Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Ayu Nyoman Titin Trisnadewi
Abstrak :
Phase Change Material (PCM) adalah material yang dapat digunakan sebagai solusi untuk masalah krisis energi yang dihadapi dunia. Kesesuaian jenis PCM yang digunakan dan ketahanan material selama beroperasi merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan stabilitas termal PCM dengan melakukan pengujian siklus termal. Karakterisasi PCM meliputi beberapa pengujian yaitu DSC, FTIR, KD2, SEM-EDS dan viscometer. Pengembangan metode alat uji siklus termal untuk menguji stabilitas termal PCM telah dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan termoelektrik sebagai media pemanas dan pendingin. Sampel PCM yang digunakan pada penelitian ini adalah palm wax, soy wax dan paraffin wax. Hasil pengujian karakteristik material menunjukkan bahwa palm wax memiliki kandungan O2 paling tinggi yaitu 18,6%. Konduktivitas termal yang dimiliki palm wax adalah 0,162 W/m°C pada suhu 65°C. Palm wax memiliki nilai panas laten pemanasan tertinggi sebesar 149.1721 J/g. Desain baru alat uji siklus termal berbasis termoelektrik dapat mengurangi waktu pengujian dan memiliki bentuk yang sederhana sehingga mempermudah mobilitas alat uji. Hasil pengujian selama 1 jam menunjukkan bahwa palm wax, soy wax dan paraffin wax memperoleh jumlah siklus terturut-turut yaitu 20, 13, 60 siklus. Karakterisasi PCM hasil uji siklus termal menunjukkan bahwa palm wax mengalami degradasi paling sedikit dibandingkan dengan material lain setelah mengalami 1000 siklus. ......Phase Change Material (PCM) is a material that can be used as a solution to the problem of the energy crisis facing the world. The suitability of the type of PCM used and material resistance during operation are important factors that must be considered. The purpose of this study was to determine the characteristics and thermal stability of PCM by conducting thermal cycle testing. PCM characterization includes several tests namely DSC, FTIR, KD2, SEM-EDS and viscometer. The development of thermal cycle test method to test the thermal stability of PCM has been carried out in this study by using thermoelectric as a heating and cooling media. The PCM samples used in this study were palm wax, soy wax and paraffin wax. The results of the testing of material characteristics showed that palm wax had the highest O2 content of 18.6%. The thermal conductivity of palm wax is 0.162 W/m°C at 65°C. Palm wax has the highest heating latent heat value of 149.1721 J/g. The new design of thermoelectric-based thermal cycle test equipment can reduce testing time and has a simple shape so as to facilitate test mobility. Test results for 1 hour showed that palm wax, soy wax and paraffin wax obtained a number of consecutive cycles of 20, 13, 60 cycles. PCM characterization results of the thermal cycle test showed that palm wax experienced the least degradation compared to other materials after experiencing 1000 cycles.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Sunawar
Abstrak :
Pengguna kendaraan sering harus memarkir kendaraan pada ruang terbuka yang terpapar panas matahari langsung, yang mana pada saat kondisi terik, temperatur didalam kabin mobil meningkat jauh dibanding kondisi temperatur luar. Temperatur di dalam kabin dapat mencapai lebih dari 60°C dalam waktu kurang dari 60 menit, yang tentunya dapat membahayakan bagi manusia ataupun bagi benda-benda didalam kendaraan serta menimbulkan kerusakan bagi material mobil itu sendiri. Disertasi ini akan melihat pola distribusi temperatur mobil yang diparkir di bawah sinar matahari langsung di iklim tropis Indonesia, sehingga diperoleh pola data temperatur tertinggi dan terendah di dalam kabin mobil selama waktu pemanasan 60 menit. Pengujian dilakukan dengan menggunakan model mobil asli dan menggunakan model skala untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Dengan memodelkan mobil menjadi suatu sumber panas konstan dengan prinsip konduksi thermodinamika, panas yang dihasilkan didalam kabin dimanfaatkan untuk mendapatkan energi listrik menggunakan modul thermoelektrik. Penggunaan modul thermoelektrik sebagai sumber energi tidak memerlukan tenaga dari mesin mobil yang memboroskan pengunaan bahan bakar minyak. Penggunaan modul thermoelektrik yang diletakkan di atap seluas 1 m2 diperkirakan dapat menghasilkan daya sampai dengan 14,7W dengan simulasi diperoleh penurunan suhu sebesar 1°C. Dengan penurunan temperatur tersebut diharapkan dapat mengurangi bahaya yang mungkin timbul akibat panas dan meringankan kerja sistem pendingin mobil. ......Vehicle users often have to park vehicles in open spaces that are exposed to direct heat, which during hot conditions, the temperature in the cabin of the car increases considerably compared to the conditions of outside temperaturs. The temperature in the cabin can reach more than 60 ° C in less than 60 minutes, which of course can be dangerous for humans or for objects in the vehicle and cause damage to the material of the car itself. This dissertation will look at the temperature distribution patterns of cars parked in direct sunlight in Indonesias tropical climate, so that the highest and lowest temperatur data patterns are obtained in the cabin of the car during a 60 minute warm up time. Testing is done using the original car model and using a scale model to get more accurate results. By modeling the car into a constant heat source with the principle of thermodynamic conduction, the heat generated in the cabin is used to obtain electrical energy using a thermoelectric module. The use of a thermoelectric module as an energy source does not require power from a cars engine which wastes the use of fuel oil. By using a thermoelectric module that is placed on a roof of 1 m2 it is estimated that it can produce power up to 14,7W with a target of decreasing the temperatur inside the cabin to reach 1 degrees compared to without the addition of modules. With the decrease in temperatur is expected to reduce the dangers that may arise due to heat and ease the work of the car cooling system.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
D2715
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian Roekettino
Abstrak :
Thermoelectric Generator (TEG) telah lama digunakan untuk menghasilkan energi listrik dimana ketika perbedaan temperatur terjadi antara dua logam yang berbeda, elemen peltier ini akan mengalirkan arus sehingga menghasilkan perbedaan tegangan. Prinsip ini dikenal dengan efek Seebeck yang merupakan fenomena kebalikan dari efek peltier (Thermoelectric cooling/TEC). Dengan menggunakan prinsip tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi energi listrik dari dua belas modul peltier yang akan menjadi sumber energi alternatif untuk kendaraan hibrid dengan menggunakan panas buang dari mesin. Pengujian dilakukan dengan variasi susunan peltier yaitu seri, pararel dan seripararel, variasi tegangan pemanas/heater yaitu 110V dan 220V serta variasi ada tidaknya kipas angin dimuka alat uji sebagai pendekatan dengan kondisi sebenarnya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan dua belas elemen peltier yang disusun secara seri dengan tegangan pemanas 220V, dapat menghasilkan arus output maksimum 0,46 A, tegangan output maksimum 18 V dan daya ouput maksimum 8,11 Watt dengan perbedaan temperatur rata-rata 42,82 °C. Hasil ini menunjukkan bahwa TEG memiliki prospek yang cerah sebagai sumber energi listrik. Selain itu elemen peltier memiliki beberapa keunggulan diantaranya; sangat ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi dan kebisingan. Kedepan perlu adanya penemuan baru untuk elemen peltier agar meningkatkan efisiensi peltier sehingga daya yang dihasilkan dapat optimal. ......Thermoelectric Generator (TEG) has been known as electricity generation for many years. The basic principle is when temperature difference occurred between two dissimilar metals, there is current flowing and producing voltage. This principle is known as Seebeck effect that reversing way of Peltier effect (Thermoelectric Cooling/TEC). The research using Sebeck effect has been conducted to find out the potential of electric source from twelve of peltier module. Then, Thermoelectric Generator will be applied in hybrid car using waste heat from the engine. The experimental has been conducted with variations of peltier module arrangement (series, pararel, series-pararel), variations of heater voltage input (110V and 220V) and variations of with or without fan use which is put in front of the experimental device. The experimental result with twelve of peltier module arranged in series and heater voltage of 220V has indicated that able to produce amount maksimum output current of 0,46 A, maksimum output voltage of 18 Volt and maksimum power output of 8,11 Watts with average temperature difference of 42,82 °C. This result shows that TEG has a bright prospect as alternative electric source. Peltier module has advantages such as friendly for environment, not polluted and noise. For next years, it is needed to find out a new technology of peltier module so that increase peltier?s efficiency and produce greater power output.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S37326
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Trianto
Abstrak :
Thermoelectric Generator (TEG) telah lama digunakan untuk menghasilkan energi listrik. Prinsip kerja thermoelectric generator adalah ketika terjadi perbedaan temperatur pada junction modul thermoelectric dengan dua material semikonduktor yang berbeda, maka akan terjadi aliran arus yang melalui junction sehingga menghasilkan tegangan. Prinsip ini dikenal dengan efek Seebeck yang merupakan kebalikan dari efek peltier (Thermoelectric cooling/TEC). Dengan menggunakan prinsip tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi energi listrik dari dua belas modul peltier yang akan menjadi sumber energi alternatif untuk kendaraan hybrid dengan menggunakan panas buang dari mesin. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan dua belas modul thermoelectric atau biasa disebut elemen peltier yang disusun secara seri, dapat menghasilkan daya 8,11 Watt dengan perbedaan temperatur rata-rata 40-45 °C. Hasil ini menunjukkan bahwa TEG memiliki prospek yang cerah sebagai sumber energi listrik alternatif di masa mendatang. Selain itu elemen peltier memiliki beberapa keunggulan diantaranya; sangat ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi dan kebising. ......Thermoelectric Generator (TEG) has been known as electrical generator for many years. The basic principle of thermoelectric generator is when temperature difference occurs at junction of two different materials, the current flows through a junction and produces voltage across the material. This principle is known as Seebeck effect that reverses way of Peltier effect (Thermoelectric Cooling/TEC). The research using Seebeck effect has been conducted to find out the potential of electrical energy source from twelve of thermoelectric modules. Then, Thermoelectric Generator will be applied in hybrid car using waste heat from the engine. The experimental result of twelve thermoelectric or peltier modules with series configuration has indicated that thermoelectric modules were able to genarate 8,11 Watts of electrical power with average temperature difference of 40-45 °C. This result shows that TEG has a bright prospect as alternative electrical energy source in the future. Beside that, peltier module has some advantages such as environtmental friendly, not create pollution and noise.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38227
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library