Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Adityareni
Abstrak :
PT Indosat Multimedia Mobile (IM3) adalah anak perusahaan PT Indosat Tbk, yang merupakan penyedia jasa telekomunikasi intemasional di Indonesia, Sebagai bagian dari strategi bisnis Indosat untuk menjadi penyedia lengkap jasa dan jaringan telekomu nikasi, PT Indosat Multimedia Mobile didirikan untuk menyediakan jasa komunikasi seluler GSM 1800 di Indonesia. Sebagai keunggulan daya saing dalam menghadapi pesaing-pcsaing dalam bisnis telekomunikasi seluler IM3 menggunakan teknologi multimedia seluler. Hal ini dapat dilaksanakan apabila IM3 memamahami kesiapan teknologi pelanggannya dalam menggunakan teknologi multimedia seluler yang menjadi keunggulannya Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui tingkat kesiapan teknologi pelanggan IM3 serta mengetahui hubungan antara tingkat kesiapan teknologi pelanggan IM3 dengan penggunaan layanan teknologi multimedia seluler. Tingkat kesiapan teknologi diulcur dengan menggunakan model pengukuran kesiapan teknologi yang digunakan oleh Parasuraman (2000) dan Parasuraman dan Colby (2002). Dalam model tersebut dinyatakan bahwa kesiapan teknologi dipengaruhi secara positif. oleh dimensi optimisme dan dimensi daya keinovasian yang merupakan pendorong kesiapan teknologi serla dipengaruhi secara negatif Oleh dimensi perasaan tidak nyaman dan dimensi perasaan tidak percaya yang merupakan penghambat kesiapan tel-<_nologi_ Variabel-variabel indikator yang digunakan untuk mengukur kesiapan teknologi diperoleh dari penelitian sebelumnya mengenai kesiapan teknologi. Unit analisis penelitian ini adalah pelanggan IM3 yang telah berlangganan selama minimal I bulan. Pengambilan sampel dilalcukan di perusahaan telekomunikasi, perusahaan teknologi informasi, perusahaan ritel multilevel marketing, kampus, intemet dan komunitas pelanggan. Pelanggan yang bersedia menjadi responden penelitian diberikan kuesioner dengan item-item pertanyaan yang merupakan indikator-indikator variabel yang mengukur konstmk kesiapan teknologi Konstmk kesiapan teknologi diukur menggunakan 36 indikator dimana I0 indikator untuk mengukur dimensi optimisme, 7 indikator dimensi daya keinovasian, 7 indikator untuk dimensi perasaan tidak nyaman dan 7 indikator untuk perasaan tidak percaya. Penggunaan iayanan teknologi multimedia seluler terdiri dari layanan SMS ((shar! messaging service), layanan Access Web, layanan MMS (mulrimedia messaging service) serta layanan GPRS (general packet radio service). Penggunaan diukur oleh I indikator untuk setiap layanan reknologi multimedia, jadi total terdapat 4 indikator. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis faktor, regresi berganda clan ANOVA. Hasil pengumpulan data sampel yang dapat diolah adalah 127 responden. Hasil analisis data menunjukkan bahwa 1 kesiapan teknologi secara positif dipengaruhi oleh dimensi optimisme dan dimensi daya keinovasian yang merupakan pendorong kesiapan teknologi dan dipengaruhi secara negatif oleh dimensi perasaan tidak nyaman dan perasaan tidak percaya yang merupakan penghambat kesiapan teknologi. Selanjutnya dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kesiapan teknologi dengan penggunaan layanan MMS dan layanan GPRS yang ditunjukkan oleh adanya perbedaan merata yang signifikan oleh kelompok pengguna layanan dengan kelompok yang tidak berencana mcnggunakan dan kelompok yang berencana menggunakan dengan yang tidak berencana menggunakan layanan. Analisis data juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kesiapan teknologi dengan penggunaan layanan SMS dan layanan Web Access. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa konstruk kesiapan teknologi Parasuraman (2000) yang rnenyarakan dimensi-dimensi kesiapan teknologi terbukti. Dan hubungan antara kesiapan teknologi dan penggunaan produk atau jasa yang berbasiskan teknologi canggih yang dikemukakan oleh Parasuraman (2000) juga terbukti. ......PT Indosat Multimedia Mobile (IMS) is the subsidiary of PT lndosat Tble the intemational direct dialing telecommunication services in Indonesia. As a part of Indosat business strategy to be full network and services telecommunication provider, PT Indosat Multimedia Mobile is build to serve cellular communication based on GSM 1800 technology. As' their competitive strategy against other players in the market, IM3 relies on cellular multimedia technology. This approach could be done only if [M3 understands technology readiness of their subscribers to use cellular multimedia technology, of which is their competitive advantage. This research is meant to measure IM3?s subscriber technology readiness level and to study the relation between the technology readiness index with cellular multimedia technology usage. The level of technology readiness can he measured by using technology readiness index model introduced by Parasuraman (2000), Parasuraman and Colby (2002). These models state that technology readiness is influenced positively by optimism and innovativeness dimensions which are contributors of the technology readiness, at one point and will also be influenced negatively by discomfort and insecurity dimensions, as the inhibitors of the technology readiness, at another point. The variables indicator, which will be used to measure technology readiness index, are obtained fiom other previous research about technology readiness. Research unit analyze 1M3?s subscribers which have been using IM3 services at least for one month. The sampling was done in telecommunication and infomation technology providers, retail/ multilevel marketing company, university campus, intemet users and IM3 users community. Subscribers which are willing to be the research respondent received questioner with the questions lists which are indicators of technology readiness variables. The construct of technology readiness is measured by 36 variable indicators of which I0 are optimism dimension indicators, 7 are innovativeness dimension indicators, 7 are discomfort dimension indicators and 7 are insecurity dimensions indicators. The definition of multimedia cellular technology services consist of SMS (short messaging services), web access, MMS (multimedia messaging services) and GPRS (general packet radio services). The usage of the services is measured by one indicator for the above 4 mentioned category. Data analysis will use factor analysis, multiple regression and ANOVA methods. The results of data sampling are from 127 respondents. Output of this data analysis shows that technology readiness index is positively influenced by optimism and innovativeness dimensions, and negatively by discomfort and insecurity dimensions. The result also shows that there is a significant relationship between technology readiness index with MMS dan GPRS services, which are shown by a significant difference of the average technology readiness From both groups, i.e. group of current users and users which intend to use with group of users which do not intend to use at all. From the data analysis, it is also shown that there is no significant relation between technology readiness index with SMS and web access services. ' This research reveals that construct of technology readiness index (Parasuraman, 2000) and its dimensions are proven. And the relationship between technology readiness and the usage of high end technology product and services are also demonstrated.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Andiko Pratama
Abstrak :
Over the top sebagai layanan media yang menawarkan hiburan dan informasi kepada penggunanya dengan menggunakan koneksi internet. Koneksi internet yang digunakan oleh OTT merupakan layanan yang disediakan oleh operator seluler. Saat ini, operator seluler, menggelar infrastruktur jaringannya dengan biaya mereka sendiri, tanpa adanya kontribusi dari OTT. Biaya investasi tinggi yang dikeluarkan oleh operator seluler ini, tidak sebanding dengan pendapatan yang mereka terima. Namun, di sisi lain koneksi internet yang dihasilkan dari investasi ini, lebih banyak dinikmati oleh OTT. Hal ini dibuktikan dengan tinggi konsumsi bandwidth yang dilihat dari tingginya trafik yang disebabkan oleh aktivitas OTT. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh operator seluler, operator seluler mengalami peningkatan trafik yang signifikan untuk setiap triwulan, namun peningkatan trafik ini tidak sebanding dengan peningkatan revenue. Dalam 2 tahun terakhir, trafik Indosat Ooredoo tumbuh lebih dari 100%, namun pertumbuhan revenue nya kurang dari 50%. Terdapat perbedaan selisih yang besar antara pertumbuhan trafik dan revenue pada operator seluler. Untuk menutupi selisih ini, OTT seharusnya mengambil peran, karena merupakan entitas yang menikmati jaringan operator dan menghasilkan revenue dari jaringan tersebut. OTT perlu memberikan kompensasi kepada operator seluler, kompensasi ini bisa dalam 2 cara, Pertama, OTT bisa memberikan fresh money kepada operator seluler sebagai bentuk kompensasi, Kedua, OTT bisa membuat sistem premium user, premium user ini perlu membayarkan sejumlah biaya untuk mengakses OTT, namun diberikan garansi kualiatas jaringan yang baik oleh operator seluler. ......Over the Top as media service that offered user any entertainment and information using internet connection. Internet connection that are uses by OTT are using mobile operator network service. Currently mobile operator deploy infrastructure for network service by their own without any contribution from OTT. With the high cost of investment, mobile operators do not get comparable revenue. In the other hand, OTT consume their bandwith, proving by number of traffic that are capture at mobile operator. Based on mobile operator network profile, mobile operators have significant traffic increament for every quarter, but this traffic growth is not same as revenue growth. In the last 2 years Indosat Ooredoo traffic are growth more than 100%, while the revenue is growth less than 50%. The are big gap of traffic growth and revenue growth at mobile operator. To cover this gap, OTT must take a role, as entity are enjoying internet connection and convert them to revenue. OTT need to gift compensation to mobile operator for benefit they are taking from mobile operator network. This compensation can use 2 scheme, 1st OTT directly give money to mobile operator as compensastion, 2nd OTT use premium user scheme, premium user will need to pay some cost with guaranted internet connection experience from mobile operator.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Basuki Rahmat
Abstrak :
Jaringan telekomunikasi untuk sistem tenaga listrik menjadi salah satu fasilitas pendukung penting untuk monitor dan kontrol sistem tenaga pada jaringan distribusi dalam cakupan area luas. Jaringan demikian bisa dipandang sebagai jaringan syaraf sistim tenaga. Teknologi Broadband Power Line Communication(Broadband PLC) terkini dengan standar HomePlug AV dan IEEE P1901 bisa menawarkan landasan guna menggelar jaringan sensor-synchrophasor pada jaringan distribusi tenaga untuk menjadikan suatu sistim smart grid. Trafik paket data acak melewati slave-station jaringan sensor-synchrophasor dengan kapasitas buffer terbatas dan kanal keluaran tunggal, dapat dimodelkan sebagai antrian paket data acak pada slave-station jaringan Broadband PLC. Akses kanal transmisi bersama dari sejumlah sensor-synchrophasor pada kanal keluaran slave-station menuju sentral kontrol sistim tenaga pada master-station diatur oleh skema protokol MAC kombinasi CSMA/CA dan TDMA. Gangguan tenaga listrik bisa menyebar luas dalam jaringan distribusi tenaga, akibatnya sejumlah sensor-synchrophasor berpotensi membangkitkan trafik paket data acak melewati slave?station menuju master-station secara bersamaan. Situasi demikian, mengakibatkan kompetisi akses kanal transmisi bersama menuju master-station, dan berdampak pada sistim antrian dalam slave-station mengalami kondisi jenuh. Disisi lain, munculnya gangguan tersebut, bisa menurunkan kekuatan maupun kapasitas kanal komunikasi pada jaringan Broadband PLC. Lebih lanjut, situasi itu mengakibatkan munculnya paket loss antrian yang tidak diharapkan, dan menyebabkan informasi kondisi jaringan distribusi melewati slave-station menjadi tidak utuh ketika sampai di sentral kontrol sistim tenaga. Penelitian ini memodelkan antrian paket data acak pada slave-station jaringan Broadband PLC dengan pendekatan rantai Markov. Dengan asumsi bahwa kedatangan paket data acak pada suatu antrian dengan kapasitas buffer terbatas serta server tunggal, model tersebut secara ringkas dapat dinyatakan dengan notasi Kendal?s sebagai BMAP/M/1/B. Model ini sebagai model terbaru untuk sistim antrian paket data acak pada slave-station jaringan Broadband PLC sebagai jaringan sensor-synchrophasor dalam jaringan distribusi tenaga. Model juga dinyatakan dengan formula matematik dan ditunjukkan dengan diagram kedaan rantai Markov Multiphase Batch Poisson dalam 3 fasa-Markov. Analisis model antrian paket data acak pada kondisi jenuh menunjukkan terjadinya probabilitas paket loss sebagai fungsi laju kedatangan, laju layanan dan kapasitas buffer data dalam antrian. Dari simulasi numerik sistim antrian pada kondisi jenuh, untuk tiap 1000 kedatangan paket data acak dengan laju kedatangan bervariasi acak antara 14 Mbps hingga 150 Mbps; kapasitas buffer 64 Mbit serta laju layanan tetap pada 100 Mbps, muncul probabilitas paket loss bervariasi acak antara 0 hingga 33.5 %, dengan nilai rata-rata 6.75 %. Selanjutnya, jika kapasitas buffer antrian dinaikkan dari 16 Mbit ke 128 Mbit, diperoleh penuruan probabilitas paket loss maksimum dari 5.42 % menjadi 0.38 % terhadap kenaikan laju kedatangan paket data secara linier. Antrian paket data pada kapasitas buffer tetap 64 Mbit dengan laju layanan berubah dari 85; 100; 120; 135; hingga 150 Mbps, diperoleh rata-rata probabilitas paket loss maksimum 1.2 %. Pada laju layanan 85 Mbps, probabilitas paket loss maksimum adalah 1.1 %, jika laju layanan dinaikkan menjadi 100 Mbps maka probabilitas paket loss turun menjadi (2.3) x (10-4) %, sementara jika laju layanan dinaikkan menjadi 120 Mbps, probabilitas paket loss turun menjadi (0.1) x (10- 4 )%. Selanjutnya, eksperimen numerik yang diekspresikan secara grafis, menunjukkan bahwa kenaikan laju layanan dapat menurnkan probabilitas packet loss dengan 6,78 kali lebih rendah dibandingkan penambahan kapasitas buffer. Oleh karena itu, secara teknis peningkatan kinerja sistem antrian paket data pada jaringan Broadband PLC akan lebih signifikan dengan peningkatan laju layanan dari pada penambahan kapasitas buffer. Untuk mengatur laju layanan antrian terhadap variasi acak laju kedatangan paket data dapat digunakan metode kontrol adaptif yang di tanam dalam Medium Access Control pada jaringan Broadband PLC. ......Telecommunication network over the power system is one of the important support facilities for monitoring and controlling over wide-area coverage of power distribution network. Such networks can be viewed as neural network of power systems. Latest Broadband Power Line Communication (Broadband PLC) technology with HomePlug AV or IEEE P1901 standard may offer a platform for synchrophasor-sensor network in power distribution network to establish a smart distribution grid. Random data traffic passing through the slave-station of synchrophasor-sensor network with limited buffer capacity and single output channel can be modeled as a randomly data packet queue on slave-station of Broadband PLC network. The access of shared transmission channel from a number synchrophasor-sensor to output channel of slave-station into the central master control of the power system regulated by a combination MAC protocol scheme of CSMA /CA and TDMA. The electric power disturbance may be spread in the power distribution network, resulting in a sensor-synchrophasor potentially generate random packet traffic passing through a slave-station into master-station simultaneously. Such situation, cause to packet contention on shared channel into master-station, and impact to be saturated of the queue system. The other hand, occurs of the disturbance may reduce to bandwidth or capacities of communications channel of Broadband PLC network. Further, that situation leads to occur unexpected packet loss, and cause to be not intact the information of distribution network condition passing through slave-station when reached on central of power systems control. This research is modeling of the random data packet queue on slave-station of Broadband PLC network with Markov chain approach. Assuming that arrival of randomly data packet on a queue with limited buffer capacity and single server, thus model could be stated concisely by Kendal's notation as BMAP/M/1/B. This is a newest model for random packet queuing system on slave-station of Broadband PLC network as synchrophasor-sensor network of power distribution network. Furthermore, thus model also is expressed by the mathematical formula and shown by the state transition diagram of Markov chain Multiphase Batch Poisson in 3-phase Markov. Analysis of random data packet queuing model in saturated conditions shows a packet loss is dependents on arrival rate, service rate and buffer capacity the queue. From the numerical simulation of the queuing system in saturated conditions, for each 1000 data packet arrival on 64 Mbit buffer capacities, 100 Mbps service rate, and random packet arrival rate between 14 Mbps to 150 Mbps, causes packet loss with probability between zero (0) to 33.5%, with the average is 6.75%. Furthermore, if the queue buffer capacity increased from 16 Mbit to 128 Mbit, obtained maximum probability of packet loss may decrease from 5.42 % to 0.38 % to the linearly increase in packet arrival rate. On queue data packet on 64 Mbit fixed buffer capacity with service rate varied on 85; 100; 120; 135; up to 150 Mbps, obtained an average maximum packet loss probability at 1.2 %. At service rate 85 Mbps, the maximum packet loss probability is 1.1%, if service rate increased to 100 Mbps, the packet loss probability decreased to (2.3) x (10-4)%, while if service rate increased to 120 Mbps, the packet loss probability decreased to (0.1) x (10-4)%. Further, numerical experiments are graphically expressed, shows that the increases of service rate can reduce the packet loss probability by 6.78 times lower than buffer capacity additions. Hence, technically to improvement of the packet queuing system performance on Broadband PLC network, more significantly by increases of service rate than adding of buffer capacity. To regulate of queue service rate to the random variation of data packet arrival rate can be use an adaptive control method that embedded in Medium Access Control of Broadband PLC network.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
D1382
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bray, John
Abstrak :
This book provides a fascinating account of the origins and development of the technology that has transformed telecommunications and broadcasting and created the Internet. It depicts this remarkable human achievement by identifying the key innovators whose ideas created today's world of communications, from the Victorian scientists and mathematicians to the present day engineers.
London: Institution of Engineering and Technology, 2009
e20452597
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Lucia Ika Susanti
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan teknologi 4G LTE menjadi momentum bagi pemerintah Indonesia untuk memberlakukan kewajiban TKDN pada perangkat telekomunikasi 4G LTE. Pemerintah mewajibkan perangkat terminal pengguna 4G LTE untuk memenuhi persentase penggunaan komponen lokal sebesar 20 dan meningkat menjadi 30 mulai Januari 2017 untuk 4G FDD-LTE dan Januari 2019 untuk 4G TDD-LTE. Pada Juli 2016 Kementerian Perindustrian menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 65/M-IND/PER/7/2016 tentang tata cara penghitungan TKDN untuk telepon genggam, komputer tablet, dan komputer genggam dengan memasukkan komponen aplikasi dalam penghitungan TKDN dan memberlakukan skema TKDN hardware atau TKDN software, serta TKDN investasi. Dengan adanya perubahan tata cara penghitungan TKDN pada 3 komoditas, maka perlu dilakukan analisis terhadap implementasi TKDN untuk melihat kesiapan industri dalam memenuhi peningkatan persentase TKDN 4G LTE menjadi 30 pada Januari 2017 serta menentukan tindakan untuk mengatasi hambatan dalam mencapai tujuan TKDN.Melalui indepth interview pada pemangku kepentingan dari pemerintah, industri, asesor, dan praktisi diperoleh informasi tentang implementasi TKDN 4G LTE dari sisi kebijakan, industri manufaktur, pengembangan, aplikasi, dan investasi, yang kemudian dianalisis menggunakan gap analysis untuk merumuskan tindakan korektif. Penelitian menganalisis tata cara penghitungan TKDN dengan Regulatory Impact Analysis dan menghasilkan usulan Solusi Alternatif dengan perubahan pada ketentuan komponen investasi, prasyarat dan penghitungan komponen aplikasi, serta penilaian melalui pre-assessment dan post-assessment untuk monitoring.
ABSTRACT
The development of 4G LTE has become a momentum for the Indonesian government to impose the obligation of Local Content Level LCL on 4G LTE equipments. The government requires that 4G LTE subscriber station to meet the percentage for local component usage by 20 and increases to 30 in January 2017 for 4G FDD LTE and January 2019 for TDD LTE 4G. In July 2016 the Ministry of Industry issued a Minister Decree No. 65 M IND PER 7 2016 regarding the LCL calculation method for mobile phone, tablet computer, and handheld by including application component in the calculation and introducing LCL scheme of hardware and software, as well as LCL based on investment. With the amendment of LCL calculation method on these three commodities, it is necessary to analyze the implementation of the LCL to see the readiness of the industry to meet the increasing percentage of 4G LTE LCL to 30 in January 2017 and to determine the actions to overcome the obstacles in reaching LCL rsquo s objectives.Through in depth interview on stakeholders from regulator, industry, assessor, and practitioner, information about the implementation of LCL 4G LTE rsquo s policy, manufacturing, design house, application, and investments were obtained, which were then analyzed using gap analysis to formulate corrective actions. This research analyzed the LCL calculation method with Regulatory Impact Analysis and developed the Alternative Solution as its result with amendment on the provisions of the investment component, prerequisite and calculation method for application component, as well as the assessment through the pre assessment and post assessment for monitoring.
2016
T46918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farianto
Abstrak :
Sejak pertama kali diluncurkan secara komersil pada tahun 2009, jumlah pengguna layanan LTE hingga kuartal ke-1 tahun 2017 mencapai 2,1 miliar pelanggan di seluruh dunia. Khusus di Indonesia sendiri, Ericsson memprediksi jumlah pengguna LTE akan mencapai 200 juta pelanggan pada tahun 2021. Voice over LTE VoLTE adalah layanan voice telephony berbasis jaringan LTE dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan layanan Voice over IP VoIP pada umumnya dengan menawarkan latency yang rendah serta kualitas percakapan yang lebih baik. Layanan VoLTE yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2012 hingga tulisan ini dibuat digunakan oleh 165 operator telekomunikasi di 73 negara di seluruh dunia. Teknologi VoLTE yang didukung oleh platform IP Multimedia Subsystem IMS merupakan teknologi berbasis IP dapat berfungsi secara maksimal apabila interkoneksi antar operator penyelenggara jaringan telekomunikasi saling terhubung menggunakan jaringan interkoneksi voice berbasis IP dengan menggunakan protokol SIP atau SIP-I. Saat ini operator telekomunikasi di Indonesia masih terhubung satu sama lain dalam jaringan interkoneksi yang berbasis TDM circuit switched . Tesis ini akan membahas kesiapan operator dari sisi jaringan dan infrastruktur yang mereka miliki untuk melakukan migrasi link interkoneksi dari jaringan konvensional berbasis TDM ke jaringan berbasis IP. Operator yang akan dijadikan bahan penelitian di dalam tesis ini adalah XL Axiata yang sudah melakukan ujicoba layanan VoLTE pada tahun 2016.
Since its first launch commercially in 2009, number of LTE users on Q1 2017 has reached up to 2.1 billion subscribers around the world. While for Indonesia, Ericsson predicted that number of LTE user will be reached around 200 million subscribers by 2021. Voice over LTE VoLTE is a voice telephony services that runs on top of LTE network offering low latency and better voice call quality compared to previous available Voice over IP VoIP service. VoLTE which firstly introduced in 2012, currently being developed by 165 telecom operators in 73 countries worldwide by January 2017. This VoLTE service which supported by IP Multimedia Subsystem IMS platform was naturally born as IP based technology and it will have its maximum functionalities when interconnection between telecom operators also using IP network by implementing SIP or SIP I protocol. Most of voice interconnection between mobile network operators in Indonesia now currently using TDM circuit switched instead of using IP network. This thesis will examine the readiness of telecom operator to migrate the TDM network into IP from network and infrastructure point of view. The subject for this research is XL Axiata which has launched VoLTE service demonstration in 2016.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T49737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Contents : - About the Authors - Table of Contents - I. EXECUTIVE SUMMARY - II. INTRODUCTION - SECTION 1: TECHNOLOGICAL DEVELOPMENTS - SECTION 2: NEW PRODUCTS AND SERVICES - SECTION 3: FUTURE INDUSTRY STRUCTURE - SECTION 4: ECONOMIC FACTORS AFFECTING PROVIDERS - SECTION 5: STANDARD-SETTING - SECTION 6: REGULATION AND POLICY - SECTION 7: ECONOMIC AND SOCIAL IMPACT - SECTION 8: COMPETITIVE TACTICS - APPENDIX I: QUALITATIVE RESPONSES TO FIRST-ROUND DELPHI QUESTIONNAIRE - APPENDIX II: SECOND-ROUND DELPHI QUESTIONNAIRE
Chicago: International Engineering Consortium, 1996
e20451496
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Contents : - Part I:Overview - High-Speed I/O Design and Test Review:From the Perspectives of Moore is Law and Multiple Gbps Data Rates - Part II:System Architecture and Performance - Transfer Functions for the Reference Clock Jitter in a Serial Link: Theory and Applications - Channel Compliance Testing Utilizing Novel Statistical Eye Methodology - Advances in High-Speed Design in Dispersively Attenuating Environments Such as Cables and Backplanes - Part III:Design Simulation and Modeling - Static Crosstalk Analysis - Modeling Loss and Jitter in High-Speed Serial Connects - Design and Modeling Methodology for High-Performance Power Distribution Systems - Source Synchronous Bus Design and Timing Analysis for High-Volume Manufacturable System Interconnects - Part IV:Design for High Performance - Eye Opening Techniques Enabled by Dispersion Compensation - Maximizing 10-Gbps Transmission Path Length in Copper Backplanes with and without Transceiver Technology - How to Make Optimal Use of Signal Conditioning in 40-Gbps Copper Interconnects - Design of a 6.25-Gbps Backplane SerDes with Top-Down Design Methodology - A Flexible Serial Link for 5-10 Gbps in Realistic Backplane Environments - Part V:Characterization and Test - Signal Integrity and Jitter:How to Measure Them Correctly - A Statistical and System Transfer Function Based Method for Jitter and Noise in Communication Design and Test - Total Jitter Measurement at Low Probability Levels,Using the Optimized BERT Scan Method - Comparison and Correlation of Signal-Integrity Measurement Techniques - Performance Evaluation of High-Speed Serial Links - Physical-Layer Design and Characterization of a 3.2 Gbps/Pair Memory Channel - Acronym Guide
Chicago: International Engineering Consortium, 2005
e20452728
eBooks  Universitas Indonesia Library