Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anton Widodo
Abstrak :
ABSTRAK
Rencana tata ruang wilayah kota Tangerang Selatan di atur dalam Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan nomor 15 tahun 2011 tentang ldquo;Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Tangerang Selatan tahun 2011-2031. Penyusunan RTRW di kota Tangerang Selatan belum mempertimbangkan faktor potensi terjadinya bencana yang dapat disebabkan oleh petir. Petir merupakan gejala alamiah yang sering terjadi pada musim hujan tetapi masyarakat masih belum memahami dampak yang diakibatkan jika menyambar manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan menganalisis rencana tata ruang wilayah, penggunaan tanah dan frekuensi sambaran petir dalam luasan 1 x 1 Km2 atau 100Ha, diperoleh hasil bahwa potensi sambaran petir di kota Tangerang Selatan dengan frekuensi sambaran petir kategori sangat tinggi terjadi pada grid E11, F12 dan G13. Grid E11 dan grid F12 berada di kelurahan Pondok Betung kecamatan Pondok Aren sedangkan grid G13 berada di sebagian kelurahan Pondok Betung kecamatan Pondok Aren dan sebagian kelurahan Rengas kecamatan Ciputat Timur. Total luas rencana tata ruang wilayah dalam grid-grid ini 170,21 Ha untuk pemukiman dengan kepadatan tinggi, sedangkan penggunaan tanahnya seluas 256 Ha merupakan pemukiman dengan kepadatan tinggi.
ABSTRACT
Spatial planning of South Tangerang area is arranged in Local Regulation of South Tangerang number 15 year 2011 about Spatial Planning of South Tangerang City Year 2011 2031. The preparation of the RTRW in the South Tangerang has not considered the potential factor of the occurrence of disasters that can be caused by lightning. Lightning is a natural phenomenon that often occurs in the rainy season but its great impact is still not understood by the community especially if it grabbs human beings either directly or indirectly. By analyzing the spatial plan, the use of ground and the frequency of lightning strikes in the area of 1Km x 1Km or 100Ha, the results obtained that the potential for lightning strikes in the city of South Tangerang with very high frequency of lightning strikes occurred on the grid E11, F12 and G13. Grid E11 and grid F13 are located in Pondok Betung sub district of Pondok Aren district, while grid G13 is in part of Pondok Betung sub district in Pondok Aren district and Rengas sub district in Ciputat Timur district. The total area of spatial planning in these grids is 170.21 Ha for high density settlements, while the land use of 256 Ha is a high density settlement.
2017
T48377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guswanto
Abstrak :
Badai guntur (thunderstorm) merupakan fenomena atmosfer bagian bawah yang sering terjadi di wilayah Jabotabek. Terjadinya badai guntur (thunderstorm) sering disertai dengan keadaan cuaca yang buruk, munculnya awan komulonimbus (Gb) dan menyerang tempat-tempat yang mempunyai ketinggian wilayah yang cukup berarti (di atas 50 m dpi). Dengan kata lain badai guntur lebih sering terjadi pada wilayah-wilayah yang mempunyai ketinggian lebih tinggi dibanding tempat sekitamya. Terjadinya badai guntur disebabkan oieh faktor permukaan bumi (ketinggian) dan kondisi atmosfer (faktor cuaca), maka wilayah yang mempunyai intensitas kerawanan "sangat rawan" adalah (Citeko) Bogor, dengan tingkat potensi wiiayah "sangat berpotensi" dan kepadatañ sambaran 10,5-15,75/km2.tahun. Wilayah yang mempunyai intensitas kerawanan "rawan" terjadi di sekitar Curug (Thngerang) dan sebagian Bogor (kecuali Darrriaga dan Citeko). Wilayah tingkat kerawanan "tidak rawan" (safety area) terdapat di sebagian Jakarta, sebagian Tangerang (kecuaii Curug), sekitar Darmaga dan seluruh Bekasi, yaitu dengan kepadtan sambarankurang dari 5,25/km2. tahun. Tritensitas kerawanan badai guntur (thunderstorm) paling tinggi terjadi pàda musim hujan dan musim pancaroba hujan-kemarau, yaitu pada bulan Nopember, Desember, Januari, Februari, Maret dan April (puncak intensitas kerawanan maksimum terjadi pada bulan Januari). Sedangkan intensitas kerawanan paling rendah akan terjadi pada musim kemarau dan musim pancaroba kemarau-hujan, yaitu bulafl Mei, Juni, Juli, Agustus, september dan Oktober (puncak intensitas kerawanan minimum terjadi pada bulan Agustus). Hal mi disebabkan oleh faktor àrah pergerakan angin untuk setiap musimnya, arah hadapan lereng dan faktor bentuk medan yang semakin meningkat dari Utara ke Selatan sebagai pemacu pertumbuhan awan guntur. Wilayah rawan badai guntur akan mengalami peningkatan kerawananya dari bentuk medan datar, bergelombang, berbukit dan pegunungan dalam segala musim. Intensitas kerawanan "tidak rawan" akan mengalami penurunan prosentase dari bentuk medan datar sampai bentuk medan pegunungan, sebaliknya intensitas kerawanan "rawan" dan "sangat rawan" akan mengalami peningkatan dari bentuk medan datar sampai pegunungan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library