Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suharno
Abstrak :
Masalah pokok yang dihadapi oleh organisasi kerja terutama adalah pencapaian tujuan atau sasaran dengan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien dan penyediaan iklim atau suasana kerja yang dapat meningkatkan motivasi kerja dan tingkat kesejahteraan dari anggotanya. Salah satu aspek yang penting bagi petugas puskesmas dalam pencapaian tujuan program puskesmas digambarkan dengan meningkatnya penggunaan alokasi waktu kerja produktif yang meliputi kegiatan pelayanan kesehatan, penunjangladministratif, perkenan pribadi dan waktu kerja tidak produktif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alokasi waktu kerja produktif tenaga Dokter dan Bidan KIA di Puskesmas Kota Tangerang Propinsi Banten Tahun 2001. Rancangan penelitian ini adalah survei observasional dan cross sectional untuk mendapatkan gambaran penggunaan alokasi waktu kerja produktif dan melihat hubungan umur, pendidikan, pendapatan, kemarnpuan, pengalaman, pengetahuan, sikap, motivasi, situasi kepemimpinan, struktur disain organisasi, sarana prasarana dengan penggunaan alokasi waktu kerja. Pada penelitian pengamatan sampel penelitian adalah 4 Puskesmas (Paris pelawad, Cibodasari, Ciledug, Jatiuwung) dengan unit analisis tenaga Dokter dan Bidan KIA. Pada penelitian cross sectional sampel penelitian adalah tenaga Dokter dan Bidan KIA di 22 Puskesmas Kota Tangerang yang berjumlah 95 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alokasi waktu kerja produktif tenaga kesehatan Puskesmas sebesar 52,4%. Dengan metoda work sampling diperoleh kegiatan penunjang/administrasi sebesar 27,2%; kegiatan pelayanan kesehatan sebesar 24,8%; kegiatan perkenan pribadi sebesar 3,3% dan kegiatan tenaga Dokter 53,3%; tenaga Bidan 57,3%. Faktor pendidikan, pengalaman, sikap, struktur disain organisasi, sarana prasarana berhubungan bermakna dengan penggunaan alokasi waktu kerja. Sementara faktor umur, pendapatan, kemampuan, pengetahuan, motivasi, situasi kepemimpinan tidak berhubungan bermakna dengan penggunaan alokasi waktu kerja produktif. Hubungan yang dominan dengan penggunaan alokasi waktu kerja produktif adalah pengalaman, sarana prasarana, struktur disain organisasi dan pendidikan Pengalaman kerja, tersedianya sarana prasarana yang lengkap, struktur disain organisasi yang jelas dan pendidikan petugas sangat berperan dalam meningkatkan penggunaan alokasi waktu kerja produktifnya. Dinas Kesehatan agar memperhatikan aspek ini karena terbukti telah dapat meningkatkan penggunaan alokasi waktu produktifnya. ......The main barriers which always facing by work organization is how to achieve the objectives or aims by using the resources eficiently and provide working environment which could improve work motivation and welfare of the members. One of the important aspect for public health centers staffs to achieve programs objectives describe by the increasing of productive working time allocation usage, including, health services activities, administratif activities, personal activities, and non productive working time. This research aimed to find out description and factors related to utilizing of Productive Working Time Allocation of Physicians and Midwives in Mother Child health division (KIA) in Primary health Center Tangerang, Province of Banten. Design of this research using cross sectional design and observational design to find out correlation between age, education, income, skill, experience, knowledge, attitude, motivation, leadership, organizational structure design, infrastructure with working time allocation usage. Sample of this research is 4 primary health center (Poris pelawad, Cibodasari, Ciledug, Jatiuwung) with unit analysis Physicians and Midwives in KIA division. For cross sectional design, the sample is 95 Physicians and Midwives of KIA division from 22 Primary health center. The results showed that productive working time allocation usage by medical personnel in primary health centers is 52,4%. By work sampling method administration activity is 27,2%, health service activity is 24,8%, self inisiatived activity is 3,3% and Physicians activity is 53,3%, also Ntidewives activity is 57,3%. Education, experience, attitude, organization design structure, and infrastructure have significant relationship with working time allocation usage. The other factors like, age, income, knowledge, skill, motivation and leadership have no significant relationship to usage of working time allocation. Dominant relationship to usage of working time allocation are experience, infrastructure, organizational design structure and education. Experience, good infrastructure, clear organizational design structure, and education have important to increase productive working time allocation. Health office should be consider this aspects to improve primary health centers performance.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8845
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purbo Antarsih
Abstrak :
Data dan informasi mempunyai peran penting dalam suatu kegiatan baik itu perencanaan, pelaksanaan, monitoring, maupun evaluasi. Data dan informasi dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan bagi penentu kebijakan. Membuat catatan dan pelaporan merupakan salah satu tugas pokok puskesmas di samping tugas dan fungsi yang lain. Data yang dilaporkan oleh puskesmas diharapkan akurat, teratur, berkesinambungan dan tepat waktu. Standar mutu pelayanan kesehatan di puskesmas yang dibuat dan ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta menentukan bahwa laporan puskesmas seratus persen tepat waktu sebagai sasaran mutu. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas kesehatan jiwa masyarakat di puskesmas wilayah Jakarta Pusat dalam ketepatan waktu pengiriman laporan. Disain penelitian adalah penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Responden adalah petugas kesehatan jiwa di puskesmas kecamatan dan kelurahan wilayah Jakarta Pusat. Sampel penelitian berupa total populasi sebanyak 40 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, wawancara mendalam dan melihat buku ekspedisi serta catatan absen laporan. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara imbalan dan supervise dengan kinerja petugas. Studi ini menyarankan agar pimpinan puskesmas dan Sub Dinas Kesehatan Masyarakat Wilayah Jakarta Pusat lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas supervisi, memperhatikan pemberian imbalan utamanya dalam bentuk non materi. Daftar Pustaka 39 (1985-2004)
Time Accuracy Performance Analysis on The Sending Case Report uf The Mental Public Health Visits at The Central Jakarta Puskesmas in Year 2003-2004Data and information had important role in activities such as planning, actuating, monitoring and evaluating. The policy maker can use data and information as basis for decision. Creating records and reporting were one of the puskesmas main responsibilities. The data reported by the puskesmas should be accurate, regular, sustainable, and timely. The puskesmas quality health services, which were developed by the Jakarta City Health Office, stated that a 100 percent timely reporting was the quality aims. This research was made to identify factors related with the central Jakarta puskesmas mental health officers on the timely report sending. The research design was a cross sectional with quantitative and qualitative approach. Respondent were the central Jakarta puskesmas mental health officers in the municipal and local area. Research sample population was 40 persons. Data collection conducted through questionnaires, in-depth interview, review expedition book and record of time reporting. Research results shown a correlation between supervision and rewards with the officers performances. Furthermore the research suggested that the head of puskesmas and the head of Suku Dinas Kesehatan Masyarakat should improved the quality and quantity of their supervision and giving more attention immaterial rewards. Bibliography 39 (1985-2004)
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12860
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Budiluhur
Abstrak :
Memulai operasi elektif yang tepat waktu merupakan indikator dari mutu pelayanan di kamar bedah khususnya dalam efisiensi dan kerja. Kamar bedah RS Islam Pusat mempunyai 8 kamar operasi. Dua kamar operasinya digunakan untuk operasi yang `bersih' atau non infeksi. Survei yang dilakukan bulan Januari - Maret 2003 terdapat 52,29% waktu dimulainya operasi elektif tidak tepat waktu di Kamar Bedah RS Islam Pusat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dari pelayanan tindakan bedah di Kamar Bedah RS Islam Pusat Jakarta dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu dimulainya operasi yang tidak tepat waktu tersebut, sehingga pihak manajemen kamar bedah dapat mengatasi akar masalah tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional karena tidak bersifat intervensi. Hasil penelitian membuktikan sebanyak 87,5% operasi yang dimulai tidak tepat waktu, rata-rata lama waktu dimulainya operasi elektif setelah 44 menit dart jadwal yang telah ditentukan. Melalui buku register anestesi dan reanimasi, dapat diketahui rata-rata lama operasi besar 2 jam, sedang 1 jam dan kecil jam. Sebanyak 77,1% operator datang tidak tepat waktu. Kedatangan pasien dari ruang rawat inap ke kamar bedah yang tidak tepat waktu adalah 69,8%. Sedangkan factor-faktor yang berhubungan dengan tidak tepat waktu dimulainya operasi elektif adalah kedatangan dokter bedah dan kedatangan pasien ke kamar bedah. Walaupun ketidakcukupan jumlah perawat tidak berhubungan dengan waktu dimulainya operasi yang tidak tepat waktu, tetapi adanya ketidakcukupan perawat di 3 hari kerja dalam seminggu sebagai bukti bahwa pihak manajemen perlu menyiasati penjadwalan dan bantuan tenaga pada Hari Rabu, Kamis dan Sabtu. Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut mempermudah pihak Manajemen Kamar Bedah untuk membuat kebijakan guna menghindari masalah-masalah tersebut terjadi kembali. Daftar Bacaan : 16 (1971 - 2003)
Analysis the Delayed of an Elective Surgery in Islam Central Hospital Jakarta, 2004A service quality in efficiency and effectivity indicator for operating room in Hospital can be known by it's just in time elective surgery services. Islam Central Hospital has 8 operating rooms. Two rooms are for a non infection operation. The study that had been done in January-Mares 2003 showed there were 52,29 % delayed of an elective surgery . The purpose of this study was to described the delayed of an elective surgery service and had recognized what factors which associated in, so the manager can handle the root cause of the problems. This study was a cross sectional study with a quantitative analysis using primary and secondary data. The result of this study showed that the delayed of an elective surgery was about 87,5 %. The average of the delayed was about 44 minutes after the proper time. The study can recollect the classification of surgery from the registered and reanimation book. The average of major surgery was 2 hour, intermediate was 1 hour small operative was '/2 hour. The surgeons didn't come on time was about 77,1 %. The arrival of the patient at operating room's gate was about 69,8 % late. The factor which associated with the delayed of an elective surgery were the arrival of surgeon and patient came into operating room's gate.(p value 0,00 and 0,000). Although there weren't enough nurse surgeon and it didn't associated in delayed elective surgery, the manager should has the strategies to solve that problem. Recognized these factors would be easier for the Operating room's manager to remake standard operational procedure to minimalized the delayed.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmi Yanita
Abstrak :
Idle time pekerja pada pelaksanaan konstruksi proyek gedung bertingkat, perlu dikendalikan secara cermat oleh tim Manajemen Konstruksi. Karena adanya idle time peker ja dalam pelaksanaan proyek, akan mempengaruhi produktvitas kerja para pekerja dan efektivitas penggunaan dana proyek. Mengingat hal tersebut, maka dilakukan kaitan tentang pengendalian idle time pekerja yang terkandung dalam rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan repelitif lantai tipikal dari gedung bertingkat di Jaborabek. Meneliti potensi peranan idle time pekerja dalam meningkatkan kinerja proyek kontrusi (Project Performance). Penelitian ini menggunakan kelebihana teknik penjadwalan linier: Repretitive Project Modeling (RPM) untuk proyek dengan kegiatan repetitif dan teknik penjadwalan konvensional (Bar Chart &CPM) sebagai instrumen pengendalian idle time pekerja. Kajian terhadap jumlah idle time pekerja, durasi, dan biaya total lantai tipikal serta analisis tampilan jadwal yang diahsilkan dari kedua model teknik penjadwalan tersebut telah memberi gambaran perihal fungsi dan peran dari idle time proyek dalam tahap pelaksanaan kosntruksi. Penelitian terhadap 8proyek gedung bertingkat di jabodetabek menggambarkan bahwa potensi peningkatan kinerja proyek pada 5 proyek dapat dicapai melalui pengurangan idle time dengan teknik penjadwalan RPM. sedangkan proyek lainnya, teknik penjadwalan RPM maupun konvesional terbukti menghasilkan jumlah idle time yang sama. adanya sifat ketergantungan antar kegiatan yang khas pada penjadwalan pekerjaan portal beton, mengakibatkan durasi kegiatan sulit dibaca secara tepat pada diagram RPM. Sehingga sebaiknya ,odel RPM siapkai sebagai pelengkap model konvesional. Hasil akhir prnrlitian menggambarkan pula bahwa potensi penurunan biaya proyek (dalam % biaya penghematan terhadap baiya total proyek) pada 8 proyek tersebut berkolerasi secara non linir 89,58% dengan pengendalian idle time (dalam % penurunan idle time dengan RPM terhdap total idle time proyek dengan CPM )
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Armaja
Abstrak :
Dengan meningkatnya pembagunan naaional dibidang jasa konstruksi, baik volume, jenis kegiatannya dan penyebarannya di era globalisasi yang kompetitif semakin memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM), Manajer Proyek yang terampil dan profesional, baik dari segi teknologi, terlebih lagi dari segi manajerial, Sedangkan di Indonesia pada saat ini penyediaan Manajer Proyek yang terampil dan profesional secara umum belum mengisi permintaan pertumbuhan di sektor ini. Hal ini dapat berakibat pada kurangnya produktivitas, efisiensi dan daya saing para kontraktor nasional baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk mengatasi masalah kekurangan Manajer Proyek yang terampil dan profesional, maka diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak pemerintah maupun dari pihak pengusaba konstruksi untuk meningkatkan iklim profesionalisme di dunia konstruksi di Indonesia melalui jalur pendidkan dan pelatihan. Melihat begini pentingnya kedudukan Manajer Proyek, seperti yang telah disebutkan diatas maka perlu kiranya menganalisa keterlibatan kerja Manajer Proyek pada proyek konstruksi yang ada di Indonesia. Data proyek diambil dengan cara menyebarkan kuesioner dengan menghubungi Manajer Proyek yang ada di Jabotabek dan variabel-variabelnya diberi bobot nilai, kemudian diolah datanya dengan korelasi dan regresi berganda. Dari hasil pengolahan data yang kemudian dianalisa, ternyata hasil hubungan kinerja waktu penyelesaian proyek dengan variabel penempatan orang yang tepat, penentuan lingkup kerja dan penentuan change order sangat berpengaruh pada peningkatan kinerja proyek konstruksi gedung bertingkat di Jabotabek. Peran Manajer Proyek konstruksi dalam menambah kualitas pengendalian, berdasarkan keterlibataanya ditentukan oleh kemampuannya dalam menentukan personil yang tepat dalam melaksanakan konstruksi, ini dapat dilihat dari nilai korelasi yang tinggi (0,760) antara penempatan orang yang tepat dengan Kinerja waklu penyelesaian proyek konstruksi gedung bertingkat di Jabotabek. Keterlibatan Manajer Proyek dalam pengendalian proyek konstruksi memiliki korelasi yang positif dengan kinerja waktu proyek. Hubungan tersebut merupakan hubungan yang bersifat liner penjumlahan Variabel-variabel kualitas keterlibatan Manajer Proyek, yaitu penentuan lingkup kerja, penentuan change order dan penempatan orang yang tepat memiliki pengaruh positif yang paling besar terhadap peningkatan kinerja proyek. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas keterlibatan Manajer Proyek dalam proses pengendalian konatruksi akan meningkatkan kinerja waktu penyelesaian.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wyati Saddewisasi
Abstrak :
Beberapa studi mengungkapkan bahwa banyak variabel yang mempengaruhi ibu rumah tangga untuk bekerja di pasar kerja. Variabel - variabel tersebut berupa variabel - variabel ekonomi maupun variabel - variabel non ekonomi. Variabel - variabel ekonomi tersebut antara lain tingkat upah, lapangan pekerjaan, status pekerjaan, pendapatan maupun kekayaan lainnya. Sedangkan variabel - variabel non ekonomi terdiri dari variabel demografi dan variabel sosial. Variabel demografi antara lain umur, tempat tinggal, umur anak serta jumlah anak dan variabel sosial antara lain tingkat pendidikan dan pengalaman kerja. Penelitian ini dimaksudkan agar lebih banyak mengetahui karakteristik ibu rumah tangga yang telah berpartisipasi dalam pasar kerja, baik yang bekerja dengan jam kerja panjang (bekerja penuh) maupun bekerja dengan jam kerja pendek (bekerja tidak penuh). Bekerja penuh adalah bekeja 35 jam atau lebih dalam satu minggu dan bekerja tidak penuh adalah bekerja kurang dari 35 jam dalam satu minggu. Disamping itu untuk mempelajari perbedaan proporsi pekerja ibu rumah tangga yang bekerja penuh menurut karakteristik sosial, ekonomi, serta demografi yang diperhatikan di Indonesia. Dalam pasar kerja. fungsi penawaran pekerja adalah sejumlah jasa yang ditawarkan (banyaknya waktu yang disediakan untuk bekerja) oleh pekerja pada suatu tingkat upah tertentu. Studi ini menggunakan data Sakerti 1993. Karena data upah tidak tersedia bagi semua pekerja ibu rumah tangga, maka sebagai gantinya dianggap yang paling menentukan jam kerja pekerja ibu rumah tangga adalah status pekerjaan serta variabel individu lainnya, yang merupakan variabel pengontrol yaitu umur anak, jumlah anak, tingkat pendidikan, tempat tinggal dan umur ibu. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa status berusaha, buruh/karyawan dan pekerja keluarga merupakan kelompok - kelompok pekerjaan yang jam kerjanya bebeda - beda. Disamping itu pekerja ibu rumah tangga biasanya mempunyai sifat bukan penghasil pendapatan yang utama tetapi hanya merupakan kegiatan yang sifatnya membantu menambah pendapatan keluarga. Responden yang dianalisa dalam penelitian ini adalah wanita usia 15 - 49 tahun yang bekerja dan bersatus kawin (pekerja ibu rumah tangga) yang seluruhnya berjumlah 2314 orang. Dari responden tersebut yang bekerja penuh sejumlah 1229 orang dan yang bekerja tidak penuh 1085 orang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini. yaitu analisis statistik diskriptif dan analisis inferensial. Analisis statistik diskriptif dilakukan dengan menyajikan tabulasi silting berdimensi dua atau lebih. Analisis deskriptif ini dipergunakan untuk mempelajari perbedaan proporsi kelompok responden tertentu berdasarkan beberapa variabel yang diperhatikan. Disamping untuk mengetahui besarnya ukuran asosiasi parsial yang menunjukkan besarnya perbedaan variabel bebas terhadap variabel lainnya yang ditetapkan sebagai variabel tak bebas. Analisis inferensial dilakukan untuk mempelajari perbedaan antar variabel bebas terhadap variabel terikat yang berupa jam kerja. Selain itu akan dihitung nilai estimasi proporsi ibu bekerja penuh menurut variabel status pekerjaan utama, umur anak terakhir, pendidikan ibu, jumlah anak, daerah/tempat tinggal dan umur ibu yang diperhatikan, Dalam hal ini digunakan enam model logistik. Dari hasil studi diperoleh karakteristik sosial, ekonomi, demografi ibu rumah tangga yang bekerja penuh dan tidak penuh sebagai berikut: Dilihat dari status pekerjaan, secara keseluruhan baik yang bekerja dengan jam kerja penuh maupun jam kerja tidak penuh presentase terbesar adalah pekerja ibu rumah tangga yang mempunyai status pekerjaan berusaha, sedangkan presentase terendah adalah pekerja keluarga. Demikian pula apabila diperhatikan menurut kelompok pekerja yang bekerja penuh. Untuk pekerja yang bekerja tidak penuh presentasi tertinggi adalah berusaha, presentase terendah adalah buruh/karyawan dan untuk pekerja keluarga menduduki urutan kedua. Berdasarkan kelompok umur anak terakhir, untuk yang bekerja penuh , tidak penuh meupun secara keseluruhan, sebagian besar mempunyai anak terakhir bukan balita. Dari segi pendidikan, ternyata sebagian besar pekerja ibu rumah tangga adalah berpendidikan tidak tamat Sekolah Dasar (SD) kebawah. Kemudian berturut-turut adalah untuk kelompok tamat SD, tamat SLTA dan tamat SLTP. Apabila dkelompokkan menurut kelompok yang bekerja penuh dan tidak penuh, urutannya juga sama, yaitu terbesar pekerja yang berpendidikan tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP dan tamat SLTA. Menurut kelompok jumlah anak, secara keseluruhan pekerja ibu rumah tangga mempunyai anak yang jumlahnya sedikit yaitu jumlahnya paling banyak tiga orang. Demikian pula menurut kelompok jam kerja penuh maupun tidak penuh yang diperhatikan, maka pekerja ibu rumah tangga juga memiliki anak yang jumlahnya sedikit. Apabila diperhatikan tempat tinggalnya, ibu rumah tangga yang bekerja penuh sebagian besar tempat tinggalnya di pedesaan. Demikian pula untuk yang bekerja tidak penuh. Dengan demikian, secara keseluruhan pekerj ibu rumah tangga sebagian besar berada di pedesaan. Selanjutnya diperoleh informasi bahwa sebagian besar pekerja ibu rumah tangga adalahberumur antara 30-39 tahun, dan berturut-turut kelompok 40-49 dan terendah kelompok 15-29 tahun. Untuk kelompok ibu yang bekerja penuh maupun tidak, juga sebgaian besar berusia 30-39 tahun dan berturut-turut kelompok umur 40-49 serta 15-29 tahun. Berdasarkan analisa dan pembahasan : secara deskriptif dan inferensial dapat disimpulkan: Proporsi bekerja penuh disektor yang berusaha lebih besar dari pada pekerja keluarga, demikian pula untuk buruh/karyawan proporsi bekerja penuhnya lebih besar dari pada pekerja keluarga Dengan memperhatikan umur anak, khussu untuk yang mempunyai anak balita, proporsi bekerja penuh yang berusaha lebih besar dari pada pekerja keluarga. Untukburuh/karyawan yang mempunyai anak balita proporsi bekerja penuhnya juga lebihbesar dari pada pekerja keluarga. Demikian pula halnya dengan pekerja yang memiliki anak terakhir bukan balita, proporsi bekerja penuh untuk yang berusaha lebih besar dari pada proporsi bekerja penuh pekerja keluarga. Juga untuk buruh/keryawan proporsi bekerja penuhnya lebih besar dari pada pekerja keluarga. Dari kelompok umur anak dan pendidikan, diperoleh informasi bahwa secara umum proporsi bekerja penuh yang berusaha untuk yang memiliki anak balita baik pendidiknnya tidak tamat SD, tamat SD dan tamat SLTP lebih besar dari pada pekerja keluarga atau kelompok umur dan pendidikan yang sama. Kecuali untuk yang berusaha memiliki anak balita pendidikannya tamat SLTA proporsi bekerja penuh lebih kecil dari pada pekerja keluarga, bahkan untuk kelompok tamat SLTA yang berusaha cenderung bekerja tidak penuh sedangkan pekerja pekerja keluarga cenderung balita baik pendidikannya tidak tamat SD, tamat SD dan tamat SLTP lebih besar dari pada pekerja untuk kelompok yang sama. Sedangkan buruh/karyawan yang pendidikannya tamat SLTA, mempunyai anak balita walaupun cenderung bekerja penuh, tetapi proporsinya lebih kecil dibandingkan dengan pekerja keluarga yang bekerja penuh untuk kelompok yang sama. Untuk kelompok umur anak dan jumlah anak, baik ibu rumah tangga dengan anak balita maupun bukan dan jumlah anaknya sedikit maupun banyak proporsi bekerja penuh yang berusaha maupun buruh/karyawan lebih besar dari pekerja keluarga. Namun demikian untuk buruh/karyawan yang memiliki anak balita dan jumlah anaknya banyak proporsi bekerja penuhnya lebih kecil dari pada proporsi bekerja tidak penuh. Dengan demikian untuk kelompok ini cenderung bekerja dengan jam kerja pendek. Menurut kelompok umur anak dan tempat tinggal yang diperhatikan, ibu rumah tangga yang bekerja penuh, memiliki anak balita atau bukan, bertempat tinggal di pedesaan atau di perkotaan, status pekerjaannya berusaha atau buruh/karyawan, proporsinya lebih besar dibandingkan denga pekerja keluarga menurut kelompok yang sama. Yang menarik dari hasil temuan ini adalah bagi buruh/karyawan yang memiliki anak balita, tempat tinggalnya di pedesaan, proporsi ibu yang bekerja penuh lebih kecil dari pada proporsi ibu bekerja tidak penuh. Juga untuk pekerja keluarga yang memiliki anak bukan balita tinggal di perkotaan proporsi bekerja penuhnya lebih besar dari pada proporsi bekerja tidak penuh. Apabila kelompok umur anak dan tempat tinggal yang diperhatikan, secara umum proporsi ibu bekerja penuh baik memiliki anak balita atau bukan, status pekerjaannya berusaha atau buruh/karyawan lebih besar dibandingkan dengan proporsi bekerja penuh pekerja keluarga untuk kelompok umur anak dan kelompok umur ibu yang sama. Namun demikian buruh/karyawan yang mempunyai anak balita berumur 40-49 tahun cenderung bekerja tidak penuh. Sedangkan pekerja keluarga yang memiliki anak bukan balita berumur 15-29 dan 30-39 senderung bekerja penuh. Berdasarkan besarnya asosiasi parsial dalam analisa deskriptif dan dari besarnya nilai p<0,05 dalam analisa inferensial, secara umum terdapat perbedaan yang berarti antara variabel sosial, ekonomi dan demografi yang diperhatikan terhadap jam kerja ibu rumah tangga. Dari hasil perhitungan odd rasio, ada perbedaan kecenderungan ibu rumah tangga bekerj apenuh menurut tiap kelompok variabel bebas yang diperhatikan. Menurut analisa deskriptif dan inferensial, sebagian besar ibu yang berusaha maupun buruh/karyawan mempunyai kecenderungan bekerja penuh, sedang untuk pekerja keluarga mempunyai kecenderungan bekerja tidak penuh. Dalam studi ini dikemukakan implikasi kebijakan sebagai berikut: Perlu ditingkatkan pengetahuan pekerj aibu rumah tangga yang memiliki pendidikan rendah, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal seperti kursus-kursus dan pelatihan agar produktivitas dan keterampilan kerjanya meningkat. Pelaksanaan pendidikan bagi pekerja tersebut dapat dilakukan melalui kerjasama anatara lembaga pendidikan, Departemen Tenaga Kerja maupun instansi terkait lainnya seperti Universitas khususnya Lembaga/Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat. Perlu dipikirkan alternatif kesempatan kerja yang produktif, mengingat sebagian besar pekerja ibu rumah tangga yang tempat tinggalnya di pedesaan bekerja tidak penuh. Ini dapat dilaksanakan misalnya dengan mendirikan industri-industri rumah tangga yang mengolah hasil-hasil pertanian di desa, misalnya industri kerupuk singkong, anyaman bambu dan industri kerajinana tangan yang sesuai dengan potensi desanya. Bagi yang mempekerjakan ibu usia 30-39 tahun, perlu memperhatikan berbagai hal yang berkaitan dengan kehamilan, kelahiran dan perawatan anak terutama yang masih balita. Perlu disediakan tempat-tempat penitipan anak yang dekat dengan tempat kerja, khususnya bagi ibu bekerja penuh dan masih memiliki anak balita.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianti Yulia
Abstrak :
Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur penting dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit amat berhubungan dengan tersedianya tenaga kerja yang memadai baik dari segi jenis, jumlah, maupun dari segi kualitas. Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit sebagai "Revenue Center" utama akan turut mempengaruhi mutu pelayanan dan sekaligus citra rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pola penggunaan waktu kerja tenaga instalasi farmasi dan hubungannya dengan kualitas pelayanan resep. Penelitian ini merupakan penelitian "cross sectional" dengan metode "work sampling" dan "pengukuran lama waktu pe layanan resep" yang dilakukan di Instalasi Farmasi RSU PMI Bogor. Hasil penelitian yang didapatkan adalah : - Persentase Penggunaan Waktu Kerja Produktif : 64.25 %, dan hal ini dinilai cukup produktif. - Penggunaan Waktu Kerja Produktif yang tertinggi ditemukan pada jam 10.00 - 11.00 dan pada hari Senin. - Penggunaan Waktu Kerja Produktif yang terendah ditemukan pada jam 08.00 - 10.00 dan pada hari Jumat. - Ditemukan perbedaan yang bermakna dalam penggunaan waktu kerja produktif menurut karakteristik individu antara lain jenis kelamin, lama kerja, pendidikan dan status perkawinan. Perlu dipikirkan pula akan adanya faktor lain yang mem pengaruhi produktivitas. - Produktivitas yang tinggi, tidak selalu menyebabkan kualitas pelayanan menjadi baik. Kualitas pelayanan resep menjadi buruk, disebabkan adanya "waiting time" yang tinggi terutama pada jam -jam sibuk. Beberapa saran yang diusulkan, antara lain : - Meningkatkan penggunaan waktu kerja produktif. - Mengurangi "waiting time " dengan Mengatur jadwal pelayanan poliklinik. - Mengatur penempatan tenaga instalasi farmasi yang ada, sesuai dengan kebutuhan. - Meningkatkan pelatihan dan bimbingan bagi tenaga SIPR. - Perlu diusahakan suasana kerja yang dapat meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen ketenagaan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum PMI Bogor. ......Human resource is the most important element for health services in the hospital. The quality of services in the hospital is closely related to the availability of number, types and reliable quality of man power in the hospital. Pharmacy Installation in the hospital is the important "Revenue center", influences both the quality of hospital services and the hospital image. The purpose of this research was to obtain a picture of the use of working time and its relations to the quality of services in Pharmacy Installation. This research was a cross sectional study using the method of "work sampling" and " measurement of the duration of prescription services" conducted at pharmacy installation. The results of this study were as follows: - Employees in pharmacy installation used their working time sufficiently productive ( 64,25 %). - The highest percentage of productive working time was between 10.00 AM and 11.00 AM and on Sundays. - The lowest percentage of productive working time was between 8.00 AM and 9.00 AM and on Fridays. - There were difference of individual characteristic in the use of productive working time. The factors were sex, education, years of work and marital status. It was necessary to consider other influence factors. - High productivity did not consistently increase the quality of services. The quality of services decreased because of high "waiting time", especially at active hours. Based on obtained results, it is suggested that we: - Improve the productive working hours use. - Decrease waiting time by arranging the schedule of outpatients services. - Placing and staffing of Pharmacy Installation man power in accordance with the necessity. - Improving education and training for Pharmacy Installation man power. - It is necessary to create a favorable condition which can improve motivation of man power. The results of this study are expected to be useful for consideration in the human resources management of Pharmacy Installation at the Bogor PMI Hospital.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahni Mauludi
Abstrak :
Busway transjakarta telah beroperasi hingga koridor 8 (delapan) saat ini. Jumlah penumpang tiap tahun menunjukkan peningkatan yang tinggi. Pada bulan Agustus 2010 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan sterilisasi jalur busway. Peningkatan penumpangpun terlihat dari data bulan Agustus 2010. Namun, pelayanan busway belum dapat diandalkan dan ini terlihat dari kekecewaan penumpang terutama yang menggunakan busway pada saat peak hour dan harus menunggu lama. Disisi lain busway belum mampu memaksimalkan perpindahan pengguna kendaraan bermotor pribadi ke busway. Ini menyebabkan emisi kendaraan bermotor di DKI Jakarta makin meningkat. Sehingga dalam pemecahan permasalahan perlu diatur time management busway dan peningkatan pelayanan dalam rangka menurunkan emisi kendaraan di DKI Jakarta.
Transjakarta busway has been operating up to 8 (eight) corridor at this time. The number of passengers per year increases rapidly. In August 2010, local government of DKI Jakarta apply sterilization busway lane. The Increasing passengers can be observed from the data August 2010. However, level of service busway is not good enough and this can be seen from the disappointment reaction of passengers which using the busway, especially during peak hours which have to wait long time for one bus. On the other side busway still has not be able to maximize the transfer of private motor vehicle users to use the busway. This causes the emissions of motor vehicle in Jakarta increased. Thus, in solving the problem needs to arrange time management busway and improve services in order to reduce vehicle emissions in Jakarta.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28313
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rosemary Chrisanny D.
Abstrak :
Waktu Iuang kerapkali diasesiasikan dengan saat bersantai, bermalas-malasan, atau bersenang-senang belaka. Bahkan waktu Iuang sering dipandang sebagai hal yang kurang penting, misalnya bila dibandingkan dengan pekerjaan atau keluarga. Namun sebenamya, waktu Iuang, yang didefinisikan sebagai waktu yang tersedia setelah melakukan berbagai kewajiban sehari-hari, kaya akan manfaat bagi kehidupan seseorang. Terlebih dalam situasi Jakarta, yang hingar bingar dengan berbagai kesibukan, persaingan, dan tekanan, dimana waktu Iuang bisa membantu seseorang menjaga keseimbangan mental dan mengaktualisasikan dirinya. Peran waktu Iuang dalam kehidupan manusia tidaklah remeh. Apa yang dialami seseorang dalam waktu luangnya bermanfaat bagi kesehatan fisik, mental, kepuasan hidup, dan perkembangan psikologisnya. Bahkan suatu penelitian mengemukakan bahwa bila dibandingkan dengan pekerjaan dan pernikahan, korelasi kepuasan terhadap aktivitas selain kerja dengan kesejahteraan psikologis seseorang tergolong tinggi. Persoalan yang dihadapi sehubungan dengan waktu Iuang bukan sekadar ada atau tidak adanya waktu Iuang, namun lebih kepada bagaimana cara seseorang mengisi waktu Iuangnya ataupun bagaimana pengalaman yang diperolehnya melalui aktivitas waktu luangnya tersebut. Cara seseorang memanfaatkan waktu Iuang memang berpotensi untuk memberikan pengaruh yang positif maupun negatif bagi kualitas hidupnya. Semakin signifikannya topik mengenai waktu Iuang, semakin banyaknya kuantitas waktu Iuang akibat kemajuan teknologi, serta semakin bervariasinya alternatif pengisi waktu Iuang menyebabkan peneiiti menganggap bahwa hal ini penting untuk diteliti. Selain itu, penelitian yang berkaitan dengan penggunaan waktu Iuang ditinjau dari sudut pandang psikologi belum banyak dilakukan, terlebih dengan menggunakan subyek penelitian di Indonesia. Dengan demikian, peneliti mengangkat topik penelitian penggunaan waktu Iuang, dengan memusatkan perhatian pada orang dewasa muda. Fokus studi ini ditetapkan mengingat orang dewasa muda, yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bekerja, tentunya memiliki waktu Iuang yang terbatas. Di samping itu, komposisi penduduk usia dewasa muda di Jakarta tergolong besar ketimbang kelompok usia lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai penggunaan waktu Iuang dan makna psikologisnya bagi orang dewasa muda lajang yang bekerja penuh waktu. Penggunaan waktu Iuang yang diteliti meliputi waktu luang, aktivitas waktu luang, dampak aktivitas waktu luang, penilaian terhadap kuatitas penggunaan waktu luang berdasarkan 5 kriteria Ieisure dan arah leisure (positif/negatif), serta harapan terhadap waktu Iuang maupun aktivitas waktu Iuang. Subyek penelitian berjumlah 92 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik incidental sampling. Alat pengumpul data yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Dari hasii penelitian, diperoleh data bahwa kuantitas waktu luang subyek berkisar antara 1 sampai 4 jam per hari kerja. Sebagian besar subyek tetap menginginkan tambahan kuantitas waktu luang, walaupun mereka menilai bahwa kuantitas yang dimiliki saat ini sudah memadai. Hampir semua subyek menganggap waktu Iuang itu penting, sebagian besar adalah sebagai pengimbang rutinitas sehari-hari dan sarana untuk beristirahat. Masalah terbanyak dengan waktu luang terkait dengan pakerjaan responden, yaitu tersitanya waktu luang oleh kewajiban, dan gagal melakukan rencana kegiatan lainnya karena lelah. Hampir seluruhnya mengakui membutuhkan waktu luang, tahu apa yang akan dilakukan dalam waktu luang, serta cenderung menikmati waktu luang. Namun sebagian besar merasa bahwa penggunaan waktu Iuangnya kurang optimal dan perlu diperbaiki. Aktivitas pengisi waktu luang terpopuler adalah menonton TV. Alasan untuk aktivitas tersering adalah untuk pengembangan diri, kesegaran, dan relaksasi, sedangkan alasan untuk aktivitas kedua tersering adalah untuk istirahat, karena berminat, dan karena faktor kemudahan. Subyek membutuhkan tenaga fisik yang agak besar maupun kecil, daya pikir yang tergolong sedang, serta keterlibatan emosi yang agak besar dan kecil untuk melakukan aktivitas waktu Iuangnya. Aktivitas yang dipilih cenderung di dalam ruangan, di dalam atau sekitar rumah, dilakukan seorang diri, serta bersifat fleksibel. Dampak aktivitas waktu luang yang menonjol adalah untuk mendapatkan kesegaran baru. Secara umum, subyek juga merasakan leisure pada aktivitas waktu luangnya. Berdasarkan 5 kriteria leisure, umumnya subyek menilai bahwa aktivitas waktu luangnya dipilih secara bebas, memiliki motivasi intrinsik, mendatangkan rasa damai, membantu subyek memenuhi diri (self-fulfillment), serta signifikan dan berharga. Subyek juga menganggap bahwa aktivitas waktu luangnya terarah pada hal-hal yang positif. Harapan terbanyak terhadap waktu luang adatah ditambahkan kuantitas waktu luang, dan harapan terbanyak terhadap aktivitas waktu Iuang adalah melakukan aktivitas yang bersifat santai, produktif dan aktif. Melihat hasil penelitian ini, peran waktu Iuang sebagai kompensasi bagi kebutuhan subyek yang tidak terpenuhi di pekerjaan perlu diperhatikan, juga pembiasaan diri mengisi waktu Iuang dengan aktivitas positif, tuntunan kegiatan avokasional, serta pengadaan program kegiatan pengisi waktu uang yang lebih membangun dan bersifat aktif.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Davidson, Jeff
Yogyakarta: Andi , 2002
658 DAV p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>