Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Fadhila Afrina
"Makalah penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran influenser TikTok yang mendorong remaja perempuan untuk “Men-seksualisasi” diri mereka sendiri dengan dalih pemberdayaan dan konsep feminisme. TikTok merupakan salah satu media sosial yang paling populer pada kalangan remaja pada saat ini. Ada beberapa tren di media sosial TikTok dimana para remaja didorong untuk mempublikasikan konten yang provokatif secara seksual mengatasnamakan feminisme. Salah satu yang paling populer adalah tren gerakan “Bimbo Feminism” atau “Bimbofication”. Penulis menggunakan metode yang terinspirasi dari etnografi digital dan menggunakan penelitian sekunder lainnya seperti jurnal dan artikel untuk menganalisis data. Penulismenggunakan perspektif teori Elaboration Likelihood Model dan teori feminisme untuk menulis artikel ini. Hasil penelitian menunjukan peran influenser yang besar dalam penggeseran sikap terhadap unggahan konten seksual di kalangan audiens perempuan muda.
This research paper aims to explore the role of influencers in TikTok that helps push the agenda of encouraging young teenagers to “sexualize” themselves to empower them under the pretext of feminism. In the last few years, TikTok has gained a drastic amount of users, especially among the youth. There are several trends in which teenagers are encouraged to publish sexually provocative content on their social media through hidden and feminist campaigns in TikTok. Especially the movement about “Bimbo Feminism” and “Bimbofication”. The author uses a method inspired by digital ethnography and utilizes other secondary research tools, such as journals and articles, to analyze the data. The author writes this paper using the perspective of the Elaboration Likelihood Model and feminism theory. The research shows the significance of influencers’ role in the shift of attitude towards posting “sexualized’ content among young female audiences."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Kharrizma Kanya Sani
"Aktivisme feminisme telah menemukan dinamika baru seiring dengan kehadiran media sosial. Media tersebut digunakan para aktivis, tak terkecuali feminis perempuan muda, dalam mempraktikkan aktivisme digitalnya. Akan tetapi, feminis tersebut akan lebih memilih media sosial yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Studi ini merangkum beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji bagaimana feminis perempuan menggunakan media digital tertentu yang dapat memenuhi kebutuhan mereka sebagai aktivis. Teori Uses and Gratification dipinjam untuk melihat karakteristik kebutuhan yang dijadikan pertimbangan mereka ketika menggunakan media sosial tertentu. Berdasarkan rangkuman literatur, terdapat lima kategori kebutuhan yang menggambarkan alasan feminis perempuan muda untuk menggunakan media sosial dalam aktivitasnya. Kebutuhan tersebut meliputi tension release needs, personal gain needs, cognitive needs, social interaction needs, serta affective emotional needs. Tulisan ini kemudian menawarkan informasi tambahan terhadap literatur terkait kebutuhan yang mungkin mendorong aktivitas feminis perempuan dalam media sosial.
Feminist activism has found a new dynamic along with the presence of social media. This media is used by activists, including young feminist girls, in their digital practice. However, these feminists only choose social media that are able to meet their needs. This review summarizes previous studies that examine how feminist girls choose digital media that can fulfil their needs as an activist. The Uses and Gratification theory is borrowed to analyse the characteristics of needs that were taken into consideration by these feminists when using social media. Based on the literature summary, there are five categories of needs that describe the reasons of young feminist girls' use of social media for activism. These needs include the need to release tension, personal gain needs, cognitive needs, social interaction needs, and affective emotional needs. This paper then offers additional information on needs that might encourage feminist activities in social media. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library