operasional lapangan, serta eksternal yaitu unit penugasan yang berhubungan berkoordinasi dengan instansi-instansi lain. Untuk itu disini diperlukan adanya peraturan pengelolaan lingkungan sebagai landasan hukum yang akan mencakup kewenangan organisasi pengelola, aturan mengenai manajemen organisasi serta aturan main yang menyatakan tanggung jawab, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, termasuk masalah pendanaan didalamnya Penelitian ini juga memandang perlunya dilakukan perencanaan pengembangan kawasan alternatif sebagai kawasan pengalih yang bertujuan untuk mencegah aglomerasi kegiatan yang ada saat ini di kota Parapat, yang untuk itu terpilih disini daerah Ajibata yang letaknya bersebelahan dengan kota Parapat. Strategi pengembangan yang ditempuh adalah : 1. Pengembangan pusat-pusat atraksi baru dan budaya setempat, atau disebut dengan amenity core. 2. Pengembangan pelayanan transport yang memenuhi demand dari beberapa segmen wisatawan. 3. Pengembangan sarana akomodasi yang baik. 4. Pengendalian gugus bangunan untuk menjaga keseimbangan antara lingkungan buatan dan alam. Dengan demikian akan menjawab sekaligus permasalahan pokok perencanaan tapak yang dihadapi kota Parapat saat ini yang berupa : a. Garis sempadan tepian pantai Danau Toba. b. Garis sempadan bangunan. c. Kepadatan bangunan. d. Segi-segi arsitektural budaya bangunan-bangunan setempat. Sebagai kesimpulan dari hasil penelitian ini ialah bahwa Danau Toba sudah mulai tercemar. Pengembangan industri pariwisata di Danau Toba memang perlu dilanjutkan, dikembangkan dan ditingkatkan, tetapi pelestarian lingkungan Danau Toba dan upaya untuk menjaga keseimbangan ekologinya juga perlu dilakukan demi keberlanjutan sumberdaya alamnya dan pembangunan pariwisata itu sendiri.
ABSTRACT Toba Lake is one of tourism objects highly potential for receipt of foreign exchange. Through a series of programs intended to develop the tourism industry in this area, it is expected that no less than 500,000 tourists every year will visit Toba Lake during the National Development VI (Repelita VI). It will in turn encourage the development of services in other sectors both as a support to enhancement of the existing tourism programs and other resulting products. Intense efforts having been made by North Sumatera Regional Administration will eventually develop the area physically in terms of accommodation. It is then followed by other activities for expansion of the market share able to stimulate demand, in addition to unique natural tourist attractions peculiar to Toba Lake. Unfortunately, the development is lacking appropriate policies on the arrangement of the area. This situation results in a rapid growth of buildings centered on and crowded along the lake causing an adverse impact on the physical environment of the lake and the splendor of the landscape. As we all know, in addition to the factors of attraction peculiar to a tourist destination, greater attention should be paid to some other essential factors. One is the issue of preparation of an environmental system, especially that of environmental sanitation. Negligence will in the end result in some other factors like tourists being distracted from visiting the lake, not to mention the factor of damage to the environment as a result of waste liquid and solid generated by activities of houses, restaurants, hotels, (super)markets, workshops and the like. Thus, it is essential to apply control in order to keep -the area conserved and potential for receipt of foreign exchange. General objectives of this study is to introduce preventive steps in comprehensive manner based on the present situation in Toba Lake and thereby allowing it to keep the beautiful and potential object as a. source of foreign exchange. In particular, this study is intended to gather data of the lakes water quality on to observe a deviation tendency occurs in the physical condition of the lake water compare with the present standard values. The results shows that the quality of the lake water, viewed from the physical aspect, has been relatively high polluted by finding oil and fatty contents range 7.535 mg l. It will result in threats of the using the lake water for water recreation in addition to reduction of water body aesthetic values. Biologically, the water of Toba Lake, however, shows pollution by the presence of pathogen bacteria such as Faecal Coliform and Total Coliform of 1000 mpn/100 ml and 20,000 mpn ml respectively. By means of chemical .measurement, it shows that the general condition of the lake water remains below the allowed threshold. Furtheremore, result the study also show that the environmental management of Toba Lake tourism area remains sectoral. Therefore, there must be a separate board for managing its area, that serves a Coordinating Institution for the entire Toba Lake Area Management, internally and externally, concerning field operation managing unit and assigning unit related to a coordination with other public authorities. Accordingly, there should be an Environmental Management Regulation as an order for managing organizational authority, organizational management rules and rules of responsibility, objectives and target including funds. This study considers an importance of Alternative Area Development planning as an alternative area for pre-venting the present agglomerated activities at Parapat town where we select Ajibata near it. Development strategies are belows : a. New attraction centers and local cultures development as so-called amenity core. b. Transportation services development to satisfy demands of tourism segments. c. Appropiate accomodation facilities development. d. Building integrated control to keep man-made environment and nature in balance. And therefore, it will solve at once the following main problems of site planning facing Parapat town todate : a. Line of demarcation by Toba Lake. b. Line of building demarcation. c. Building density. d. Cultural-architectural aspect of local buildings. As a conclusion of this study is that the Toba lake is polluted. Tourism industry by it needs carrying on, developing and improving in addition to its environmental conservation and ecological equilibrium for persistent natural recourses and tourism development. E. Total of References : 20 (1983-1992)
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathul Bahri
Abstrak :
Dalam PAP II, Pemerintah Indonesia menghadapi tantangan yang semakin besar untuk lebih mampu bersaing di pasar global agar memperoleh devisa negara yang makin besar dari sektor non migas, terutama dari sektor pariwisata. Sektor pariwisata diharapkan pada akhir Repelita VII atau tahun 2005 dapat menduduki urutan pertama dalam penerimaan devisa negara menggantikan minyak dan gas bumi. Visi Pemerintah untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan dalam konstelasi perekonomian nasional pada akhir Repelita VII mempunyai implikasi yang tidak sedikit terhadap kesiapan sektor-sektor terkait, tidak hanya terhadap penyediaan hotel dan restoran, objek dan daya tarik wisata, tetapi juga terhadap sarana dan prasarana pendukung seperti angkutan darat, laut dan udara serta dukungan sektor telekomunikasi, listrik, air minum dan prasarana lainnya (hardware infrastructure). Penelitian ini ditujukan untuk melihat potensi dan arah pengembangan sektor pariwisata dalam upaya meningkatkan devisa negara, yang kerangka analisisnya secara lintas makro sektoral. Strategi pengembangan serta keunggulan kompetitif sektor pariwisata dapat ditelaah dalam konteks penelitian dari segi input, proses dan output produk pariwisata Indonesia. Jenis penelitian ini adalah studi analisis diskriptif yang didasarkan oleh hasil studi eksplorasi secara deskriptif. Berdasarkan perumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan pemetaan wilayah unggulan serta peluang pasar dalam meningkatkan pemasaran dan promosi wisata; untuk mengetahui alternatif strategi pengembangan dan keunggulan kompetitif; serta untuk mengetahui faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan strategi tersebut. Temuan kajian yang paling penting adalah bahwa peranan Pemerintah/negara akan tetap kuat dan dominan dalam era globalisasi sekarang ini, kompetisi yang bersifat global seakan-akan menjadikan peranan Pemerintah semakin kecil, tetapi pada kenyataannya malah sebaliknya yaitu menjadi semakin besar dan penting. Peranan Pemerintah merupakan faktor penentu (determinant) yang kelima dalam rangka kemampuan untuk berkompetisi. Untuk itu maka pembangunan kepariwisataan bukan saja perlu terpadu secara internal, tetapi yang tidak kalah pentingnya, pembangunan tersebut juga harus serasi dengan pembangunan yang dilakukan oleh sektor lain, makanya koordinasi lintas sektoral derajat tinggi mutlak diperlukan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warwer, Onesimus
Abstrak :
Penelitian ini menemukan bahwa kegiatan pariwisata budaya dan lingkungan di Kecamatan Wamena dan Kurulu Daerah Tingkat II Jayawijaya Irian Jaya telah menimbulkan respons warga-warga masyarakat setempat dalam aspek kehidupan ekonomi, sosial dan budaya mereka. Kedua potensi ini yang akhirnya dijadikan produk wisata oleh masyarakat Dani untuk memperoleh penghasilan. Hasil penelitian ini sekaligus mengungkapkan suatu pola perubahan kebudayaan melalui akulturasi. Perilaku orientasi pasar dari kelompok-kelompok individu dalam masyarakat Dani yang bergerak di jasa kepariwisataan belum terwujud sepenuhnya karena sistem ekonomi pasar masih merupakan hal baru dalam kehidupan masyarakat Dani. Pendapatan yang diperoleh diutamakan untuk acara adat yang sekaligus mempertahankan status sosial dalam struktur klan. Sangat erat dengan pemahaman dan kesiapan masyarakat Dani dalam menyiapkan produk wisata, maka pranata ekonomi, perkawinan, religi dalam kebudayaan Dani mulai dikaitkan dalam kegiatan pariwisata. Interaksi sosial lebih luas dapat terwujud karena terjadi jual beli jasa kepariwisataan antara pemandu wisata dengan wisatawan, penduduk lokal, pemilik toko cindera mata, dan akomodasi. Unsur-unsur budaya luar yang diadopsi dalam konteks kegiatan kepariwisataan adalah ukiran kayu, karapan babi, dan penguasaan bahasa Inggris oleh sekelompok individu. Informan dalam penelitian ini adalah rumah tangga-rumah tangga, individu-individu yang menjadikan kegiatan pariwisata sebagai kegiatan ekonomi utama mereka, atau untuk memperoleh penghasilan tambahan. Tokoh-tokoh masyarakat di daerah penelitian adalah juga informan yang tidak hanya memberikan data tentang respons utama warga-warga Dani terhadap kegiatan pariwisata, unsur-unsur budaya Dani yang didayagunakan dalam kegiatan pariwisata, tetapi juga pranata-pranata lain yang terkait dengan kegiatan pariwisata, serta unsur-unsur kebudayaan asing yang diolah warga masyarakat Dani untuk kemudian disesuaikan dengan unsur kebudayaan lama sehingga unsur-unsur baru ini menjadi bagian dari kebudayaan Dani.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Budhiman
Abstrak :
Mewujudkan sukses pembangunan dalam hal ini pembangunan kepariwisataan, bukanlah suatu hal yang mudah. Harapan besar yang diletakkan di atas pundak sektor pariwisata untuk menjadi andalan utama penghasil devisa non-migas, tentunya haaus dijawab dengan kerja keras dan keterpaduan seluruh lini yang terkait dengan sektor ini. Dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang ada, maka menjadi suatu tantangan bagi seluruh pelaku dunia pariwisata, untuk mendukung berbagai kebijaksanaan yang mengarah pada pencapaian keberhasilan tersebut. Penulisan tesis ini mencoba untuk menelaah kondisi kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan di DKI Jakarta. Penelitian difokuskan kepada implementasi kebijaksanaan Sapta Pesona, yang dinilai berdasarkan persepsi para wisatawan yang berkunjung ke Jakarta. Data primer diperoleh dari kuisoner yang dibagikan kepada responden. Di sisi lain, dikemukakan pula kinerja kepariwisataan DKI Jakarta melalui penelitian data sekunder. Sapta Pesona merupakan kebijaksanaan yang bertujuan mewujudkan daya tarik suatu Daerah Tujuan Wisata. Komponen-komponen yang membentuk daya tarik tersebut, adalah: Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan, Kesejukan, Keramah-tamahan, dan Kenangan. Memperhatikan hasil-hasil penelitian yang dilakukan, terdapat kekhawatiran Sapta Pesona hanya terkesan sebagai slogan, dan bukan sebagai suatu kebijaksanaan publik yang harus didukung oleh semua pihak. Terdapat tiga komponen yang menjadi kelemahan utama, yaitu kesejukan, kebersihan, dan ketertiban. Disamping itu, komponen yang dikategorikan sebagai tiga unggulan utama, adalah keramahtamahan, keindahan, dan keamanan. Berdasarkan kondisi tersebut, Jakarta harus bekerja ekstra keras, apabila ingin berdiri sejajar dengan daerah tujuan wisata "kelas dunia" lainnya. Bertitik tolak dari temuan tersebut, direkomendasikan prioritas kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan menggunakan pendekatan daya tarik kota, melengkapi pendekatan ekonomi sebagaimana yang selama ini dilakukan. Implementasi model kebijaksanaan tersebut, diharapkan dapat menjadi perspektif baru dan memberikan dukungan yang kondusif bagi pencapaian keberhasilan pembangunan kepariwisataan di DKI Jakarta.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Wijaya
Abstrak :
Kepulauan Seribu sebagai satu-satunya wilayah kepulauan yang ada di Jakarta memiliki banyak keunggulan, diantaranya potensi di bidang pariwisata, khususnya wisata bahari. Sebagai daerah yang terdiri dari gugusan pulau-pulau, banyak potensi dan daya tarik yang dimiliki dan belum tergali selama ini mulai dari kekayaan laut, keindahan alam serta adat istiadat masyarakat Kepulauan Seribu. Berkaitan dengan potensi yang dimilikinya maka sangatlah penting bagi Kepulauan Seribu untuk membuat rumusan strategi bagi pengembangan pariwisata, terutama wisata bahari dengan melibatkan seluruh stakeholders yang ada dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Penelitian ini mencoba untuk menawarkan sebuah rumusan strategi yang didasarkan pada usaha untuk mensinergiskan beberapa pandangan dan preferensi para penilai yang diasumsikan sebagai "the experts" dalam bidang pengembangan pariwisata, terutama wisata bahari. Penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh beberapa penemuan empiris sebelumnya tentang strategi yang cocok untuk mengembangkan potensi pariwisata di Kepulauan Seribu. Beragamnya masukan mulai dari konsep perencanaan sampai pada rencana tindak (action plans) pengembangan wisata bahari di Kepulauan Seribu menjadikan rumusan strategi ini tambah kompleks dan rumit. Hal ini disebabkan oleh banyaknya stakeholders yang memiliki kepentingan terhadap upaya pengembangan wisata bahari. Dengan menggunakan pendekatan Analytical Hierarchy Process (ABP), rumusan strategi pengembangan wisata bahari yang selanjutnya dijabarkan dalam pelaksanaan program-program dengan memperhatikan kepentingan stakeholders dapat ditentukan berdasarkan skala prioritas. Hasil yang diperoleh dari pendekatan AHP berdasarkan interaksi 3 kelompok stakeholders antara lain: (1) Masyarakat lokal lebih memprioritaskan program pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat dibandingkan 3 program lainnya dengan bobot prioritas 0.329. (2) Sementara PEMDA lebih menitikberatkan pada program pengadaan berbagai informasi dan promosi obyek wisata dengan bobot 0.379. (3)Pihak swasta/investor menginginkan program pengadaan sarana dan prasarana penunjang pariwisata yang memadai didahulukan dari program lainnya. Bobot prioritasnya sebesar 0.432.(4) Secara keseluruhan, jika ketiga kelompok dipertautkan berdasarkan kepentingan masingmasing dan kelompok pelaksana program maka diperoleh hasil sintesis bahwa program pengadaan informasi dan promosi obyek wisata harus menjadi prioritas utama dibandingkan program lainnya, dengan bobot prioritas 0.299 dan indeks inkonsistensi keseluruhan yang dapat diterima yakni sebesar 0.01. Adapun saran atau rekomendasi untuk penelitian selanjutnya yakni berkaitan dengan keterbatasan tools ini, walaupun pendekatan berdasarkan penilaian (jugments) "the experts" ini penting, namun pendekatan ini raja tidak cukup. Dibutuhkan pendekatan kuantitatif sebagai pembanding dari hasil sintesis ARP. Kedua pendekatan tersebut harus berjalan sinergis, sehingga preferensi the experts tidak terkesan mengutamakan subjektivitasnya belaka namun didasarkan pada pengamatan empiris serta analisis yang mendalam terhadap sebuah fenomena, khususnya tentang pariwisata bahari di Kepulauan Seribu.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T13603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Turman
Abstrak :
Wisata Konvensi memiliki keunggulan-keunggulan lebih bila dibandingkan dengan usaha atau kegiatan wisata biasa, sehingga ia merupakan primadona kegiatan kepariwisataan dan menjadi incaran banyak negara di dunia. Usaha memajukan wisata konvensi akan memacu pertumbuhan kunjungan wisatawan ke suatu destinasi. DKI Jakarta sebagai salah satu destinasi utama wisata konvensi di Indonesia memiliki potensi yang kuat untuk disejajarkan dengan destinasi-destinasi wisata konvensi lainnya di kawasan Asia. DKI Jakarta sebagai destinasi wisata konvensi internasional telah dikomunikasikan oleh banyak pelaku dengan fungsi dan tugas yang berbeda antara satu pelaku dengan pelaku yang lainnya. Para pelaku dimaksud yaitu : Direktorat Jantiara/ Pariwisata, Dinas Pariwisata DKI Jakarta, Biro Konvensi Jakarta, Badan Promosi Pariwisata Indonesia, usaha-usaha pariwisata (konvensi) dan assosiasi. Metode pengkomunikasian dilaksanakan dengan pendekatan komunikasi pemasaran, yang salah satu elemennya adalah promosi. Dalam hal ini, penulis mencoba mengkaji penggunaan konsep bauran promosi atau promotional mix sebagai metode untuk mempromosikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan wisata konvensi. Metode penelitian yang digunakan adalah eksploratif-deskriptif dengan kajian pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh data primer, penulis menggunakan teknik wawancara dan teknik observasi terlibat atau desk research (participant observation). Pemilihan informan sebagai sasaran wawancara didasarkan kepada 'anggapan' bahwa mereka telah mewakili keseluruhan pelaku. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil diskusi kelompok terfokus (focus group discussion) dan dari literatur-literatur yang ada. Temuan kajian yang paling utama adalah bahwa dari sejumlah pelaku promosi, hanya Dinas Pariwisata DKI Jakarta dan Biro Konvensi Jakarta sebagai pelaku utama (secara signifikan) mempromosikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan konvensi. Para pelaku promosi lainnya adalah sebagai pelaku yang 'berkewajiban' memberikan dukungan dan bantuan, bukan sebagai pelaku utama. Walaupun para pelaku mengatakan bahwa mereka telah menggunakan konsep bauran promosi sebagai metode promosi, namun sesungguhnya mereka belum menjadikan konsep bauran promosi (promotional mix) secara tepat dan sistematis sebagai acuan dalam menyusun struktur dan pelaksanaan kegiatan kegiatan promosi. Pemahaman mengenai kondisi keberhasilan destinasi pesaing utama (dalam hal ini Singapura), bermanfaat untuk dijadikan acuan bagi penetapan kebijakan dan strategi/taktik promosi. Penelitian ini juga menemukan kecenderungan perbedaan signifikansi penggunaan elemen-elemen konsep bauran promosi dari satu pelaku dengan pelaku yang lainnya, karena didasarkan pada fungsi, tugas pokok, dan tujuan masing-masing pelaku. Di samping itu, penulis menungkapkan pula signifikansi penggunaan masing-masing elemen bauran promosi. Para pelaku mengakui bahwa metode bauran promosi dianggap relevan sebagai tools untuk mempromosikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan wisata konvensi. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, penulis menawarkan rekomendasi berupa rancangan formulasi pelaksanaan promosi.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Bahar
Abstrak :
Prospek perkembangan kepariwisataan di kawasan Asia Pasifik sangat baik, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ini terhitung paling tinggi di dunia. Dengan demikian Pacific Rim merupakan kawasan yang paling menjanjikan pada dekade 2000-an. Putaran Uruguay, APEC, dan AFTA merupakan kesepakatan multi lateral politik dan perdagangan akan menciptakan globalisasi yang tidak dapat dihindarkan. Getaran persaingan persaingan intra regional sangat terasa terutama antar sesama negara ASEAN di sektor kepariwisataan. Untuk menjawab kondisi dan tantangan tersebut maka peran pemerintah sebagai pelaku dan fasilitator dipandang sangat perlu untuk dapat menjamin terlaksananya pembangunan dan pengembangan kepariwisataan yang berkelanjutan dengan pengikutsertaan dan optimasi para pelaku pembangunan (stakeholder) di sektor ini. Dengan hal ini diharapkan tereipta produk wisata yang berdaya saing tinggi baik di kawasan barat maupun timur Indonesia yang selama ini masih memiliki kesenjangan. Konsep community-based planning merupakan alternatif yang dipandang dapat diterapkan seeara konsisten dan terarah bagi dua puluh lima. DTW yang tersebar di tanah air.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>